BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penerapan good corporate governance didasarkan pada teori keagenan (agency theory). Teori keagenan menjelaskan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal). Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan dalam pengelolaan perusahaan. Salah satu pihak yang merupakan bagian terpenting dari terlaksananya konsep GCG ini adalah dewan komisaris yang terdiri dari komisaris independen. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, sedangkan manajemen bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat mengawasi segala tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen melakukan earnings management. Teori keagenan menjelaskan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemungkinan mendelegasikan wewenang 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 pengambilan keputusan kepada agent tersebut Jensen dan Meckling, (1976). Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manager berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai wujud dari tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Dalam kondisi yang demikian ini di kenal sebagai infomasi yang tidak simetris atau asimetri informasi menurutAli Irfan (2002:). Adanya asimetri antara managemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan kinerja keuangan yang lebih baik. Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan.Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dengan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaann dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali irfan, 2002). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Tujuan laporan lebih diarahkan untuk memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan bisnis dan ekonomi. FASB (Financial Accounting Standards Boards) 1978, mengakui bahwa tujuan pelaporan keuangan sangat dipengaruhi oleh ekonomi, hukum, politik, lingkungan sosial, karakteristik dan keterbatasan jenis informasi yang dapat disediakan oleh laporan keuangan. Sehingga penting untuk memahami pelaporan keuangan tidak terjadi dalam suatu kevakuman melainkan dipengaruhi oleh social values. Kebutuhan investor untuk mencurahkan waktu dan energi dalam menentukan kejujuran asersi-asersi akuntansi, dan suatu disfunctional consequences tertentu akan muncul perubahan-perubahan ini kecuali jika permasalahan diperbaiki (Ketz 1999). Hampir dalam setiap pengambilan keputusan manajer keuangan bertitik tolak dari data akuntansi. Bidang akuntansi dalam perusahaan bertanggung jawab terhadap pengembangan laporan keuangan, baik sebagai alat ukur prestasi manajemen di masa lalu maupun sebagai dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu Akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (stockholder). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Adanya ketidak seimbangan penguasaan informasi ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik (stockholder) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Good Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek - proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor. Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidak seimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidak seimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetris informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetris informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pricipal. Asimetris informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara pricipal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 2. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan, sebagai pertanggungjawaban atau accountability serta menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. SFAC No.1 menegaskan tujuan umum pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengambil keputusan bisnis dan ekonomi serta bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan spesifik kelompok tertentu, baik investor dan kreditur yang dikhususkan para pemakai eksternal. Pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya (Harahap, 2007). Menurut Wolk et al. (2000) dalam Sanjaya (2008) untuk meningkatkan kegunaan laporan keuangan SFAC No.2 menegaskan tentang karakteristik kualitas informasi keuangan meliputi relevansi (predictive value, feedback value dan timeliness), reliabilitas (verifiability dan representational faithfulness) yang harus dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 3. Manajement Laba a. Definisi Manajemen Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2008:6). Schipper (dalam Sulistyanto 2008:49), manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses). Menurut Sugiri (dalam Widyaningdyah 2001), definisi earnings management dibagi menjadi dua definisi, yaitu: a. Definisi Sempit. Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba. Dalam hal ini earnings management hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 b. Definisi Luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Manajemen laba memiliki dampak terhadap kredibilitas laporan keuangan yaitu earnings management apabila digunakan untuk pengambilan keputusan dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, karena earnings management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Pengertian manajemen laba oleh Scott (2000) yaitu sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer. Scott mengungkapkan terdapat dua cara untuk memahami manajemen laba: 1) Sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management). 2) Memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa Setiawati dan Na’im,(2000), Rahmawati dkk, (2006). Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan denganpemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP (General Accepted Accounting PrincipS). b. Faktor-faktor pendorong manajemen laba Menurut Watt dan Zimmerman (Denies, 2009) dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 a. Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan labalebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. b. Debt Covenant Hypothesis Dalam suatu perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi akan mendorong menggunakan manajer metode perusahaan akuntansi yang untuk dapat cenderung meningkatkan pendapatan laba. Hal ini dilakukan karena perusahaan yang memiliki debt to equty yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak perusahaan dapat terancam melanggar perjanjian utang. c. Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 c. Sasaran Manajemen Laba Menurut Ayres dalam Firdaus (2007) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu : 1. Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut. 2. Pendapatan. Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan. 3. Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment). d. Teknik Manajemen Laba. Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im dalam Rahmawati dkk (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: 1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 tingkat piutang tak tertagih, estimasi biaya garansi, amortisasi aktiva tak berwujud dan lain-lain. 2) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi contoh merubah depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. 3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapat antara lain: mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, menunda/mempercepat pengiriman produk ke pelanggan mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak terpakai. e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Berdasarkan penelitian sebelumnya Watts dan Zimmerman dalam Rahmawati et al (2010) secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agentsering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba. Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya Ali,(2002). Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba earnings management sehingga akan menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Good corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainya ( Ujiyantho, 2007). Corporate governance menjadi sebuah satu kesatuan yang bisa mempertemukan kehendak bersama sehingga memberikan solusi dan pengendalain yang handal bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. f. Kondisi untuk Praktik Manajemen Laba Trueman dan Titman dalam Rahmawati dkk (2006) berpendapat bahwa hanya manajer yang dapat mengobservasi laba ekonomi perusahaan untuk setiap periode. Sebaliknya, pihak lain mungkin dapat menarik kesimpulan sesuatu mengenai laba ekonomi dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh manajer. Dalam menyiapkan laporan mungkin manajer dapat memindah, antarperioda, pada saat sebagian laba ekonomi diketahui sebagai laba akuntansi dalam laporan keuangan.Perpindahan tersebut dapat dicapai, sebagai contoh, melalui pengakuan biaya pensiun, penyesuaian penaksiran umur ekonomis perusahaan, dan penyesuaian penghapusan piutang. Jika manajer tidak dapat memindahkan laba antar periode maka laba yang dilaporkan oleh perusahaan akan sama dengan laba ekonomi pada setiap periode. Fleksibilitas untuk menunda laba antar periode hanya tersedia bagi beberapa perusahaan, dan hanya manajer yang mengetahui apakah mereka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 mempunyai fleksibilitas tersebut atau tidak. Richardson dalam Zenny (2011) menunjukkan bukti hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan informasi dan manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan. g. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Wedari (2004) dapat dilakukan dengan cara: 1) Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 2) Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 3) Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. 4. Good Corporate Governance Konsep corporate governance di Indonesia pada awalnya diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka pemulihan pascacrisis dan menjadi isu penting dengan adanya krisis moneter tahun 1997-1998, yang mengakibatkan operasi perusahaan tersendat, nilai hutang swasta dan perusahaan membengkak dan investor asing yang tidak mau menginvestasikan kembali dananya ke Indonesia serta banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Untuk mengantisipasi kesalahan yang sama maka pemerintah berupaya keras untuk melakukan perbaikan dalam upaya penciptaan corporate governance yang lebih baik (Supriyitno et al., 2004). Good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka (Supriyitno et al., 2004). Corporate governance juga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan dalam mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Effendi, 2008). Menurut Organization for Economic Corporation and Development (OECD), tujuan dari corporate governance antara lain untuk mengurangi kesenjangan antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan pemegang saham mayoritas dan pemegang saham lainnya, meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam melakukan investasi, mengurangi biaya modal (cost of capital), menyakinkan kepada semua pihak atas komitmen legal dalam pengelolaan perusahaan, penciptaan nilai bagi perusahaan termasuk hubungan antara para stakeholders (Supriyitno et al., 2004). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate governance merupakan suatu sistem dimana bertujuan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan pola kerja perusahaan yang memiliki nilai tambah untuk semua pihak. Hal ini dikarenakan corporate governance dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional. Penerapan sistem corporate governance penting bagi suatu perusahaan dikarenakan dengan adanya penerapan sistem corporate governance, sebuah perusahaan akan memperlakukan para pesaingnya sebagai mitra bisnis yang setara, sehingga dapat tercapai prinsip yang saling menguntungkan antar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 perusahaan dan akan tercipta suatu perusahaan yang bersih dan transparan yang menguntungkan bagi semua pihak baik pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan (Supriyitno et al.,2004). Penerapan prinsip-prinsip corporate governance yang konsisten dan baik di perusahaan dapat menarik minat para investor, baik domestik maupun asing karena dengan adanya praktik corporate governance perusahaan akan semaksimal mungkin menjalankan fungsi dan kinerja perusahaan dalam mencapai keefektifannya untuk mengembangkan perusahaannya sehingga dapat meminimalisasi praktik manipulasi yang dilakukan oleh pihak manajemen. 1) Kepemilikan institusional. Kepemilikan isntitusional merupakan bagian dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Kepemilikan institusional oleh beberapa peneliti dipercaya dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Institusi dengan kepemilikan saham yang relatif besar dalam perusahaan mungkin akan mempercepat manajemen perusahaan untuk menyajikan pengungkapan secara sukarela. Hal ini terjadi karena investor institusional dapat melakukan monitoring dan dianggap sophisticated investors yang tidak mudah dibodohi oleh tidakan manajer. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Siregar dan Utama (2006) menyatakan bahwa jika pengelolaan laba dilakukan dengan efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif), tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi pengelolaan laba (berhubungan negatif). 2) Kepemilikan Manajerial Menurut Christiawati dan Josua (2007) dalam Mirawati (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan manajerial menunjukan adanya peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer sekaligus pemengang saham, ia tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Salvatore dan Budi (2005) menjelaskan proses-proses yang terkait dengan semua pengambilan keputusan manajerial pada dasarnya adalah sama. Proses itu pada umumnya terdiri atas lima tahap: a) Menetapkan tujuan perusahaan atau organisasi. b) Mendefinisikan permasalahan yang dihadapi perusahaan atau organisai dalam usaha mencapai tujuan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 c) Mengidentifikasi berbagai solusi-solusi. d) Memilih solusi terbaik dari solusi-solusi yang tersedia dan kemudian. e) Mengimplementasikan keputusan tersebut. Menurut Nuringsih mengemukakan pengukuran dalam penelitian variabel Dewi kepemilikan (2008) manajerial menggunakan persentase saham yang diperoleh dari jumlah saham manajerial dibagi dengan jumlah keseluruhan saham yang beredar. 3) Independensi Auditor Pengauditan adalah proses yang sistematis dalam mendapatkan dan megevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi yang secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteris yang telah ditentukan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dalam peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 1 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara didalam lampiran II disebutkan bahwa semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar umum tersebut, maka organisasi pemeriksa dan badan pemerika http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 bertanggung jawab agar dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, simpulan maupun pertimbangan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan tidak berpihak kepada siapapun. Profesi akuntan publik adalah suatu profesi yang unik karena dalam menjalankan tugas profesinya seorang akuntan publik harus mempertahankan sikap independensi dalam menggunakan keahlian profesinya. Menurut Mulyadi dalam Amril (2012) independensi adalah suatu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga memiliki arti bahwa auditor harus jujur dalam mempertimbangkan fakta sesuai dengan nyatanya. Artinya adalah jika auditor menemukan adanya kecurangan dalam pelaporan keuangan tesebut terlepas dari tekanan dari pihak manapun. Ada dua sikap independen yang harus dimiliki auditor adalah : 1. Independence in fact adalah suatu sikap dimana auditor harus jujur dalam mempertimbangkan fakta yang ada dan dapat bersikap tidak berpihak dalam memberikan pendapat. 2. Independence in appearance adalah suatu sikap dimana auditor harus menjaga tindakan dan perbuatannya agar tidak mempengaruhi kepercayaan masyarakat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor tidak dapat dipungkiri bahwa klien berusaha agar laporan keuangan yang dibuat oleh klien mendapatkan opini yang baik oleh auditor. Banyak cara dilakukan agar auditor tidak menemukan kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bahkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan tidak dapat dideteksi oleh auditor. Independensi akuntan publik dapat terpengaruh jika akuntan publik mempunyai kepentingan keuangan atau mempunyai hubungan usaha dengan klien yang diaudit. Menurut Lanvin dalam Dian (2009) independensi auditor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Ikatan keuangan dan usaha dengan klien. 2. Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien 3. Lamanya hubungan kantor akuntan publik dengan klien. Sedangkan menurut Shockley (1981) dalam Supriyono (1988) independensi akuntan publik dipengaruhi oleh faktor: 1. Persaingan antar akuntan publik. 2. Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien. 3. Ukuan KAP. 4. Lamanya hubungan antara KAP dengan klien. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi tersebut di atas bahwa indepedensi dapat dipengaruhi oleh ikatan keuangan dan usaha dengan klien, jasa-jasa lain yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 diberikan auditor selain audit, persaingan antar KAP da ukuran KAP. Seluruh faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik tersebut adalah ditinjau dari independensi dalam penampilan. 