BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Tomat dengan nama botani Lycopersicum Esculentum Mill merupakan sayuran buah yang berasal dari kawasan Peru dan Ekuador. Pada tahun 1811, tanaman tomat mulai menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia, terutama di dataran tinggi (Wijanarko, 1990). Para ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat sebagai berikut : Kelas : Dycotyledonae Ordo : Tubiflarae Famili : solanaceae Genus : Lycopersicon atau Lycopersicum Spesies : Lycopersicon esculentum L. korst atau Lycopersicum esculentum Mill Menurut Tugiyono (2007), tanaman tomat adalah tanaman setahun yang berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu), jumlah daunnya ganjil antara 5-7 helai. Batang tomat tidak sekeras tanaman tahunan tetapi cukup kuat dan warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama di bagian berwarna hijau. Diantara rambutrambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian bukubukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada bagian buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Bunga tomat termasuk jenis bunga sempurna artinya daun bunga, benang sari, dan putik terdapat pada satu bunga (Wijanarko, 1990). Bunga tomat tersusun dalam tandan yang terletak diantara ruas batang, terdiri dari lima benang helai kelopak bunga, lima helai mahkota yang berwarana kuning, lima benang sari yang muncul dari dasar mahkota serta kepala putik. Tomat pada umumnya menyerbuk sendiri (Thompson dan Kelly, 1979). Pada umumnya, dalam satu tandan terdapat 5-10 bunga. 4 Kandungan gizi dalam tomat yang sangat tinggi mendorong tingginya konsumsi masyarakat akan tomat. Buah tomat banyak mengandung vitamin A, vitamin C, mineral , dan lycopene. Kandungan vitamin dalam tomat yaitu vitamin A dan C dapat membantu penyembuhan penyakit buta malam, memelihara kesehatan gigi dan gusi, dan mempercepat penyembuhan luka. Selain vitamin kandungan gizi tomat yang tak kalah penting ialah lycopene yang memberikan warna merah pada tomat, diyakini merupakan antioksidan yang jauh memilki khasiat dibanding beta karotin. Seperti antioksidan yang lain, lycopene melindungi tumbuhnya radikal-radikal bebas yang berbentuk dalam tubuh akibat polusi, rokok dan sinar ultraviolet. Lycopene dapat membantu dari kerusakan sel yang dapat berakibat kanker dan penyakit lain. Temperatur bulanan rata-rata yang sesuai untuk pertumbuhan tomat berkisar antara 21-24 oC, sedangkan temperatur malam yang sesuai bagi pembentukan bunga dan buah berkisar antara 15-20 oC. Untuk pertumbuhan dan hasil yang baik, tomat memerlukan penyinaran matahari sepanjang (Thompson dan Kelly, 1979). Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor temperatur malam hari. Pengalaman dari berbagai negara membuktikan bahwa temperatur yang terlalu tinggi di waktu malam menyebabakan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama sekali, sedangkan pada temperatur kurang dari 10 oC tepung sari menjadi lemah tumbuhnya dan banyak tepung sari yang mati, akibatnya hanya sedikit yang terjadi pembuahan (Tugiyono, 2007). 2.2 NFT (Nutrient Film Technique) NFT (Nutrient Film Technique) adalah metode budidaya secara hidroponik yang akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tipis (3-10 mm) seperti film, dimana nutrisi dapat tersirkulasi sesuai kebutuhan tanaman. Pada sistem hidroponik secara NFT, akar tanaman terendam dalam larutan nurisi yang bersirkulasi selama 24 jam terus menerus. Sebagian akar terendam dan sebagian lainnya berada di atas permukaan air. Pada sistem NFT, tanaman ditegakkan di bedeng berbentuk segi empat (untuk mencegah terjadi deoksigenasi) yang biasanya digunakan untuk talang 5 rumah, juga dari fiberglass yang dirancang khusus. Bedeng-bedeng disusun dengan kemiringan 1-5% sehingga larutan nutrisi mengalir dari bagian atas ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi. Larutan nutrisi berasal dari