BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan sampah telah menjadi masalah yang nyata di kota-kota besar pada saat ini. Setiap perkotaaan memiliki permasalahan yang sama untuk sampah ini , yaitu permasalahan pengelolaan sampah. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat perkotaan umumnya tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat tersebut, sementara dari pihak pemerintah telah menyediakan berbagai macam aturan yang mengatur pengelolaan sampah namun pada implementasinya tidak terlaksana dengan sepenuhnya. Hal ini salah satunya adalah akibat lemahnya pengawasan terhadap aturan tersebut. Akibar dari pengelolaan sampah yang kurang optimal ini berbagai dampak negatif dari sampah mulai menghantui sebagain besar masyarakat perkotaan meskipun tidak banyak yang menyadari hal ini. Beberapa permasalahan yang mengancam yang diakibatkan pengelolaan sampah yang tidak sesuai yaitu membahayakan kesehatan masyarakat serta memberikan dampak kerusakan lingkungan. Geografi sebagai keilmuan yang membahas masalah perkotaan melihat permasalahan sampah sebagai permasalahan yang harus diselesaikan dengan pendekatan sektoral, dimana permasalahan sampah merupakan permasalahan yang umum di kota – kota besar. Pertumbuhan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada akhir dekade ini menunjukan tren yang meningkat. Pertumbuhan penduduk tersebut didominasi juga oleh penduduk yang tinggal di perkotaan. Badan Pusat Statistik (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 66,44% penduduk di Provinsi DIY tinggal di perkotaan. Persentase ini diperoleh melalui konsep klasifikasi kota menurut Badan Pusat Statistik yaitu didasarkan pada kepadatan penduduk, persentase rumah tangga yang bekerja di bidang pertanian, dan tersedianya fasilitas kota seperti sekolah, pasar, rumah sakit, jalan aspal, dan listrik. Provinsi DIY sendiri terdiri atas 4 kabupaten, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul serta Sleman dan 1 kotamadya, Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta adalah kota yang memiliki kepadatan yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta yang mencapai 1 388.627 jiwa dengan luas wilayah sebesar 32,5 KM2 (Badan Pusat Statistik, 2014) menjadikan Kota Yogyakarta memiliki kepadatan tertinggi diantara kabupaten lain di provinsi DIY yaitu sebesar 11.958 Jiwa/KM2 . Dengan kepadatan yang sangat tinggi menjadikan Kota Yogyakarta memiliki permasalahan-permasalahan komplek di dalamnya. Permasalahan yang dialami di kota-kota dengan kepadatan yang tinggi dan pertumbuhan penduduk yang tinggi antara lain adalah permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan menjadi perhatian besar pada akhir dekade ini karena kurangnya kesadaran masyarakat pada umumnya terhadap keberlanjutan lingkunga. Untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan maka diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada di kota yang menghambat perkembangan kota. Salah satu permasalahan lingkungan di kota tersebut yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah permasalahan mengenai pengelolaan sampah padat (Bergers dalam Yunus., 2005). Kota Yogyakarta sedang bertransformasi menjadi jogja cyber city hal tersebut telah dilakukan Kota Yogyakarta sejak tahun 2003 (The Jakarta Post, 2003) Pada tahun 2013 pemerintah daerah Kota Yogyakarta bersama pihak Telkom telah menjalin kerjasama untuk terus membangun jogja cyber city dengan penyedian akses layanan internet yang memadai (Tribunnews, 2013). Perkembangan jogja menjadi cyber city ini telah banyak membantu masyakat Kota Yogyakarta seperti salah satunya dalam pelayanan perbankan melalui e-banking dan ATM (Rachmawati, 2011). Dengan berkembanganya layanan yang berbasis teknologi