BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kotler (2000) mengungkapkan bahwa dalam perusahaan jasa yang pengelolaan hubungan dengan karyawannya sangat baik akan mempengaruhi hubungan mereka dengan pelanggan. Manajemen melaksanakan pemasaran internal (internal marketing) dan memberikan dukungan pada karyawan dan menghargai kinerja yang baik. Rosenbluth dan Peter (dalam Kotler, 2000), demikian jauh mengatakan bahwa jika perusahaan benar-benar ingin memuaskan pelanggannya, maka lebih dahulu memuaskan karyawannya untuk menciptakan kepuasan bagi pelanggannya. Heskett et al (dalam Zeithaml dkk, 2006) mengidentifikasi strategi operasi dan sistem penyampaian jasa, dikenal sebagai the service profit chain model. The service profit chain model sangat penting dalam pemasaran karena model tersebut mengakui bahwa kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan adalah sebuah fungsi dari tingkat kepuasan karyawan yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan seperti yang digambarkan pada gambar 2.1. Dari gambar berikut terlihat bahwa proses ini dimulai dari terbentuknya operating strategy and service delivery system yaitu kepuasan karyawan dan loyalitas karyawan sebagai akibat dari persepsi mereka yang sangat baik terhadap kualitas pelayanan internal yang mereka peroleh dari perusahaan. Ini menjelaskan bahwa kepuasan karyawan berhubungan dengan ketepatan dan kenyamanan disain pekerjaan (workplace design), jenis pekerjaan (job design), proses seleksi dan pengembangan (employee selection and development), pengakuan dan penghargaan (employee rewards and recognition), serta peralatan/fasilitas untuk melakukan pelayanan kepada konsumen internal (tools for serving customers). Loyalitas karyawan yang dimaksud yaitu berupa keinginan karyawan untuk bekerja lebih lama (employee retention) dan juga meningkatkan produktivitas kerjanya (employee productivity). Loyalitas karyawan tersebut akan mampu 6 menumbuhkan kualitas pelayanan eksternal yang mampu memuaskan pelanggan. Pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan akan cenderung bersikap loyal terhadap perusahaan. Pelanggan yang bersifat loyal merupakan bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan keuntungan. modal Gambar 2.1 The Service Profit Chain Model Sumber: Heskett et al (2000) Dalam hal ini sumber daya manusia berperan penting dalam bisnis jasa karena sifatnya yang inseparability (proses produksi dan konsumsi jasa terjadi secara bersamaan) dan variability (variasi bentuk, kualitas, dan jenisnya). Kontak karyawan mewakili organisasi dan dapat secara langsung mempengaruhi kepuasan pelanggan. Karyawan yang puas akan memberikan pelayanan berkualitas tinggi bagi perusahaan dan pelanggan eksternal, daripada mereka yang tidak puas dengan pekerjaannya (Zeithaml dan Bitner, 2000). Oleh karena itu, perusahaan yang ingin meningkatkan kepuasan pelanggan, pertama-tama harus memusatkan perhatian pada kualitas pelayanan yang diberikan untuk karyawan dalam organisasi tersebut. 7 2.1.1 Kualitas Pelayanan Internal (Internal Service Quality) Industri jasa seringkali dikarakteristikkan sebagai transaksi dari suatu hal yang tidak berwujud antara penyedia jasa dan konsumen, kualitas dari penyedia jasa memiliki pengaruh langsung terhadap proses penyampaian jasa dan kepuasan konsumen (Gronroos, 1990). Seperti yang dikatakan oleh Pillai dan Bagavathi (2003) bahwa kesuksesan dan kegagalan suatu organisasi tidaklah tergantung pada peralatan, mesin-mesin maupun materi lain, tetapi justru pada sumber daya manusianya. Demikian pula di industri jasa, sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan sebagai pelaksana dan penunjang operasional dan manajemen industri jasa tersebut. Patricia Wheeler dan Jeff Frakes mengemukakan pengertian dari Internal Service Quality adalah “pelayanan yang organisasi sediakan kepada karyawan dan antara satu departemen lain dengan departemen yang lain dalam organisasi tersebut, seperti kita memberikan pelayanan yang terbaik kepada supplier atau siapa saja yang terlibat bersama dalam pelaksanaan tugas” (Yenista Enga No, 2006, hal. 21). Pelayanan internal yang dimaksudkan disini yaitu ketika teman kerja atau departemen lain bartanya mengenai informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang ingin dilengkapi, maka karyawan bagian lain harus memberikan informasi yang dibutuhkan secara cepat, tepat dan benar (Yenista Enga No, 2006). Beberapa faktor yang terkandung dalam kualitas pelayanan internal (Heskett et al, 1997), yaitu: 1. Workplace design Yang dimaksud dengan perancangan tempat kerja (workplace design) dapat dilihat pada kutipan berikut: “perancangan tempat kerja ini berkaitan dengan pengaturan tempat kerja yang baik dan nyaman sehingga karyawan merasa nyaman dan tenang dalam bekerja. Perancangan tempat kerja meliputi pengaturan ruang yang baik, suhu dan kelembaban yang bagus, kondisi penerangan yang baik, ruangan bersih dan lainlain” (Yenista Enga No, 2006, hal.32). 