Studi eksperimen pengaruh penambahan wire-coil dan

advertisement
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN WIRE-COIL
DAN VARIASI DEBIT FLUIDA PADA PIPA RECEIVER
TERHADAP PERFORMA PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR
SURYA TIPE LINEAR PARABOLIC CONCENTRATING
Ramadhan Prasetya Utama, Ary Bachtiar K.P.
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
Berbagai macam cara untuk memanfaatkan energi matahari
telah dikembangkan, salah satunya adalah kolektor surya tipe
linear parabolic concentrating yang pada prinsipnya
mengumpulkan heat flux matahari untuk ditransfer ke pipa
receiver untuk memanaskan fluida yang mengalir. Pada
penelitian ini akan dipelajari pengaruh penambahan wire-coil
dan variasi debit fluida terhadap performa perpindahan panas
kolektor surya. Wire-coil yang digunakan memiliki parameter
tidak berdimensi p/d=0,867, p/e=6,024. Pipa receiver dari
kolektor surya memiliki panjang 1 meter dan dicat hitam. Debit
fluida yang mengalir dalam pipa receiver divariasikan 10 - 30
liter/jam. Dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan bahwa
pemasukkan wire-coil ke dalam pipa receiver terbukti dapat
memberikan efisiensi kolektor surya yang relatif lebih besar
dibandingkan pada kolektor surya yang menggunakan smooth
tube pada debit 10 – 30 dm3/jam dengan peningkatan efisiensi
maksimum sebesar 2,07 kali efisiensi kolektor dengan smooth
tube pada debit 30 dm3/jam dan didapatkan efisiensi maksimum
pada debit tersebut sebesar 33,13 %. Efisiensi kolektor surya
ditemukan akan meningkat seiring dengan peningkatan debit
fluida yang mengalir pada tube mulai debit debit 20 dm3/jam.
Pressure drop yang terjadi pada wire-coiled tube ditemukan
semakin besar seiring dengan kenaikan debit fluida yang
mengalir di dalam tube, di mana ditemukan pressure drop paling
besar terjadi pada debit 30 dm3/jam sebesar 557,4 N/m2.
Kata kunci : kolektor surya, wire-coil, linear parabolic
concentrating
I. PENDAHULUAN
Dibandingkan dengan kolektor surya pelat datar
kolektor linear parabolic concentrating memiliki area untuk
terjadinya kehilangan panas lebih kecil. Absorber atau
receiver yang lebih kecil memiliki kehilangan panas yang
lebih kecil dibandingkan kolektor pelat datar pada temperatur
kerja receiver yang sama. Kolektor linear parabolic
concentrating adalah jenis kolektor memfokuskan energi
matahari yang diterimanya pada luasan yang lebih kecil untuk
mendapatkan temperatur kerja yang lebih tinggi.
Kolektor linear parabolic concentrating (LPC)
memiliki reflektor yang memantulkan radiasi matahari dan
receiver yang akan menerima pantulannya. Sistem optis linier
pada kolektor linear parabolic concentrating akan
memfokuskan radiasi langsung (beam) ke receiver jika
matahari berada tepat di tengah bidang reflektor. Bisa
dikatakan konfigurasi dari kolektor linear parabolic
concentrating hanya efektif untuk radiasi langsung, namun
tidak untuk radiasi difusi atau radiasi terpantul dari tanah.
Sehingga perlu juga untuk ditingkatkan perpindahan panas
pada pipa receiver dengan menggunakan metode heat transfer
enhancement untuk meningkatkan performa perpindahan
panas dari kolektor surya.
Heat transfer enhancements merupakan suatu
perlakuan untuk memodifikasi permukaan perpindahan panas
untuk memperbesar koefisien perpindahan panas yang terjadi
antara permukaan dan fluida. Proses
heat
transfer
enhancements dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
teknik aktif dan teknik pasif. Teknik aktif menggunakan
power dari luar untuk meningkatkan proses perpindahan panas
seperti fluid vibration, medan elektrostatis, atau adukan
mekanis. Sedangkan pada tugas akhir ini akan difokuskan
pada teknik pasif yaitu dengan memodifikasi permukaan
perpindahan panas seperti memperbesar intensitas turbulen,
memperbesar luasan perpindahan panas, atau flow swirling.
