prosedur pemberian pembiayaan pada bmt al mu`awanah bringin

advertisement
PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN
PADA BMT AL MU'AWANAH BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG
TUGAS AKHIR
Oleh :
NIDA UL HASANAH
NIM. 201 06 021
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI KEUANGAN PERBANKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2009
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
d i i
i@ i l i
id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran
:
Hal
: Pengajuan Naskah Tuhas Akhir
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya,
maka Tugas Akhir Saudari :
Nama
: Nida Ul Hasanah
NIM
: 201 06 021
Judul
: Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Al-Mu’awanah
Bringin Kabupaten Semarang
Dapat diajukan dalam sidang munaqoshah.
Demikian untuk menjadikan periksa.
Wassalamu’alakum Wr. Wb.
Pembimbing
Agus Waluyo, M.Ag
NIP. 19750211 200003 1 001
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telp 323706, Fax. 323433
Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN
Tugas Akhir saudari NIDA UL HASANAH dengan Nomor Induk Mahasiswa
201 06 021 yang berjudul ”PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA
BMT AL MU'AAWANAH BRINGIN KABUPATEN SEMARANG” telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Kamis, 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan
tanggal 29 Sya'ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Salatiga, 29 Sya'ban1430 H
20 Agustus 2009 M
Panitia Ujian
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag
NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Drs. H. Alfred L, M.Si
NIP. 19621028 199101 1 003
Mochlasin, M.Ag
NIP. 19710923 200604 1 002
Pembimbing
H. Agus Waluyo, M.Ag
NIP. 19750211 200003 1 001
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok
dan bekerjalah seakan-akan kamu akan hidup untuk selamanya.
i
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan keapda :
1. Allah SWT beserta Rasul-Nya, yang
senantiasa memberikan kemudahan
dan
kelancaran
dalam
segala
urusanku.
2. Kedua orang tuaku yang tercinta,
yang selalu memberikan segalanya
untukku
dan
memberikan
yang
terbaik untukku.
3. Kedua
kakakku
memberikan
yang
dorongan
telah
untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Sahabat dan teman-temanku yang
selalu membantuku.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini
tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai syarat guna
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada program studi Keuangan dan
Perbankan Islam SATAIN Salatiga.
Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karen aitu melalui ruang ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Syari’ah STAIN
Salatiga.
3. Bapak H. Agus Waluyo, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keuangan dan Perbankan Islam sekaligus Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan penuh selama penyusunan
tugas akhir ini.
4. Ibu Umi Solikhatun, SE., selaku Manager BMT Al-Mu’aawanah Bringin yang
telah memberikan izin penelitian.
5. Para karyawan BMT Al-Mu’aawanah Bringin yang telah banyak membantu
memberikan data-data serta mengajari segala sesuatu yang saya tidak
mengerti.
iii
6. Bapak, Ibu dan kedua kakakku yang telah mendukung pembuatan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan yang dimiliki dalam
menyelesaikan tugas akhir ini, sehingga masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karen aitu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
nantikan. Namun demikian, sekecil apapun tugas akhir ini, penulis berharap tugas
akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca semua terutama akand apat membantu
meningkatkan kinerja lembaga dimana penulis melakukan penelitian.
Salatiga, 10 Agustus 2009
Penulis
Nida Ul Hasanah
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO ..........................................................................................................
i
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan ...............................................................
4
D. Metode Penelitian .....................................................................
5
E. Sistematika Penulisan ...............................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembiayaan .............................................................
9
B. Unsur-Unsur Pembiayaan .........................................................
9
C. Tujuan Pemberian Pembiayaan ................................................
12
D. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan ....................................
13
E. Macam Produk Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari'ah ......
16
F. Bunga dan Bagi Hasil ...............................................................
32
v
BAB III DESKRIPSI OBYEK
A. Gambaran Umum BMT Al-Mu’aawanah Bringin ...................
36
1. Sejarah Berdirinya ..............................................................
36
2. Visi dan Misi ......................................................................
37
3. Tujuan ................................................................................
38
B. Data-data Deskriptid ................................................................
39
1. Struktur Organisasi ............................................................
39
2. Deskripsi Jabatan ...............................................................
41
3. Keanggotaan BMT Al-Mu’aawanah ..................................
49
4. Produk-produk Simnanan dan Pembiayaan di BMT AlMu’aawanah .......................................................................
51
BAB IV ANALISA DATA
A. Produk-Produk Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah .............
54
B. Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah ....
59
C. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh BMT AlMu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan ............................
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
64
B. Saran-saran ...............................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.........................................................................................................
18
Gambar 2.........................................................................................................
20
Gambar 3.........................................................................................................
22
Gambar 4.........................................................................................................
24
Gambar 5.........................................................................................................
27
Gambar 6.........................................................................................................
32
Gambar 7.........................................................................................................
40
vii
ABSTRAK
BMT (Baitul Maal Wattamwil) merupakan salah satu lembaga keuangan
yang berdasarkan sistem syari’ah yang kegiatannya menerima dana dari
masyarakat yang mengalami kelebihan dana dan menyalurkan kembali dalam
bentuk pembiayaan. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga
keuangan syariah merupakan hal penting. Ini karena sumber pendapatan utamanya
berasal dari jasa pembiayaan yang disalurkan, sehingga dalam mengambil
kebijakan yang terkait dengan pembiayaan memerlukan kecermatan serta
ketelitian dengan seksama agar keuangan yang bersangkutan tidak mengalami
kerugian.
Perencanaan penyaluran pembiayaan harus dilakukan dengan baik, agar
tidak mengalami deficit income yang mengakibatkan kerugian pada lembaga
keuangan. Hal ini yang paling berpengaruh terhadap pembiayaan adalah kebijakan
mengenai prosedur pemberian pembiayaan yang dipakai. Kemudian dalam
memperoleh pembiayaan akan membantu nasabah dalam usaha mengembangkan
bisnisnya. Dan selanjutnya akan semakin banyak nasabah yang mengajukan kredit
dan pengaruhnya terhadap pendapatan yangdiperoleh bank akan meningkat.
Persyaratan harus dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah
foto copy identitas diri (KTP, SIM, KK dan Surat Nikah), foto copy agunan
BPKB dan STNK yang masih berlaku serta sertifikat tanah, rekening listrik,
telepon, air dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi
formulir permohonan pembiayaan. Dalam proses analisis pembiayaan, BMT AlMu’aawanah Bringin melakukan analisis dengan prinsip 5 C, yaitu Character,
Capital, Capacity, Collateral, dan Condition. Pada tahap realisasi pembiayaan
tersebut mempunyai urutan yaitu pembuatan akad dan kartu angsuran kepada
nasabah. Pengembalian pembiayaan dibayarkan secara mengangsur pada tiap
harian, mingguan, dan bulanan menurut kesepakatan bersama dan pembayarannya
dengan disetorkan langsung ke BMT Al-Mu’aawanah atau ditarik oleh petugas
BMT.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1997 Indonesia mengalami masalah ekonomi yang sangat
serius. Krisis ekonomi tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi keuangan dan
perbankan pada periode sebelumnya. Pada tahun 1988 pemerintah
mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan, moneter, perbankan yang berupa
paket kebijakan 27 Oktober 1988. Kebijakan tersebut ditujukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi. Dalam kebijakan tersebut pemerintah
menurunkan cadangan minimum bank (reserve requirement) dari 15 %
menjadi 2 % (Perry Warjiyo, 2003: 94). Selain itu juga diberikan pelonggaran
ijin pendirian sebuah bank. Kebijakan deregulasi tersebut telah mendorong
perkembangan yang sangat pesat pada sektor perbankan dan keuangan di
Indonesia. Namun deregulasi sektor keuangan yang tidak dibarengi dengan
deregulasi sektor riil menyebabkan kerentanan perekonomian terhadap gejolak
eksternal sehingga menjadi salah satu penyebab krisis.
Krisis ekonomi telah membawa dampak yang bergitu luas terhadap
perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Dampak negatif akibat krisis
mengakibatkan lesunya kegiatan ekonomi di berbagai sektor, baik sektor
perbankan maupun sektor riil. Di sektor riil kegiatan investasi dan produksi
menurun. Pada dunia usaha, banyak perusahaan yang terpaksa harus
mengalami kebangkrutan. Semetara itu perusahaan-perusahaan yang mampu
1
2
bertahan dan selamat dari krisis ekonomi dituntut sehati-hatinya dalam
mengelola perusahaan tersebut agar tidak mengalami kebangkrutan.
Upaya pemulihan ekonomi akibat krisis perlu dilakukan untuk
mengembalikan aktivitas ekonomi terutama sektor riil. Untuk membangkitkan
dunia usaha, peran permodalan sangatlah penting guna menciptakan iklim
usaha yang kondusif. Namun saat ini masih sulit untuk memperoleh
pemenuhan kebutuhan modal usaha. Menyadari adanya kesulitan yang
dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah yang terkait dengan permodalan,
maka dibutuhkan pelaku-pelaku ekonomi yang diharapkan bisa membantu
para pengusaha kecil dan menengah dalam pemenuhan kebutuhan modal.
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapat
rezeki guna memenuhi kebutuhannya. Islam juga mengajarkan kepada
manusia bahwa Allah Maha Pemurah sehingga rezeki-Nya sangat luas.
