BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu konsep atau kegiatan penting yang perlu perusahaan lakukan untuk menigkatkan nilai perusahaan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Menurut Kotler dan Armstrong (2012:15) pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dari definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran bukan hanya menjual barang saja tetapi juga merupakan kegiatan sebelum dan sesudah penjualan sehingga pemasaran dapat disebut suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan dan ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok dan konsumen. 2.1.1.1 Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran atau Marketing mix merupakan salah satu strategi yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Bauran pemasaran menjadi alat 10 11 bagi aktivitas pemasaran perusahaan dalam mencapai suatu tujuan perusahaan. Beberapa ahli berpendapat mengenai bauran pemasaran, yaitu sebagai berikut: Pertama pengertian bauran pemasaran menurut Tjiptono (2008:30) adalah : “Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan”. Sedangkan definisi bauran pemasaran menurut Dharmesta (2008:78): “Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai bauran pemasaran (marketing mix) bahwa bauran pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait satu sama lain, dibaurkan dan digunakan dengan tepat. Unsur-unsur tersebut yaitu produk, harga, promosi dan distribusi. Keempat unsur ini perlu dikombinasikan dan dikelola sebaik mungkin, agar perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran yang efektif, sekaligus memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Kotler dan Armstrong (2012:51) memaparkan bahwa ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran 4P, seperti yang digambarkan berikut: 12 Product - Place Keragaman produk Kualitas Desain Ciri Nama merek Kemasan Ukuran Pelayanan Garansi Imbalan - Saluran pemasaran Cakupan pemasaran Pengelompokan Lokasi Persediaan Transportasi Logistik Target Consumers Intended Positioning Price - Daftar harga Rabat/diskon Potongan harga diskon Periode pembayaran Syarat kredit Promotion - Promosi penjualan Periklanan Tenaga penjual Kehumasan Pemasaran langsung Sumber: Kotler dan Amstrong (2012:52) Gambar 2.1 Empat Komponen dalam Bauran Pemasaran Adapun penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Produk berarti barang dan jasa yang dikombinasikan oleh perusahaan yang akan disampaikan kepada target pasar 2. Harga Sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan. 3. Tempat atau saluran distribusi termasuk aktivitas dari perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen 13 4. Promosi adalah aktivitas untuk mengkonsumsi produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. 2.1.2 Kualitas 2.1.2.1 Pengertian Kualitas Menurut Tjiptono (2008:4) menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Lalu ada lima alternative perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu: 1. Transcendental Approach, kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. 2. Product-based approach, pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. 3. User-based Approach, pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. 4. Manufacturing-based Approach, perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirements). 5. Value-based Approach, pemandangan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. 14 2.1.2.2 Pengertian Kualitas Produk Kualitas produk merupakan fokus utama dalam perusahaan, kualitas merupakan suatu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing. Kualitas produk adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas memiliki dampak langsung pada kinerja produk atau jasa, oleh karena itu kualitas berhubungan dengan kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2010:351), kualitas produk adalah Kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalah, ketepatan, kemudahan operasi, dan perbaikan serta atribut bernilai lainnya. Sedangkan menurut Stevenson (2005:386) mendefinisikan kualitas sebagai “the ability of a product or service to consistently meet or exceed customer expectations” (kemampuan dari satu produk atau jasa untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dapat menentukan kepuasan pelanggan, pelanggan akan merasa puas dengan produk atau jasa yang memiliki kualitas sesuai yang diharapkan pelanggan itu sendiri. 15 2.1.2.3 Dimensi Kualitas Produk Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik barang ataupun jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Menurut Zulian Yamit (2010), ada enam dimensi kualitas produk yang harus diterapkan pada perusahaan: 1. Kinerja produk (performance), yaitu gambaran keadaan yang sebenarnya dari kualitas produk dan pelayanan yang diberikan kepada nasabah dengan benar 2. Karakteristik pelengkap atau tambahan produk (range and type of features), yaitu kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki produk selain fungsi utama dari produk. 