III. DATA PERANCANGAN A. Table Data Perancangan Penyajian urutan dalam data berbentuk table : Sifat Data Rincian Data A Data Objek Perancangan • Buku Desain Furniture ( teknik perancangan mebel kreatif ) • Data kayu peti kemas dari berbagai website dan media lain. • Dasar-dasar desain dalam menunjang pembuatan furniture • Analisis teori penunjang dalam pembuatan furniture B Data Teknis Perancangan • Brain Storming • Identifikasi kayu jati belanda Primer (Utama) √ √ Sekunder (Pendamping) Manfaat Data Dalam Kesiapan Data Perancangan Sudah Keakuratan info tentang pembuatan sebuah furniture milingkupi konsepsi,solusi, inovasi dan implementasi. Keakuratan info, Tentang kayu jati belanda, penerapan bentuk-bentuk furniture yang sudah ada. Belum √ √ √ Melakukan pendekadat dasar desain untuk proses perancangan √ √ Analisis teori untuk Mengoptimalkan proses perancangan. √ √ Alur dalam menentukan konsep dan ide gagasan. √ √ Guna mengetahui karakteristik kayu jati belanda √ 11 • Pemilihan media pendamping √ Guna dijadikan konstruksi furniture √ • warna dan finishing furniture √ Guna mengetahui wana dan finishing saat pengaplikasian √ Tabel 3.1. Tabel Data Perancangan Sumber : Muhamad Kadafi, 2014 B. Rincian Data Perancangan 1. Identifikasi Karakter Kayu Jati Belanda Untuk mengidentifiksi kayu jati belanda dapat dipergunakan baik sifat kasar (sifat makroskopis) maupun sifat struktur (sifat mikroskopis). Berikut ini yang termasuk sifat kasar pada kayu adalah warna, kilap, bau, teksture, serat serta figure. Kayu jati Belanda dapat di idetifikasi secara sifat kasar (sifat makroskopis) baik dari serat dan tekstur yang memiliki susut-susut kayu sangat tinggi sehingga membutuhkan tulangan untuk memperkuat strukturnya pada furnitur. Karena sesuai fungsinya sebagai pengemas maka pemilihan kayu jati belanda ini memiliki standar kekeringan tertentu dari skala internasional, sehingga materialnya lebih ringan dan mudah untuk dimobilisasi. Namun kayu ini sangat rentan terhadap rayap sehingga dibutuhkan penanganan yang tepat pada proses awal pengolahan kayu Warna dari kayu jati belanda ini adalah warna kuning muda, sehingga memiliki keindahan alami dari guratan urat dan mata kayunya. Gambar 3.1. Tekstur dan mata kayu jati belanda Sumber: www.palletcentral.com 12 2. Hal yang diperhatikan saat menggunakan kayu limbah Gambar 3.2. Limbah Kayu Peti Kemas Sumber : www.google.com Untuk mengelolah dan memanfaatkan kayu-kayu bekas agar tidak berakhir dan berhenti sampai ke dalam api pembakaran. Beberapa syarat harus tetap dipenuhi untuk dapat menggunakan kayu-kayu tersebut sebagai bahan baku sebuah furniture.2 i. Secara ekonomis, tidak semua kayu dapat digunakan sebagaibahan furniture, kondisi ini harus diperhatikan terlebih dahulu supaya tidak terlalu banyak mengelurkan biaya pengerjaan, perawatan dan finishingnya. Kayu yang digunakan sebagai furniture harus memenuhi persyaratan sebagai kayu yang padat dan kuat, terutama umur kayu relatif tua. Jenis kayu apapun asalkan umurnya tua biasanya dapat digunakan, sekalipun berasal dari kayu dengan serat yang porous ii. Kayu bekas biasanya memiliki karakter banyak paku, lubang bekas pukulan palu atau congkelan linggis, bekas gergajian yang berpindah tempat, bekas pasak, dsb. Hal tersebut dimanfaatkan sebagai bagian dari elemen supaya nuansa materialnya semakin kuat. Hanya perlu melakukan langkah penyortiran, pengelompokan berdasarkan ukuran dan bentuk, pemotongan dan penyusunan kembali bagian-bagian tersebut. 2 Pemilihan Jenis Kayu Limbah (2014, 28 Juni). Diakses dari http://repository.petra.ac.id/16100/1/Publikasi1_01054_951.pdf 13 iii. Kayu bekas dapat difinishing dengan menggunakan cat tembok, melamine berbasis air, atau hanya dibiarkan asli tanpa finishing ( sebaiknya yang tanpa finishing hanya untuk kayu-kayu bekas yang bermutu keras seperti jati, bangkirai, gelam, akasia, kelapa, johar, ulin). 