informasi ini tentunya mengurangi pergerakan masyarakat dan efisien waktu .kebutuhan dan respon masyarakat terhadap perkembangan teknologi informasi ini meningkat pesan dengan bermunculnya layanan layanan pemerintah kepada masyarakat berbasis teknologi informasi dan munculnya kampung cyber di beberapa wilayah seperti kampung cyber Patehan , Kraton, Suryatmajan, Tegal Panggung dan sebagainya (Rachmawati, 2014). Perkembangan teknologi informasi di Kota Yogyakarta ternyata juga memicu produksi alat-alat elektronik hasil dari inovasi teknologi tersebut meningkat. Contoh beberapa alat elektronik tersebut yang penggunaannya saat ini sedang meningkat antara lain adalah : Handphone, Laptop, Komputer, Printer dan 2 berbagai macam alat elektronik canggih lainnya. Meningkatnya produksi barang barang elektronik tersebut tentunya memicu adanya sampah padat jenis baru yaitu sampah elektronik. Persoalan sampah padat belum teratasi secara optimal namun telah dihadapkan pada munculnya sampah padat jenis baru yang lebih berbahaya dan mengancam lingkungan pada masa depan, sehingga perlu upaya untuk mengatasi hal tersebut sejak dini dan penyadaran masyarakat akan bahaya sampah elektronik tersebut. Sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan informasi tersebut maka terjadi potensi peningkatan sampah padat jenis baru yang tidak terkendali. Sampah padat jenis baru tersebut berupa barang-barang elektronik yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dan atau sudah habis masa pakai (end of life)atau dikenal dengan istilah elektronik waste (e-waste) atau sampah elektronik (Deubzer, 2011). Peran regulasi sangat penting untuk mengatur dan mengelola kota untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan salah satunya. Terkadang suatu permasalahan perkotaan muncul akibat dari penerapan aturan yang tidak sesuai atau bahkan karena tidak ada regulasi yang mengaturnya secara riil. Tidak adanya regulasi yang sesuai untuk mengelola perkotaan membuat kota menjadi tidak memiliki kekuatan untuk mengatur warganya. Instrumen regulasi sangatlah penting sebagai kontrol di dalam pembangunan perkotaan. Adanya regulasi yang bagus dan diikuti implementasi yang nyata akan membantu pemerintah di dalam pengelolaan permasalahan kota khususnya permasalahan sampah elektronik. Oleh karena itu melalui penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi karakteristik sampah elektronik (e-Waste) dan implikasinya terhadap kebijakan daerah di Kota Yogyakarta. Dengan mengetahui karakteristik sampah elektronik (ewaste) di Kota Yogyakarta maka akan diketahui bagaimana seharusnya regulasi pengelolaan sampah elektronik di Kota Yogyakarta yang dituangkan dalam kebijakan daerah, maka permasalahan sampah elektronik yang berpotensi muncul di masa yang akan datang dapat diantisipasi agar tidak menjadi permasalahan sampah perkotaan yang baru, khususnya di Kota Yogyakarta. Mengantisipasi masalah dengan belajar dari negara lain merupakan salah satu upaya pencegahan 3 untuk mengatasi permasalahan perkotaan khususnya permasalahan sampah elektronik dimasa datang. 1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Membicarakan mengenai kondisi sampah elektronik di negara berkembang, sampah elektronik di Indonesia dapat digolongkan sebagai Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) dimana perlu pengelolaan khusus untuk mengelolanya (Peraturan Pemerintah Nomer 85 Tahun 1999). Dalam hal ini pengelolaan sampah B3 merupakan tanggung jawab dari pemerintah menurut peraturan pemerintah tersebut. Pengelolaan sampah elektronik yang tidak tepat akan menimbulkan masalah bagi manusia karena racun yag terkandung di dalam sampah elektronik tersebut dapat menyebar kemana-mana dan menjadi sumber penyakit serta pembuangan