Pada penelitian ini akan digunakan metode heat transfer
enhancement menggunakan wire coil. Penggunaan wire coil
ini sendiri pada saat ini sudah banyak digunakan pada alat-alat
pendingin, preheater, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan wire
coil memiliki beberapa keunggulan dibandingkan teknik
enhancement yang lain, yaitu:
1. Biaya murah.
2. Proses pemasangan dan pelepasan mudah.
3. Kekuatan mekanis dari tube tidak berubah.
Pada penelitian kali ini akan diteliti pengaruh
penambahan wire-coil yang dimasukkan ke dalam pipa
receiver dengan debit fluida, dalam penelitian ini air, yang
divariasikan mulai debit 10 – 30 dm3/jam dengan kenaikan 5
dm3/jam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari di jurusan teknik mesin ITS, Surabaya, Jawa Timur.
Studi eksperimen ini bertujuan untuk mengkaji
pengaruh penambahan wire-coil dan variasi debit fluida yang
mengalir di dalam pipa receiver terhadap performa
perpindahan panas yang dimiliki oleh kolektor surya tipe
linear parabolic concentrating, menemukan debit optimal
yang memiliki perpindahan panas paling baik, dan mengetahui
pressure drop yang terjadi akibat penambahan wire-coil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating
Kolektor surya tipe linear parabolic concentrating
merupakan tipe kolektor yang memanfaatkan sifat khusus dari
parabola yang akan memfokuskan sinar ke suatu titik,
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
daerah fokal. Lebar images radiasi pada bidang focal
bertambah dengan bertambahnya sudut rim. Ukuran minimum
Gambar 1. Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic
Concentrating
sehingga sinar matahari akan difokuskan pada pipa receiver
untuk memanaskan fluida yang mengalir di dalamnya. Untuk
mengerti bagaimana kolektor ini beroperasi, perlu untuk
menggambarkan properties optik dari konsentrator dan images
(distribusi flux radiasi matahari melintasi fokus) yang
dihasilkan. Kolektor jenis ini menyerap radiasi per satuan luas
aperture yang tak terhalang. Secara teoritis images yang
dihasilkan oleh konsentrator sempurna tergantung geometri
konsentrator. Persamaan untuk parabola, dalam bentuk sistem
kordinat
𝑦𝑦 2 = 4. 𝑓𝑓. π‘₯π‘₯
Gambar 3. Dimensi images untuk konsentrator linear
dari plat, lingkaran, semi lingkaran berpusat pada titik focal
yang mana untuk menangkap semua radiasi terpantul yang
tampak.
Untuk reflektor parabolik dengan bentuk dan kelurusan
sempurna, ukuran receiver untuk menangkap semua images
radiasi dapat dihitung. Diameter D dari pipa receiver
π‘Žπ‘Ž.𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 (0,267 )
𝐷𝐷 = 2π‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿπ‘Ÿ . sin(0,267) =
(3)
sin ∅π‘Ÿπ‘Ÿ
Gambar 2. Bagian dari linear parabolic concentrator yang
menunjukkan dimensi utama dan kordinat x,y,z[1]
Aperture atau daerah terbuka adalah a, dan panjang focal f
(jarak antara titik fokal terhadap vertex).
Radiasi langsung (beam) seperti gambar 3 menuju reflektor
pada titik B pada rim di mana jari-jari mirror bernilai
adalah sudut rim, yang
maksimum pada rr. Sudut
digambarkan oleh AFB, dan persamaannya:
∅π‘Ÿπ‘Ÿ = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑−1 οΏ½
8(𝑓𝑓/π‘Žπ‘Ž)
16(𝑓𝑓/π‘Žπ‘Ž)2 −1
π‘Žπ‘Ž
οΏ½ = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠−1 οΏ½ οΏ½
2π‘Ÿπ‘Ÿ
(1)
Untuk beberapa titik dari reflektor parabolik, jari-jari mirror
sebagai berikut
2𝑓𝑓
π‘Ÿπ‘Ÿ =
(2)
1+𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ∅
Gambar di atas menggambarkan bagaimana radiasi
terpantul dari rim parabola dengan memperhitungkan lebar
B. Peningkatan Perpindahan Panas oleh Wire-Coil
Penambahan wire-coil di dalam pipa akan
memodifikasi aliran di dalam pipa dengan mekanisme
sebagai berikut [1]:
1. Wire coil berlaku sebagai swirl flow generator, aliran
berputar pada keliling pipa mengakibatkan gaya
sentrifugal. Pada umumnya, ketika massa jenis turun
seiring dengan naiknya temperatur fluida, gaya sentrifugal
menghasilkan pergerakan dari fluida yang relatif lebih
panas pada boundary layer dan digantikan fluida yang
relatif lebih dingin yang seakan-akan terlempar keluar dan
bergantian dipanasi.