3. Stainless Steel Stainless steel adalah istilah generik untuk keluarga paduan baja tahan korosi yang mengandung kromium 10,5% atau lebih. Mutu 304 adalah standar '18/8' stainless. Ini adalah stainless steel yang paling serbaguna dan paling banyak digunakan, tersedia dalam berbagai jenis produk, bentuk dan hasil akhir dibanding yang lain. Memiliki karakteristik membentuk dan pengelasan yang sangat baik Semua stainless steel memiliki ketahanan tinggi terhadap korosi. Ketahanan terhadap serangan ini adalah karena film yang kaya kromium oksida alami dibentuk pada permukaan baja. Meski sangat tipis, film ini, tidak terlihat erat melekat dengan logam dan sangat protektif dalam berbagai media korosif. Film ini cepat memperbaiki diri dengan adanya oksigen, dan kerusakan akibat abrasi. Berbagai elemen dapat ditambahkan dalam berbagai jumlah pada stainless steel, yang menyediakan berbagai mutu, masing-masing dengan sifat yang berbeda. Ada sejumlah mutu dari baja tahan karat yang dapat dibagi menjadi lima kategori dasar yaitu austenite, feritik, rangkap, martensit, pengerasan presipitasi. Untuk mengimplementasikan konsep furniture simple dan modern ini dipilih sebagai cara untuk meningkatkan nilai tambah pada kayu peti kemas. Pengolahan bahan kursi perpaduan kayu, pipa-pipa disambung sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk furniture baru merupakan suatu inovasi baru yang berkaitan dengan pola pikir desain furniture modern. Furniture modern itu sendiri memiliki konsep kesederhanaan bentuk yang harus selalu mengikuti fungsinya, dengan kata lain desain furniture modern cenderung sederhana, praktis, fungsional dan rasional. Dengan eksplorasi bentuk seperti ini maka penggunaan material pendamping stainless steel sangat tepat, dilihat dari tingkat kekuatan stainless lebih kokoh, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi, pemelihaan yang mudah, “Ease of Fabrication” (stainless mudah dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan, dan dibuat dengan mudah) serta pertimbangan estetika dalam pemilihan media ini karena Bajabaja stainless tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup permukaan. Baja 14 stainless ini diatur dengan mudah dan sederhana menghasilkan kualitas yang tinggi, penampilannnya menyenangkan.3 4. Analisis Teori Penunjang Dalam konteks proses merancangan sebuah desain produk, diperlukan teoriteori yang mendukung jalannya proses tersebut. Teori-teori tersebut diperlukan guna mencapai desain produk yang optimal dengan proses perancangan. a. Pendekatan Ergonomi dan Antropometri Sebagai salah satu cabang ilmu, ergonomi atau dikenal juga dengan sebutan Human Factor Enginering adalah sebuah praktek mendesain sebuah produk sehingga pengguna bisa melakukan tugas kegunaan, operasional, pelayanan, dan dukungan dengan tingkat stres sekecil mungkin dan tingkat efisiensi semaksimal mungkin. Untuk mencapai ini, desainer harus membekali diri mereka dengan pengertian dan pengetahuan akan kebutuhan, karakteristik, kemampuan, dan batasan yang ditujukan untuk pengguna dan desain itu sendiri. Atau dengan kata lain, desainer harus membuat desain yang tepat sesuai dengan manusia bukan manusia yang sesuai desain. b. Konsep Desain Furnitur Furntitur hadir sebagai benda yang berhubungan erat dengan manusia dan aktivitasnya. Oleh karena itu, proses perancangannya membutuhkan konsep-konsep yang akan mendasari terciptanya furnitur itu sendiri. Menurut Marizar (2005:76), dalam konteks merancang desain furnitur kreatif, ada sembilan langkah yang harus dilalui untuk mencapai desain furnitur yang optimal. i. Analisis Aktivitas Manusia Analisis mencakup semua aktivitas manusia yang dilakukan berkenaan dengan fungsi sebuah furnitur. Dalam analisis akan 3 Macam-macam Stainless Steal (2014,28 Juni). Diakses dari http://www.abi-blog.com/2014/04/pengertian-macamjenis-dan-karakter-stainless-steel.html#axzz36RuwZhdT 