Bahkan Allah tidak hanya memberikan rezeki itu kepada kaum muslim saja,
tetapi kepada siapa saja yang bekerja keras. Dalam Islam hubungan pinjam
meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi hubungan saling
menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat kepada hubungan saling
menguntungkan,
yang
pada
gilirannya
berakibat
kepada
hubungan
persaudaraan. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila hubungan itu tidak
mengikuti aturan yang diajarkan oleh Islam. Karena itu pihak-pihak yang
berhubungan harus mengikuti etika yang digariskan oleh Islam (Q.S. Al
Baqoroh: 282).
Baitul Maal Wa Tamwil
atau BMT adalah salah satu lembaga
keuangan yang sistem operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3
Dalam kegiatan operasionalnya BMT mempunyai berbagai macam jenis
produk pengumpulan dana (funding) dan pengeluaran dana (financing).
Kegiatan penghimpunan dana merupakan kegiatan bank dalam mendapatkan
dana baik yang berasal dari pemilik, internal bank maupun dari masyarakat
dalam bentuk mobilisasi dana masyarakat atau dana pihak ketiga. Sedangkan
kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan merupakan kegiatan BMT dalam
memanfaatkan dan menyalurkan dana masyarakat yang telah terkumpul ke
dalam sektor-sektor yang diperbolehkan menurut syariah Isalam (Nabhan,
2007: 29).
Peluang berkembangnya BMT dan Lembaga Keuangan Syariah sangat
terbuka mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim.
Dengan kondisi tersebut, maka penulis tergugah untuk mensosialisasikan
system ekonomi sesuai syariah, khususnya yang berhubungan dengan hal
pendanaan atau pemberian kredit. Ada beberapa macam produk pembiayaan
pada BMT Al Mu'aawanah Bringin, diantaranya pembiayan Mudharabah,
Musyarokah, Ba'i Bitsaman, Ajil, Murabahah, dan Qardhul Hasan. Terkait
dengan pembiayaan diperlukan strategi atau cara agar masyarakat tertarik
untuk mengambil pembiayaan di BMT.
Seperti halnya lembaga keuangan lainnya, dalam memberikan
pembiayaan BMT mempunyai tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh
nasabah dalam pengajuan pembiayaan. Cara-cara dan prosedur yang
diterapkan lembaga keuangan pada umumnya. Dengan berlandaskan pada
langkah-langkah dan prosedur-prosedur dalam pemberian kredit yang
disesuaikan pada aturan perbankan, maka penulis ingin membahas lebih lanjut
4
tentang prinsip dasar tentang prosedur pemberian pembiayaan dalam
perspektif perbankan di BMT Al Mu'aawanah.
Dari latar belakang masalah diatas yaitu untuk mengetahui secara
menyeluruh di BMT Al Mu'aawanah Bringin maka penulis mengambil judul
dalam tugas akhir "PROSEDUR PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA BMT
AL MU'AWANAH BRINGIN"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
pada penulisan Tugas Akhir adalah :
1. Apa saja produk-produk pembiayaan yang ada di BMT Al Mu'aawanah?
2. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan yang dilakukan di BMT Al
Mu'aawanah?
3. Apa
pertimbangan-pertimbangan
yang
digunakan
oleh
BMT
Al
Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui macam-macam produk pembiayaan di BMT Al
Mu'aawanah.
b. Untuk mengetahui prosedur pemberian pembiayaan di BMT Al
Mu'aawanah.
c. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh
BMT Al Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan.
5
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
1) Untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan penulis yang
diperoleh di bangku kuliah dan mempraktikan teori-teori yang
telah diperoleh.
2) Untuk menerapkan teori dengan melakukan praktik secara
langsung di dunia usaha.
3) Untuk
melengkapi
tugas
dan
memenuhi
syarat
dalam
menyelesaikan Program Diploma III Keuangan dan Perbankan
Islam (KPI) STAIN Salatiga.
b. Bagi BMT Al Mu'aawanah
1) Sebagai masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan
semua jenis produk yang ditawarkan BMT Al
Mu'aawanah
Bringin.
2) Meningkatkan kualitas manajemen sehingga mampu bersaing dan
tetap kokoh di dunia industri Lembaga Keuangan Syariah.
3) Dapat mengaplikasikan atau menerapkan kinerja sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
D. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penulisan dalam Tugas Akhir adalah tipe penulisan
deskriptif, yaitu tipe penulisan yang menyajikan analisis mengenai suatu
6
obyek dengan menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai
bidang tertentu.
2. Jenis Data yang Dibutuhkan
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian atau
sumber data akurat.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, misal berupa arsip,
dokumen, buku-buku literatur dan laporan lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, sehingga memudahkan dalam penganalisaan
dan penyimpulan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Yaitu teknik memperoleh data melalui pencarian informasi dari
literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam
tugas akhir ini.
b. Field Research
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mendatangi secara langsung
terhadap obyek penelitian, mengamati kenyataan yang ada di lapangan
dalam waktu, ruang dan keadaan tertentu.
Teknik ini meliputi:
7
1). Pengamatan atau observasi
Yaitu teknik memperoleh data dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang diteliti.
2). Wawancara atau interview
Yaitu teknik memperoleh data dengan cara melakukan tanya
jawab dengan pihak yang berkepentingan di obyek penelitian.
(Widjadjahto, 2002: 5).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal
yang akan di laporkan secara sistematika bab demi bab agar dari laporan hasil
penelitian diperoleh gambaran yang berurutan saling terkait. Adapun
sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
dan
kegunaan,
metode
penelitian,
serta
sistematika
penulisannya.
BAB
II
LANDASAN TEORI
Berisi tentang pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan,
tujuan pemberian pembiayaan, macam-macam pembiayaan,
prinsip-prinsip pemberian pembiayaan, serta bunga dan bagi
hasil.
8
BAB
III
LAPORAN OBYEK
Dalam hal ini dijelaskan mengenai gambaran umum dan datadata deskriptif. Gambaran umum berisi tentang sejarah singkat
berdirinya BMT Al Mu'aawanah Bringin. Data-data deskriptif
meliputi struktur organisasi, deskripsi jabatan, badan hukum,
letak lokasi BMT, dan produk-produk BMT.
BAB
IV
ANALISA DATA
Berisi hasil analisis dari suatu penelitian pada BMT Al
Mu'aawanah:
1.
Produk-produk
pembiayaan
yang
ada
di
BMT
Al
Mu'aawanah.
2.
Prosedur pemberian pembiayaan yang dilakukan di BMT Al
Mu'aawanah
3.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh BMT Al
Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan.
BAB
V
PENUTUP
Bab ini memberikan informasi tentang hasil penelitian yang
meliputi dan mencakup kesimpulan dan saran yang mungkin
bermanfaat bagi lembaga keuangan pada umumnya dan BMT Al
Mu'aawanah pada khususnya serta pihak lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan penjam
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian sejumlah imbalan atau hasil (Ridwan :2007: 92).
Pembiayaan berdasarkan UU No 7 tahun 1992 adalah penyediaan
uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu yang
berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melinasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu di tambah dengan sejumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil (Ridwan, 2005: 163). Pembiayaan adalah
penyediaan uang ataau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
(Kasmir, 2004: 73).
B.
Unsur-Unsur Pembiayaan
Menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Perbankan bahwa ada unsur-unsur yang terkandung dalam suatu fasilitas
pembiayaan adalah sebagai berikut:
9
10
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian pembiayaan yang
diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan diterima kembali
dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank,
karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan
penyelidikan
yang
mendalam
tentang
nasabah.
Penelitian
dan
penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemampuannya dalam
membayar pembiayaan yang disalurkan.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah
disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang
tidak memiliki jangka waktu.
4. Resiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian
yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar pembiyaannya
padahal mampu dan resiko kerugian yang di akibatkan karena nasabah
tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.
Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang
waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu
11
suatu pembiyaan semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula
sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang
disengaja maupun resiko yang tidak disengaja.
5. Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas pembiyaan bank tentu mengharapkan
suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian
suatu pembiyaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga
bank prinsip konvensional. Sedangkan bagi hasil yang berdasarkan
prinsip syari'ah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil (Kasmir,
2004: 75 ).
C.
Tujuan Pemberian Pembiayaan
Tujuan pemberian pembiayaan dalam bank syariah dapat dibedakan
menjadi dua, yakni tujuan yang bersifat makro dan mikro. Tujuan makro
dari pembiayaan meliputi :
1. Meningkatkan ekonomi umat
Pemberian pembiayaan akan membuka akses yang lebih luas kepada
dunia usaha untuk mendapatkan modal kerja atau investasi, sehingga
mampu menampung lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan
kemakmuran.
2. Meningkatkan produktifitas
Pemberian pembiayaan akan mampu mendorong tumbuhnya pengusaha
baru yang lebih produktif dan mampu meningkatkan gairah tumbuhnya
sektor riil di masyarakat.
12
3. Dapat membuka lapangan kerja baru
Dana yang tersalur kepada mastarakat, akan dapat membuka lapangan
kerja baru, karena meningkatnya produktifitas usaha, pada umumnya
diikuti dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja baru.
4. Terjadinya distribusi pendapatan
Shahibul maal, sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dan belum
mampu memproduktifitaskan dananya sendiri, sangat membantu kepada
mudharib yang memang membutuhkan tambahan modal usaha.
Hubungan dua sisi ekonomi yang berbeda ini, akan mampu mendorong
terjadinya distribusi pendapatan dan akses keuangan.
Adapun secara mikro, pemberian pembiyaan dari bank syari'ah lebih
bersifat internal bank. Tujuan tersebut meliputi:
1. Upaya memaksimalkan laba
Bagaimanapun juga bank syari'ah merupakan institusi bisnis, yang oleh
karenanya, kinerja bank syariah juga diukur dengan indikator laba.
