simultanitas struktur kepemilikan, kebijakan dividen, dan utang

advertisement
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN,
KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN UTANG
Krisna Mutiara Wati
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the simultaneity of four financial variable, i.e.
institutional ownership, managerial ownership, dividend policies, and Debt. This study
analyzes a sample of IDX-listed manufacturing firms over the period 2006 – 2010. The
coefficients of model are estimated using two stage least square model. The results show a
number of important findings. Firstly, institutional ownership was determined simultaneously
with managerial ownership, and the coefficient support agency hypothesis. Secondly,
institutional ownership was determined simultaneously with dividend, but the coefficient does
not support agency hypothesis. Thirdly, institutional ownership was not determined
simultaneously with debt. Fourthly, dividend was determined simultaneously with dividend
with debt.
Keywords: ownership structure, dividend, debt.
PENDAHULUAN
Pemisahan antara kepemilikan perusahaan dan manajemen perusahaan seringkali membuat adanya konflik kepentingan
antara kedua belah pihak. Konflik yang
terjadi inilah yang dinamakan dengan
konflik keagenan, dan sesuai dengan teori
keagenan, dimana antara manajer sebagai
agen dan pemegang saham sebagai
prinsipal masing-masing ingin memaksimumkan kemakmurannya.
Manajer lebih menguasai informasi
dibanding pemegang saham karena manajer mengelola perusahaan secara langsung
sedangkan pemegang saham sulit memperoleh informasi secara efektif tentang operasionalisasi perusahaan sehingga terjadi
asimetri infromasi. Tindakan manajer demi
kepentingannya dan mengabaikan kepentingan para pemegang saham perusahaan,
sehingga menimbulkan terjadinya konflik
keagenan dalam perusahaan.
Untuk mengurangi konflik keagenan
antara manajer dengan pemegang saham
dapat dilakukan melalui beberapa cara.
Pertama, adanya monitoring oleh investor
institusional, seperti; dana pensiun, perusahaan asuransi dan perseroan terbatas maupun institusi independen yang memiliki
otoritas menilai kinerja manajemen perusahaan. Investor institusional sebagai pihak
yang memonitor agen. Hal ini disebabkan
karena kepemilikan mewakili sumber
kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Jadi dengan adanya
investor institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Kedua,
adanya peningkatan kepemilikan manajerialitas saham perusahaan sebagai insentif
159
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
dalam upaya menekan tindakan oportunistiknya misalnya melakukan inefisiensi,
investasi pada proyek dengan net present
value yang negatif dan sebagainya. Jensen
dan Meckling (1976) dalam setting agency
membuktikan bahwa manajer memiliki
kecenderungan untuk terlibat dalam
tindakan pengambilan keuntungan yang
berlebihan dan tindakan oportunistik lain.
Ketiga, adanya kebijakan dividen perusahaan. Rozeff (1982) dalam Mursalim
(2009) mengemukakan kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen
yang dibayarkan kepada para pemegang
saham menjadi rendah. Karena peningkatan kepemilikan manajerial membuat
porsi kepemilikan para pemegang saham
menjadi turun, sehingga return yang
dibayarkan dalam bentuk dividen juga
mengalami penurunan. Keempat, adanya
kebijakan utang. Pendanaan melalui utang
dapat menurunkan agency conflict, karena
manajemen memiliki kewajiban untuk
membayar pokok pinjaman beserta bunga
pinjaman. Oleh karena itu, kelebihan aliran
kas perusahaan dapat dimanfaatkan untuk
pelunasan utang. Hal ini dapat menekan
manajemen perusahaan untuk melakukan
tindakan oportunistik dan inefisiensi
(Jensen, 1986).
Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam Mursalim (2009), dengan tiga variabel
interdependensi (endogenous variable)
yaitu; insider ownership, debt policy dan
dividend policy yang hanya mampu
memberikan tingkat prediksi R2 sebesar
27%. Demikian pula penelitian Crutchley,
et al. (1999) dengan empat endogenous
variable yaitu; institutional ownership,
insider ownership, debt policy dan
dividend policy hanya mampu memberikan
tingkat prediksi R2 sebesar 40%.