3. Kehandalan dan daya tahan produk (reliability and durability), yaitu kehandalan dalam penggunaan produk secara normal dan berapa lama produk dapat digunakan apabila perbaikan diperlukan. 4. Berikutnya adalah kemudahan pengoperasian dan perbaikan produk (maintainability dan service ability). Kelima adalah penampilan, daya tarik dan corak produk (sensory characteristics), yaitu berupa tampilan, desaign, corak dan daya tarik dari produk yang menjadi aspek penting dalam kualitas. 5. Terakhir adalah etik, profil dan citra produk (ethical, profile, and image) yaitu kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam bertransaksi pada produk maupun jasa. Selain kualitas produk yang ditawarkan, 16 kualitas pelayanan juga menjadi sangat penting dalam industri perbankan dalam rangka memberikan kepuasan kepada nasabah atau konsumen perbankkan. 2.1.2.4 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan yaitu memberikan kesempurnaan pelayanan yang dilakukan oleh penyedia layanan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas pelayanan menjadi hal penting yang harus diperhatikan serta dimaksimalkan agar mampu bertahan dan tetap dijadikan pilihan oleh pelanggan. Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2013:216) mengatakan bahwa kualitas pelayanan yaitu seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas pelayanan yang mereka terima. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:59), pengertian kualitas pelayanan jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dau faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan jasa yaitu dirasakan expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan jasa diprsepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan jasa dipresepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan maka kualitas pelayanan jasa dipresepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas pelayanan jasa 17 tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. 2.1.2.5 Dimensi Kualitas Pelayanan Pelayanan mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan aktivitas pendukung dalam kegiatan pemasaran. Kualitas pelayanan merupakan perbedaan antara kenyataan dengan harapan konsumen atas pelayanan yang mereka terima. Dalam bisnis jasa kualitas pelayanan menjadi kunci keberhasilan perusahaan. Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2013:182), yaitu: 1. Tangibles, atau berwujud yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Yang dimaksud bahwa penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dan pelayanan yang diberikan. 2. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan susuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. 4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan sopan santun. 18 5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. Sebagai contoh perusahaan harus mengetahui keinginan pelanggan secara spesifik dari bentuk fisik produk atau jasa sampai pendistribusian yang tepat 2.1.2.6 Model Kualitas Pelayanan Menurut Berry, Parasuraman, Zatithaml yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2010:55), merumuskan model kualitas pelayanan yang diperlukan pada industri jasa. Pada model tersebut mengidentifikasi lima kesenjangan yang mengakibatkan ketidakberhasilan penyerahan jasa : 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu memahami dengan tepat apa yang diinginkan pelanggan. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jsasa. Manajemen mungkin memahami dengan tepat keinginan-keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar kerja. 3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyerahan jasa. Karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau mematuhi standar, atau mereka kurang mungkin dihadapkan pada standar yang saling bertentangan, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka dengan cepat. 19 4. Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal. Harapan-harapan konsumen dipengaruhi pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan perwakilan dan iklan perusahaan. 5. Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila konsumen tersebut memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Komunikasi dari Mulut ke Mulut Kebutuhan Personal Pengalaman yang Lalu Jasa yang Diharapkan Konsumen Konsumen Jasa yang Dirasakan Penyampaian Jasa Penjabaran Spesifikasi Persepsi Manajemen Sumber : Tjiptono (2008:147) Gambar 2.2 Model Kualitas Pelayanan Komunikasi Eksternal 20 2.1.2.7 Prinsip Kualitas Pelayanan Dalam kualitas pelayanan terdapat prinsip-prinsip kualitas pelayanan, seperti yang dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2008:75), sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk meningkatkan strategi kinerja kualitasnya. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak maka usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari manajemen puncak berdampak kecil terhadap perusahaan. 2. Pendidikan Semua personil perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek perlu mendapatkan penekanan pada penelitian tersebut. Meliputi konsep kualitas sebagai bisnis, alat teknik implementasi strategi bsinis kualitas dan perencanaan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas. 3. Perencanaan Proses perencanaan strategi harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan keperusahaan untuk mencapai visinya. 4. Review Proses review merupakan satu-satunya alat paling efektif bagi manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini merupakan suatu 21 mekanisme yang menjalin adanya perhatian yang konstan dan terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas. 5. Komunikasi Implementasi strategi kualitas dalam orang, dipengaruhi oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan karyawan, pelanggan, dan pemilik perusahaan. 6. Penghargaan dan Pengukuran Merupakan aspel penting dalam implementasi strategi kualitas setiap karyawan yang berprestasi tersebut diakui agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan dan pelanggan yang dilayaninya. 2.1.3 Harga 2.1.3.1 Pengertian Harga Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan pelanggan dalam membeli suatu produk atau jasa, sehingga sangat menentukan keberhasilan pemasaran suatu produk. Definisi harga menurut Kotler dan Amstrong (2012:439) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2010:67) menyebutkan bahwa harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen ini menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam 22 program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu Dari beberapa pengertian di atas, timbulah pengertian tentang kebijakan harga, dimana dalam pelaksanaannya akan diikuti oleh kebijakan harga tertentu yang sebelumnya diputuskan oleh perusahaan. Kebijakan harga tersebut dimaksudkan dengan langkah guna mendukung dan mengarahkan harga agar tercipta suatu hubungan antara produsen dan konsumen. Menentukan kebijakan Penetapan Harga menurut Philip Kotler (2012:520), diantaranya adalah: 1. Memilih tujuan penetapan harga 2. Menentukan permintaan 3. Memikirkan biaya 4. Menganalisis biaya, harga dan tawaran pesaing 5. Memilih metode penetapan harga 6. Memilih harga akhir 2.1.3.2 Tujuan Penetapan Harga Menurut Tjiptono (2008:35) ada 4 (empat) hal yang menjadi tujuan penetapan harga, yaitu: 1. Tujuan berorientasi pada laba. Ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih hrga yang dapat menghasilkan laba yang maksimum. Dalam kondisi persaingan yang ketat dan serba kompleks penerapannya sangat sulit untuk dilakukan. 23 2. Tujuan berorientasi pada volume. Tujuan ini berorientasi pada volume, dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk menguasai pangsa pasar. 3. Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu. 4. Tujuan stabilisasi harga. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri. Tujuan-tujuan lainnya. Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. 2.1.3.3 Metode Penetapan Harga Perusahaan memilih metode penetapan harga yang mencakup satu atau lebih dari tiga pertimbangan ini. Menurut Kotler dan Keller (2010:83), ada enam metode penetapan harga, berikut penjelasannya: 1. Penetepan Harga Markup Metode penetapan harga paling mendasar adalah menambah markup standar ke biaya produk. Sampai saat ini penetapan harga markup masih populer karena penjual dapat menentukan biaya jauh lebih mudah daripada memperkirakan permintaan, kemudian harga cenderung sama dan persaingan harga terminimalisasi ketika perusahaan dalam industri menggunakan metode 24 ini, dan terakhir banyak orang merasa bahwa penetapan harga biaya plus lebih adil bagi pembeli dan penjual. 2. Penetapan harga tingkat pembelian sasaran Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi sasarannya. 3. Penetapan harga nilai anggapan Nilai anggapan terdiri dari beberapa elemen seperti citra pembeli akan kinerja produk, kemampuan penghantaran dari saluran, kualitas jaminan, dukungan pelanggan. Atribut yang kurang dominan seperti reputasi pemasok, keterpercayaan dan harga diri. 4. Penetapan harga nilai Metode yang menciptakan harga murah kepada konsumen untuk menarik perhatian konsumen dengan tidak mengabaikan kualitas produk perusahaan. 5. Penetapan harga going-rate Perusahaan mendasarkan sebagian besar harganya pada harga pesaing, mengenakan harga yang sama, lebih mahal atau lebih murah dibandingkan harga pesaing utama. 