4) Kualitas Audit Audit merupakan ketidakbenaran dan suatu proses kesalahan informasi untuk mengurangi yang dibuat oleh manajemen dengan menggunakan pihak luar untuk melakukan pemeriksaan dan memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan, oleh karena itu kualitas audit merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pihak auditor untuk melakukan proses pengauditan (Meutia,2004). Menurut DeAngelo (1981) dalam Nuraini dan Zain (2007) dalam kualitas audit merupakan penemuan dan pelaporan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien oleh auditor. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan kemampuan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Dorongan ini tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional dan keuangan maka auditor akan kehilangan independensinya. Menurut Becker et al. (1998) dalam Dahlan (2009) terdapat hubungan antara kualitas audit dengan manajemen laba. Auditor diharapkan dapat membatasi dan mengurangi praktik manajemen laba serta membantu meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu dalam suatu perusahaan memerlukan suatu laporan keuangan dengan kualitas audit yang handal dan telah terhindar dari salah saji dan terhindar dari segala kecurangan serta pelanggaran yang ada dalam perusahaan. Untuk memperoleh kualitas audit yang handal De Angelo (1981) dalam Dahlan (2009) menganalisis hubungan kualitas audit dan size audit. Hasilnya auditor size besar lebih berkualitas dibanding dengan auditor size kecil. Kecakapaan profesional auditor size besar lebih memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya dalam discretionary accrual dibandingkan dengan auditor size kecil. 5) Ukuran Perusahaan Penelitian selain mengenai corporate governance, diperlukan juga penelitian terhadap ukuran perusahaan terhadap manajemen http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 laba. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga dalam pelaporan laporan keuangan pihak manajemen dalam perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, agar laporan keuangan yang absolut berdampak pada perusahaan tersebut dalam melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007). Menurut Barton dan Simko (2002) dalam Handayani (2009) menunjukkan bahwa perusahaan yang semakin besar ukurannya maka perusahaan memiliki tekanan yang kuat dari para stakeholdersnya agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini akan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan manipulasi. B. Penelitian Terdahulu 1) Siregar dan Utama (2005) Siregar dan Utama (2005) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap besaran pengelolaan laba. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan manajemen laba. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional berpengaruh postif terhadap manajemen laba. Sedangkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ukuran KAP, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 2) Carcello et al. (2006) Penelitian Carcello et.al. (2006) membuktikan bahwa komite audit independent dengan keahlian keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 3) Widyaastuti (2007) Widyastuti (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba dan dampaknya pada return saham. Hasil penelitiannya yaitu leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sedangkan struktur kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap return saham. Manajemen laba, leverage, dan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap return saham. 4) Herni dan Susanto (2008) Herni dan Susanto (2008) merumuskan variabel independen berupa struktur kepemilikan publik, praktik pengelolaan perusahaan yang diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen dan komite audit, jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan risiko keuangan, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 sedangkan variabel dependennya berupa perataan laba. Metode analisis yang digunakan yaitu binary logistic regression. Hasil penelitian yang diperoleh adalah struktur kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, jenis industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba dan risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. 5) Pamudji dan Trihartati (2008) Pamudji dan Trihartati (2008) meneliti tentang pengaruh independensi dan keefektifan komite audit terhadap manajemen laba, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keseluruhan karakteristik komite audit tidak memiliki dampak signifikan pada manajemen laba, hal ini menunjukkan bahwa pembentukan komite audit hanya menggambarkan bentuk ketaatan terhadap peraturan. 6) Nini dan Estralita Trisnawati (2009) Penelitian Nini dan Estralina bertujuan untuk mendapatkan bukti empirisi pengaruh independensi (peneerapan prinsip etika profesi, imbalan atau fee atas jasa audit serta non audit serta non audit services yang diberikan oleh auditor) terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan prinsip etika profesi pada auditor yang bekerja di KAP big four terbukti memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba. Independensi auditor pada KAP big four sangat tinggi, imbalan atau audit fee http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 tidak akan mempengaruhi auditor dalam membatasi praktik manajemen laba, semakin tinggi non audit service yang diberikan oleh auditor pada KAP big four, semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba. 7) RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009) Penelitian RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa perusahaan berukuran sedang dan besar berpengaruh dan lebih agresif melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba positif secara terus menerus, untuk menghindari pelaporan kerugian dan bahwa perusahaan berukuran sedang dan besar berpengaruh dan lebih agresif melakukan manajemen laba dengan senantiasa melaporkan laba positif, untuk menghindari pelaporan penurunan laba (earnings decreases). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan sedang dan besar tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnings losses maupun earnings decreases, seperti halnya size hypotesis, bahwa semakin besar perusahaan akan cenderung untuk menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar secara politis lebih mendapatkan perhatian dari institusi pemerintahan dibanding dengan perusahaan kecil. 8) Kang et al. (2011) Kang et al. (2011) meneliti efektivitas komite audit untuk perusahaan low- and mid-cap. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya yaitu earnings management, keberadaan komite audit, komite audit independen, keahlian, aktivitas dan ukuran komite audit. Hasil dari penelitiannya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 menyatakan bahwa keberadaan dan ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap earnings management, sedangkan komite audit independen, keahlian dan aktivitas berpengaruh terhadap earnings management. 9) Hikmah Is’ada Rahmawati (2013) Hikmah meneliti tentang pengaruh mekanisme good corporate governance yang diukur dengan komisaris independen, komite audit independen, dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan bahwa komisaris independen, komite audit independen dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial menunjukan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 10) Raudhatul Husni (2013) Raudhatul Husni tentang pengaruh mekanisme good corporate governance, leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan direksi serta komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Secara bersamasama, mekanisme good corporate governance, leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Variabel Penelitian Hasil 1 Siregar dan Utama (2005) Kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, praktek Corporate governanve (ukuran KAP, proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit) a) Kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. b) Kepemilikan Institusional dan tiga variabel praktek GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 2 Carcello et al. (2006) Commuttee audit financial expertise GCG mechanisme (board size, board independen, audit committee size, audit committee independent, institutional ownership), firm size a) Komite audit independen dengan keahlian keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Struktur kepemilikan institusional, Struktur Kepemilikan manajerial, Ukuran perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Manajemen laba, Return saham a) Leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 3 Widyaastuti (2007) b) Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. b) Strutur kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. c) Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap return saham. d) Manajemen laba, leverage, dan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap return saham. 4 Herni dan Susanto (2008) Struktur kepemilikan publik; Praktik pengelolaan perusahaan yang diproksikan dengan proporsi dewan Komisaris indepnden dan Komite audit; Jenis Industri; Ukuran perusahaan; a) Struktur kepemilikan publik, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, jenis industri, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan perataan laba. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Profitabilitas; Risiko keuangan; Perataan Laba. 5 Pamudji dan Trihartati (2008) 6 Nini dan Estralita Trisnawati (2009) Manajemen laba (menggunakan proksi diskresioner akrual), independensi, financial expertise, frekuensi pertemuan dan komitmen komite audit Professional ethics, audit fee, non audit services, manajemen laba. b) Kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan perataan laba. c) Risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Independensi komite audit secara signifikan bepengaruh negatif terhadap tingkat manajemen laba. a) Prinsip etika profesi audit memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba. b) Independensi auditor sangat tinggi pada KAP big four, imbalan atau fee tidak mempengaruhi manajemen laba. c) Semakin tinggi non audit services yang diberikan auditor semakin kecil kemungkinan praktik manajemen laba. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 7 RR. Sri Handayani dan Agustono Dwi Rachadi (2009) Ukuran perusahaan, manajemen laba. 8 Kang et al. (2011) Earnings Management, keberadaan komite audit, komite audit independen, keahlian aktivitas dan ukuran komite audit a) Keberadaan dan ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap earnings management. Dewan komisaris independen komite audit independen dan kepemilikan manajerial. a) Dewan komisaris independen, komite audit independen dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. 