Pemberian pembiayaan yang sehat akan mengakibatkan kemampu
labaan bank syari'ah.
2. Menghindari terjadinya dana menganggur (idle money).
Dana yang masuk ke berbagai rekening pada pasiva bank syari'ah, harus
segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif, sehingga terjadi
keseimbangan antara dana masuk dan dana keluar. Jika dana masuk
yang terlalu besar dan tidak mampu diimbangi dengan penyalurannya,
maka kondisi ini akan membawa kerugian bagi bank syari'ah dan
13
penyimpan dana. Oleh karena itu, pembiayaan bertujuan untuk
menghindari terjadinya dana mengganggur.
Secara umum tujuan pembiayaan dari bank syari'ah sesungguhnya
cerminan dari tujuan pendirian bank, baik syari'ah maupuh konvensional.
Tujuan perbankan di Indonesia adalah menunjang pelaksnaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak
(Ridwan, 2007 : 95).
E.
Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan
Adapun prinsip pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan
analisis 5 C dan 7 P. Analisis dengan 5 C sebagai berikut:
1. Character
Character adalah sifat atau watak seseorang. Dalam hal ini calon
debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank,
sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan
benar-benar dapat dipercaya.
2. Capacity (capability)
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan
yang
dihubungkan
dengan
kemampuan
pengelola
bisnis
serta
kemampuan mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat
kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan yang telah disalurkan.
14
3. Capital
Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%
artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan pembiyaan harus
menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata
lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber usaha pembiayaan
yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat
fisik
maupun
nonfisik.
Jaminann
hendaknya
melebihi
jumlah
pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahanya,
sehingga jika terjadi masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung bank dari resiko kerugian.
5. Condition
Dalam penilaian kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi
sekarang dan masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil hendaknya pemberian
pembiyaan untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan
walaupun jadi sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut
yang akan datang.
Sedangkan penilaian dengan 7 P pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Personality
15
Personality adalah menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah.
2. Party
Party adalah pengklasifikasian nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan–golongan
tertentu
berdasarkan
modal,
loyalitas
serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat di golongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
3. Purpose
Purpose untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk
jenis
pembiayaan
yang
diinginkan
nasabah.
Tujuan
pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk
konsumtif, atau untuk produktif atau untuk tujuan perdagangan.
4. Prospect
Prospect untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect
atau sebaliknya.
5. Payment
Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana
pengembalian kredit di peroleh. Semakin banyak sumber penghasilan
16
debitur maka akan semakin baik. Sehingga apabila jika salah satu
usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lain.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba. Profitability dapat di ukur dari periode-periode apakah sama atau
semakin meningkat, apabila dengan tambahan pembiayaan yang akan
diperolehnya dari bank.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga pembiayaan yang dikucurkan
oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat
berupa jaminan bang atau orang atau jaminan asuransi (Kasmir, 2001:
91).
D.
Macam Produk Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari'ah
Menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya yang berjudul
Konstruksi Bank Syari'ah Indonesia bahwa secara umum prinsip
pembiayaan yang berlaku di Bank Syari'ah dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Prinsip Bagi Hasil (Profit and loss revenue sharing)
a. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara bank dengan pihak lain
dalam
suatu
menyertakan
usaha
modal
tertentu
atau
dimana
amal
dengan
masing-masing
pihak
kesepakatan
bahwa
17
keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan keduanya.
Dalam akad ini kedua belah pihak sepakat membagihasilkan
keuntungan dan kerugian berdasarkan nisbah. Model musyarakah
sering dilaksanakan di Bank syari'ah dalam bentuk:
1) Pembiayaan Proyek
Musyarakah biasanya digunakan untuk membiayai proyekproyek dimana bank dan nasabah sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek selesai,
nasabah mengembalikan dana tersebut sebesar pokok investasi
bank ditambah dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah dan
pendapatan atau keuntungan proyek.
2) Modal Ventura
Pada lembaga khusus yang diizinkan melakukan kegiatan usaha
investasi pada perusahaan atau proyek khusus, musyarakah
sering diterapkan sebagai model modal usaha. Penanaman modal
dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan setelah selesai
jangka waktunya, bank dapat menarik investasinya sekaligus
atau bertahap sesuai dengan tahapan hasil usaha.
18
Gambar 1
Skema Pembiayaan Musyarakah
MitraNasabah
Bank
Syari'ah
Usaha
Keuntungan
Bagi hasil keuntungan sesuai nisbah
b. Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha dimana pihak
pertama sebagai shahibul maal menyediakan seluruh modal
sedangkan pihak yang lain sebagai pengelola atau mudharib.
Keuntungan
dari
investasi
mudharabah
dibagi
berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan jika terjadi kerugian,
maka akan ditanggung oleh shahibul maal selama kerugian tersebut
bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak mudharib. Namun jika
kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan
mudharib, maka mudharib lah yang berkewajiban menanggung
kerugian tersebut.
Secara umum mudharabah dibagi menjadi 2, yaitu:
19
1) Mudharabah mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah kerjasama antara shahibul maal
dengan mudharib yang memiliki cakupan bidang kerja yang
sangat luas tanpa ada pembatasan. Artinya mudharib memiliki
kebebasan untuk mengusahakan modal tersebut ke dalam sektor
usaha apapun yang penting halal dan menguntungkan. Shahibul
maal tidak membatasi bidang usaha tertentu.
2) Mudharabah muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah kerjasama antara shahibul
maal dengan mudharib dimana shahibul maal memberikan
batasan yang jelas tentang bidang usaha, waktu dan tempat.
Mudharib
tidak
memiliki
kewenangan
untuk
merubah
kesepakatan tanpa mendapat persetujuan dari shahibul maal.
Skema mudharabah sering diterapkan dalam hal:
a. Pembiayaan modal kerja
Bank syari'ah akan menyediakan modal sepenuhnya untuk
pengadaan barang modal kerja bagi mudharib.
b. Investasi Khusus
Pembiayaan untuk investasi khusus ini biasanya bersumber dari
dana yang khusus pula, sehingga akadnya harus mudharabah
muqayyadah. Dalam menerima dana maupun melempar dana,
20
bank syari'ah tidak boleh melanggar aturan akad mudharabah
muqayyadah.
Gambar 2
Skema Pembiayaan Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil
Pengusaha
Bank Syari'ah
Proyek/ Usaha
Pembagian Hasil
Nisbah X %
Keahlian
Nisbah Y%
Modal
2. Prinsip Jual Beli (Al Ba'i)
Selain mengembangkan produk inti yakni sistem bagi hasil tersebut di
atas, bank syari'ah juga mengembangkan produk jual beli barang. Dalam
tradisi bank syari'ah akad jual beli biasa dipakai 3 akad, yaitu ba'i al
murabahah, ba'i as-salam, dan ba'i al istishna'.
21
a. Ba'i al Murabahah
Ba'i al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal, ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi ini, penjual
harus memberitahukan kepada pembeli tentang harga pokok barang
yang menjadi obyek jual beli. Ba'i al Murabahah dapat diterapkan
pada pembelian secara pesanan. Penjual tidak akan melakukan
pengadaan barang selama tidak ada pemesanan dari calon pembeli.
Transaksi ini memenuhi syarat syahnya jual beli pada umumnya,
sehingga transaksinya sah dan hasilnya halal. Syarat Ba'i al
Murabahah:
1) Penjual memberitahu harga pokok kepada nasabah calon
pembeli
2) Kotrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
3) Kontrak harus bebas dari riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.
Secara prinsip jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi,
maka pembeli memiliki pilihan:
1) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya
2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual
22
3) Membatalkan kontrak
Gambar 3
Skema Ba'i Al Murabahah
Negosiasi dan Persyaratan
Akad Jual Beli
Bank
Syari'ah
Nasabah
Bayar
SuplierPenjual
b. Ba'i As-salam (in front payment sale)
Ba'i As-salam adalah pembelian barang yang diserahkan kemudian
hari tetapi pembayarannya dilakukan dimuka. Kebanyakan ulama
islam mengharuskan pembayaran salam dilakukan ditempat kontrak.
Hal ini dimaksudkan agar pembayaran yang dilakukan oleh pembeli
tidak dijadikan sebagai hutang penjual. Lebih khusus lagi,
pembayaran salam tidak bisa dalam bentuk pembebasan hutang yang
harus dibayar oleh penjual. Kondisi ini dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya riba dan transaksi salam.
23
Aplikasi salam dalam perbankan syari'ah biasanya diterapkan dalam
bidang pertanian. Karena bank syari'ah tidak bermaksud mengambil
hasil panen sebagai stok barang, maka bank syari'ah akan menjual
kembali hasil panen tersebut kepada pihak lain. Transaksi inilah
yang disebut dengan salam parallel. Satu sisi bank mengikat kontrak
salam dengan nasabahnya, tetapi pada saat yang sama bank
mengikat kontrak dengan calon pembeli berikutnya. Untuk dapat
membedakan Ba'i As-salam dengan model ijon, maka transaksi
salam harus memenuhi berbagai persyaratan. Syarat-syarat Ba'i Assalam tersebut meliputi:
1) Modal harus diketahui secara jelas
2) Penerimaan pembayaran harus dilakukan ditempat kontrak
3) Barang harus spesifik dan jelas. Kriteria tentang barang yang
dipesan harus dapat diidentifikasi dengan jelas, misalnya
kualitas, jenis, warna dan lainnya
4) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari, yakni setelah
masa panen atau pembuatan barangnya sudah selesai.
