BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia dahulu pada tahun 1997, telah berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan masyarakat, salah satunya terhadap aspek perekonomian Indonesia. Kenyataan ini telah mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia terguncang termasuk perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sehingga perusahaan-perusahaan tersebut harus dituntut untuk bekerja lebih keras, efektif dan efisien. Dengan bekerja lebih keras, efektif dan efisien sedikit banyak akan membantu perusahaan dalam mengatasi kondisi krisis moneter tersebut. Pada kondisi tersebut, banyak juga perusahaan yang tidak dapat bertahan atau gagal dalam persaingan bisnis yang sangat ketat tersebut. Akibatnya banyak perusahaan yang tidak mempunyai modal atau dana yang cukup besar, gagal untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya, sedangkan bagi perusahaan yang mempunyai modal atau dana yang cukup besar, dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang sangat ketat itu dengan segala usahanya. Salah satunya dengan ekspansi perusahaan. Ekspansi perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ekspansi internal dan ekspansi eksternal. Ekspansi internal dapat dilakukan dengan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produk, atau dengan menambah divisi baru. Sedangkan ekspansi eksternal dilakukan dengan cara bergabung dengan perusahaan lain. Perusahaan juga dapat melakukan ekspansi eksternal dengan cara membeli perusahaan lain. Cara semacam ini disebut sebagai akuisisi. Menurut Moin (2004:5), akuisisi didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Sampai saat ini, isu akuisisi masih dibicarakan baik oleh pengamat ekonomi, para ahli teori keuangan, maupun praktisi bisnis, karena banyak kegiatan akuisisi yang hasilnya tidak sesuai dengan motif perusahaan. Perusahaan sendiri mempunyai motif yang positif untuk melakukan akuisisi. Pada prinsipnya, terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Termasuk motif ekonomi adalah motif untuk mencapai sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategis. Motif strategis dimaksudkan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang perusahaan yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan nilai perusahaan atau peningkatan kemakmuran pemegang saham (Moin, 2004:48). Tetapi motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Di mana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa diperoleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah. Konsep inilah yang disebut dengan sinergi, sebuah terminologi yang biasa dipakai untuk menerangkan manfaat unik yang dihasilkan dari akuisisi. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, finansial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya (Moin, 2004:55). Keputusan akuisisi juga mempunyai pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan, peningkatan kinerja perusahaan, terutama dalam penampilan finansial perusahaan yang pasti membesar serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan.Keputusan akuisisi selain membawa manfaat sebagaimana diuraikan diatas, juga tidak terlepas dari berbagai permasalahan, diantaranya adalah mahalnya biaya untuk melaksanakan akuisisi. Hal ini dikarenakan untuk membentuk suatu perusahaan yang profitable di pasar adalah sangat kompetitif. Disamping itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan, jika perusahaan yang melakukan akuisisi tidak cermat dalam melakukan akuisisi dan tidak tepat mengelola perusahaan setelah melakukan akuisisi. Dari uraian diatas, dapat dicermati bahwa keputusan perusahaan untuk melakukan akuisisi selain diikuti dengan manfaat, juga menimbulkan beberapa permasalahan. Namun kenyataannya, pada saat ini semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan akuisisi dengan harapan akan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan. Dampak positif akuisisi dapat dilihat dari peningkatan kinerja keuangan. Kinerja keuangan pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio keuangan karena rasio keuangan mampu mengukur hampir setiap aspek atau segi dari kinerja perusahaan dan menyajikan informasi yang penting untuk menetapkan strategi yang digunakan oleh perusahaan. Penelitian kali ini menyajikan beberapa rasio keuangan, yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, serta rasio nilai pasar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti ingin menguji perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan Akuisitor?” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan akuisitor. 1.4 Manfaat Penelitian a. Kontribusi Praktis Menjadi tambahan bukti empiris mengenai dampak dari akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan akuisitor bagi perusahaan akuisitor manufaktur non finansial yang go public di Indonesia. Sementara itu bagi investor dapat menjadi referensi dalam mengambil keputusan sehingga investor lebih cerdas dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang melakukan akuisisi. b. Kontribusi Teoretis Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian lain di masa yang akan datang. c. Kontribusi Kebijakan Memberikan informasi kepada pihak manajemen perusahaan sehingga dapat menentukan langkah-langkah dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan melalui kegiatan akuisisi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk memfokuskan permasalahan, maka dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan tentang perbedaan kinerja keuangan perusahaan akuisitor sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2006.