9 Hikmah Is'ada Rahmawati (2013) b) Komite audit independen, keahlian dan aktivitas berpengaruh terhadap earnings management. b) Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan komite http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 10 Raudhatul Husni (2013) audit independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. a) Kepemilikan institusional, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan direksi serta komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Corporate governance, leverage dan profitabilitas, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi dan komite audit. b) Mekamisme good corporate governance, leverage dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Sumber : Dari beberapa jurnal. Tabel penelitian terdahulu diatas menunjukan bahwa penelitian mengenai Manajemen Laba menunjukan hasil pengamatan yamg bervariasi. Oleh karena itu, Dalam penelitian ini saya menguji kembali pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Independensi Auditor, Komite Audit dan terhadap Manajemen Laba. C. Rerangka Pemikiran Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan yang makin menyadari bahwa dunia usaha saat ini harus memperhatikan aspek keuangan, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, pengungkapan Manajemen Laba digunakan perusahaan untuk memenuhi hal tersebut. Maka berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu bagaimana pengaruh variabel independensi dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independensi komite audit dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Rerangka penelitian dari pola hubungan antara variabel dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Kepemilikan Institusional Variabel Dependen H₁ ₁ Kepemilikan Manajerial H₂ Independensi Auditor H₃ Manajemen Laba Komite Audit Dewan Komisaris H₄ Dewan Komisaris Ukuran Perusahaan Dewan Komisaris H₅ Gambar 2.1 Model Penelitian Dari rerangka pemikiran di atas terlihat bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, independensi auditor, komite audit dan ukuran perusahaan, yang mempengaruhi hubungan antara Manajemen Laba. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 D. Pengembangan Hipotesis Hipotesis pada dasarnya suatu dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan di teliti. Pernyataan hipotesis mungkin saja benar atau mungkin saja salah, sehingga hasil dari penelitian ini dapat mendukung atau menolak hipotesis yang akan di ajukan. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan antara variabel Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Asing dengan Manajemen Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga dapat di susun suatu hipotesa sebagai berikut : 1. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Kepemilikan institusional adalah bagian dari saham perusahaaan yang dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi keuangan (bank, perusahaan keuangan, kredit), dana pensiun, investment banking, dan perusaha-an lainnya yang terkait dengan kategori tersebut (Yang et al., 2009). Chew dan Gillan (2009:176) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis investor institusional, yaitu investor institusional sebagai transient investors (pemilik sementara perusaha-an) dan investor institusional sebagai sophisticated investors. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang negatif terhadap praktik mana-jemen laba, semakin kecil persentase kepemilikan institusional maka semakin besar pula kecen-derungan pihak manajer dalam mengambil kebijakan akuntansi tertentu untuk memanipulasi pelaporan laba (Widyastuti, 2009). Hasil http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 tersebut berbeda dengan hasil penelitian oleh Guna dan Herawaty (2010) dan Yang et al. (2009), Oktovianti dan Agustia (2012), yang menghasilkan kesimpul-an bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena investor institusional sebagai pemilik sementara perusahaan lebih terfokus pada current earnings. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI. 2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Penelitian sebelumya mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif ter-hadap manajemen laba dan bisa meningkatkan kualitas dari proses pelaporan keuangan, hal ini dikarenakan ketika manajer juga memiliki porsi kepemilikan, maka mereka akan bertindak sama seperti pemegang saham umumnya dan memasti-kan bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar dan mengungkapkan kondisi riil perusahaan (Kouki et al., 2011). Yang et al. (2008) yang menyebutkan praktik manajemen laba di perusahaan cenderung akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. Hasil penelitian Guna dan Herawaty (2010) dan Pradipta (2011) adalah kepemilikan mana-jerial tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Oktovianti dan Agustia (2012), yang menyatakan bahwa kepe-milikan manajerial ini berpengaruh negatif signifi-kan terhadap earnings management. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 3. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Independensi auditor akan berdampak terhadap pendeteksian manajemen laba. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Independensi auditor dinilai dari lamanya penugasan auditor tersebut di perusahaan yang sama. Semakin lama auditor melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor dianggap tidak independen. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H3: Independensi Auditor berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI. 4. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Kepastian mengenai relevasi dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam mengambil keputusan bisnis (mayangsari 2003). Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 oleh auditornya. Auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP non-Big Four (Isnanta, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : H4: Kualitas Audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 5. Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Ketiga pengukuran tersebut sering digunakan untuk mengidentifikasi ukuran suatu perusahaan karena semakin besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar modal yang ditanam. Semakin besar jumlah penjualan, maka semakin besar perputaran uang di perusahaan tersebut, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka perusahaan tersebut akan semakin dikenal oleh masyarakat (sudarmadji dan Sularto 2007). Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H5: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. http://digilib.mercubuana.ac.id/