2. Wire coil berlaku sebagai turbulence promoter, tingkat
turbulensi aliran diperbesar oleh mekanisme separasi dan
reattachment. Selain itu ketika wire coil bersentuhan
langsung dengan dinding pipa, wire coil akan menggangu
laminar sublayer.
Pada gambar 4 ditunjukkan sketsa wire coil yang
dimasukkan ke dalam pipa, di mana p = helical pitch, e =
diameter wire, dan d = diameter dalam pipa. Parameter ini
digunakan untuk menentukan geometri wire dengan
menggunakan parameter non dimensi, seperti: p/d, e/d, dan
p/e.
Pada penelitian yang telah dilakukan [3] didapatkan
bahwa pada aliran turbulen terjadi kenaikan pressure drop
sembilan kali lebih besar daripada smooth tube dan
meningkatkan performa perpindahan panas empat kali lebih
besar. Pada reynolds numbers yang rendah, tidak ada
pengaruh wire-coil insert yang signifikan terhadap
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
perpindahan panas tapi mampu mempercepat proses transisi
dari laminar menjadi turbulen pada reynolds numbers <700.
Pada daerah transisi, perpindahan panas dapat ditingkatkan
sampai 200% pada power pumping yang konstan.Wire-coil
insert memberikan performa perpindahan panas yang paling
bagus pada daerah transisi.
3
4.
5.
V-Inclined Manometer, untuk mengukur tekanan
pada sisi inlet dan outlet.
Anemometer, untuk mengukur kecepatan angin.
Keterangan gambar :
A.
B.
C.
D.
Reflektor
Kran air
Gelas ukur
Pompa sentrifugal
E. Pipa receiver
F. Bak penampung air dingin
G. Bak penampung air panas
T. Termometer digital
P. V-Inclined manometer
Gambar 4. Sketsa wire coil pada pipa
Gambar 6. Skema eksperimen kolektor surya
Selain penelitian di atas, ada penelitian lain yang
mempelajari flow mechanism pada tube menggunakan
visualisai gelembung hidrogen dan teknik PIV[4]. Dari hasil
penelitian, didapatkan hasil pada aliran dengan Reynolds
number yang rendah (Re < 400), aliran dalam tube yang telah
dimasukkan wire-coil sama dengan smooth tube. Sedangkan
pada Reynolds number di rentang 500 sampai 700 dengan
pitch ratio yang kecil terjadi resirkulasi aliran. Penambahan
wire-coil mampu mempercepat kondisi aliran dari laminar
menjadi turbulen, hal ini terjadi pada rentang Reynolds
number 700 sampai 1000 tergantung pitch ratio yang
digunakan.
Pengukuran pada penelitian ini dilakukan pada
titik-titik yang ditunjukkan pada gambar 7. Di mana data
temperatur dinding tube dan fluida dihitung pada lima titik
yang berbeda dengan jarak sebesar 237,5 mm di antara
masing-masing titik. Sedangkan tekanan diukur pada daerah
inlet dan outlet fluida yang mengalir di dalam tube.
Gambar 7. Posisi titik pengambilan data temperatur fluida,
dinding, dan tekanan pada pipa receiver
Gambar 5. Bentuk fisik aliran pada (a) Re < 350 dan
(b) Re= 350-500 [2]
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Peralatan Pengujian dan Komponen
Sistem kolektor surya tipe linear parabolic concentrating
yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Laboratorium
Energi Surya di Jurusan Teknik Mesin ITS dengan
menggunakan smooth pipe dan modifikasi tube yang
dimasukkan wire-coil pada rentang bulan Juni dan Juli 2012.