5) Bolehnya menentukan tanggal dan waktu penyerahan barang
6) Tempat penyerahan barang dapat disepakati kedua belah pihak,
namun jika tidak ada ketentuan tempat penyerahan barang, maka
barang dapat diserahkan ditempat yang biasa digunakan, semisal
gudang dan lainnya
24
7) Penjual tidak diperbolehkan menukar barang yang telah dipesan
dengan barang lain meskipun nilainya sama.
Gambar 4
Skema Ba'i As Salam
Produsen
ProdusenPenjual
Nasabah
Kirim Barang
Negosiasi
Pesan Barang
Kirim Dokumen
Dan bayar Tunai
Bayar
Bank
Syari'ah
c. Ba'i al Istishna'
Ba'i al Istishna' merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan
pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang (produsen)
menerima pesanan dari pembeli. Produsen kemudian memproduksi
barang melalui orang lain sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh pemesan. Setelah barang jadi, barang dijual kepada
pembeli akhir dengan harga dan cara pembayaran yang telah
disepakati.
Menurut Jumhur ulama, Ba'i al Istishna' merupakan bagian khusus
dari ba'I as salam. Umumnya akad ini dipergunakan untuk produk
25
manufaktur. Karena bagian dari ba'i as salam, maka syarat dan
rukunnya mengikuti ba'i as salam. Dalam perbankan syari'ah,
aplikasi ba'i as salam biasanya menggunakan istishna' parallel. Bank
syari'ah yang mendapat order dari calon pembeli tidak akan mampu
memproduksi
sendiri
barangnya.
Sehingga
bank
akan
mensuborderkan barang tersebut kepada produsen yang ahli, sesuai
dengan spesifikasi barang yang telah ditetapkan. Secara umum
produk jual beli dalam bank syari'ah merupakan produk yang lebih
dominan dibanding dengan produk inti, yakni bagi hasil. Masyarakat
umumnya menghendaki cara yang lebih praktis. Dengan skema bagi
hasil, masyarakat tidak mau disibukkan dengan berbagai persoalan
administratif, namun dengan skema jual beli, hambatan administratif
tersebut dapat diminimalisir.
3. Prinsip Sewa (Ijarah-Operational Lease)
Selain mengembangkan produk bagi hasil dan jual beli, bank
syari'ah juga mengembangkan produk sewa atau operational lease. Yang
dimaksud dengan sewa adalah pemindahan hak guna atas barang atau
jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barangnya.
Bank syari'ah sebagai lembaga keuangan umumnya tidak akan
menyimpan barang dengan tujuan semata-mata untuk menyewakan
secara terus menerus, melainkan sekedar mencarikan barang sesuai
26
dengan
kebutuhan
nasabahnya.
Oleh
karena
itu,
akad
ijarah
dikembangkan dalam bentuk ijarah muntahia bit-tamlik (IMBT).
Yang dimaksud dengan ijarah muntahia bit-tamlik adalah akad
perpaduan antara ijarah dengan al ba'I yakni akad sewa yang diakhiri
dengan jual beli. Akad yang pada awalnya sewa yang pada akhir masa
angsuran menjadi jual beli karena terjadi perpindahan kepemilikan atas
barang yang disewakan. Transaksi ini sering disebut dengan sewa beli.
4. Jasa (Fee Based Services)
Untuk melengkapi produk bagi hasil dan jual beli serta sewa,
juga mengembangkan jasa layanan keuangan lain yang menjadi
kebutuhan masyarakat. Pengembangan produk jasa layanan tersebut
meliputi:
a. Al Wakalah (Deputyship)
Al Wakalah berarti wakil atau pendelegasian. Namun dalam
terminologi perbankan syari'ah yang dimaksud dengan al wakalah
adalah perjanjian antara bank syari'ah dengan nasabah dimana
nasabah memberikan perlimpahan kepercayaan kepada bank untuk
mewakilinya guna menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Menurut
berbagai pendapat para ulama transaksi al-wakalah diperbolehkan
karena tidak semua orang dapat menyelesaikan pekerjaannya
sendiri. Atas dasar transaksi ini, bank syariah akan mendapatkan
27
sejumlah imbalan jasa/ free yang besarnya di dasarkan pada
kesepakatan kedua belah pihak.
Gambar 5
Skema Al Waqalah
Nasabah
Agensi
Administrasi
Collection
Payment
Co Arranger
Dll
Bank
Syari'ah
Investor
Kontrak + Fee
b. Al Kafalah (Bank Guaranty)
Al kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain dalam rangka memperkuat posisi orang yang di jamin,
dapat pula diartikan penggalian tanggung jawab dari satu orang
kepada orang lain.
Jenis-jenis Kafalah
1). Kafalah bil Nafs (nama baik)
Kafalah bin nafs yaitu jaminan personal yang digunakan untuk
menanggung beban pinjaman. Dalam pinjaman ini, pihak yang
berpiutang tidak dapat mengikat dalam bentuk kebendaan, dan
juga memperhatikan aspek kredibilitas seseorang. Artinya jika
28
nasabah tidak sanggup membayar hutangnya, maka orang yang
menjamin (kafil) harus melunasinya.
2). Kafalah Bil Maal (Harta)
Kafalah bil maal merupakan jaminan pelunasan hutang dengan
menggunakan barang atau benda. Jenis penjamin ini sudah lazim
berlaku di masyarakat dalam praktik, koperasi maupun pinjaman
lainnya.
3). Kafalah Bis Taslim
Kafalah bil taslim merupakan jaminan pengembalian atas barang
yang di sewa pada masa sewa berakhir. Jenis penjamin ini sering
terjadi antara bank dengan lembaga persewaan. Bank menjamin
nasabah yang menyewa sesuatu, dari lembaga persewaan. Jika
nasabah tidak mengembalikan barang sewaan, maka bank yang
akan menanggungnya.
4). Kafalah Munjanah
Kafalah munjanah yaitu jaminan mutlak yang tidak di batasi
oleh jangka waktu dan untuk kepentingan/ tujuan tertentu.
Bentuk transaksi ini sering di lakukan oleh bank dengan
memberikan jaminan dalam bentuk performent bond (jaminan
prestasi), sesuatu hal yang lazim didunia perbankan.
5). Kafalah Mu'allaqah
29
Kafalah Mu'allaqah yaitu bentuk penyerderhanaan dari kafalah
munjanah dan sering dilakukan oleh perbankan maupun
asuransi.
c. Al-Hawalah (transfer service)
Al hawalah merupakan akad pengalihan hutang dari seseorang
kepada orang lain yang sanggup menangungnya. Akad Al-hawalah
ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dalam kondisi dimana
dana yang tersedia belum dapat dicairkan, sedangkan kebutuhan kas
nya sangat mendesak. Aplikasi al-hawalah dalam perbankan syariah
meliputi :
1) Factoring atau anjuk piutang
Yaitu pengalihan piutang dari nasabah kepada bank, dimana
nasabah memiliki piutang dan memerlukan dana cepat. Bank
syari'ah akan memenuhi kebutuhan kas nasabah dan bank akan
menagihnya dari pihak ketiga yang berhutang kepada nasabah.
2) Post Date Check
Yaitu bank akan menjadi juru tagih, namun bank tidak harus
memenuhi dahulu kebutuhan kas nasabah.
d. Ar-Rahn (Mortgage)
Ar-Rahn merupakan akad untuk menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
30
yang dijamin harus bernilai ekonomis sehingga bank memiliki
kepastian pembayaran. Dalam ekonomi modern, ar-rohn dikenal
dengan sebutan gadai. Dalam konteks perbankan syari'ah, praktek
ar-rahn dapat diterapkan dalan dua hal :
1). Sebagai produk pelengkap
Artinya
bank
hanya
akan
mengembangkan
produk
ini
berdasarkan kebutuhan nasabahnya atau jika terdapat pengajuan
pinjaman dimana bank memiliki keraguan yang tinggi, tetapi
nasabah sangat membutuhkan.
2). Sebagai produk tersendiri
Bank syari'ah dapat mengembangkan produk gadai secara
maksimal. Bank syari'ah akan mengemas produk ini dengan
baik, supaya dapat dibeli oleh pasar.
e. Al Qard (Credit)
Al Qard adalah pemberian harta atau manfaat barang kepada orang
lain yang halal dan dapat ditagih atau dikembalikan pokok
barangnya, tanpa ada persyaratan imbalan apapun. Al Qard ini
sering dikategorikan dengan pinjaman kebajikan dan bersifat sosial
karena mengandung unsur tolong menolong. Oleh karenanya
transaksi al qard masuk dalam kategori transaksi sosial/ tabarru'.
Sumber dana al qard dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Dana yang berasal dari penyisihan modal bank syari'ah
31
Dana dari sumber ini hanya digunakan untuk pembiayaan sosial
yang kemungkinan besar dananya dapat ditagih kembali. Artinya
bank syari'ah memiliki keyakinan bahwa peminjam dapat
melunasi hutangnya. Meskipun dananya bersumber dari modal
bank, tetapi bank syari'ah tidak dapat menetapkan adanya
tambahan dalam pengembalian pinjaman al qard. Transaksi al qard
ini menjadi salah satu bukti pembeda antara bank konvensional
dengan bank syari'ah.
2) Dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah
Bank syari'ah dapat membentuk unit kerja khusus yang menangani
masalah zakat, infaq dan sedekah baik untuk kalangan internal
maupun eksternal bank. Dana yang sosial terkumpul kemudian
disalurkan untuk membuktikan komitmen sosial. Khusus dana
yang
bersumber
dari
zakat,
infaq
dan
sedekah
dapat
dikembangkan ke dalam akad al qardhul hasan. Pembiayaan al
qardhul hasan tidak menuntut pengembalian baik pokok maupun
hasilnya. Artinya pembiayaan al qardhul hasan dapat merupakan
santunan sosial dan sejenisnya.