sebuah tangki air dengan kapasitas sesuai populasi tanaman. Larutan nutrisi dipompakan dengan sebuah pompa dari tangki air ke bedeng. Setelah mengalir disepanjang bedeng, larutan nutrisi ini keluar dari outlet kemudian ditampung di tangki lagi. Selanjutnya larutan nutrisi kembali dipompakan ke dalam bedeng. Sirkulasi larutan nutrisi dilakukan terus-menerus. Menurut Chadirin (2006), keuntungan menggunakan sistem NFT adalah sebagai berikut : 1. Sistem NFT dapat mempersingkat masa tanam karena tanaman tumbuh lebih cepat dari tanaman yang dibudidayakan secara konvensional di tanah, sehingga dapat menambah musim tanam per tahunnya. 2. Pemberian nutrisi lebih mudah terkontrol secara tepat sesuai denagn kebutuhan tanaman. 3. Terhindar dari kekringan karena nutrisi dan air disirkulasikan secara teratur ke daerah perakaran tanaman. 4. Pengendalian temperatur lebih mudah dilakukan dengan cara mengotrol temperatur larutan pada tingkat yang optimum bagi daearah perakaran tanaman. 5. Tidak diperlukan sterilisasi tanah. 6. Hemat biaya nutrisi, karena pupuk/nutrisi dan air diberikan kepada tanaman secara sirkulasi sehingga tidak ada yang terbuang. Hidoponik NFT dikategorikan sebagai sistem tertutup. Kekurangan sistem ini adalah apabila terjadi akar dari salah satu tanaman terserang penyakit maka seluruh tanaman akan menular dalam waktu singkat. Hidroponik secara NFT membutuhkan pasokan aliran energi listrik secara terus menerus. Apabila pasokan listrik selama beberapa jam saja terhenti maka seluruh tanaman dalam sistem NFT terancam mati total. 6 2.3 Rekayasa Termal Persoalan terbesar pemanfaatan rumah tanaman di daerah tropika basah adalah sangat tingginya temperatur udara pada siang hari ketika cuaca cerah, sedangkan evaporative cooling yang relatif efektif jika digunakan di daerah kering juga tidak efektif lagi digunakan. Daerah tropika basah, seperti Indonesia, mendapatkan radiasi matahari penuh 12 jam setiap harinya sepanjang tahun. Radisasi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman mengakibatkan temperatur udara dalam rumah tanaman meningkat dengan cepat hingga seringkali melewati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Beban panas yang timbul pada 80 bedengan tanaman per 10 acre luasan tanam dilaporkan sebear 590 MJ per hari per 10 acre. Pendinginan terbatas atau zone cooling dilaporkan dapat mendinginkan temperatur udara di sekitar tanaman dengan input energi yang minimum (Kojima and Suhardiyanto, 1991; Suhardiyanto and Matsuoka, 1992). Zone cooling dilakukan dengan cara mendinginan daerah di sekitar tanaman saja tanpa perlu mendinginkan volume udara seluruh rumah kaca. Udara dingin di hembuskan melalui pipa-pipa berlubang yang diletakkan di sekitar tanaman mampu mendinginkan udara di sekitar tanaman, yakni 2-6oC lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang tidak mendapat hembusan angin dingin (Suhardiyanto and Matsuoka, 1992 dan 1994). Pada hidroponik sistem NFT, zone cooling dapat dilakukan dengan cara mendinginkan larutan nutrisi dalam bak/tangki nutrisi yang selanjutnya disirkulasikan ke daerah perakaran sepanjang bedeng tanaman (Matsuoka dan Suhardiyanto, 1992). Chadirin (2006) melaporkan pendinginan larutan nutrisi dengan menggunakan deep sea water mampu menghemat 78% konsumsi energi listrik. Matsuoka dan Suhardiyanto (1992) melaporkan bahwa tanaman tomat dengan temperatur daerah perakaranya dipertahankan pada tingkat 21 oC sampai 23oC ternyata tumbuh jauh lebih baik dalam sistem NFT dibandingkan dengan yang berada pada tingkat temperatur daerah perakaranya 25oC sampai 27oC. 7 2.4 Temperatur Temperatur lingkungan berpengaruh terhadap proses fisik dan kimiawi tanaman dan selanjutnya akan mengendalikan proses biologi dalam tanaman (Harjadi dan Setyawati, 1996). Temperatur sangat besar pengaruhnya dalam mendukung atau membatasi pertumbuhan tanaman. Temperatur daun, batang, dan akar biasanya berada dalam kisaran