6. Penetapan harga jenis lelang Penetapan harga jenis lelang dilakukan untuk membuang persediaan lebih atau barang bekas. 25 2.1.3.4 Indikator Harga Menurut Kotler dan Amstrong (2012:52), didalam variabel harga ada beberapa unsur kegiatan utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:278), ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu: 1. Keterjangkauan harga 2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3. Daya saing harga 4. Kesesuaian harga dengan manfaat. 2.1.4 Loyalitas Pelanggan 2.1.4.1 Pengertian Loyalitas Menurut Tjiptono (2008:111) : “Loyalitas adalah situasi dimana pelanggan bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) diikuti pola pembelian ulang yangb konsisten”. Loyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional telah digunakan untuk melukiskan kesetiaan dan pengandian antusias kepada negara, cita-cita, atau individu. Dalam konteks bisnis belakangan ini, istilah loyalitas telah digunakan untuk melukiskan kesediaan pelanggan untuk terus berlangganan pada sebuah perusahaan dalam jangka panjang, dengan membeli dan menggunakan barang serta jasanya secara berulang-ulang dan lebih baik lagi secara eksklusif, dan 26 dengan sukarela merekomendasikan produk perusahaan tersebut kepada temanteman dan rekan-rekannya (Lovelock dan Wright, 2007:133). 2.1.4.2 Tahapan Loyalitas Griffin dalam Hurriyati (2008) membagi tahapan loyalitas pelanggan sebagai berikut: 1. Suspect, yaitu orang yang mungkin membeli produk tetapi belum memiliki informasi mengenai produk perusahaan. 2. Prospect, yaitu semua orang yang memiliki kebutuhan akan produk dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini mereka telah memiliki informasi tentang produk melalui rekomendasi puhak lain. 3. Disqualified respects, yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan produk, tetapi tidak memiliki kebutuhan akan produk tersebut atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli produk tersebut. 4. First time customer, yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih menjadi pelanggan baru. 5. Repeat customer, yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. 6. Clients, yaitu semua pelanggan yang membeli produk perusahaan secara teratur dan hubungan ini berlangsung lama. 7. Advocates, yaitu clients yang secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli produk perusahaan tersebut. 27 2.1.4.3 Jenis-jenis Loyalitas Loyalitas mempunyai beberapa jenis yang berbeda berdasarkan ketertarikan pelanggan dan intensitas pembelian. Griffin (2005:22) membagi loyalitas menjadi empat jenis yaitu: 1. Tanpa Loyalitas Keadaan dimana seorang pelanggan tidak memperdulikan keterikatannya terhadap pelayanan atas barang atau jasa yang digunakannya. Pelanggan seperti ini tidak melakukan pembelian ulang pada satu tempat yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pelanggan yang mempunyai keterikatan rendah terhadap pelayanan atas barang atau jasa dan dikombinasikan dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan bahwa pelanggan tersebut tidak loyal. 2. Loyalitas yang Lemah Pelanggan yang mempunyai keterikatan yang rendah namun melakukan pembelian berulang yang tinggi menggambarkan jenis loyalitas yang lemah. Alasan utama pelanggan membeli adalah karena faktor nonsikap dan faktor situasi. Faktor nonsikap menjelaskan bahwa pelanggan tidak mempunyai alasan keterikatan yang kuat untuk melakukan pembelian pada satu tempat. Kemudian faktor situasi adalah kebiasaan pelanggan karena telah melakukan pembelian pada suatu tempat. Pelanggan dalam hal ini merasakan tingkat kepuasan tertentu pada perusahaan atau minimal tiada ketidakpuasan yang nyata dari pelanggan. 28 3. Loyalitas Tersembunyi Tingkat keterikatan yang relatif tinggi bila digabungkan dengan tingkat pembelian ulang yang rendah maka menunjukkan jenis loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Pelanggan dalam hal ini mempunyai hubungan keterikatan yang kuat pada produk, namun karena faktor situasi, pelanggan memiliki intensitas pembelian ulang yang rendah. 4. Loyalitas Premium Jenis loyalitas ini menggambarkan pelanggan mempunyai tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian ulang yang tinggi pada produk suatu perusahaan. Bentuk keloyalan seorang oelanggan dalam hal ini yaitu merasa bangga menemukan dan menggunakan produk tertentu kemudian senang membagu pengetahuan dengan keluarga atau rekan kerja. Semakin loyal seorang pelanggan maka semakin sempurna tujuan perusahaan dalam memperkuat posisi produknya pada pelanggan. Loyalitas pelanggan merupakan efek akhir dari suatu pemebelian, yang diartikan sebagai suatu sikap dan niat untuk berprilaku di masa depan, dan diekspresikan melalui komitmen untuk kembali membeli produk yang dibutuhkan pada perusahaan, komitmen untuk merekomendasikan kepada orang lain, niat untuk menambah jumlah tabungan, niat atau keinginan untuk menceritakan hal positif mengenai perusahaan dan kesediaan untuk membayar mahal (Palitati, 2007). 