Dengan skema percobaan ditunjukkan pada gambar 6.
Sedangkan alat ukur yang digunakan pada penelitian ini antara
lain:
1. Stopwatch dan gelas ukur, untuk mengukur debit
fluida.
2. Pyranometer, untuk mengukur intensitas sinar
matahari.
3. Termometer digital dan thermocouple tipe K, untuk
mengukur temperatur dinding dan fluida.
B. Prinsip Pengujian
Pengujian dilakukan dengan kolektor surya tipe
linear parabolic concentrating menggunakan smooth tube
dengan dimensi panjang 1 m, diameter luar 12,7 mm, dan
diameter luar 11,42 mm terlebih dahulu dan setelah itu smooth
tube tersebut dimasukkan wire-coil
dengan spesifikasi
p/d=0,867, p/e=6,024. Dengan memvariasikan debit fluida yang
mengalir di dalam pipa dengan rentang 10 – 30 dm3/jam
dengan kenaikan 5 dm3/jam .
Langkah-Langkah Pengujian
Pada pengujian ini akan dilakukan 3 tahap, yaitu
tahap persiapan, tahap pengambilan data, dan tahap akhir.
Adapun penjelasan masing-masing tahap akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan.
1. Mempersiapkan dan memastikan peralatan yang
dipakai dalam kondisi baik, yaitu pompa sentrifugal,
pyranometer, anemometer, thermocouple, infrared
thermometer dan digital thermometer, dan rangkaianrangkaian listrik yang dibutuhkan.
2. Merangkai peralatan ukur dan peralatan bantu.
b. Tahap Pengambilan Data
1. Memastikan peralatan sudah terpasang pada
tempatnya.
2. Hidupkan pompa air.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
c.
4
3. Mengatur air pada debit 10 liter/jam
4. Tunggu steady
5. Ambil data yang dibutuhkan meliputi Tf,1-5; Tamb; vw;
IT; Tw.1-5; dan Qfluida.
6. Ulangi langkah keempat untuk debit 15 liter/jam, 20
liter/jam, 25 liter/jam, dan 30 liter/jam.
Tahap Akhir
1. Tutup valve air.
2. Matikan pompa air.
3. Matikan semua peralatan listrik
Data Percobaan
Dari percobaan yang dilakukan akan didapat data
percobaan yang berupa temperatur dinding 1-5 (Tw 1-5),
temperatur fluida (Tf 1-5), Tekanan inlet (Pi), Tekanan outlet
(Po), kecepatan angin (Vw), dan intensitas sinar matahari beam
(Ib).
IV. HASIL DAN ANALISA
A. Pengaruh Variasi Debit Fluida terhadap Nilai Nusselt
Number Rata-rata pada Smooth Tube
Gambar 8. Pengaruh debit terhadap Nusselt number rata-rata
pada smooth tube
Dari gambar 8 di atas tampak bahwa pada variasi
debit yang digunakan pada penelitian ini, nilai Nusselt number
rata-rata pada debit 10 dm3 /jam, 15 dm3 /jam, 20 dm3 /jam, 25
dm3 /jam, dan 30 dm3 /jam ditemukan di kisaran 8,03 sampai
11,99 dengan nilai rata-rata 10,34 di mana perbedaan tersebut
tidak terlalu signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perubahan nilai Nusselt number yang signifikan pada
rentang debit yang digunakan pada penelitian ini. Hal ini
dikarenakan pada aliran laminar perpindahan panas yang
terjadi adalah konveksi campuran antara konveksi paksa dan
konveksi alami (mixed convection)[4], sehingga pada aliran
laminar ini perpindahan panas lebih tergantung pada Rayleigh
number dibandingkan Reynolds number pada daerah aliran
turbulen. Hasil dari eksperimen ini kemudian dibandingkan
dengan perumusan nilai Nusselt number pada smooth tube
yang dikemukakan oleh Pethukov dan Polyakov:
𝑁𝑁𝑁𝑁 = 4,36[1 + οΏ½
𝑅𝑅𝑅𝑅
18.000
4
οΏ½ ]0,045
(4)
Di mana pada hasil perhitungan didapatkan nilai rata-rata
Nusselt number sebesar 10,49 sehingga didapatkan hasil yang
relatif sama antara eksperimen yang dilakukan dengan
penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.