beberapa derajat dari temperatur udara dan tanah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat dipengaruhi oleh perubahan temperatur lingkungan (Fitter dan Hay, 1991). Respon laju pertumbuhan tanaman terhadap satu kisaran temperatur yang konstan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kisaran temperatur minimum dan maksimum dimana pertumbuhan tanaman terhenti seluruhnya, dan kisaran temperatur optimum dimana kecepatan pertumbuhan tertinggi dapat dipertahankan dengan anggapan bahwa temperatur merupakan faktor pembatas pertumbuhan (Fitter dan Hay, 1991). Temperatur optimum untuk pertumbuhan akar umumnya lebih rendah daripada temperatur untuk pertumbuhan pucuk. Tanaman akan tumbuh baik pada kisaran temperatur larutan nutrisi dan temperatur lingkungan tertentu. Tanaman tomat akan tumbuh baik apabila temperatur larutan nutrisi 22 C meskipun temperatur sekitar tidak mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Tanaman tomat akan tumbuh subur jika tanaman mendapat cahaya matahari yang cukup dan berada pada temperatur yang optimal untuk pertumbuhan. Temperatur optimal pada siang hari berkisar 25-30 C dan temperatur pada malam hari berkisar 15-20 C. Temperatur optimal pada malam hari sangat baik untuk pertumbuhan bunga, karena proses pembungaan terjadi pada malam hari (Villareal, 1980). 8 2.5 Rumah Tanaman Menurut Nelson (1978), greenhouse atau rumah tanaman didefinisikan sebagai suatu bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya. Cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman dapat masuk ke dalam rumah tanaman sedangkan tanaman terhindar dari kondisi yang tidak menguntungkan. Selain itu dengan pemakaian rumah tanaman maka temperatur, kelembaban, cahaya, dan keperluan tanaman yang lain dapat diatur sampai tanaman (sayuran) musiman dapat ditanaman sepanjang tahun. Di dalam rumah tanaman, parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu cahaya matahari, temperatur udara, kelembaban udara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan konsentrasi karbondioksida dapat dikendalikan dengan mudah. Penggunaan rumah tanaman memungkinkan dilakukannya modifikasi lingkungan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman menjadi lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman (Suhardiyanto, 2009). Di dalam budidaya tanaman, rumah tanaman dibangun untuk melindungi tanaman dari cuaca dingin di musim dingin di daerah sub tropis karena rumah tanaman dapat menjadi tempat untuk bercocok tanam sekalipun di musim dingin. Penggunaan rumah tanaman di daerah sub tropis ini memungkinkan petani melakukan rekayasa termal karena lingkungan pertumbuhan tanaman dibatasi oleh rumah tanaman. Dengan demikian budidaya tanaman masih dapat dilakukan di musim dingin dalam rumah kaca. Indonesia merupakan negara tropis yang mengalami musim kemarau dan musim penghujan sehingga fungsi rumah tanaman lebih ditekankan sebagai sarana pelindung tanaman terhadap iklim yang tidak menguntungkan, yakni memanfaatkan rumah tanaman untuk melindungi tanaman dari terpaan curah hujan, temperatur yang terlalu rendah, dan tiupan anagin yang terlalu kencang. Selanjutnya dinding rumah tanaman di pasang kain/kawat kasa untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan serangga. 9 2.6 Pindah Panas Peristiwa pindah panas didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu daerah ke daerah yang lainnya sebagai akibat dari beda temperatur dari daerah-daerah tersebut (Kreith, 1994). Pindah panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi. 1. Konduksi Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair, gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung (Kreith, 1994). Besaran perpindahan panas konduksi tergantung dari nilai konduktivitas panas suatu bahan. Menurut Holman (1997), jika dalam suatu bahan terdapat gradien temperatur (temperature gradient) maka terjadi perpindahan energi atau panas dari bagian yang bertemperatur tinggi ke bagian yang bertemperatur lebih rendah. Besarnya laju aliran panas dengan cara konduksi suatu bahan dinyatakan dalam : qk kA dimana : qk k dT ………………………………………………….