BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Penerapan good corporate governance didasarkan pada teori keagenan
(agency theory). Teori keagenan menjelaskan hubungan antara manajemen
dengan pemilik. Manajemen sebagai agen, secara moral bertanggung jawab
untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal). Oleh karena itu
dibutuhkan pengawasan yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan dalam
pengelolaan perusahaan. Salah satu pihak yang merupakan bagian terpenting
dari terlaksananya konsep GCG ini adalah dewan komisaris yang terdiri dari
komisaris independen.
Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan
perusahaan karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi
manajemen, sedangkan manajemen bertanggung jawab untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat
mengawasi segala tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan
termasuk kemungkinan manajemen melakukan earnings management.
Teori keagenan menjelaskan hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemungkinan mendelegasikan wewenang
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
pengambilan keputusan kepada agent tersebut Jensen dan Meckling, (1976).
Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang
saham). Manager berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggung jawab atas
pengelolaan perusahaan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang
diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya.
Dalam kondisi yang demikian ini di kenal sebagai infomasi yang tidak
simetris atau asimetri informasi menurutAli Irfan (2002:). Adanya asimetri
antara managemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi
kesempatan kepada manajer untuk melakukan kinerja keuangan yang lebih
baik. Dalam rangka memahami good corporate governance maka
digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan.Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
manajer (agent) dengan investor (principal).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dengan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal,
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer
bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam
perusahaann dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali irfan, 2002).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Tujuan laporan lebih diarahkan untuk memberikan informasi yang
berguna untuk mengambil keputusan bisnis dan ekonomi. FASB (Financial
Accounting Standards Boards) 1978, mengakui bahwa tujuan pelaporan
keuangan sangat dipengaruhi oleh ekonomi, hukum, politik, lingkungan
sosial, karakteristik dan keterbatasan jenis informasi yang dapat disediakan
oleh laporan keuangan. Sehingga penting untuk memahami pelaporan
keuangan tidak terjadi dalam suatu kevakuman melainkan dipengaruhi oleh
social values. Kebutuhan investor untuk mencurahkan waktu dan energi
dalam menentukan kejujuran asersi-asersi akuntansi, dan suatu disfunctional
consequences tertentu akan muncul perubahan-perubahan ini kecuali jika
permasalahan diperbaiki (Ketz 1999).
Hampir dalam setiap pengambilan keputusan manajer keuangan
bertitik tolak dari data akuntansi. Bidang akuntansi dalam perusahaan
bertanggung jawab terhadap pengembangan laporan keuangan, baik sebagai
alat ukur prestasi manajemen di masa lalu maupun sebagai dasar
pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Sebagai pengelola
perusahaan, manajer perusahaan tentu Akan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (stockholder).
Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan
oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan. Adanya ketidak seimbangan penguasaan informasi ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi
(information asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan
kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management)
sehingga akan menyesatkan pemilik (stockholder) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Good Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana
membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan
bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek - proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent.
Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidak seimbangan informasi yang dimiliki oleh
principal dan agent. Ketidak seimbangan informasi inilah yang disebut
dengan asimetris informasi.
Adanya
asumsi
bahwa
individu-individu
bertindak
untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya
asimetris informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui pricipal. Asimetris informasi dan konflik
kepentingan yang terjadi antara pricipal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika
informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses
akuntansi. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan
informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses
pengambilan keputusan, sebagai pertanggungjawaban atau accountability
serta menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya.
SFAC No.1 menegaskan tujuan umum pelaporan keuangan adalah
untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengambil keputusan
bisnis dan ekonomi serta bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan spesifik
kelompok tertentu, baik investor dan kreditur yang dikhususkan para
pemakai eksternal. Pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk
meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul
dari keputusan ekonomis yang diambilnya (Harahap, 2007).
Menurut Wolk et al. (2000) dalam Sanjaya (2008) untuk meningkatkan
kegunaan laporan keuangan SFAC No.2 menegaskan tentang karakteristik
kualitas informasi keuangan meliputi relevansi (predictive value, feedback
value dan timeliness), reliabilitas (verifiability dan representational
faithfulness) yang harus dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3.
Manajement Laba
a.