15 ditemukan beragam sikap tubuh manusia terhadap sebuah furnitur, misalkan posisi duduk diatas sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lain-lain. ii. Analisis Bentuk dan Fungsi Kenyamanan dapat dicapai melalui bentuk yang sesuai dengan fungsi dan juga anatomi tubuh manusia. Bentuk furnitur yang kreatif dan inovatif biasanya mengacu pada bentuk-bentuk dasar yang ada disekitar lingkungan manusia. Ide bentuk bisa berasal dari bentuk-bentuk organik, seperti bunga, burung, pohon dan lain-lain. Bentuk tersebut dapat dipilih untuk kemudian diolah menjadi bentuk baru guna memnuhi fungsi-fungsi sebuah furnitur. Analisis ini dapat membuka peluang yang besar dalam eksplorasi bentuk furnitur yang kreatif dan inovatif. iii. Analisis Ergonomi Menurut Marizar (2005: 106) Ergonomi merupakan sistem kerja manusia yang berkaitan dengan fasilitas dan lingkungannya, yang saling berkaitan satu sama lain. Analisis ini bertujuan untuk mencari kesesuaian antara karakteristik pekerjaan dan karakteristik tubuh manusia. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna produk furnitur dalam kehidupan nyata. iv. Analisis Antropometrik Antropometri dibutuhkan dalam proses desain furnitur berkaitan denganukuran tubuh manusia secar fisik. Antropometri meliputi pengukuran terhadap berbagai sikap gerak tubuh manusia secara umum sebagai upaya penyesuaian dalam pencapaian kenyamanan dan keamanan. v. Analisis Bahan dan Tekstur Secara garis besar, bahan terbagi menjadi dua jenis. Pertama, bahan dari alam seperti kayu, rotan, bambu, besi, kulit, pandan dan sejenisnya. Kedua, bahan buatan atau sintetis seperti plastik, fiberglass, upholstery, kulit imitasi dan sejenisnya. 16 c. Analisis Stuktur dan Konstruksi Struktur dan konstruksi merupakan bagian dari proses desain yang disusun setelh bahan-bahanuntuk furniture dipilih dan disatukan dengan sambungan-sambungan. Konstruksi adalah sambungan antara komponet satu dengan komponen lainya, yang tersusun secara structural. Konstruksi dipisahkan menjadi 3 klasifikasi menurut B. suparto (1979) berdasarkan jenis, sistem, atau sifat konstruksnya. Konstruksi antara materi dengan materi secara permanen, tidak berubah atau sering disebut dengan fixed construction. Konstruksi antara materi dengan materi atau antara elemen dengan elemenyang dapat dilepasatau dapat dibongkar pasang atau yang sering disebut dengan knocked down system. Kontruksi antar material dengan material yang dapat bergerak, labil, yang dapat dipasang menurut kebutuhan, dapat berubah dan selalu berubah sesui dengan beban. d. Analisis Warna Salah satu unsur desain furniture yang perlu di analisis secara cermat adalah pemilihan warna yang aan digunakan dalam desain furniture. Secara psikologis pemilihan warna akan berfungsi kepada fungsi dan karakter desain furniture yang diciptakan. Dengan memperdalam analisis dan teori warna dengan literature yang lengkap, maka diharapkan disainer dapat lebih bijak memilih pewarnaan pada furniture. Warna furniture adalah jiwa pemakai sekaligus jiwa dari ruang yang ditempatinya. Menurut Maran L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:119) yang dikutip Sulasmi Darmaprawira, menggolongkan warna menjadi dua, yaitu earna eksternal ddan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifak fisika atau faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi 17 manusia, secara manusia melihat warna kemudian pengolahanya diotak dan cara mengekspresikanya.4 e. Teknik Perkayuan Kayu merupakan material yang sangat luas cakupan penggunaanya. Hal ini pasti sangat berpengaruh pada bagaimana kayu tersebut diolah guna memenuhi suatu kebutuhan. Teknik Perkayuan atau Teknik Pengolahan Kayu merupakan dasar yang perlu diketahui oleh para desainer dan pengerajin kayu guna membuka peluang sebesar-besarnya untuk mengolah kayu menjadi sesuatu yang diharapkan. Teknik pengolahan kayu meliputi proses pemilihan, pembentukan, perakitan hingga proses penyelesaian (finishing). Proses pengolahan kayu dapat dikatakan sederhana, tetapi hal tersebut sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. f. Semiotika dalam Perancangan Pendekatan semiotika dalam sebuah proses perancangan dipilih sebagai landasan berpikir kearah pemaknaan akan semua komponen penyusun karya desain furnitur. Dimana setiap komponen merupakan sebuah “tanda” yang mewakili suatu sifat, ide atau bahasa sebagai elemen komunikasi kepada pengguna (user). 