(1) dx : laju perpindahan panas (W) : konduktivitas termal (thermal conductivity) bahan (W/m.K) A : luas penampang benda yang tegak lurus terhadap aliran panas (m2) dT : gradien temperatur (K) dx : ketebalan dinding (m) 2. Konveksi Arus cairan atau gas yang menyerap kalor pada suatu tempat, lalu bergerak ke tempat lain dan bercampur dengan bagian fluida yang lebih dingin serta memberikan kalornya, disebut arus konveksi (Zemansky dan Dittman, 1986). 10 Kreith (1994) mengemukakan bahwa perpindahan panas konveksi berdasarkan cara menggerakan alirannya diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu, konvesi bebas (alami) dan konveksi paksa. Konveksi bebas terjadi karena adanya perbedaan massa jenis yang disebabkan oleh perbedaan temperatur, sedangkan konveksi paksa terjadi karena adanya gerak dari luar misalnya dari pompa atau kipas. Laju perpindahan panas konveksi dinyatakan dalam persamaan berikut: qc hc A(T T f ) ………………………………...……………..(2) dimana: qc : laju perpindahan panas (W) hc : koefisien perpindahan panas konveksi (convection heat transfer coefficient) (W/m2.K) T : temperatur permukaan (K) Tf : temperatur fluida (K) 3. Radiasi Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah bila bendabenda tersebut terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut dan energi panas yang berpindah ini disebut panas radiasi (Kreith, 1994). Laju aliran panas suatu benda dengan cara radiasi, dihitung dengan menggunakan persamaan : qr AT 4 …………………………………………………....(3) dimana: qr : laju perpindahan panas (W) : konstanta Stefan Boltzman, 5.667 x 10-8 W/m2K4 : emisivitas bahan (hitam = 1) 11 2.7 Dasar-dasar Simulasi Menurut Syamsa (2003), simulasi komputer adalah usaha mengeksplorasi model-model matematika dari suatu proses atau fenomena fisik dengan menggunakan komputer dalam rangka memberikan gambaran situasi nyata dengan sebagian besar rinciannya. Sedangkan simulasi proses adalah penggunaan model matematika untuk menggambarkan secara realistik perilaku nyata dari system dengan mengukur tanggap dinamik variablevariabel proses yang dipantau, misalnya temperatur, tekanan, dan komposisi bahan. Dengan memanipulasi atau bekerja dengan model diharapkan : 1. Dapat meramalkan hasil atau keluaran. 2. Lebih memahami model fisik dan matematika dari fenomena dan proses. 3. Bereksperimen dengan model. 4. Melalukan pengujian dengan model. 5. Menggunakan model untuk tujuan penelitian dan pelatihan. Secara garis besar, simulasi proses dapat dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan kondisinya yaitu simulasi pada keadaan tunak dan simulasi dalam keadaan dinamis (Syamsa, 2003). Simulasi keadaan tunak biasanya terdiri dari sejumlah persamaan aljabar yang diselesaikan secara iterasi, misalnya untuk menghitung kalkulasi panas dan keseimbangan dari suatu proses dibawah kondisi keadaan tunak yang berubah-ubah. Program simulasi keadaan tunak umum digunakan dalam proses industri seperti pengukuran boiler dan peralatan turbin untuk laju panas tertentu. Sedangkan simulasi keadaan dinamis tidak hanya memeperhatikan kalkulasi panas dan keseimbangan bahan dalam keadaan tunak, tetapi juga kondisi transien dari perubahan proses. Simulasi dilakukan dengan menyelesaikan persamaanpersaman diferensial non-linier berjumlah besar dalam waktu nyata, untuk menggambarkan keseimbangan dinamik bahan dan energi dari proses yang disimulasikan. Laju akumulasi masa dan energi dihitung secara kontinyu dan diintegrasikan sepanjang interval waktu yang relatif kecil, yaitu untuk menghasilkan proses tiruan dari tanggap dinamik yang realistik seperti temperatur, tekanan, dan komposisi bahan. 