Definisi Manajemen Laba
Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan
untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam
laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang
ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2008:6).
Schipper (dalam Sulistyanto 2008:49), manajemen laba adalah campur
tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal,
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak
setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
operasi yang tidak memihak dari sebuah proses).
Menurut Sugiri (dalam Widyaningdyah 2001), definisi earnings
management dibagi menjadi dua definisi, yaitu:
a. Definisi Sempit.
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan
komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya
laba. Dalam hal ini earnings management hanya berkaitan
dengan pemilihan metode akuntansi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
b. Definisi Luas.
Manajemen
laba
merupakan
tindakan
manajer
untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi
jangka panjang unit tersebut.
Manajemen laba memiliki dampak
terhadap kredibilitas laporan
keuangan yaitu earnings management apabila digunakan untuk pengambilan
keputusan dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, karena earnings
management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan
yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal
perusahaan. Pengertian manajemen laba oleh Scott (2000) yaitu sebagai
pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer. Scott mengungkapkan terdapat
dua cara untuk memahami manajemen laba:
1) Sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang,
dan political costs (opportunistic earnings management).
2) Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting
(efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi
manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Dengan
demikian,
manajer
dapat
mempengaruhi
nilai
pasar
perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan
laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.Manajemen
laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah
salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa Setiawati dan
Na’im,(2000), Rahmawati dkk, (2006).
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam
akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu
upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan
dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih
condong dikaitkan denganpemilihan metode akuntansi yang secara sengaja
dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP (General
Accepted Accounting PrincipS).
b. Faktor-faktor pendorong manajemen laba
Menurut Watt dan Zimmerman (Denies, 2009) dalam Positif
Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi
terjadinya manajemen laba, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
a. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang
memberikan
bonus
besar
berdasarkan
labalebih
banyak
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan.
b. Debt Covenant Hypothesis
Dalam suatu perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi
akan
mendorong
menggunakan
manajer
metode
perusahaan
akuntansi
yang
untuk
dapat
cenderung
meningkatkan
pendapatan laba. Hal ini dilakukan karena perusahaan yang
memiliki debt to equty yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam
memperoleh dana tambahan dari pihak perusahaan dapat terancam
melanggar perjanjian utang.
c. Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan
laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah
akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan
antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
c.
Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres dalam Firdaus (2007) terdapat unsur-unsur laporan
keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba
yaitu :
1. Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara
menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
2. Pendapatan.
Dengan
mempercepat
atau
menunda
pengakuan
akan
pendapatan.
3.
Biaya.
Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap
sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or
capitalize of investment).
d.
Teknik Manajemen Laba.
Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im dalam
Rahmawati dkk (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu:
1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement
(perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
tingkat piutang tak tertagih, estimasi biaya garansi, amortisasi
aktiva tak berwujud dan lain-lain.
2) Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk
mencatat transaksi contoh merubah depresiasi angka tahun ke
metode depresiasi garis lurus.
3) Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapat antara
lain: mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai
periode
berikutnya,
menunda/mempercepat
pengiriman
produk ke pelanggan mengatur saat penjualan aktiva tetap
yang sudah tak terpakai.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba.
Berdasarkan penelitian sebelumnya Watts dan Zimmerman dalam
Rahmawati et al (2010) secara empiris membuktikan bahwa hubungan
principal dan agentsering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini
memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut
dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.
Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba.
Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab
secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal)
dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih
banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena
itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik.Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer
yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan
keuangan.
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para
pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya Ali,(2002). Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).
Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba earnings management sehingga akan
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan
positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Good corporate
governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang telah mereka investasikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan
stakeholders lainya ( Ujiyantho, 2007). Corporate governance menjadi
sebuah satu kesatuan yang bisa mempertemukan kehendak bersama sehingga
memberikan solusi dan pengendalain yang handal bagi manajemen untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
f.