B. Pengaruh Variasi Debit Fluida terhadap Nilai Nusselt
Number Rata-rata pada Wire-coiled Tube
Gambar 9. Pengaruh debit terhadap Nusselt number rata-rata
pada wire-coiled tube
Pada gambar 9 ditunjukkan perubahan nilai Nusselt
Number terhadap variasi perubahan debit fluida yang mengalir
di dalam wire-coiled tube. Pada gambar tersebut dapat dilihat
bahwa mulai terjadi kenaikan nilai Nusselt number pada debit
20 dm3/jam, di mana pada dua variasi debit sebelumnya tidak
terlihat perbedaan nilai Nusselt number yang signifikan,
sehingga dapat dikatakan bahwa proses peningkatan
perpindahan panas akibat penambahan wire coil mulai terjadi
pada debit 20 dm3/jam (Re ≈ 770) diakibatkan pada debit ini
aliran sudah berada di daerah transisi menuju turbulen.. Pada
penelitian ini nilai Nusselt number paling besar terdapat debit
30 dm3/jam dengan nilai sebesar 19,68. Hal ini sesuai dengan
tujuan pemasangan wire coil, yaitu memperbesar koefisien
perpindahan panas konveksi dengan cara mempercepat transisi
aliran dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran turbulen akan
didapatkan nilai Reynolds number yang relatif lebih besar
dibanding aliran laminar. Pada ilmu perpindahan panas,
diketahui bahwa nilai koefisien perpindahan panas merupakan
fungsi dari Nusselt number yang merupakan fungsi dari
Reynolds number. Sehingga pada akhirnya penggunaan wire
coil akan meningkatkan perpindahan panas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
dikemukakan Garcia dkk [3]. yang menyatakan bahwa
penambahan wire coil akan mempercepat transisi aliran dari
laminar menjadi turbulen, dan mampu memberikan
peningkatan perpindahan panas pada daerah aliran dengan
Reynolds number yang rendah (500 < Re < 2.000). Dengan
kata lain dengan menggunakan wire coil, aliran yang
sebelumnya pada smooth tube masih dalam keadaan laminar
dapat menjadi turbulen ketika diberi gangguan aliran berupa
wire coil. Pada penelitiannya tersebut Garcia dkk.[3]
menemukan bahwa transisi aliran dari laminar menjadi
turbulen terjadi pada Reynolds number yang rendah (Re =
700), pada daerah tersebut terjadi peningkatan Nusselt
number secara bertahap.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
C. Pengaruh Variasi Debit Fluida dan Penambahan
Penambahan Wire-coil terhadap Nilai Nusselt Number Ratarata pada Wire-coiled Tube terhadap Efisiensi Kolektor
5
laminar (Re < 2300), Nusselt number bukan merupakan
fungsi dari Reynolds number, melainkan konstan. Oleh karena
itu maka dipergunakan wire coil untuk mempercepat aliran
menjadi turbulen.
D. Pengaruh Variasi Debit Fluida terhadap Rasio Efisiensi
Kolektor Surya Wire-coiled Tube dengan Smooth Tube
Gambar 10. Pengaruh debit terhadap efisiensi pada smooth
tube
Pada gambar 10 dapat dilihat bahwa pada kasus
kolektor surya dengan smooth tube tidak ditemukan perbedaan
nilai efisiensi yang signifikan pada variasi debit yang
dilakukan pada penelitian ini, di mana didapatkan nilai
efisiensi rata-rata pada variasi debit yang dilakukan sebesar
15,49 %. Hal ini sesuai dengan nilai Nusselt number yang
tidak mengalami perubahan yang signifikan pada smooth tube
dengan variasi debit yang dilakukan pada penelitian ini.