32
Gambar 6
Skema Pembiayaan Al Qard
Peminjam
Al Qard
Nasabah
Bank Syari'ah
Tenaga
Modal
Proyek-Usaha
100%
Kembali
Modal
Laba
Sumber: Muhammad Ridwan, 2005
F.
Bunga dan Bagi Hasil
Bagi hasil biasa dikenal juga dengan istilah profit sharing. Menurut
kamus ekonomi, profit sharing berarti pembagian laba. Secara istilah profit
sharing merupakan distribusi beberapa bagian laba pada para pegawai dari
suatu perusahaan (Muhammad Ridwan, 2005: 120).
33
Perbedaan yang mendasar antara sistem keuangan konvensional dan
syari'ah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang
diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan
oleh lembaga kepada nasabah. Oleh karena itu, muncullah istilah bunga dan
bagi hasil
Tabel 1
Tabel perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bunga
Bagi Hasil
a. Penentuan bunga dibuat pada a. Penentuan besarnya rasio atau
waktu akad dengan asumsi
nisab bagi hasil dibuat pada
harus selalu untung
waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya
presentase b. Besarnya
rasio
bagi
hasil
berdasarkan pada jumlah uang
berdasarkan
(modal) yang dipinjamkan
keuntungan yang diperoleh
c. Pembayaran bunga tetap seperti c. Bagi
hasil
pada
jumlah
bergantung
pada
proyek
yang
dijanjikan tanpa pertimbangan
keuntungan
apakah proyek yang dijalankan
dijalankan. Bila usaha merugi,
oleh pihak nasabah untung atau
kerugian
rugi
bersama oleh kedua belah pihak
d. Jumlah
tidak
jumlah
pembayaran
meningkat
keuntungan
bunga d. Jumlah
sekalipun
berlipat
meningkat
akan
ditanggung
pembagian
sesuai
laba
dengan
peningkatan jumlah pendapatan
34
atau keadaan ekonomi sedang
booming
e. Eksistensi
e. Tidak
bunga
diragukan
ada
yang
merugikan
keabsahan bagi hasil
(kalau tidak dikecam) oleh
semua agama termasuk Islam
Sumber: Heri Sudarsono, 2003
Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Menurut Muhammad Ridwan dalam bukunya Manajemen Baitul
Maal Wa Tamwil membedakan faktor yang mempengaruhi bagi hasil
menjadi 2 yaitu langsung dan tidak langsung.
a. Faktor Langsung
Yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi:
1) Investment Rate
Merupakan prosentase aktual dana yang dapat diinvestasikan dari
total dana yang terhimpun. Jika 80% dana yang terhimpun
diinvestasikan, berarti 20% nya dicadangkan untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber yang dapat diinvestasikan.
Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu
metode rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total saldo.
35
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia akan
menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
3) Nisbah (profit sharing rate) merupakan proporsi pembagian hasil
usaha
a) Nisbah ditetapkan diawal perjanjian atau akad
b) Nisbah suatu BMT dengan BMT lainnya dapat berbeda, begitu
juga antara debitur yang satu dengan yang lain
c) Nisbah juga dapat berbeda dari satu pihak dengan yang lain.
d) Nisbah juga dapat berbeda antara deposito dengan jangka waktu
yang berbeda
b. Faktor Tidak Langsung
Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil
meliputi:
1) Penentuan biaya dan pendapatan
Shohibul dan mudhorib akan melakukan share baik dalam
pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan setelah
dikurangi biaya dapat juga pendapatan kotor. Jika semua biaya
ditanggung BMT maka hal ini disebut revenue sharing.
2) Kebijakan Akuntansi
Bagi hasil akan dibayarkan sesuai dengan kebijakan akuntansinya
karena pengakuan pendapatan dan biaya sesuai dengan periode
akuntansi (Muhammad Ridwan, 2005: 124).
BAB III
DESKRIPSI OBYEK
A. Gambaran Umum BMT Al-Mu’aawanah Bringin
1. Sejarah Berdirinya
Baitul Maal Wattamwil (BMT) Al-Mu’aawanah Bringin didirikan
oleh beberapa tokoh masyarakat muslim Bringin yang mempunyai
gagasan meningkatkan perekonomian di wilayah Bringn. BMT AlMu’aawanah Bringin muncul setelah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK) mengadakan program P3T yaitu proyek penanggulangan
pekerja terampil. BMT Al-Mu’aawanah Bringin berdiri pada tanggal 8
Agustus 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1998.
BMT Al-Mu’aawanah Bringin adalah unit usaha keuangan syari’ah
yang berbadan hukum nomor : 084/BH/KDK.II.I/IV/1999 tanggal 5 April
1999, didirikan kurang lebih 20 orang dengan seboyan “Dari umat, oleh
umat, untuk umat”.
Kegiatan usaha BMT Al-Mu’aawanah masih pada bidang simpan
pinjam yang berdasarkan pada prinsip syariah. BMT Al-Mu’aawanah
sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai macam jenis
simpanan uang, baik dalam bentuk simpanan harian yang dapat diambil
sewaktu-waktu
mapun
simpanan
berjangka.
Selain melayani
simpanan, BMT Al-Mu’aawanah juga melayani pembiayaan.
36
37
Berikun ini adalah yang ditunjuk sebagai pendiri dan sekaligus
untuk pertama kalinya sebagai pengurus dan menyatakan mendirikan
Koperasi serta menandatangani Anggaran Koperasi adalah :
a. Nama
: KH. Ma’ruf
Alamat
: Desa Bringin, Kecamatan Bringin
Pekerjaan
: Pedagang
Jabatan
: Ketua
b. Nama
: Drs. Munashir
Alamat
: Desa Pakis, Kecamatan Bringin
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Jabatan
c. Nama
: Sekretaris
: Hj. Zamahsari
Alamat
: Desa Bringin, Kecamatan Bringin
Pekerjaan
: Pedagang
Jabatan
: Bendahara
2. Visi dan Misi
Visi dari BMT Al-Mu’aawanah Bringin adalah menjadi mitra yang
handal dalam kegiatan ekonomi umat.
Selain visi di atas, BMT Al-Mu’aawanah Bringin juga memiliki
misi yaitu menjalankan usaha syari’ah yang efektif, efisien, dan transparan
serta menyelenggarakan pelayanan yang handal dan prima.
38
3. Tujuan
BMT Al-Mu’aawanah mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan usaha ekonomi di tingkat masyarakat menengah ke
bawah sehingga mampu bekerja sama dengan semua komponen
penggerak ekonomi, baik swasta, perorangan maupun dengan
pemerintah.
b. Memberdayakan lembaga-lembaga ekonomi dan sosial di bidang
produksi, distribusi, konsumsi, jasa dan pelayanan sosial dalam usaha
pengembangan nilai-nilai sosial ekonomi yang Islami.
c. Menciptakan kader-kader usahawan yang memiliki jiwa dan integritas
terhadap pengembangan masyarakat yang masih berada dalam taraf
terbelakang.
Adapun sasaran pengembangan BMT Al-Mu’aawanah Bringin
yaitu :
a. Terciptanya lembaga ekonomi yang mampu menjadi motor penggerak
perekonomian baik berupa lembaga produksi, distribusi, konsumsi
maupun lembaga keuangan di tingkat masyarakat menengah ke
bawah.
b. Terciptanya struktur lembaga ekonomi yang saling bersinergi untuk
mengembangkan perekonomian masyarakat menengah ke bawah.
c. Terbinanya hubungan antara lembaga-lembaga ekonomi dengan
masyarakat sehingga tercipta mobilitas dan akselerasi pembangunan
masyarakat sehingga diperoleh dukungan moral maupun matrial yang
39
terwujud dalam rasa memiliki terhadap lembaga aliran dan dari
masyarakat.
B. Data-data Deskriptid
1. Struktur Organisasi
Suatu kegiatan usaha agar berjalan dengan tujuan suatu lembaga
atau perusahaan, maka diperlukan adanya suatu struktur organisasi yang
baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus
didukung moral karyawan untuk membentuk angkatan kerja yang loyal
dan harmonis.
Struktur organisasi menunjukkan susunan dan kerangka pola tetap
hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian dan menunjukkan
kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam
organisasi. (Handoko, 1984 : 49).
Dalam
disesuaikan
menentukan
dengan
bentuk
kebutuhan
dan
struktur
organisasi,
pertumbuhan
tentunya
lembaga
atau
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan yang ada dapat
terselesaikan secara efektif dan efisien.
Adapun bagian-bagian dalam struktur organisasi BMT AlMu’aawanah Bringin adalah sebagai berikut :
40
Gambar 7
Struktur Organisasi BMT Al-Mu’aawanah
Rapat Anggota
Pengurus
Manager
Akuntansi
Pemasaran
Pembiayaan
Keterangan :
a. Kepengurusan terdiri dari :
Ketua
: KH. Ma’ruf
Wakil Ketua
: Drs. H. Agus Nurahmanto
Sekretaris
: 1. Drs. Munashir
2. A. Mughni, SH
Kasir / Teller
41
Bendahara
: 1. H. Zamah Sari
2. Soesmanto
Pembantu Umum
: Mahmudi, S.Sos
Desan Syari’ah
: KH. Imam Sholeh
KH. Son Haji
b. Pengelola terdiri dari :
Manager
: Umi Solikhatun, SE
Akuntansi
: Aang Krisdiyana, SE
Pemasaran
: 1. Andiyono
2. Supriyadi, S.Pd
Pembiayaan
: Fahrodi
Kasir
: Nur Hidayati
Teller
: Ir. Budi Indriyanto
c. Pengawas terdiri dari :
Pengawas
: 1. Drs. H. Damroji Hadi, M.Pd
2. Nizar
3. Samsudin, S.Pd
2. Deskripsi Jabatan
Berdasarkan struktur organisasi BMT Al-Mu’aawanah Bringin,
maka tugas tanggung jawab dan wewenang masing-masing fungsi atau
bagian dalam organisasi adalah sebagai berikut :
42
a. Dewan Pengawas Syari’ah
Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) bertugas untuk ;
1) Mengawasi operasional BMT yang sekiranya menyimpang dari
ketentuan syari’ah.