Kondisi untuk Praktik Manajemen Laba
Trueman dan Titman dalam Rahmawati dkk (2006) berpendapat
bahwa hanya manajer yang dapat mengobservasi laba ekonomi
perusahaan untuk setiap periode. Sebaliknya, pihak lain mungkin dapat
menarik kesimpulan sesuatu mengenai laba ekonomi dari laba yang
dilaporkan oleh perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh
manajer. Dalam menyiapkan laporan mungkin manajer dapat memindah,
antarperioda, pada saat sebagian laba ekonomi diketahui sebagai laba
akuntansi dalam laporan keuangan.Perpindahan tersebut dapat dicapai,
sebagai contoh, melalui pengakuan biaya pensiun, penyesuaian penaksiran
umur ekonomis perusahaan, dan penyesuaian penghapusan piutang. Jika
manajer tidak dapat memindahkan laba antar periode maka laba yang
dilaporkan oleh perusahaan akan sama dengan laba ekonomi pada setiap
periode.
Fleksibilitas untuk menunda laba antar periode hanya tersedia bagi
beberapa perusahaan, dan hanya manajer yang mengetahui apakah mereka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
mempunyai fleksibilitas tersebut atau tidak. Richardson dalam Zenny
(2011) menunjukkan bukti hubungan antara ketidakseimbangan informasi
dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa tingkat
ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat manajemen
laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan.
Hasil penelitian Richardson menunjukkan adanya hubungan yang
positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan informasi dan
manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat
mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran,
risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan.
g.
Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Wedari (2004)
dapat dilakukan dengan cara:
1)
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk
pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam
jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di
masa
datang.
Income
Minimization
Dilakukan
pada
saat
perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga
jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat
diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
2)
Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun.
Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan
net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian hutang.
3)
Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan
laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba
yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil.
4.
Good Corporate Governance
Konsep
corporate
governance
di
Indonesia
pada
awalnya
diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund
(IMF) dalam rangka pemulihan pascacrisis dan menjadi isu penting dengan
adanya krisis moneter tahun 1997-1998, yang mengakibatkan operasi
perusahaan tersendat, nilai hutang swasta dan perusahaan membengkak dan
investor asing yang tidak mau menginvestasikan kembali dananya ke
Indonesia serta banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Untuk
mengantisipasi kesalahan yang sama maka pemerintah berupaya keras untuk
melakukan perbaikan dalam upaya penciptaan corporate governance yang
lebih baik (Supriyitno et al., 2004).
Good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka (Supriyitno et al., 2004). Corporate governance juga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan
dalam mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya
melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi
pemegang saham dalam jangka panjang (Effendi, 2008).
Menurut Organization for Economic Corporation and Development
(OECD), tujuan dari corporate governance antara lain untuk mengurangi
kesenjangan antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu
perusahaan pemegang saham mayoritas dan pemegang saham lainnya,
meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam melakukan investasi,
mengurangi biaya modal (cost of capital), menyakinkan kepada semua pihak
atas komitmen legal dalam pengelolaan perusahaan, penciptaan nilai bagi
perusahaan termasuk hubungan antara para stakeholders (Supriyitno et al.,
2004).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate
governance merupakan suatu sistem dimana bertujuan untuk mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan pola kerja perusahaan yang
memiliki nilai tambah untuk semua pihak. Hal ini dikarenakan corporate
governance
dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang
bersih, transparan, dan profesional.
Penerapan sistem corporate governance penting bagi suatu perusahaan
dikarenakan dengan adanya penerapan sistem corporate governance, sebuah
perusahaan akan memperlakukan para pesaingnya sebagai mitra bisnis yang
setara, sehingga dapat tercapai prinsip yang saling menguntungkan antar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
perusahaan dan akan tercipta suatu perusahaan yang bersih dan transparan
yang menguntungkan bagi semua pihak baik pihak internal perusahaan
maupun pihak eksternal perusahaan (Supriyitno et al.,2004).
Penerapan prinsip-prinsip corporate governance yang konsisten dan
baik di perusahaan dapat menarik minat para investor, baik domestik maupun
asing karena dengan adanya praktik corporate governance perusahaan akan
semaksimal mungkin menjalankan fungsi dan kinerja perusahaan dalam
mencapai keefektifannya untuk mengembangkan perusahaannya sehingga
dapat meminimalisasi praktik manipulasi yang dilakukan oleh pihak
manajemen.
1)
Kepemilikan institusional.
Kepemilikan isntitusional merupakan bagian dari mekanisme
corporate governance pada perusahaan. Kepemilikan institusional oleh
beberapa peneliti dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan
yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.