8 2. Job design Hollecback, Gerhart, dan Wight mengemukakan pengertian dari perancangan kerja, yaitu: “suatu proses untuk menemukan cara bagaimana melakukan pekerjaan dan tugas yang diberikan. Tujuannya adalah tugas yang dilakukan agar lebih berjalan dengan efisien dan efektif. Untuk merancang suatu pekerjaan menjadi lebih efektif maka harus dimengerti terlebih dahulu bagaimana suatu pekerjaan itu dilakukan” (Yenista Enga No, 2006, hal. 33). Beberapa hal yang berhubungan dengan perancangan kerja (Yenista Enga No, 2006) yaitu: - Deskripsi tugas dan wewenang yang jelas bagi supervisor. - Hubungan dengan atasan yang baik dan kerja sama tim yang kompak. - Komunikasi antar karyawan dan antar departemen. 3. Employee selection and development Schneider dan Schmitt berpendapat bahwa “recruitment and selection procedures had to be evolved in such a way that the right person for the right job was selected” (Khan et al., 2011, hal. 951). Pengembangan karyawan meliputi pelatihan dan pengembangan (Mathis dan Jackson, 2006). - Pelatihan (training) Pelatihan dapat dikatakan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karyawan. Namun dapat pula dilakukan secara khusus untuk mengubah sikap karyawan dalam upaya meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja (Hariandja, 2002). Begitupun Mathis dan Jackson (2006) mengemukakan bahwa pengertian dari pelatihan (training) adalah sebagai suatu proses dimana karyawan dapat meningkatkan kemampuannya untuk membantu dalam mencapai tujuan organisasi. Fokus dari pelatihan (training) adalah pembelajaran bagi karyawan. Pelatihan (training) bagi karyawan sangat 9 penting dalam memelihara dan meningkatkan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya karena berhubungan erat dengan tujuan organisasi. Alasan lain perlu dilakukannya pelatihan yaitu karena pegawai yang baru direkrut sering kali belum memahami tugasnya. Sehingga diperlukan pelatihan agar mereka dapat bekerja sesuai tugasnya. Pelatihan juga dilakukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas (Hariandja, 2002). - Pengembangan karir Pengertian dari pengembangan karir yaitu “rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati seseorang sepanjang hidupnya” (Mathis dan Jackson, 2006, hal. 342). Yenista Enga No (2006) berpendapat bahwa alasan orang-orang mengejar karir adalah untuk memuaskan kebutuhan individunya secara lebih dalam lagi. Karyawan yang gagal dalam mengembangkan karirnya, kemungkinan akan mencari pekerjaan pada perusahaan yang lain. 4. Employee rewards and recognition Penghargaan ada dua macam, yaitu penghargaan intrinsik dan penghargaan ekstrinsik. Penghargaan intrinsik berupa pujian atas penyelesaian sebuah proyek atau pemenuhan tujuan kerja. Penghargaan ekstrinsik merupakan penghargaan yang nyata dan berupa penghargaan moneter dan nonmoneter (Mathis dan Jackson, 2006). Menurut Hariandja (2002) kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh karyawan karena telah melaksanakan pekerjaan di organisasi. Kompensasi juga dapat mempengaruhi keputusan seorang karyawan untuk bekerja pada suatu perusahaan. Komponen kompensasi dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung (Mathis dan Jackson, 2006). 10 - Terdapat dua macam kompensasi langsung yaitu Base pay dan Variable pay. Base Pay merupakan kompensasi yang diterima oleh karyawan biasanya dalam bentuk gaji yang dibayarkan berdasarkan jam kerja. Variable Pay yaitu bentuk kompensasi yang dihubungkan dengan performa individu, tim dan organisasi. Bentuk variable pay yang paling Kompensasi langsung umum diterima oleh karyawan berupa bonus dan insentif. Kompensasi tidak langsung Yang termasuk dalam kompensasi tidak langsung biasanya terdiri atas tunjangan karyawan. Tunjangan (benefit) adalah sebuah penghargaan tidak langsung, seperti asuransi kesehatan, cuti berbayar, atau dana pensiun yang diberikan kepada karyawan sebagai bagian dari keanggotaan organisasional. Dengan kompensasi tidak langsung, karyawan menerima nilai nyata dari penghargaan tersebut tanpa menerima uang tunai yang sebenarnya. 5. Tools for serving customers Yang termasuk dalam peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan dalam mendukung kerja karyawan adalah “tersedianya fasilitas pendukung seperti meja, kursi, komputer, telepon, alat pendingin yang dapat mendukung kelancaran kerja karyawan dan fasilitas-fasilitas lainnya yang mendukung dan membantu karyawan dalam melakukan tugasnya” (Yenista Enga No, 2006, hal. 39). Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap kepuasan karyawan dalam bekerja dimana pada akhirnya akan berdampak langsung pada kinerja perusahaan. Heskett et al (dalam Zeithaml dkk, 2006), mengemukakan model The Service Profit Chain sebagai rangkaian sebab-akibat yang menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan. Model ini menyatakan bahwa kualitas layanan internal akan mempengaruhi kepuasan, loyalitas dan produktivitas karyawan. 11 2.1.2 Kepuasan Karyawan (Employee Satisfaction) Menurut Wallace dan Zeffane kepuasan kerja adalah “suatu tingkat perasaan seseorang yang menyenangkan atau positif terhadap pekerjaannya” (Yenista Enga No, 2006, hal. 40). Masih menurut Yenista Enga No (2006) kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai tindakan baik secara positif maupun negatif yang dilakukan oleh karyawan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Tujuan utama orang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila kebutuhannya sudah terpenuhi maka dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi orang tersebut. Sedangkan menurut Handoko (2000) pengertian kepuasan kerja karyawan yaitu suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaannya. 2.1.3 Produktivitas (Productivity) Mulyadi (2007) mengatakan bahwa produktivitas merupakan pusat pertanggungjawaban yang keluarannya dapat diukur secara kuantitatif, karena produktivitas merupakan rasio antara keluaran dengan masukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Yuwono dkk (2007) yang mengatakan produktivitas merupakan proses produktivitas yang dihitung dengan membandingkan output dengan input. Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan terutama ditujukan kepada hubungan antara keluaran dengan masukan yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan mengukur perubahan produktivitas, sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap usaha untuk memperbaiki produktivitas. Pengukuran produktivitas dapat bersifat prospektif dan berfungsi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan strategik (Mulyadi, 2007). Suatu organisai dapat dikatakan produktif jika organisasi itu mencapai tujuan-tujuannya, dan mencapainya dengan mentransfer masukan-masukan ke keluaran-keluaran pada biaya paling rendah (Stephen, 1996). 12 2.2 Model Penelitian Kerangka berpikir teoritikal adalah model konseptual yang ditujukan untuk menggambarkan kompleksitas hubungan antara faktor-faktor atau variabel variabel yang diidentifikasi penting dalam suatu permasalahan. Penyusunan atau perumusan kerangka berpikir teoritikal dibangun menurut logika alur teori atau theory flows logically yang bersumber dari berbagai bacaan kepustakaan atau dokumen hasil riset sebelumnya dalam area masalah yang sama (Sekaran, 2003). Variabel merupakan konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Sebuah konsep dapat diubah bentuknya menjadi variabel dengan menempelkan “nilai” pada konsep tersebut. Dalam penelitian ini peneliti memiliki tiga macam variabel berdasarkan relasinya, yaitu variabel dependen, variabel antara dan variabel independen. Internal Service Quality Employee Satisfaction Productivity Workplace Design Job Design Employee Selection and Development Employee Satisfaction Employee Rewards and Recognition Tools for Customers Productivity Serving Gambar 2.2 Model Penelitian Sumber: Adaptasi Heskett Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independen. Variabel antara adalah variabel yang berfungsi sebagai variabel yang mengantarai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen adalah variabel 13 yang tidak terikat pada variabel lain dan mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya variabel lain (variabel dependen) (Sugiama, 2008). Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Productivity dengan variabel antaranya Employee Satisfaction dan variabel independennya yaitu Internal Service Quality. Dimana terdapat dimensi lain pada Internal Service Quality ini, yaitu Workplace Design, Job Design, Employee Selection and Development, Employee Rewards and Recognition, serta Tools for Serving Customers. 2.3 Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk kemudian diuji secara empirik (Sugiama, 2008). Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagi berikut: H1: Adanya hubungan yang nyata antara internal service quality dengan employee satisfaction. H2: Adanya hubungan yang nyata antara employee satisfaction dengan productivity. H3: Workplace Design mempengaruhi secara positif signifikan terhadap employee satisfaction. H4: Job Design mempengaruhi secara positif signifikan terhadap employee satisfaction. H5: Employee Selection and Development mempengaruhi secara positif signifikan terhadap employee satisfaction. H6: Employee Rewards and Recognition mempengaruhi secara positif signifikan terhadap employee satisfaction. H7: Tools for Serving Customers mempengaruhi secara positif signifikan terhadap employee satisfaction. H8: Employee satisfaction mempengaruhi secara positif signifikan terhadap productivity. 14