BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulankesimpulan berikut. 1. Volume ekspor CPO Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang dipengaruhi secara negatif dan signifikan oleh harga CPO dunia. Dalam jangka panjang, harga CPO dunia mempengaruhi volume ekspor CPO Indonesia sebesar 0.9052%, sedangkan dalam jangka panjang sebesar 0,7677%. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan harga CPO dunia sebesar 1%, maka akan meningkatkan volume ekspor CPO Indonesia sebesar 0,9052% dalam jangka panjang, dan 0,7677% dalam jangka pendek. Dilihat dari koefisien elastisitasnya, maka elastisitas harga CPO Indonesia tersebut bersifat inelastis, yang berarti bahwa persentase perubahan jumlah permintaan CPO Indonesia lebih kecil daripada persentase perubahan harga CPO dunia. Permintaan CPO yang inelastis terhadap harga tersebut disebabkan karena saat ini CPO telah menjadi bahan baku utama dalam berbagai industri. 2. Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa minyak kedelai adalah barang subtitusi dari CPO. Hal ini terlihat dari nilai koefisien harga minyak kedelai sebesar +0,512089, yang berarti bahwa kenaikan 1% pada harga minyak kedelai akan menyebabkan peningkatan jumlah permintaan CPO Indonesia sebesar 0,512089%. Besaran koefisien tersebut menunjukkan bahwa harga minyak kedelai bersifat inelastis terhadap permintaan CPO Indonesia. Namun, 69 harga minyak kedelai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh berbagai keunikan dan keunggulan CPO sebagai minyak nabati yang paling banyak digunakan saat ini. Sehingga walaupun terjadi perubahan pada harga minyak kedelai dunia, hal tersebut tidak akan terlalu berpengaruh terhadap volume ekspor CPO Indonesia. 3. Variabel pendapatan, yang dalam penelitian ini diwakili oleh GDP perkapita riil dunia, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang GDP perkapita riil dunia berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Dari hasil estimasi jangka panjang didapatkan koefisien variabel GDP perkapita riil dunia adalah sebesar 3,560178, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1% pada GDP perkapita riil dunia akan menyebabkan peningkatan volume ekspor CPO Indonesia sebesar 3,560178%. Dari koefisien tersebut dapat dikatakan bahwa CPO Indonesia merupakan barang normal, yaitu jenis barang yang jumlah permintaannya akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan. 4. Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan pada bab sebelumnya, variabel nilai tukar tidak berpengaruh signifikan baik pada jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 5. Dalam jangka panjang volume ekspor Indonesia dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh kuantitas produksi CPO Indonesia dengan koefisien sebesar 0,855412. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan 70 1% pada kuantitas produksi CPO Indonesia akan menyebabkan peningkatan volume ekspor CPO Indonesia sebesar 0,8554%. Namun, dalam jangka pendek kuantitas produksi CPO Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Hal ini terjadi karena masa tanam kelapa sawit yang cukup lama, sehingga tidak tercermin dalam jangka pendek. 6. Dalam jangka panjang maupun jangka pendek, variabel harga CPO dunia, Harga minyak kedelai dunia, nilai tukar, GDP perkapita riil dunia, dan jumlah produksi CPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya, yaitu volume ekspor CPO Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas F statistic masing-masing sebesar 0,0000 untuk jangka panjang dan 0,00007 untuk jangka pendek. 5.2 Implikasi Kebijakan Pendapatan perkapita dunia terbukti merupakan faktor yang sangat signifikan untuk perkembangan volume ekspor CPO Indonesia dalam jangka panjang. Selain faktor tersebut, faktor inelastisitas volume ekspor CPO terhadap harga CPO dunia dan signifikansi kuantitas produksi CPO Indonesia dalam jangka panjang juga perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan keuntungan Indonesia. Karena alasan-alasan itulah penting kiranya bagi pemerintah untuk selalu mendukung peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit agar produsen kelapa sawit dapat memenuhi permintaan CPO yang terus meningkat seiring pertumbuhan pendapatan dunia. Misalnya dengan penambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan intensifikasi perkebunan kelapa sawit yang sudah ada. 71