2) Memberikan pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap
program-program yang dibuat oleh pengawas syari’ah terhadap
produk-produk yang dikeluarkan BMT.
3) Membuat laporan pengawasan syari’ah terhadap kinerja BMT
kepada pengurus dan melaporkan dalam Rapat Anggita Tahunan.
b. Pengurus
Tugas Pokok
Menjadi jembatan penghubung antara anggota dan pengelola.
Rincian tugas pengurus diuraikan sebagai berikut :
1) Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum untuk
mendapatkan persetujuan rapat anggota.
2) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan BMT Al-Mu’aawanah
agar tercipta kinerja yang sehat sesuai Anggaran Dasar (AD) atau
Anggaran Rumah Tangga (ART).
3) Ikut serta dalam mensosialisasikan BMT Al-Mu’aawanah kepada
masyarakat.
4) Menyelenggarakan
rapat
pengurus
atau
pengelola
untuk
mendiskusikan laporan kemajuan bulanan dan tingkat kesehatan
BMT Al-Mu’aawanah, di dalamnya membiacarakan segala
43
masalah terutama masalah-masalah strategis dan pemecahannya,
mempersiapkan laporan kepada Pusat Inkubasi Usaha Kecil
(PINBUK) dan mempersiapkan bahan-bahan untuk Rapat Anggota
Tahunan (RAT).
5) Menyelenggarakan rapat anggota tahunan untuk mendengarkan,
menerima, atau menolak laporan pertanggung jawaban pengelola
lama dan mengangkat pengelola baru. Jika telah habis masa
tugasnya, membahas rancangan anggaran BMT Al-Mu’aawanah
dan kerja tahunan yang akan datang dan mengusulkan pembagian
keuntungan tahunan BMT Al-Mu’aawanah pada rapat anggota.
6) Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang diajukan kepada BMT Al-Mu’aawanah yang jumlahnya
melebihi jumlah maksimum yang dapat diputuskan oleh pengelola.
Memberikan persetujuan mengenai laporan berkala dari pengelola
yang meliputi :
a) Laporan keuangan
b) Laporan pembiayaan baru
c) Laporan perkembangan pembiayaan
d) Laporan kredit bermasalah
e) Laporan penggalangan dana.
7) Memberikan persetujuan atau penolakan mengenai keanggotaan
pendiri baru, kerja sama pinjaman dengan pihak ketiga dan usulan
44
produk atau jenis simpanan atau pembiayaan baru, menunjuk
penanggung jawab diantara pengurus yang menandatangani :
a) Rekapitulasi jurnal harian
b) Perencanaan kas
c) Dokumen-dokumen penting lainnya
c. Manager
Tugas Pokok
Mengelola
operasional
BMT
Al-Mu’aawanah
dengan
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan melaksanakan
usaha lain serta mewakili kepentingan lembaga dalam hubungan
dengan pihak lain berdasarkan yang berlaku dalam rangka
melaksanakan misi BMT Al-Mu’aawanah. Rincian tugas manager
diuraikan sebagai berikut :
1) Merupakan
orang
yang
paling
bertanggung
jawab
akan
kelangsungan, kesuksesan dari sebuah BMT.
2) Menjabarkan kebijaksanaan umum BMT yang telah disetujui
pengurus, untuk hal-hal prinsipil disetujui oleh rapat anggota.
3) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggota BMT dan rencana
kerja untuk tahun buku yang akan datang kepada pengurus yang
selanjutnya akan datang kepada pengurus yang selanjutnya akan
dibawa dalam rapat anggota.
4) Menyusun dan meminta persetujuan pengurus tentang pembukaan
rekening bank dan penandatanganan rekening simpanan BMT
45
pada bank secara bersama-sama dengan ketua dan atau sekretaris
atau wakil ketua.
5) Menyusun dan meminta persetujuan pengurus tentang peraturan,
wewenang “komisi pembiayaan”, siapa-siapa saja yang harus
menyetujui pembiayaan berdasarkan besarnya pembiayaan yang
akan diberikan.
6) Turut menanda tangan permohonan keanggotan dan memberi
persetujuan
atau
menolak
permohonan
keanggotaan,
menggunakan formulir-formulir dan dokumen-dokumen lain
dalam transaksi BMT.
7) Mengajukan usul kepada pengurus jenis atau produk baru untuk
disetujui penggunanya.
8) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang pengelola.
9) Mengusulkan perubahan, pengangkatan, pemberhentian pengella
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan operasional BMT.
10) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biayabiaya harian.
11) Mengusahakan agar selalu tersedia peralatan, bahan, dan
perlengkapan kantor yang dipergunakan untuk kelancaran
operasional BMT.
46
12) Mengamankan harta kekayaan BMT agar terlindungi dari
pengelewengan, bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, dan
kerusakan.
d. Teller atau Kasir
Tugas Pokok
Melakukan penerimaan dan pembayaran sesuai dengan
ketentuan standar akuntansi Indonesia yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan operasional BMT Al-Mu’aawanah. Rincian tugas,
wewenang dan tanggung jawab teller adalah sebagai berikut :
1) Bertanggung jawab atas pelayanan anggota dalam hal transaksi
uang tunai seperti penyetoran simpanan, angsuran, pembiayaan,
penarikan simpanan, zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIZ), dan lainlain.
2) Menerima, menyusun, dan menghitung secara hati-hati setiap
setoran tunai dari anggota untuk disimpan di cash box.
3) Bertanggung jawab atas pencatatan, penataan, pelayanan informasi
kepada anggota dan calon anggota.
4) Mengatur dan menyiapkan pengeluaran uang tunai yang telah
disetujui pengelola, menandatangani formulis serta slip setoran
penarikan, pembiayaan dari anggota atas transaksi yang terjadi di
kantor.
47
e. Pemasaran dan Pembiayaan
Tugas Pokok
Menjadi
ujung
tombak
BMT
Al-Mu’aawanah
dalam
penyaluran dana yang telah dihimpun BMT Al-Mu’aawanah. Rincian
tugas, wewenang dan tanggung jawab pemasaran adalah sebagai
berikut :
1) Mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi semua aktivitas yang
berhubungan dengan pembiayaan dan simpanan uang.
2) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan
peluang dana murah yang dapat dihimpun baik dari anggota
maupun simpanan dari pihak ketiga.
3) Mencari calon anggota penyimpan baru dan usaha-usaha anggota
yang potensial untuk diberikan pembiayaan.
4) Mengamati posisi setiap pembiayaan anggota, memantau dan
memberikan sesuai dengan perjanjian (akad) yang telah disepakati.
5) Melakukan
penagihan
ke
setiap
anggota
yang
diberikan
pembiayaan degan tanggal atau waktu yang telah disepakati secara
arif, mendidik, dan efektif.
6) Mengikuti
perkembangan
proses
permohonan
pembiayaan
anggota terutama dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen
permohonan pembiayaan.
7) Menilai kelayakan jaminan yang diajukan oleh pemohon
pembiayaan.
48
8) Mengklasifikasikan pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan
ke dalam pembiayaan lancar, pembiayaan kurang lancar,
diragukan dan macet.
9) Menganalisis dan memberikan nasehat-nasehat lebih dini terhadap
peminjam kurang lancar dan diragukan, kita-kiat agar usahanya
berhasil dan mampu membayar cicilan dan memperoleh bagi
halsilnya.
10) Mengatur pelaksanaan eksekusi jaminan bersama-sama dengan
pihak yang terkait.
11) Memberikan masukan-masukan kepada pengelola dalam rangka
memperluas pemasaran.
f. Akuntansi
Tugas Pokok
Mengatur agar arus lalu lintas keuangan dapat berjalan dengan
tertib dan teratur sesuai standar sistem akuntansi. Rincian tugas,
wewenang dan tanggung jawab administrasi dan pembukuan adalah
sebagai berikut :
1) Mengawasi kelengkapan bukti-bukti mutasi pembukuan dan
kebenaran pencatatan transaksi.
2) Mengawasi agar semua daa yang diperlukan untuk menyusun
laporan sudah dicatat seluruhnya.
49
3) Mengatur dan mengawasi penyusunan laporan keuangan untuk
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) setiap satu bulan
sekali.
4) Mengarsip dan membuat semua berkas, surat-surat, dokumendokumen dan lain sebagainya sehingga tidak hilang, berantakan
atau tercecer.
5) Bertanggung jawab atas pengaturan pemakaian arsip atau data
bagian lain, bertanggung jawab atas kerapian kantor, peralatan dan
barang-barang inventasisnya.