Institusi dengan kepemilikan saham yang relatif besar dalam
perusahaan mungkin akan mempercepat manajemen perusahaan untuk
menyajikan pengungkapan secara sukarela. Hal ini terjadi karena
investor institusional dapat melakukan monitoring dan dianggap
sophisticated investors yang tidak mudah dibodohi oleh tidakan
manajer.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Siregar dan Utama (2006) menyatakan bahwa jika pengelolaan
laba dilakukan dengan efisien maka kepemilikan institusional yang
tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif),
tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat
oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi
pengelolaan laba (berhubungan negatif).
2)
Kepemilikan Manajerial
Menurut Christiawati dan Josua (2007) dalam Mirawati (2014)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana
manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer
tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Dengan adanya
kepemilikan manajerial menunjukan adanya peran ganda seorang
manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham.
Sebagai seorang manajer sekaligus pemengang saham, ia tidak ingin
perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan.
Salvatore dan Budi (2005) menjelaskan proses-proses yang
terkait dengan semua pengambilan keputusan manajerial pada
dasarnya adalah sama. Proses itu pada umumnya terdiri atas lima
tahap:
a) Menetapkan tujuan perusahaan atau organisasi.
b) Mendefinisikan permasalahan yang dihadapi perusahaan
atau organisai dalam usaha mencapai tujuan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
c) Mengidentifikasi berbagai solusi-solusi.
d) Memilih solusi terbaik dari solusi-solusi yang tersedia dan
kemudian.
e) Mengimplementasikan keputusan tersebut.
Menurut
Nuringsih
mengemukakan
pengukuran
dalam
penelitian
variabel
Dewi
kepemilikan
(2008)
manajerial
menggunakan persentase saham yang diperoleh dari jumlah saham
manajerial dibagi dengan jumlah keseluruhan saham yang beredar.
3)
Independensi Auditor
Pengauditan
adalah
proses
yang
sistematis
dalam
mendapatkan dan megevaluasi bukti yang berhubungan dengan
asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi yang secara
objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut
dengan kriteris yang telah ditentukan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Dalam peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 1
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara didalam lampiran II
disebutkan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, organisasi pemeriksa harus bebas dalam sikap mental
dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang
dapat mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar
umum tersebut, maka organisasi pemeriksa dan badan pemerika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
bertanggung jawab agar dapat mempertahankan independensinya
sedemikian
rupa
sehingga
pendapat,
simpulan
maupun
pertimbangan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan tidak
berpihak kepada siapapun.
Profesi akuntan publik adalah suatu profesi yang unik karena
dalam menjalankan tugas profesinya seorang akuntan publik harus
mempertahankan sikap independensi dalam menggunakan keahlian
profesinya. Menurut Mulyadi dalam Amril (2012) independensi
adalah suatu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga memiliki arti bahwa auditor harus jujur dalam
mempertimbangkan fakta sesuai dengan nyatanya. Artinya adalah
jika auditor menemukan adanya kecurangan dalam pelaporan
keuangan tesebut terlepas dari tekanan dari pihak manapun. Ada dua
sikap independen yang harus dimiliki auditor adalah :
1.
Independence in fact adalah suatu sikap dimana auditor harus
jujur dalam mempertimbangkan fakta yang ada dan dapat
bersikap tidak berpihak dalam memberikan pendapat.
2.
Independence in appearance adalah suatu sikap dimana
auditor harus menjaga tindakan dan perbuatannya agar tidak
mempengaruhi kepercayaan masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor
Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor tidak
dapat dipungkiri bahwa klien berusaha agar laporan keuangan yang
dibuat oleh klien mendapatkan opini yang baik oleh auditor. Banyak
cara dilakukan agar auditor tidak menemukan kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan bahkan kecurangan-kecurangan yang
dilakukan tidak dapat dideteksi oleh auditor. Independensi akuntan
publik
dapat
terpengaruh
jika
akuntan
publik
mempunyai
kepentingan keuangan atau mempunyai hubungan usaha dengan
klien
yang
diaudit.
Menurut
Lanvin
dalam
Dian
(2009)
independensi auditor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Ikatan keuangan dan usaha dengan klien.
