E – Learning Mata Kuliah : Filsafat Ilmu dan Logika Dosen Pengampu : Dr. Wagiyo, M. S. HARI : Kamis Tanggal : 26 November 2015 Kelas : 21 B KESALAHAN LOGIS Generalisasi tergesa-gesa Yaitu karena penalaran ceroboh/tidak sehat Contoh : a. Pegawai negeri adalah korup b. Orang kaya tentu kikir 1. Belum tentu Yaitu karena premis tidak ada hubungan dengan kesimpulan Contoh : a. Mahasiswa yang dekat dengan dosennya tentu nilainya A b. Seorang diplomat yang sedang melobi pejabat tinggi dikatakan ia spionase asing 2. Analogi Palsu Contoh : a. Pegawai itu bekerja bagaikan robot, . . . . . . . tanpa membantah. b. Negara adidaya itu bagaikan polisi dunia, . . . . . . . semaunya sendiri 4. Penalaran Melingkar Yaitu karena penalar meletakkan kesimpulan dalam premisnya dan kemudian menggunakan premis untuk membuktikan kesimpulan itu. Contoh : a. Rakyat daerah menuntut kemerdekaan, karena mereka ingin merdeka b. Aparat keamanan menembak penjarah, karena penjarah memang harus ditembak c. Pemilu itu harus jurdil, karena pemilu harus adil d. Referendum memang harus diselenggarakan,karena rakyat menghendaki referendum Agar pembalikan tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, maka harus diperhatikan hukumhukum pembalikan yaitu : 1. Keputusan A (Afirmatif Universal/singular) hanya boleh dibalik menjadi keputusan (Afirmatif partikular). Contoh: Semua manusia adalah berakal, dapat dibalik semua yang berakal adalah manusia 2. Keputusan E (Negatif Universal/singular) selalu boleh dibalik Contoh: Tak seorangpun mahasiswa adalah penjarah, dapat dibalik menjadi: Tak seorangpun penjarah adalah mahasiswa 3. Keputusan J (Afirmatif partikular) dapat dibalik menjadi keputusan J (Afirmatif partikular) lagi. Contoh : Ada pejabat-pejabat yang korupsi, dapat dibalik menjadi : Ada orang-orang yang korupsi yang merupakan pejabat 4. Keputusan O (negatif partikular) tidak dapat dibalik Contoh : Aparat keamanan itu menembak demonstran, hal ini tidak dapat dibalik menjadi demonstran itu menembak aparat keamanan PERLAWANAN Yaitu dua keputusan yang mempunyai subjek dan predikat yang sama, tetapi berbeda dalam hal luas dan atau bentuknya (Afirmatif/negatif) Ada 4 macam perlawanan yaitu : 1. Kontradiktoris ( bertentangan ) Yaitu pertentangan antar dua putusan dengan subjek dan predikat yang sama ( yang satu menentang ) Contoh : Dalam suatu ujian jika ada 1 orang saja yang tidak lulus, maka ucapan “ Semua peserta ujian lulus” adalah tidak benar,dan tidak ada kemungkinan ketiga 2. Kontraris ( Berlawanan ) Yaitu perlawanan antar 2 putusan yang mempunyai subjek dan predikat yang sama tetapi berbeda dalam bentuknya ( yang satu afirmatif dan yang lain negatif ). Keputusan yang berlawanan tidak dapat sekaligus bersama-sama benar, tetapi dapat keduanya salah. Kalau yang satu benar, yang lain pasti salah. Kalau yang satu salah, yang lain bisa benar, dan bisa juga salah. Jadi dalam hal ini ada kemungkinan ketiga. 3. Subkontraris ( kurang berlawanan atau perlawanan bawahan ) Jika yang satu salah, maka yang lain benar. Jika yang satu benar, maka yang lain dapat benar dan dapat juga salah. Jadi dapat keduanya benar, akan tetapi tidak dapat keduanya salah. 4. Subalterma ( Bawahan ) Dalam hal ini dapat keduanya salah, atau dapat keduanya benar, dan dapat pula yang satu benar , namun yang lain salah. 5. Praktika Dalam praktek kehidupan sehari-hari orang harus cermat, agar tidak terjebak pada kesalahan yang sering terjadi. Dalam praktek sering terdapat : 1) Salah persepsi 2) Serangan balik 3) Keputusan umum 4) Berlawanan argumentasi