(Sumber : Buku Standar Operasional)
3. Keanggotaan BMT Al-Mu’aawanah
Keanggotaan koperasi bersifat terbuka, tetapi oleh pengurus jumlah
anggota ditetapkan 100 orang. Jadi, sampai sekarang belum bertambah
lagi. Di Anggaran Dasar, ada 40 orang tetapi hanya dicantumkan 24 orang
saja.
a. Anggota Tetap
Beberapa orang yang ikut dari sejak BMT Al-Mu’aawanah
didirikan. Berikut nama, alamat, dan pekerjaan dari para pendiri BMT
Al-Mu’aawanah :
50
Tabel 2
DAFTAR NAMA PENDIRI
KOPERASI AL-MU’AAWANAH BRINGIN
No
Nama
Alamat
Pekerjaan
1
KH. Ma'ruf
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
2
H. Khumaidi
Bringin, Kec. Bringin
Petani
3
KH. Muslim Imam
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Petani
4
Syamsul Khoiri
Wiru, Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
5
H. Son Haji
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Petani
6
H.M. Nizar
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
7
H. Zamah Sari
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
8
Drs. Munasir
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
PNS
9
Ahmad Mughni
Bringin, Kec. Bringin
Petani
10
Drs. Damroji Hadi
Bringin, Kec. Bringin
PNS
11
Drs. Nur Rahmanto
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
12
Susanto
Bringin, Kec. Bringin
PNS
13
Budi Harjo, BA
Bringin, Kec. Bringin
PNS
14
Aridi
Bringin, Kec. Bringin
PNS
15
Suyono
Bringin, Kec. Bringin
PNS
16
Fahrodi
Jlumpang, Bringin, Kec. Bringin
Swasta
17
Kusmanto
Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
18
Ir. Budi Indriyanto
Bringin, Kec. Bringin
Petani
51
No
Nama
Alamat
Pekerjaan
19
Sumarsono
Bringin, Kec. Bringin
Pensiunan
20
Andiyono
Jlumpang, Bringin, Kec. Bringin
Swasta
21
Suprihati
Jlumpang, Bringin, Kec. Bringin
Swasta
22
Umi Solikhatun
Bringin, Kec. Bringin
Swasta
23
HM. Mukhri
Bringin, Kec. Bringin
Kepala Desa
24
Zumri
Pakis, Bringin, Kec. Bringin
Pedagang
b. Calon Anggota
Beberapa orang yang tidak masuk sebagai anggota, tetapi ikut
memanfaatkan jasa BMT Al-Mu’aawanah.
Syarat menjadi calon anggota adalah :
1) Foto copy KTP
2) Mengisi formulir yang disediakan pengurus.
Keputusan diterima atau tidak
menjadi calon anggota
tergantung pada Rapat Anggota.
4. Produk-produk Simnanan dan Pembiayaan di BMT Al-Mu’aawanah
Adapun produk simpanan yang dilayani diantaranya :
a. Simpanan Sukarela (SIRELA)
Adalah simpanan yang dalam penyetoran dan penarikannya
dapat dilakukan setiap saat selama kantor kas masih buka.
52
b. Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
Simpanan yang hanya boleh diambil dalam jangka waktu yang
telah ditentukan. Jumlah simpanan suka rela berjangka minimal Rp.
1.000.000,- dan jangka waktu minimal 3 bulan. Apabila telah jatuh
tempo dan nasabah belum mengambil, maka akan diperpanjang secara
otomatis.
Produk pembiayaan yaitu :
a. Mudharabah (MDA)
Adalah kerjasama usaha antara BMT sebagai pemilik dana
(Shahibul Maal) yang menyediakan dana atau modal 100 % dengan
pihak pengelola modal (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama sesuai kesepakatan
kedua belah pihak. Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk modal
kerja.
b. Musyarakah (MSA)
Adalah suatu bentuk akad kerjasama antara BMT dengan
nasabah dimana masing-masing pihak menyediakan modal untuk
suatu usaha.
c. Murabahah (MBA)
Adalah jual beli barang pada harga asal ditambah dengan
keuntungan atau bagi hasil yang telah disepakati, dengan syarat
penjual harus memberitahu harga pokok pembelian.
53
d. Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)
BBA ini hampir sama dengan MBA, tetapi pembayarannya
dilakukan dengan cara angsuran sebesar pinjaman pokok ditambah
keuntungan sesuai dengan jangka waktu tertentu yang sudah
disepakati bersama (mark up).
e. Al-Qordhul Hasan
Pembiayaan yang bersifat sosial dimana nasabah tidak dikenai
kewajiban untuk memberikan bagi hasil keuntungan ataupun margin
atas pembiayaan tersebut. Pembiayaan ini hanya diperuntukkan bagi
nasabah yang tidak mampu dan dalam pelaksanaannya nasabah harus
memenuhi persyaratan tertentu.
BAB IV
ANALISA DATA
A.
Produk-Produk Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah
1. Produk-produk yang dilayani antara lain:
a. Pembiayaan Mudharabah
Penyediaan modal kerja oleh BMT Al Mu'aawanah, sedangkan
nasabah berperan sebagai pengelola dengan cara pengembalian
pokok ditambah nisbah bagi hasil.
Akad kerjasama Mudharabah dibedakan dalam 2 jenis:
1) Mudharabah Mudhaqoh, akad ini adalah perjanjian mudharabah
yang tidak menyaratkan perjanjian tertentu (investasi tidak
trikat) misalnya dalam ijab si pemilik modal tidak mensyaratkan
kegiatan usaha apa yang harus dilakukan dan ketentuanketentuan lainnya, yang pada intinya memberikan kebebasan
kepada
pengelola
dan
untuk
melakukan
pengelolaan
investasinya.
2) Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan persyaratapersyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan dijalankan oleh si
pengelola dana yang berkaitan dengan tempat usaha, tata cara
usaha, dan obyek investasinya (investasi yang terikat).
64
55
b. Pembiayaan Musyarakah
Perjanjian pembiayaan antar BMT Al-Mu'aawanah dengan anggota
atau nasabah, dimana bagi hasil dan resiko usaha ditanggung
bersama-sama sesuai dengan komposisi modal masing-masing.
c. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang atau modal
oleh BMT Al-Mu'aawanah kepada anggota atau nasabah, dimana
pembayarannya secara tangguh pada waktu yang disepakati dengan
kesepakan pembagian margin.
d. Pembiayaan Ba'i Bitsaman Ajil
BBA ini hampir sama dengan MBA, tetapi pembayarannya
dilakukan dengan cara angsuran sebesar pinjaman pokok ditambah
keuntungan sesuai dengan jangka waktu tertentu yang sudah
disepakati bersama (mark up).
e. Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Pembiayaan yang bersifat sosial dimana anggota atau nasabah tidak
dikenai kewajiban untukmemberikan bagi hasil keuntungan ataupun
margin
atas
pembiayaan
tersebut.
Pembiayaan
ini
hanya
diperuntukan bagi anggota atau nasabah yang tidak mampu dan
dalam pelaksanaannya nasabah harus memenuhi persyaratan
tertentu.
Produk pembiayaan yang paling banyak diminati oleh nasabah BMT
Al Mu’aawanah adalah pembiayaan Mudharabah.
56
2. Perhitungan Bagi Hasil
a. Bagi hasil antara nasabah penyimpan dan BMT
Dalam perhitungan bagi hasil antara nasabah penyimpan dan
BMT harus melalui beberapa langkah-langkah, yaitu :
1) Menghitung berapa hari saldo mengendap, dengan rumus ;
Tanggal Akhir Bulan - Tanggal Masuk atau awal Bulan
2) Menghitung saldo rata-rata nasabah penyimpan, dengan rumus:
Endapan x Saldo
=
Jumlah hari – 1
3) Bagi hasil diberikan pihak BMT kepada nasabah dari jumlah
pendapatan yang diterima,dengan rumus :
Total saldo rata-rata x pendapatan
=
Total saldo rata-rata seluruh nasabah penyimpan
(Sisuka, Sirela)
4) Menghitung porsi bagi hasil yang diberikan terhadap jenis
simpanan :
Misal : porsi untuk sirela :25 %
Porsi untuk sisuka : 40 % dan lain-lain
Maka porsi bagi hasil yang diberikan untuk seluruh nasabah
dengan menggunakan simpanan sirela adalah :
Bagi hasil x porsi sirela (25 %)
5) Bagi hasil yang diterima per nasabah,dengan rumus ;
Saldo rata-rata per nasabah x porsi bagi nasabah sirela
=
Total saldo rata-rata nasabah penyimpan (misal :sirela)
57
b. Bagi hasil nasabah pembiayaan dan MBT tidak bisa diprosentasekan
atau dikuantitatifkan secara pasti karena bergantung pada berbagai
macam factor antara alain :
1) lamanya atau jangka waktu pembiayaan
2) Jumlah pembiayaan yang diberikan
3) Jenis pembiayaan yang diberikan
4) Keadaan ekonomi yang sedang berlangsung (mikro ataupun
makro)
5) Tawar menawar pada waktu akad antara nasabah pembiayaan dan
pihak BMT dalam hal ini diwakili bagian pembiayaan.
6) Rate harga jual BMT yang diflafonkan oleh pihak BMT.
BMT berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan prinsipprinsip syariah dengan mengedepankan prinsip transparasi dan
saling rela atau ridho kedua belah pihak. Walapun begitu terkadang
masyarakat atau nasabah tidak mau ambil pusing untuk urusan
semcam ini yang mungkin menjadi anggapan bahwa BMT sama
dengan bank-bank Konvensional.