2.
Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien
3.
Lamanya hubungan kantor akuntan publik dengan klien.
Sedangkan menurut Shockley (1981) dalam Supriyono (1988)
independensi akuntan publik dipengaruhi oleh faktor:
1.
Persaingan antar akuntan publik.
2.
Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien.
3.
Ukuan KAP.
4.
Lamanya hubungan antara KAP dengan klien.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi tersebut
di atas bahwa indepedensi dapat dipengaruhi oleh ikatan
keuangan dan usaha dengan klien, jasa-jasa lain yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
diberikan auditor selain audit, persaingan antar KAP da
ukuran
KAP.
Seluruh
faktor
yang
mempengaruhi
independensi akuntan publik tersebut adalah ditinjau dari
independensi dalam penampilan.
4)
Kualitas Audit
Audit
merupakan
ketidakbenaran dan
suatu
proses
kesalahan informasi
untuk
mengurangi
yang dibuat oleh
manajemen dengan menggunakan pihak luar untuk melakukan
pemeriksaan dan memberikan pengesahan terhadap laporan
keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama pemegang
saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang
telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu
perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting
dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan, oleh karena
itu kualitas audit merupakan hal yang penting yang harus
diperhatikan
oleh
pihak
auditor
untuk
melakukan
proses
pengauditan (Meutia,2004).
Menurut DeAngelo (1981) dalam Nuraini dan Zain (2007)
dalam kualitas audit
merupakan
penemuan dan pelaporan
pelanggaran dalam sistem akuntansi klien oleh auditor. Temuan
pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan
kemampuan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Dorongan ini tergantung pada independensi yang dimiliki auditor
tersebut, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional dan
keuangan maka auditor akan kehilangan independensinya.
Menurut Becker et al. (1998) dalam Dahlan (2009) terdapat
hubungan antara kualitas audit dengan manajemen laba. Auditor
diharapkan dapat membatasi dan mengurangi praktik manajemen
laba serta membantu meningkatkan kepercayaan pemegang saham
dan pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu dalam suatu
perusahaan memerlukan suatu laporan keuangan dengan kualitas
audit yang handal dan telah terhindar dari salah saji dan terhindar
dari segala kecurangan serta pelanggaran yang ada dalam
perusahaan.
Untuk memperoleh kualitas audit yang handal De Angelo
(1981) dalam Dahlan (2009) menganalisis hubungan kualitas audit
dan size audit. Hasilnya auditor size besar lebih berkualitas
dibanding dengan auditor size kecil. Kecakapaan profesional auditor
size besar lebih memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya dalam discretionary
accrual dibandingkan dengan auditor size kecil.
5)
Ukuran Perusahaan
Penelitian selain mengenai corporate governance, diperlukan
juga penelitian terhadap ukuran perusahaan terhadap manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
laba. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat
sehingga dalam pelaporan laporan keuangan pihak manajemen
dalam perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan
pelaporan
keuangan,
agar
laporan
keuangan
yang
absolut
berdampak pada perusahaan tersebut dalam melaporkan kondisinya
lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007).
Menurut Barton dan Simko (2002) dalam Handayani (2009)
menunjukkan bahwa perusahaan yang semakin besar ukurannya
maka
perusahaan
memiliki
tekanan
yang
kuat
dari
para
stakeholdersnya agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan
investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini akan
mendorong manajemen untuk melakukan tindakan manipulasi.
B.
Penelitian Terdahulu
1)
Siregar dan Utama (2005)
Siregar dan Utama (2005) melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh dari struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek
corporate governance terhadap besaran pengelolaan laba. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan keluarga,
kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik
(KAP), proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan manajemen
laba. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga dan kepemilikan
institusional berpengaruh postif terhadap manajemen laba. Sedangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ukuran
KAP, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
2)
Carcello et al. (2006)
Penelitian Carcello et.al. (2006) membuktikan bahwa komite audit
independent dengan keahlian keuangan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
3)
Widyaastuti (2007)
Widyastuti
(2007)
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba dan dampaknya pada
return saham. Hasil penelitiannya yaitu leverage, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sedangkan
struktur kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap return saham. Manajemen laba, leverage, dan struktur kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap return saham.