sampah elektronik yang sembarangan, akan memperburuk kualitas air dan kualitas tanah. Untuk daerah perkotaan dengan lahan yang terbatas, ketersediaan lahan bagi dukungan hidup terhadap manusia menjadi suatu hal yang sangat penting. Hal ini terutama di daerah perkotaan seperti di Kota Yogyakarta. Pengelolaan sampah elektronik yang sesuai merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah untuk melindungi masyarakat terhadap potensi bahaya yang diakibatkan pencemaran sampah elektronik ditempat pembuangan yang tidak semestinya. Regulasi berperan penting di dalam pengelolaan perkotaan. Penerapan regulasi yang sesuai akan membantu perkotaan mencapai cita-citanya, adanya regulasi yang mengatur setiap detil perkotaan dan juga implementasi pada masyarakat dapat menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan kota. Namun yang biasanya terjadi adalah setiap penerapan regulasi tidak 100% dapat diwujudkan sementara regulasi yang ada juga tidak sepenuhnya mengatasi permasalahan yang ada. Berdasarkan penjabaran permasalahan tersebut yang muncul, maka perlu adanya penelitian mengenai “Bagaimana karakteristik sampah elektronik (e-waste) dan implikasinya terhadap kebijakan daerah di Kota Yogyakarta” yang juga 4 merupakan rumusan masalah utama dalam peneltian ini. Untuk lebih memahami masalah tersebut peneliti membagi beberapa rumusan ke dalam pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana karakteristik sampah elektronik (e-waste) di Kota Yogyakarta 2. Bagaimana implikasi sampah elektronik (e-waste) terhadap kebijakan daerah di Kota Yogyakarta Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian perlu dilakukan dengan judul: Identifikasi Karakteristik Sampah Elektronik (E-Waste) dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Daerah di Kota Yogyakarta 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang bagaimana karakteristik sampah elektronik dan bagaimana implikasinya terhadap kebijakan daerah di Kota Yogyakarta yang dirinci sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik sampah elektronik (e-waste) di Kota Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi implikasi sampah elektronik (e-waste) terhadap kebijakan daerah di Kota Yogyakarta. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dimana permasalahan baru seperti sampah elektronik ini belum banyak orang yang paham dan peduli. Sehingga penelitian-penelitian sejenis seperti ini diharapkan mampu menjadi batu loncatan pengembangan bagi ilmuwan lain untuk menggali berbagai macam permasalahan perkotaan yang ada. Manfaat nyata yang utama adalah: 1. Bagi Universitas Gadjah Mada, menjadi penelitian awal mengenai sampah elektronik ini sehingga harapanya bisa menjadi penelitian acuan yang akan terus disempurnakan dimasa mendatang 5 2. Bagi Civitas Akademika, bisa memberi pandangan baru mengenai permasalahan baru di perkotaan terutama bagi ahli perkotaan. Permasalahan perkotaan utamanya berasal dari gagalnya implementasi regulasi dan tidak adanya regulasi yang mengatur lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut 3. Bagi Masyarakat dan Dunia, mampu memberi wawasan baru agar orang lebih sadar akan permasalahan perkotaan, khususnya permasalahan sampah elektronik dan lebih mentaati regulasi yang ada setelah adanya penelitian ini. 4. Bagi Pemerintah terkait, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi perhatian lebih terhadap permasalahan sampah elektronik terutama dalam kaitannya penyusunan dan implementasi regulasi mengenai sampah elektronik yang sesuai. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan bagian riset kerjasama Fakultas Geografi dengan universitas mitra luar negeri yaitu “International Research Collaboration and Scientific Publication” yang berjudul “Virtual City:A Solution to Urban Problems” dengan ketua peneliti Dr. Rini Rachmawati, M.T. Penelitian utama dijadikan sebagai payung peneltian khususnya sebagai referensi mengenai masalah perkotaan yang timbul di dalam era Cyber City yaitu masalah sampah elektronik. Beberapa referensi penelitian yang diambil dari skripsi, tesis dan disertasi dapat dilihat pada Tabel 1. Penelitian tersebut merupakan rujukan bagaimana permasalahan sampah elektronik (e-waste) terjadi dan dengan melihat kecenderungannya peneliti melakukan penelitian ini dalam lingkup pendekatan geografi yaitu mengidentifikasi karakteristik sampah elektronik di Kota Yogyakarta, karena setiap wilayah dari referensi penelitian yang peneliti telaah memiliki perbedaan dalam pengelolaan sampah elektronik dan bagaimana perlakuan masyarakat disutu wilayah terhadap sampah elektronik. 6 Penelitian pertama dilakukan oleh Tan Heng Tsin Stanley (2007) dengan judul “Recycling of Used Electronic in Singapore“ yang lebih berfokus pada temuan pengelolaan sampah elektronik di negara Singapura yang beberapa sampah elektronik di ekspor yang sebagian adalah ilegal ke negara dunia ketiga seperti India, negara-negara di Afrika dan bahkan Indonesia. Di sisi lain pengelolaan sampah elektronik (e-waste) di negara Singapura sudah cukup baik karena pengelolahan Sampah Elektronik dilakukan di Pulau Semakau melalui kegiatan PPP (Public-Private Partnership) yaitu dikelola secara terpadu di pulau tidak berpenghuni jauh dari permukiman dengan teknologi yang cukup canggih. Di sisi lain pencemaran lingkungan yang terjadi di pulau tersebut cukup mengkhawatirkan karena pulau semakau tidak hanya mengelola sampah elektronik namun juga jenis sampah umum yang lain sementara kapastias Pulau Semakau sudah hampir melebihi batasnya. Adanya kegiatan ekspor ilegal sampah elektronik juga menjadi permasalahan tersendiri sebagaimana sampah elektronik tidak boleh diperjualbelikan lintas negara. Referensi selanjutnya adalah penelitian tesis yang berjudul “E-Waste in Indonesia : The Case of Personal Computer” yang dilakukan oleh Fauziah Rochmah pada tahun 2010, dimana menyoroti kasus daur ulang Personal Computer (PC) bekas di Kota Yogyakarta khususnya di wilayah Kecamatan Gamping. Penelitian ini berfokus pada bagaimana penanganan sektor informal dalam daur ulang PC bekas tersebut yang rentan terhadap kesehatan para pekerja daur ulang tersebut. Beberapa hasil penelitiannya antara lain perdagangan PC bekas untuk didaur ulang yaitu PC yang sudah tidak dapat direparasi dan PC jenis lama untuk diambil komponen-komponennya tidak memenuhi standar kesehatan dan keamanan sehingga berbahaya bagi lingkungan maupun manusia. Hasil lain menunjukan tidak adanya kontrol dari pemerintah tentang pemanfaatan ulang PC bekas ini sehingga perlu adanya sistem kontrol berupa regulasi yang mengontrol perdagangan PC bekas ini yang merupakan bahan berbahaya dan lintas wilayah hingga Jawa Timur tempat dumping sampah elektronik yang sudah tidak bisa dimanfaatkan sama sekali. 7 Referensi selanjutnya yaitu penelitian ketiga adalah penelitian skripsi tentang sampah elektronik di Kota Surabaya spesifik pada telepon seluler serta pola aliran sampah elektronik (e-waste) telepon seluler yang berjudul “Identifikasi Sampah Elektronik (E-Waste) Telepon Seluler Di Surabaya” pada tahun 2011. Penelitian ini berfokus pada pola aliran sampah elektronik (e-waste) Telepon Seluler di Kota Surabaya yaitu terdapat mata rantai yang panjang pada sampah elektronik jenis Telepon Seluler di Kota Surabaya. Mata rantai ini melibatkan dari penjual perorangan, tukang reparasi, pengepul sampah elektronik jenis Telepon Seluler hingga pelaku daur ulang sampah elektronik yang tidak diketahui. Referensi terakhir sekaligus