Contoh penghitungan bagi hasil:
Pengajuan pembiayaan Rp. 5.000.000,Jangka waktu 5 tahun
Angsuran yang harus dibayar oleh nasabah adalah :
58
Angsuran pokok:
5.000.000
= 208.400
24
Bagi hasil (rate jual BMT ditambah bagi hasil setelah akad)
Misal : 1,7 %
Rp.5.000.000,- x 1,7% = 85.000
Cadangan resiko misalnya : 0,3 %
Maka angsuran yang harus dibayar :
208.400 + 85.000 + 15.000 = 308.400
c. Perhitungan margin (mark up)
Contoh :
Pada tanggal 5 Mei pak Agus membeli sepeda motor di BMT Al
Mu'aawanah. Sesuai kesepakatan, BMT membelikan dengan harga
Rp. 10.000.000, dari dealer. Dan dijual kembali kepada pak agus
dengan harga Rp.12.000.000, diangsur selama 10 bulan.
Angsuran Pokok
harga pokok sepeda
=
Lama angsuran
= 10.000.000
10
= 1.000.000
Margin
besarnya margin yang diperoleh
=
Lama angsuran
59
= Rp. 2000.000
10
= Rp. 200.000
B.
Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Al Mu'aawanah
Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah merupakan penyediaan
uang atau tagihan yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antar pihak BMT dengan pihak yang mewajibkan pihak yang
dibiyai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Sebelum membahas tentang prosedur pemberian pembiayaan di
BMT Al- mu'aawanah, perlu diuraikan hal-hal yang terkait dengan
pemberian pembiayaan.ada beberapa ciri dan unsur yang harus dipenuhi,
diantaranya :
Sebagai berikut :
a. Adanya
suatu
penyerahan
uang
(tagihan)
atau
barang,
yang
menimbulkan tahigan
b. Didasarkan suatu akad perjanjian saling mempercayai
c. Terkandung kesepakatan pelunasan uang dan margin atau bagi hasil
Berikut ini adalah skema proses pengajuan pembiayaan di BMT AlMu'aawanah :
60
Pengajuan
Bag. Pembiayaan
Komite
Pembiayaan
Survey
Ditolak
Direalisasi
Pembuatan akad
Kasir
Uang
Kartu
Angsuran
Keterangan :
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ke BMT melalui bagian pembiayaan
2. Setelah berkas masuk ke bagian pembiayaan, berkas diserahkan kepada
bagian surveior untuk disurvai .
61
Tujuan survei adalah :
1) Untuk mengetahui kebenaran identitas nasabah
2) Untuk mengetahui kebenaran jaminan yang digunakan nasabah
dalam mengajukan pembiayaan.
3. Setelah survei dilakukan, hasil dari survai diserahkan ke bagian komite
pembiayaan, tetapi apabila jumlah pembiayaan besar, jumlah komite
pembiayaan bisa lebih banyak.
4. Apabila pembiayaan ditolak, maka berkas pengajuan pembiayaan akan
dikembalikan kepada nasabah, dan apabila diterima maka pengajuan
pembiayaan akan direalisasikan dengan pembuatan akad.
5. Setelah pembutan akad selesai dan akad telah ditandatangani oleh
bagian pembiayaan, nasabah dan manajer akad diserahkan ke kasir.
6. Dari kasir nasabah akan menerima uang dan kartu angsuran. Kartu
angsuran harus dibawa saat membayar angsuran karena kartu angsuran
adalah bukti bahwa nasabah sudah mengangsur.
Syarat-syarat yang dibutuhkan :
1. Foto copy KTP suami istri yang masih berlaku, 2 lembar
2. Foto copy Kartu Keluarga dan Surat Nikah, 2 lembar
3. Foto copy jaminan seperti :
a) Jaminan sepeda motor BPKB dan Foto copy STNK
b) Sertifikat Tanah
4. Rekening PDAM, rekening listrik, dan slip gaji (kalau ada)
62
C.
Pertimbangan-pertimbangan
yang
digunakan
oleh
BMT
Al-
Mu'aawanah dalam penyaluran pembiayaan
Untuk
penyaluran
pembiayaan
digunakan
beberapa
pertimbangan-
pertimbangan antara lain :
1. Likuiditas
Dapat dilihat dari:
1. Dana kas
Yaitu dana kas yang tersedia di kantor kas. Dana kas yang tesedia di
kantor minimal 20% dari asset dan yang ada di masyarakat 80 %.
2. Modal Penyertaan
Yaitu modal dari seseorang yang menginvestasikan uangnya di
BMT dengan imbalan bagi hasil tiap bulannya.
3. Hibah
Yaitu seorang yang memberikan sejumlah uang secara suka rela
tanpa harus mengembalikan dengan tujuan agar BMT bisa
berkembang.
2. Sebelum memberikan pembiayaan BMT Al-Mu'aawanah menilai
kekayaan
dalam
pemberian
pembiayaan,
penilaian
tersebut
menggunakan 5 C yaitu :
1. Character
Karakter calon nasabah ditihat dengan cara melihat data yang
diperoleh dari formulir permohonan, wawancara, dan kenyataan di
63
lapangan serta hal-hal lainnya yang bisa dijadikan sumber dalam
menilai karakter nasabah.
2. Capacity
Yaitu melihat kemampuan dari calon nasabah dalam membayar
pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuan mengelola
bisnisnya serta kemampuan mencari laba.
3. Capital
Yaitu sumber-sumber usaha pembiayaan yang dimiliki calon
nasabah terhadap suatu usaha yang akan dibiayai oleh BMT.
4. Collateral
Yaitu jaminan yang diberikan calon nasabah kepada BMT baik yang
bersifat fisik maupun non fisik
5. Condition
Yaitu harus memperhatikan kondisi dari calon nasabah dan juga
prospek dari usaha tersebut yang akan datang.
3. Kebijakan Pemerintah
Yaitu keputusan pemerintah dalam kegiatan perbankan, tetapi selama ini
belum pernah ada.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al Mu'aawanah Bringin merupakan
lembaga keuangan mikro syari'ah yang berbadan hokum koperasi No.
084/BH/KDK II.I/IV/1999 yang bergerak pada usaha koperasi simpan
pinjam. Keberadaan BMT Al Mu'aawanah Bringin sangat membantu
perekonomian masyarakat Bringin yang sebagian besar bermata pencaharian
sebagai pedagang tradisional.
Adapun kegiatan usaha BMT Al Mu'aawanah Bringin masih
berkonsentrasi pada bidang simpan pinjam yang berdasar pada bidang
simpan pinjam yang berdasar pada prinsip syari'ah. BMT Al Mu'aawanah
sebagai unit usaha simpan pinjam melayani berbagai jenis simpanan uang,
baik dalam bentuk simpanan harian (SIRELA), yang penyetorannya serta
penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, maupun simpanan berjangka
(SISUKA). Selain melayani simpanan anggota maupun calon anggota BMT,
BMT Al Mu'aawanah Bringin juga melayani berbagai macam pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah, dengan prinsip
jual beli yaitu murabahah dan ba'i bitsaman ajil serta dengan prinsip jasa
yaitu qard.
Dari analisis yang dilakukan pada BMT Al Mu'aawanah Bringin
tentang prosedur pemberian pembiayaan dapat ditarik kesimpulan:
64
65
1. Persyaratan
yang
harus
dipenuhi
nasabah
dalam
mengajukan
pembiayaan adalah fotocopy identitas diri (KTP, SIM, KK dan Surat
Nikah), surat pengantar dari kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan
STNK yang masih berlaku serta sertifikat rumah, rekening listrik,
telepon dan air, surat kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk
pegawai negeri dan pegawai swasta serta mengisi formulir permohonan
pembiayaan.
2. Dalam proses analisis pembiayaan BMT Al Mu'aawanah Bringin
melakukan analisis dengan prinsip 5C yaitu character, capital, capacity,
condition, dan collateral.
3. Pada tahap realisasi pembiayaan, BMT Al Mu'aawanah Bringin telah
memutuskan menerima pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.
Prosedur realisasi pembiayaan tersebut mempunyai urutan yaitu
pembuatan akad dan kartu angsuran, penandatanganan akad pembiayaan
dan penyerahan agunan ke BMT, penyerahan akad pembiayaan dan
kartu angsuran ke bagian kasir, kasir menyerahkan sejumlah uang dan
kartu angsuran kepada nasabah.
4. Pengembalian pembiayaan dibayar secara mengangsur pada tiap harian,
mingguan
dan
bulanan
menurut
kesepakatan
bersama
dan
pembayarannya dengan disetorkan langsung ke BMT atau ditarik oleh
petugas BMT.
66
B.
SARAN-SARAN
Untuk BMT Al Mu'aawanah
1. Perlunya penambahan karyawan di BMT Al Mu'aawanah Bringin,
terutama bagian survey lapangan. Selain itu pihak BMT lebih berhatihati dalam merealisasikan pembiayaan.
2. Perlunya syarat untuk nasabah yang sederhana saja, tidak perlu rekening
PDAM/ listrik.
3. Dalam hal mempertimbangkan pengajuan pembiayaan lebih diarahkan
kepada kebijakan BMT Al Mu'aawanah.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari'ah, UII Pres,
Yogyakarta, 2000
Nabhan, Faqih, Pengantar Akuntansi Bank Syari'ah, Salatiga, 2007
Ridwan, Muhammad, Konstruksi Bank Syari'ah Indonesia, Pustaka SM, 2007
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah, Ekonisia, Yogyakarta,
2003
Widjajanto, Loehor, Metodologi Riset, STIE "AMA", Salatiga, 2002
Warjiyo, Perry (ed), Bank Indonesia: Bank Sentral Republik Indonesia,
Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi, Pusat Pendidikan dan Studi
Kebansentralan (PPSK) BI, 2003
Sumber data: Buku Standar Operasional BMT Al Mu'aawanah Bringin
64
Download