4)
Herni dan Susanto (2008)
Herni dan Susanto (2008) merumuskan variabel independen berupa
struktur
kepemilikan
publik,
praktik
pengelolaan
perusahaan
yang
diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen dan komite audit,
jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan risiko keuangan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
sedangkan variabel dependennya berupa perataan laba. Metode analisis yang
digunakan yaitu binary logistic regression. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah struktur kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen,
komite audit, jenis industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan
kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba
dan risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
5)
Pamudji dan Trihartati (2008)
Pamudji dan Trihartati (2008) meneliti tentang pengaruh independensi
dan keefektifan komite audit terhadap manajemen laba, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keseluruhan karakteristik komite audit tidak memiliki
dampak signifikan pada manajemen laba, hal ini menunjukkan bahwa
pembentukan komite audit hanya menggambarkan bentuk ketaatan terhadap
peraturan.
6)
Nini dan Estralita Trisnawati (2009)
Penelitian Nini dan Estralina bertujuan untuk mendapatkan bukti
empirisi pengaruh independensi (peneerapan prinsip etika profesi, imbalan
atau fee atas jasa audit serta non audit serta non audit services yang diberikan
oleh auditor) terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan
bahwa penerapan prinsip etika profesi pada auditor yang bekerja di KAP big
four terbukti memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Independensi auditor pada KAP big four sangat tinggi, imbalan atau audit fee
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
tidak akan mempengaruhi auditor dalam membatasi praktik manajemen
laba, semakin tinggi non audit service yang diberikan oleh auditor pada KAP
big four, semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba.
7)
RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009)
Penelitian RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi bertujuan
untuk memperoleh bukti empiris bahwa perusahaan berukuran sedang dan
besar berpengaruh dan lebih agresif melakukan manajemen laba dengan
melaporkan laba positif secara terus menerus, untuk menghindari pelaporan
kerugian dan bahwa perusahaan berukuran sedang dan besar berpengaruh
dan lebih agresif melakukan manajemen laba dengan senantiasa melaporkan
laba positif, untuk menghindari pelaporan penurunan laba (earnings
decreases). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan sedang dan
besar tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba melalui
mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnings losses
maupun earnings decreases, seperti halnya size hypotesis, bahwa semakin
besar perusahaan akan cenderung untuk menurunkan praktik manajemen
laba, karena perusahaan besar secara politis lebih mendapatkan perhatian dari
institusi pemerintahan dibanding dengan perusahaan kecil.
8)
Kang et al. (2011)
Kang et al. (2011) meneliti efektivitas komite audit untuk perusahaan
low- and mid-cap. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya yaitu
earnings management, keberadaan komite audit, komite audit independen,
keahlian, aktivitas dan ukuran komite audit. Hasil dari penelitiannya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
menyatakan bahwa keberadaan dan ukuran komite audit tidak berpengaruh
terhadap earnings management, sedangkan komite audit independen,
keahlian dan aktivitas berpengaruh terhadap earnings management.
9)
Hikmah Is’ada Rahmawati (2013)
Hikmah meneliti tentang pengaruh mekanisme good corporate
governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit
independen, dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian menunjukan
bahwa
komisaris independen,
komite audit
independen dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh
terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial menunjukan bahwa
dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba,
sedangkan komite audit independen dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
10)
Raudhatul Husni (2013)
Raudhatul Husni tentang pengaruh mekanisme good corporate
governance, leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional, leverage dan
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan
komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan direksi
serta komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Secara bersamasama, mekanisme good corporate governance, leverage dan profitabilitas
berpengaruh terhadap manajemen laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti dan
Tahun
Variabel Penelitian
Hasil
1
Siregar dan
Utama (2005)
Kepemilikan keluarga,
kepemilikan institusional,
ukuran perusahaan, praktek
Corporate governanve
(ukuran KAP, proporsi
dewan komisaris,
keberadaan komite audit)
a) Kepemilikan keluarga dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
b) Kepemilikan Institusional dan tiga
variabel praktek GCG tidak
berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
2
Carcello et al.