12 2.8 Metode Komputasi Dinamika Fluida Computational Fluid Dynamics (CFD) merupakan pemanfaatan program komputer untuk membuat suatu prediksi apa yang terjadi secara kuantitaif pada saat fluida mengalir. Dengan menggunakan CFD presiksi aliran fluida pada berbagai sistem dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah dan waktu yang singkat dibanding dengan metode eksperimen (Nugraha, 2005). Secara istilah CFD merupakan suatu teknologi komputasi yang memungkinkan untuk mempelajari dinamika dari benda-benda atau zat-zat yang mengalir. Menurut Zhang (2005), pada dasarnya persamaan-persamaan fluida dibangun dan dianalisis berdasarkan persamaan-persamaan parsial (PDE= Partial Differential Equation) yang merepresentasikan hukum-hukum konservasi massa, momentum, dan energi. Untuk memprediksi aliran fluida pada kondisi tertentu, program CFD harus dapat menyelesaikan persamaan-persamaan yang menerangkan peristiwa aliran-aliran fluida. Dengan demikian pemahaman tentang sifat-sifat dasar aliran fluida sangatlah penting. Persamaan-persamaan yang menerangkan peristiwa aliran fluida berbentuk persamaan diferensial parsial. Program komputer tidak langsung dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan tersebut secara langsung. Oleh karena itu, persamaan diferensial ini ditransformasikan kedalam persamaan aljabar yang sederhana dan disebut dengan metode diskritisasi (Versteeg dan Malalasekera, 1995). Secara umum, proses dalam CFD dibagi dalam tiga tahapan yaitu prapemrosesan (pre-processing), pencarian solusi (solving), dan pascapemrosesan (post-processing) (Purbaya dan Asmara, 2003). 1. Prapemrosesan Menurut Tuakia (2008), tahapan ini merupakan langkah pertama dalam membangun dan menganalisis sebuah model CFD. Prapemrosesan terdiri dari input masalah aliran ke dalam program CFD dengan memakai interface yang memudahkan operator dan transformasi input berikutnya ke dalam bentuk yang sesuai dengan pemecahan oleh solver. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi : 13 - Penurunan definisi geometri dari daerah yang dianalisis. - Pembentukan grid. - Pemilihan fenomena fisik dan kimia yang terjadi. - Penentuan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas, massa jenis, panas jenis dan sebagainya). - Penentuan kondisi batas yang sesuai agar memudahkan dalam menganalisis. Pemecahan masalah aliran (kecepatan, tekanan, temperatur, dan lainlain) didefinisikan pada titik (nodal) didalam tiga sel. Ketepatan CFD dibentuk oleh sejumlah sel dalam grid. Secara umum, semakin besar jumlah sel, ketelitian hasil pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak harus selalu seragam, semakin halus pada bagian yang memiliki varisai cukup besar dan semakin kasar untuk bagian yang relatif tidak banyak perubahan (Tuakia, 2008). 2. Pencarian Solusi Setelah geometri masalah didefininisikan secara numerik melalui grid-grid, tahap selanjutnya adalah pencarian solusi. Pada tahap ini persamaan-persamaan matematika yang digunakan untuk memodelkan aliran didiskritasasi untuk masing-masing grid dan dicari solusinya. Persamaan atur yang digunakan dalam CFD tergantung dari permasalahan yang akan dimodelkan (Purbaya dan Asmara, 2003). Proses pencarian solusi dilakukan dengan menggunakan metode finite volume, dimana metode ini dikembangkan dari finite difference khusus (Tuakia, 2008). Algoritma numerik metoda ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : - Aproksimasi variabel aliran yang tidak diketahui dengan menggunakan fungsi sederhana. - Diskritisasi dengan mensubsitusi hasil aproksimasi ke dalam aliran dan memanipulasi matematika berikutnya. - Penyelesaian persamaan aljabar. 14 3. Pasca-pemrosesan Tahap terakhir dari simulasi menggunakan CFD adalah pascapemrosesan. Pada tahap ini semua solusi dari parameter aliran yang telah diperoleh untuk setiap grid yang disajikan melalui visualisasi. Visualisasi solusi ini bertujuan untuk mempermudah memahami solusi yang dihasilkan oleh software CFD (Purbaya dan Asmara, 2003). 15