Sedangkan pada kasus kolektor surya dengan variasi
penambahan wire coil, dapat dilihat bahwa pada debit 10 dan
15 dm3/jam tidak terjadi perubahan nilai efisiensi yang
signifikan. Namun, efisiensi dari kolektor surya mulai
meningkat ketika debit divariasikan menjadi 20 dm3/jam. Pada
variasi debit 20 dm3/jam ke atas didapatkan bahwa efisiensi
meningkat seiring dengan kenaikan debit yang dilakukan, di
mana efisiensi paling besar didapatkan sebesar 33,13 % pada
debit 30 dm3/jam. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
perpindahan panas yang dibuktikan dengan adanya kenaikan
Nusselt number pada variasi debit 20 dm3/jam, 25 dm3/jam,
dan 30 dm3/jam.
Secara keseluruhan, efisiensi kolektor surya dengan
penambahan wire coil di dalamnya memiliki nilai yang relatif
lebih besar bila dibandingkan dengan efisiensi kolektor surya
tanpa penambahan wire coil di dalamnya. Terlihat pada
gambar 10 bahwa nilai efisiensi kolektor surya dengan
penambahan wire coil selalu di atas nilai efisiensi kolektor
surya tanpa penambahan wire coil. Peningkatan efisiensi ini
sebanding dengan peningkatan energi yang berguna yang
dapat dimanfaatkan oleh kolektor surya. Di mana efisiensi
rata-rata kolektor surya dengan smooth tube pada variasi debit
10-30 dm3/jam didapatkan sebesar 15,49 %, sedangkan pada
kolektor surya dengan penambahan wire coil didapatkan nilai
efisiensi rata-rata pada variasi debit 10-30 dm3/jam sebesar
25,194 % dengan efisiensi maksimum didapatkan pada debit
30 dm3/jam sebesar 33,13 %.
Dengan adanya variasi debit aliran yang mengalir di
dalam receiver tube, maka secara teoritis efisiensi akan
meningkat seiring dengan meningkatnya Reynolds number,
yang nantinya akan meningkatkan Nusselt number. Namun
perlu diingat bahwa pada kondisi aliran dalam pipa yang
Gambar 11. Pengaruh debit terhadap rasio perbandingan
efisiensi kolektor surya
Kolektor surya yang diberi masukan wire coil di
dalamnya memiliki efisiensi kolektor surya yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan yang tanpa diberi masukan wire
coil. Hal ini terlihat jelas pada gambar 11 bahwa rasio efisiensi
aktual kolektor memiliki angka di atas 1, sehingga dapat
dikatakan bahwa terjadi peningkatan efisiensi aktual kolektor
surya pada kolektor surya yang dimasukkan wire coil di
dalamnya. Dapat dilihat pada grafik tersebut bahwa rasio
perbandingan efisiensi kolektor surya mengalami peningkatan
seiring dengan kenaikan variasi debit yang digunakan. Hal
yang menarik adalah mulai terjadi kenaikan rasio
perbandingan rasio efisiensi kolektor surya pada variasi debit
20 dm3/jam. Sehingga pada akhirnya dapat direkomendasikan
penggunaan debit mulai 20 dm3/jam pada kolektor surya yang
telah dilengkapi oleh wire coil, karena pada debit tersebut
terjadi peningkatan efisiensi kolektor surya yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan menggunakan variasi debit 10 dan
15 dm3/jam. Pada penelitian ini didapatkan nilai rasio
perbandingan efisiensi paling besar pada debit 30 dm3/jam
dengan nilai 2,07. Hal ini berarti efisiensi dari kolektor surya
tanpa memasukkan wire coil dapat ditingkatkan sebesar 2,07
kali dengan menggunakan variasi penambahan wire coil pada
kolektor surya tersebut.