(2006)
Commuttee audit financial
expertise GCG mechanisme
(board size, board
independen, audit committee
size, audit committee
independent, institutional
ownership), firm size
a) Komite audit independen dengan
keahlian keuangan memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Struktur kepemilikan
institusional, Struktur
Kepemilikan manajerial,
Ukuran perusahaan,
Leverage, Profitabilitas,
Manajemen laba, Return
saham
a) Leverage, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.
3
Widyaastuti
(2007)
b) Ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
b) Strutur kepemilikan institusional
dan struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
c) Ukuran perusahaan, profitabilitas,
dan struktur kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap return
saham.
d) Manajemen laba, leverage, dan
struktur kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap return
saham.
4
Herni dan
Susanto (2008)
Struktur kepemilikan publik;
Praktik pengelolaan
perusahaan yang diproksikan
dengan proporsi dewan
Komisaris indepnden dan
Komite audit; Jenis Industri;
Ukuran perusahaan;
a) Struktur kepemilikan publik,
proporsi dewan komisaris
independen, komite audit, jenis
industri, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh negatif
signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Profitabilitas; Risiko
keuangan; Perataan Laba.
5
Pamudji dan
Trihartati
(2008)
6
Nini dan
Estralita
Trisnawati
(2009)
Manajemen laba
(menggunakan proksi
diskresioner akrual),
independensi, financial
expertise, frekuensi
pertemuan dan komitmen
komite audit
Professional ethics, audit
fee, non audit services,
manajemen laba.
b) Kualitas audit berpengaruh positif
signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
c) Risiko keuangan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tindakan perataan
laba.
Independensi komite audit secara
signifikan bepengaruh negatif
terhadap tingkat manajemen laba.
a) Prinsip etika profesi audit memiliki
pengaruh terhadap praktik manajemen
laba.
b) Independensi auditor sangat tinggi
pada KAP big four, imbalan atau fee
tidak mempengaruhi manajemen laba.
c) Semakin tinggi non audit services
yang diberikan auditor semakin kecil
kemungkinan praktik manajemen
laba.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
7
RR. Sri
Handayani dan
Agustono Dwi
Rachadi (2009)
Ukuran perusahaan,
manajemen laba.
8
Kang et al.
(2011)
Earnings Management,
keberadaan komite audit,
komite audit independen,
keahlian aktivitas dan
ukuran komite audit
a) Keberadaan dan ukuran komite
audit tidak berpengaruh terhadap
earnings management.
Dewan komisaris
independen komite audit
independen dan kepemilikan
manajerial.
a) Dewan komisaris independen,
komite audit independen dan
kepemilikan manajerial secara
simultan berpengaruh terhadap
manajemen laba.
9
Hikmah Is'ada
Rahmawati
(2013)
b) Komite audit independen, keahlian
dan aktivitas berpengaruh terhadap
earnings management.
b) Dewan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba, sedangkan komite
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
10
Raudhatul
Husni (2013)
audit independen dan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
a) Kepemilikan institusional, leverage
dan profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, sedangkan
komisaris independen, ukuran dewan
komisaris dan ukuran dewan direksi
serta komite audit berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Corporate governance,
leverage dan profitabilitas,
kepemilikan institusional,
leverage, profitabilitas,
komisaris independen,
ukuran dewan komisaris,
ukuran dewan direksi dan
komite audit.
b) Mekamisme good corporate
governance, leverage dan
profitabilitas berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Sumber : Dari beberapa jurnal.
Tabel penelitian terdahulu diatas menunjukan bahwa penelitian mengenai
Manajemen Laba menunjukan hasil pengamatan yamg bervariasi. Oleh karena itu,
Dalam penelitian ini saya menguji kembali pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, Independensi Auditor, Komite Audit dan terhadap
Manajemen Laba.
C.
Rerangka Pemikiran
Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan yang makin menyadari bahwa
dunia usaha saat ini harus memperhatikan aspek keuangan, sosial dan lingkungan.