sebagai riset payung penelitian peneliti selanjutnya adalah penelitian kerjasama luar negeri dengan judul “Virtual City: A Solution to Urban Problem” pada tahun 2013 oleh Rini Rachmawati. Penelitian ini yang menjadi pintu masuk bagaimana peran IT dalam kehidupan sehari – hari dan pelayanan publik pemerintah terhadap masyarakat khususnya di Kota Yogyakarta melalui E-Government . Penelitian ini berfokus pada seluruh layanan TIK yang disiapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Penelitian ini kemudian menjadi dasar bagaimana masalah yang mungkin terjadi apabila melihat perkembangan penggunaan barang elektronik untuk mengakses layanan – layanan di Kota Yogyakarta. Beberapa penelitian yang menjadi referensi peneliti di atas terdapat beberapa poin – poin yang menjadi pintu masuk penelitian mengenai identifikasi karakteristik sampah elektronik (e-waste) di Kota Yogyakarta dan implikasinya terhadap kebijakan daerah dalam hal ini regulasi yang mengatur. Penelitian ini mencoba mengkaji karakteristik sampah elektronik dari sisi pengelolaan yang ada baik dari pemerintah, komunitas masyarakat, pelaku langsung seperti penjual dan pengepul dan tukang reparasi sampah elektronik. Peneliti juga berusaha mengkaitkan dengan kebijakan daerah atas permasalahan yang mungkin ditimbulkan dari sampah elektronik tersebut di masa mendatang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini bagaimana referensi yang digunakan beserta perbedaan masing – masing penelitian: 8 Tabel 1 Penelitian Sebelumnya Judul Nama Jenis Peneliti Penelitian Recycling of Tan Heng Used Electronic Tsin in Singapore Stanley E-Waste in Fauziah Indonesia : The Rochmah Case of Disertasi Tahun 2007 Metode Hasil Studi Kasus mengidentifikasi bidang permasalahan berbagai daur ulang dan Survei elektronik yang digunakan di Singapura dan memahami masalah lingkungan yang terkait Thesis 2010 Observasi Pemanfaatan e-waste dalam hal ini Personal Computer (PC) dan Studi bekas telah meningkat pada level yang mengkhawatirkan di Literatur Kota Yogyakarta khususnya untuk sektor informal karena Personal pengelola daur ulang PC rentan terpapar bahan radioaktif Computer dan bahan kimia serta perlu adanya sistem pengelolaan yang sesuai dan aman Lanjutan Tabel 1 . . . . . Judul Nama Jenis Peneliti Penelitian Identifikasi Yonie Skripsi Sampah Satria Elektronik (E- Tahun 2011 Metode Hasil Studi Penggunaan Telepon Seluler di Surabaya dan Pola Aliran Literatur dan Sampah Elektronik (e-waste) Telepon Seluler yang Kuesioner melibatkan mata rantai yang panjang yaitu meliputi pembeli Waste) Telepon Seluler, tempat reparasi hingga, pengepul sampah Telepon Seluler elektronik Telepon Seluler yang lebih besar dan pelaku daur Di Surabaya ulang sampah elektronik Telepon Seluler yang tidak diketahui. 10 Lanjutan Tabel 1 . . . . . Judul Nama Peneliti Jenis Penelitian Tahun Virtual City: Rini Rachmawati, Laporan A Rijanta Penelitian 2013 Metode Hasil Penelitian 1. Penyediaan layanan berbasis Kulaitatif TIK memberikan solusi bagi Solution to dengan permasalahan perkotaan. Urban pendekatan 2. Pelayanan pendidikan berbasis Problems Studi Kasus. TIK sangat membantu Metode menyediaakan informasi pengambilan pendidikan. data dengan 3. Manajemen control lalu lintas studi berbasis TIK bermanfaat literatur, meningkatkan keamanan dan FGD, dan kenyamanan dalam perjalanan. indepth 4. Konsep Virtual city/Cyber City interview penting untuk diimplementasikan dalam menyelesaikan masalah perkotaan. 11 Lanjutan Tabel 1 . . . . . Judul Nama Peneliti Identifikasi Riza Fadholi Karakteristik Pasha Jenis Tahun Metode Penelitian Skripsi 2014 Indepth Interview, Sampah Elektronik Study (E-Waste) dan Literature Implikasinya Terhadap Kebijakan Di Kota Yogyakarta 12 Hasil