29 2.1.4.4 Driver Loyalitas Pelanggan Ketika manajemen menetapkan kesetiaan pelanggan sebagai faktor tertinggi untuk sebuah perusahaan, maka perhatian utama adalah bagaimana menemukan faktor penentu atau pengaruh kesetiaan pelanggan. Menurut Hasan (2009:130) driver utama loyalitas pelanggan adalah: 1. Customer Satisfaction Kepuasan pelanggan dipertimbangkan sebagai prediktor kuat terhadap kesetiaan pelanggan termasuk rekomendasi positif, niat beli ulang, dan lainlain. Banyak peneliti yang melaporkan bahwa korelasi positif antara kepuasan pelanggan, kesetiaan pelanggandan ingatan pelanggan yang pada akhirnya mengarahkan tingkat profitabilitas. 2. Service Quality Kualitas meningkatkan penjualan dan penguasaan pasar, dan mengarahkan/memimpin konsumen ke arah kesetiaan. Ketika perusahaan mampu meningkatkan mutu produk, maka niat membeli (pembeli pertama dan pembeli ulang) dan word of mouth promotion (oleh pelanggan) meningkat, biaya iklan dan biaya pemeliharaan pelanggan berkurang secara serempak. 3. Brand Image Citra merek muncul menjadi faktor penentu kesetiaan pelanggan, pada tingkat yang lebih tinggi, kepuasan pelanggan meningkatkan kesetiaan pelanggan dan mereka ini ikut serta membesarkan/membangun citra perusahaan lebih positif. 30 4. Perceived Value Nilai yang dirasakan dinyatakan sebagai perbandingan manfaat yang dirasakan dan biaya-biaya yang dikeluarkan pelanggan. Persepsi nilai berpengaruh positif yang signifikan (sangat kuat) terhadap kesetiaan pelanggan dan kepuasan pelanggan. 5. Trust Kepercayaan didefinisikan sebagai persepsi kepercayaan terhadap keandalan perusahaan yang ditentukan oleh konfirmasi sistematis, tentang harapan terhadap tawaran perusahaan. Peran sentral kepercayaan bisnis adalah kemampuannya menggerakan transaksi pasar menjadi hubungan terusmenerus, kepercayaan menjadi salah satu anteseden yang paling relevan dalam membangun hubungan lebih stabil dan kolaboratif. 6. Customer Relationships Relasional pelanggan didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap proporsionalitas rasio biaya dan manfaat (pelanggan), rasio biaya dan keuntungan (perusahaan) dalam hubungan yang terus-menerus dan timbal balik. Relasional pelanggan menjadi salah satu faktor penentu (yang signifikan) hubungan yang stabil dan tahan lama, dan itulah kesetiaan. 7. Switching Cost Biaya peralihan merupakan salah satu faktor dari faktor yang mempengaruhi kesetiaan. Biaya peralihan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap pendapatan, kontinuitas layanan, profitabilitas, pangsa pasar, biaya per unit dan faktor-faktor keuntungan kompetitif lainnya. 31 8. Waiting Time Tingkat waiting time mempunyai pengaruh pada post-experience, persepsi layanan dan penyerahan produk sabagai bagian penting dari pembentuk kesetiaan pelanggan. 9. Reliability/Dependability Reliability/Dependability diidentifikasi memiliki hubungan positif dengan kepuasan pemakai dan keterkaitan persepsional yang dirasakan. 2.1.4.5 Dimensi Loyalitas Pelanggan Konsumen yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan. Bagaimana menilai konsumen itu loyal atau tidak, Tjiptono (2008:107) mengemukakan beberapa karakteristik dari pelanggan yang loyal yaitu: 1. Melakukan pembelian ulang yang konsisten. Pelanggan membeli kembali produk yang sama yang ditawarkan perusahaan. 2. Merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain. Pelanggan melakukan komunikasi dari mulut ke mulut berkenaan dengan produk tersebut kepada orang lain. 3. Konsumen tidak mudah beralih pada produk pesaing. Pelanggan tidak tertarik terhadap tawaran produk sejenis dari pesaing. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu komitmen kuat pelanggan terhadap suatu merek dimana pelanggan menganugerahi loyalitas kepada perusahaan karena produk/jasa perusahaan telah memberikan sesuatu yang bernilai kepada pelanggan. Nilai yang 32 didapatkan pelanggan dari suatu produk/jasa perusahaan akan mempengaruhi sikap atau perilaku pelanggan dimasa yang akan datang terhadap suatu produk/jasa tersebut. Perusahaan akan memperhatikan ketiga sikap dan karakteristik pelanggan di atas untuk bisa mendapatkan pelanggan yang loyal serta mempertahankan dari ancaman pesaing. Selanjutnya Griffin (2005:223) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain: 1. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih mahal) 2. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dll) 3. Mengurangi biaya turnover pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit) 4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti yang merasa puas. Loyalitas atau kesetiaan pelanggan tidak terbentuk dalam waktu singkat, tetapi melalui proses belajar dan pengalaman pembelian produk/jasa secara konsisten sepanjang waktu. Tantangan besar bagi pemasar produk/jasa tidak hanya terletak dalam memberikan alasan yang tepat kepada calon pelanggan untuk berbisnis dengan mereka, tetapi juga membuat pelanggan yang 33 ada tetap loyal dan bahkan menambah penggunaan produk ataupun jasanya. Singh (2006) memaparkan beberapa strategi untuk membangun basis pelanggan setia, seperti: 1. Fokus pada pelanggan utama. 2. Secara proaktif menghasilkan kepuasan pelanggan yang tinggi dalam setiap transaksi. 3. Mengantisipasi kebutuhan pelanggan dan menanggapinya sebelum pesaing. 4. Membangun hubungan lebih dekat denga pelanggan. Efek loyalitas bagi perusahaan adalah memberikan sumber pendapatan terus-menerus dalam kurun waktu bertahun-tahun. Perlu digarisbawahi bahwa, loyalitas hanya akan berlanjut sepanjang pelanggan merasakan bahwa mereka menerima nilai yang lebih baik (termasuk kualitas yang lebih tinggi) dibandingkan dengan yang dapat diperoleh dengan beralih kepada penyedia produk/jasa lain. Indikator dari loyalitas pelanggan menurut Kotler & Keller (2010:57) adalah Repeat Purchase (kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention (ketahanan terhadap pengaruh yang negatif mengenai persahaan); Referalls (mereferensikan secara total eksistensi perusahaan). 34 2.2 Kerangka Pemikiran Kualitas Pelayanan (X1) - Tangibles Reliability Responsiveness Assurance Empathy Dama (2010) Loyalitas Pelanggan (Y) Amryyanti Sukaatmadja Cahya (2013) Sompa Suwarni Gunarto Harga (X2) - - Keterjangkauan harga. Kesesuaian harga dengan kualitas produk. Daya saing harga. Kesesuaian harga dengan manfaat (2013) - Repeat Buying Retention Referalls Amryyanti Sukaatmadja Cahya (2013) Sompa Suwarni Gunarto (2013) Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan gambar kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa hubungan antara kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan terletak pada harapan pelanggan akan pelayanan yang berkualitas. Semakin berkualitasnya pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan, maka akan berpengaruh terhadap tingkat loyalitas yang dimikiki seseorang. Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah menjaga retensi pelanggan dengan memberikan pelayanan yang handal dan memiliki kualitas terbaik, sehingga akan menumbuhkan dan mempertahankan loyalitas pelanggan. 35 Teori penghubung antara kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan dikutip dari Dama (2010) yang menyatakan bahwa secara simultan dan parsial berdasarkan analisis yang digunakan maka dimensi kualitas pelayanan secara nyata dan positif berpengaruh terhadap loyalitas nasabah Bank Mandiri Cabang Gorontalo. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:345) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu di bawah yang menyatakan terdapat hubungan antara kualitas produk dan harga terhadap loyalitas pelanggan. Penelitian Sompa, Suwarni, Gunarto (2013) Menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan harga berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen makanan cepat saji di kota Palembang studi pada Kentucky Fried Chicken. Selanjutnya penelitian dari Amryyanti, Sukaatmadja dan Cahya (2013) Menunjukkan bahwa kualitas layanan, kualitas produk, dan harga berpengaruh positif terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan pada LnC Skin Care Singaraja. Hasil penelitian ini adalah pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan secara langsung sebesar 93,4%. Pengaruh harga terhadap kepuasan pelanggan secara langsung sebesar 36,2%. Pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan secara langsung sebesar 44%. Disarankan pihak LnC Skin Care Singaraja hendaknya lebih memperhatikan aspek-aspek kewajaran harga agar pelanggan bisa merasakan kepuasan serta mau untuk melakukan pembelian ulang 36 dan loyal terhadap perusahaan. Harga yang harus mereka bayarkan hendaknya membuat mereka puas setelah mendapatkan pelayanan dan kualitas produk yang diharapkan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis menggambarkan model penelitiannya seperti gambar di bawah ini : Kualitas Pelayanan Loyalitas Pelanggan Harga Gambar 2.4 Model Penelitian 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh antara Kualitas pelayanan (X1) terhadap Loyalitas pelanggan (Y) Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh antara Harga (X2) terhadap Loyalitas pelanggan (Y) Hipotesis 3 : Terdapat pengaruh antara Kualitas pelayanan (X1) dan Harga (X2) secara simultan terhadap Loyalitas pelanggan (Y)