Oleh karena itu, pengungkapan Manajemen Laba digunakan perusahaan untuk
memenuhi hal tersebut. Maka berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian
terdahulu
bagaimana
pengaruh
variabel
independensi
dewan
komisaris,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independensi komite audit dan
kepemilikan asing berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Rerangka penelitian dari pola hubungan antara variabel dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen
Kepemilikan Institusional
Variabel Dependen
H₁
₁
Kepemilikan Manajerial
H₂
Independensi Auditor
H₃
Manajemen Laba
Komite Audit
Dewan Komisaris
H₄
Dewan Komisaris
Ukuran Perusahaan
Dewan Komisaris
H₅
Gambar 2.1
Model Penelitian
Dari rerangka pemikiran di atas terlihat bahwa variabel kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, independensi auditor, komite audit dan
ukuran perusahaan, yang mempengaruhi hubungan antara Manajemen Laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
D.
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya suatu dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang akan di teliti. Pernyataan hipotesis mungkin saja benar atau
mungkin saja salah, sehingga hasil dari penelitian ini dapat mendukung atau
menolak hipotesis yang akan di ajukan. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan antara variabel Pengaruh
Independensi
Dewan
Komisaris,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial, Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Asing dengan
Manajemen Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sehingga dapat di susun suatu hipotesa sebagai berikut :
1.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional adalah bagian dari saham perusahaaan yang
dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi
keuangan (bank, perusahaan keuangan, kredit), dana pensiun, investment
banking, dan perusaha-an lainnya yang terkait dengan kategori tersebut
(Yang et al., 2009). Chew dan Gillan (2009:176) menjelaskan bahwa
terdapat dua jenis investor institusional, yaitu investor institusional sebagai
transient
investors
(pemilik
sementara
perusaha-an)
dan
investor
institusional sebagai sophisticated investors. Kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap praktik mana-jemen laba,
semakin kecil persentase kepemilikan institusional maka semakin besar pula
kecen-derungan pihak manajer dalam mengambil kebijakan akuntansi
tertentu untuk memanipulasi pelaporan laba (Widyastuti, 2009). Hasil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
tersebut berbeda dengan hasil penelitian oleh Guna dan Herawaty (2010) dan
Yang et al. (2009), Oktovianti dan Agustia (2012), yang menghasilkan
kesimpul-an bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba karena investor institusional sebagai pemilik
sementara perusahaan lebih terfokus pada current earnings. Berdasarkan
uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI.
2.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Penelitian sebelumya mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif ter-hadap manajemen laba dan bisa meningkatkan
kualitas dari proses pelaporan keuangan, hal ini dikarenakan ketika manajer
juga memiliki porsi kepemilikan, maka mereka akan bertindak sama seperti
pemegang saham umumnya dan memasti-kan bahwa laporan keuangan telah
disajikan dengan wajar dan mengungkapkan kondisi riil perusahaan (Kouki
et al., 2011). Yang et al. (2008) yang menyebutkan praktik manajemen laba
di perusahaan cenderung akan mengalami penurunan seiring dengan
peningkatan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan.
Hasil penelitian Guna dan Herawaty (2010) dan Pradipta (2011) adalah
kepemilikan mana-jerial tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil penelitian Oktovianti dan Agustia (2012), yang menyatakan
bahwa kepe-milikan manajerial ini berpengaruh negatif signifi-kan terhadap
earnings management.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
3.
Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba.
Independensi
auditor
akan
berdampak
terhadap
pendeteksian
manajemen laba. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang
dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Independensi auditor dinilai
dari lamanya penugasan auditor tersebut di perusahaan yang sama. Semakin
lama auditor melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor
dianggap tidak independen.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H3: Independensi Auditor berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI.
4.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba
Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh
pihak manajemen. Kepastian mengenai relevasi dan keandalan dari laporan
keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal
dalam mengambil keputusan bisnis (mayangsari 2003).
Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP,
karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih
berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan
prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif
dibandingkan dengan auditor dari KAP non-Big Four (Isnanta, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai
berikut :
H4: Kualitas Audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
5.
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Ketiga pengukuran tersebut sering digunakan untuk
mengidentifikasi ukuran suatu perusahaan karena semakin besar aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar modal yang ditanam. Semakin
besar jumlah penjualan, maka semakin besar perputaran uang di perusahaan
tersebut, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka perusahaan tersebut akan
semakin dikenal oleh masyarakat (sudarmadji dan Sularto 2007).
Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H5: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download