E. Perbandingan Pressure Drop yang Terjadi Akibat Variasi
Debit Fluida
Pressure drop yang terjadi pada wire coiled tube
ditampilkan pada gambar 12 dan dibandingkan dengan
pressure drop teoritis berdasarkan perumusan f= 16/Re
sebagai fanning friction factor. Terdapat perbedaan yang
cukup signifikan di mana perbedaan pressure drop yang
terjadi antara wire coiled tube dengan smooth tube semakin
membesar seiring meningkatnya debit aliran fluida, dengan
pressure drop maksimum terjadi pada debit 30 dm3/Jam
sebesar 557,4 N/m2.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
VI. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 12. Grafik pengaruh debit terhadap pressure drop
Pressure drop ini nantinya akan berpengaruh pada
seberapa besar daya pompa yang dibutuhkan untuk mengatasi
pressure drop tersebut. Daya pompa didapatkan dengan
. Sehingga untuk kasus
perumusan :
pada penelitian ini daya pompa minimal yang diperlukan
adalah:
π‘Šπ‘ŠΜ‡π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ = βˆ†π‘ƒπ‘ƒ × π‘„π‘„
𝑁𝑁
π‘‘π‘‘π‘šπ‘š3
1 π‘šπ‘š3
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 557,4 2 × 30
×
×
3
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1000 π‘‘π‘‘π‘šπ‘š
π‘šπ‘š
3600 𝑠𝑠
π‘Šπ‘ŠΜ‡π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘ = 0,00464 π‘Šπ‘Šπ‘Šπ‘Šπ‘Šπ‘Šπ‘Šπ‘Š
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dengan kajian pustaka dari beberapa buku dan penelitian
sebelumnya, juga setelah dilakukan eksperimen pada kolektor
surya tipe linear parabolic concentrating yang diberi masukan
wire coil dengan variasi debit fluida yang mengalir dalam
tube, lalu analisa data dengan menampilkan hasil data-data
tersebut dalam bentuk grafik, maka penulis akan memberikan
kesimpulan mengenai eksperimen ini. Kesimpulan yang dapat
disampaikan adalah:
1. Kolektor surya tipe linear parabolic concentrating
dengan penambahan wire coil dengan parameter tak
berdimensi p/e= 6,024 dan p/d=0,867 mampu
meningkatkatkan efisiensi kolektor surya pada debit 10 –
30 dm3/jam dengan peningkatan efisiensi maksimum
sebesar 2,07 kali pada debit 30 dm3/jam dan didapatkan
efisiensi yang paling tinggi pada debit 30 dm3/jam, yaitu
didapatkan sebesar 33,13 %.
2. Efisiensi kolektor surya dengan penambahan wire coil
didapatkan akan semakin meningkat seiring dengan
kenaikan debit fluida yang mengalir dalam tube mulai
pada debit 20 dm3/jam.
3. Terjadi peningkatan pressure drop yang sangat signifikan
pada kolektor yang diberi masukkan wire coil
dibandingkan yang tanpa diberi masukkan wire coil. Hal
ini patut diperhatikan dalam perancangan karena perlu
untuk menentukan pumping power yang digunakan untuk
mengatasi pressure drop yang terjadi.
[1] Duffie, J.A. dan Beckman, W.A. 1991. Solar Engineering of Thermal
Process 2nd Edition. New York : John Wiley and Sons Inc.
[2] Incropera, Frank P. dan De Witt, David P. 1996. Fundamentals of
Heat and Mass Transfer 4th Edition. New York : John Wiley and
Sons Inc.
[3] Garcia, Alberto, dkk. 2005. Experimental Study of Heat Transfer
Enhancement with Wire-coil Inserts in Laminar-Transition-Turbulent
Regimes at Different Prandtl Numbers. International Journal of Heat
and Mass Transfer 48 (2005) 4640–4651.
[4] Garcia, Alberto, dkk. 2011. The Influence of Artificial Roughness
Shape on Heat Transfer Enhancement: Corrugated Tubes, Dimpled
Tubes and Wire Coils. Applied Thermal Engineering 35 (2012) 196201.
[5] Garcia, Alberto, dkk. 2006. Flow Pattern Assessment in Tubes with
Wire Coil Inserts in Laminar and Transition Regimes. International
Journal of Heat and Fluid Flow 28 (2007) 516–525.
[6] Pidhuwan, Manoon, dkk. 2004. The Effective Length of Solar
Parabolic Concentrating Collector. Bangkok : The Joint International
Conference on “Sustainable Energy and Environment (SEE)” 1-3
December 2004.
[7] Koyfman, A, dkk. An Experimental Investigation of Bubble Pump
Performance for Diffusion Abbsorption Refrigeration System with
Organic Working Fluids. Applied Thermal Engineering 23 (2003)
1881–1894
Download