5. Prinsip Desain Dalam perancangan furniture kursi makan ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip desain, Karen prinsip desain merupakan rule atau aturan dasar yang harus diikuti guna mendapatkan desain yang baik. Menurut Adi Kusrianto (2007) prinsip-prinsip desain sebagai berikut : a. Keseimbangan Fungsi dari keseimbangan akan lebih terlihat ketika anda menyatukan pandangan pada sebuah kesatuan (unity) desain yang utuh, sehingga tidak tertangkap kesan berat sebelah, penuh sebelah, ramai sebelah dan 4 Sulasmi Darmaprawira W.A, Warna, Teori dan Kreatifitas Penggunaanya ( Bandung, Penerbt ITB :2002),l 30 18 seterusnya. Hal itu disebabkan setiap elemen pada susunan visual telah ditentukan oleh ukurannya, kegelapan/ketebalan atau keringanan. Keseimbangan mempunyai 2 pangkal pokok metoda yang biasa dipakai: keseimbangan simetris yaitu keseimbangan berdasarkan pengukuran dari pusat yang menyebar ke arah sisi dan kanan. Keseimbangan asmetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama disetiap sisi bentuk. Warna, nilai, ukuran, bentuk dan tekstur dapat digunakan sebagai unsur balancing. b. Kesatuan Prinsip kesatuan atau unity ( pakar lain menyebutkan proximity atau kedekatan ) adalah hubungan antara elemen - elemen desain yang semula berdirisendiri serta memiliki ciri - ciri sendiri yang disatukan menjadi satu kesatuan yang baru dan akan memiliki fungsi baru yang utuh. c. Irama Pola berulang menghasilkan Rhythm / Irama, hal itu dihasilkan dan dibuat oleh unsur-unsur yang berbeda-beda dengan pattern yang berirama dan unsur serupa dan konsisten dan mungkin dengan variasi (perubahan dalam bentuk, ukuran, posisi atau elemen) yang menjadi kunci untuk visual ritme.5 d. Penekanan Pada setiap desain dan tata letak mempuyai sebuah stressing (penekanan) dan "keyword" sebagai bagian titik tolak perhatian dari khalayak. C. Objek Referensi dan Inspirasi Melalui persepsi desainer sendiri sebuah kursi yang indah harus meliputi aspek kesimbangan, proporsi, penekanan dan kesatuan. Berikut beberapa desain yang menjadi acuan dalam perancangan ini. 1. The Little Tulip Chair 5 Prinsip desain (2014,12 Juni). Diakses dari http://www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=prinsip- prinsip-desain-grafis 19 The Little Tulip adalah contoh sempurna dari filosofi Paulin, yang ia sendiri dinyatakan sebagai 'kursi harus sesuatu yang lebih dari kursi fungsional sederhana. Ini harus nyaman, menyenangkan dan berwarna-warni. " Gambar 5.1. Little tulip chair cross base - design Pierre Paulin Sumber: www.classicdesign.it 2. Tria Wood Chair The wood chair yang di rancang Lorenz dan Kaz terinspirasi dari karya Maurits Cornelis Escher atau M.C Escher salah satu seniman grafis yang terkenal di dunia. Ia menjadi terkenal karena konstruksinya yang berupa Ascending and Descending, Relativity dan Transformation. Gambar 5.2. Tria Wood Chair - design Catharina Lorenz and Steffen Kaz Sumber: www.classicdesign.it 3. Costes Chair The Costes kursi dikembangkan pada tahun 1985 oleh desainer Perancis Philippe Stark untuk Driade, dengan bentuk yang eksploratif kursi ini menjadi daya Tarik dan sangat popular hingga saat ini. Dengan kursi yang khas ditandai dengan tampilan yang streamline dan penampilan esensialis. 20 Gambar 5.3. Costes Chair - design Perancis Philippe Stark Sumber: www.classicdesign.it 21