Penelitian ini juga dimotivasi oleh
penelitian yang dilakukan oleh Mursalim
(2009), yang melakukan penelitian terhadap simultanitas aktivisme institusional,
kepemilikan institusional, kepemilikan ma160
najerial, kebijakan dividen, dan utang
dalam mengurangi konflik keagenan, yang
menunjukkan hasil bahwa dari kelima
variabel tersebut menunjukkan pengaruh
yang simultan. Selain itu, dalam penelitian
yang dilakukan oleh Mursalim juga
menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara kepemilikan institusional
dengan kebijakan dividen dan berpengaruh
negatif terhadap kebijakan utang.
Penulis bermaksud untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh
Mursalim dengan melakukan perbedaan
dalam pengambilan sampel penelitian.
Dalam penelitian ini metode pengambilan
sampel yang dilakukan oleh penulis adalah
dalam perusahaan manufaktur peride 2006
sampai 2010. Dimana dalam rentang tahun
tersebut terjadi adanya krisis yang mengakibatkan perubahan penurunan struktur
kepemilikan dan pembagian jumlah
dividen dalam perusahaan tertentu.
Crutchley et al. (1999) menyatakan
bahwa kepemilikan institusional dan
manajerial, kebijakan dividen dan utang
merupakan mekanisme monitoring yang
dapat mengurangi konflik keagenan.
Masalah yang muncul adalah sejauh mana
mekanisme monitoring ini digunakan
dalam sistem simultanitas untuk mengatasi
konflik keagenan. Pertanyaan penelitiannya, apakah terdapat hubungan simultanitas antara kepemilikan institusional dan
manajerial, kebijakan dividen, dan utang.
Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk
menguji hubungan simultanitas kepemilikan institusional dan manajerial, kebijakan dividen, dan utang. Hasil kajian ini
diharapkan dapat memberikan bukti bahwa
terdapat simultanitas antara kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial,
kebijakan dividen, dan utang dalam
mengurangi konflik keagenan. Selain itu,
untuk memperkuat adanya teori keagenan,
dalam hal struktur kepemilikan.
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
KAJIAN LITERATUR DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Teori Keagenan yang dikembangkan
Jansen dan Meckling (1976) digunakan
sebagai grounded theory dalam penelitian
ini. Teori keagenan dapat dipandang
sebagai suatu versi dari game theory, yang
membuat suatu model kontraktual antara
dua atau lebih pihak, dimana salah satu
pihak disebut agen dan pihak yang lain
disebut prinsipal. Prinsipal mendelegasikan wewenang dan pertanggungjawaban
atas decision making kepada agen. Hal ini
dapat pula dikatakan bahwa prinsipal
memberikan suatu amanah kepada agen
untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agen
maupun prinsipal diatur dalam kontrak
kerja atas persetujuan bersama.
Masalah keagenan dapat muncul jika
manajer suatu perusahaan memiliki kurang
dari 100 persen saham biasa perusahaan
tersebut. Jika perusahaan berbentuk perseorangan dan dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa
manajer-pemilik tersebut akan mengambil
setiap tindakan yang mungkin untuk
memperbaiki kesejahteraannya, terutama
diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan, dan fasilitas eksekutif
seperti tunjangan, kantor yang mewah,
fasilitas transportasi dan sebagainya Akan
tetapi, jika manajer pemilik tersebut mengurangi hak kepemilikannya dengan
membentuk perseroan dan menjual sebagian sahamnya kepada pihak lain (pihak
luar), maka pertentangan kepentingan bisa
segera muncul.
Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan yang menjelaskan
bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham seringkali bertentangan,
sehingga bisa terjadi konflik diantara
keduanya. Hal tersebut disebabkan mana-
jer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut,
karena pengeluaran tersebut akan menambah kos perusahaan yang menyebabkan
penurunan keuntungan perusahaan dan
penurunan dividen yang akan diterima.
Pemegang saham menginginkan agar kos
tersebut dibiayai oleh utang, tetapi manajer
tidak menyukai dengan alasan bahwa
utang mengandung risiko yang tinggi.
Konflik kepentingan antara manajer dan
pemegang saham dapat diminimumkan
dengan suatu mekanisme pengawasan
(monitoring) yang dapat mensejajarkan
kepentingan yang terkait tersebut. Namun
dengan munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu kos
yang disebut agency cost.
Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dibagi menjadi
dua yaitu outsider dan insider ownership.
Outsider ownership dalam hal ini kepemilikan saham perusahaan oleh institusional,
sedangkan insider ownership merupakan
kepemilikan saham oleh manajemen
perusahaan. Penelitian ini menggunakan
istilah struktur kepemilikan seperti yang
dikemukakan Jensen dan Meckling (1976).
Kepemilikan institusional diproksi oleh
para pemegang saham institusional.
Seperti; dana pensiun, perusahaan asuransi
dan perseroan terbatas yang memiliki
proporsi saham cukup besar pada
perusahaan di bursa. Dimana investasinya
bersifat jangka panjang dan berorientasi
memperoleh dividen pada akhir periode.
Pemegang saham besar dan institusi
berpengalaman
menekankan
kepada
manajer untuk fokus pada nilai jangka
panjang daripada laba jangka pendek.
Investor institusional dalam melakukan
investasi didasarkan pada analisis yang
bersifat fundamental atau yang berkaitan
dengan informasi keuangan perusahaan.
Analisis fundamental adalah menekankan
161
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
pada penentuan nilai sekuritas perusahaan
melalui pengujian secara cermat terhadap
kunci pemicu nilai, seperti; laba, risiko,
pertumbuhan, dan posisi kompetitif
(Mursalim, 2009).
Kepemilikan Manajerial (managerial
ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif
ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati,
2002). Kepemilikan manajerial ini diukur
dengan proporsi saham yang dimiliki
perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar
proporsi kepemilikan manajemen dalam
perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang
saham yang notabene adalah mereka
sendiri (Mahadwartha dan Hartono, 2002)
dan Sari (2010). Argumentasi di atas
menjustifikasi perlunya managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang
saham. Smith dan Watts (1992) dalam
Mursalim (2009) menjelaskan bagaimana
paket kompensasi fixed (gaji) dan
contingent (bonus) terbukti dapat digunakan sebagai insentif untuk menyamakan
kepentingan manajemen dan pemegang
saham.
Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen
mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding
mechanism. Bonding mechanism berusaha
menyamakan kepentingan dari pemegang
saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke
dalam kekayaan perusahaan. Kebijakan
utang dan dividen akan mengurangi
konflik antara pemegang saham dan agen
(Jensen dan Meckling, 1976).
162
Kebijakan Dividen
Tujuan outsider ownership maupun
insider ownership melakukan investasi
jangka panjang pada perusahaan untuk
memperoleh dividen pada akhir periode.
Dividen adalah pembagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham berdasarkan pada banyaknya saham yang dimiliki.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham, maka semakin
tinggi pula dividen yang diperoleh pemegang saham setiap periode. Mahadwartha
dan Hartono (2002) dan Sari (2010) juga
menyatakan manajemen menggunakan
dividen sebagai sinyal prospek perusahaan.
Demikian pula, Hatta (2002) menyatakan
bahwa kebijakan dividen sering dianggap
sebagai signal bagi investor dalam menilai
baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen dapat membawa
pengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Berdasarkan dividend signaling theory, bahwa peningkatan dividen memberi
sinyal positif mengenai peningkatan aliran
kas di masa mendatang dan informasi ini
digunakan oleh pihak investor untuk membeli saham. Hartono et al., (2007) menemukan kebijakan dividen dipengaruhi oleh
keputusan akuntansi perusahaan. Dividen
merupakan signal dari stabilisasi aliran kas
di masa datang.
Rozeff (1982) dalam Mursalim
(2009) juga mengemukakan pembayaran
dividen adalah salah satu cara untuk
mengurangi agency cost of equity karena
konflik antara manajemen dengan pemegang saham akan berkurang dan menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah
bagian dari monitoring perusahaan. Hal ini
berarti kebijakan dividen berperan mengurangi masalah keagenan yang terjadi dalam
perusahaan. Myers dan Majluf (1984)
dalam Mursalim (2009) bahwa penurunan
pembayaran dividen menyebabkan perusahaan memiliki sumber dana internal untuk
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
investasi, tetapi ketika terdapat kepemilikan insider, maka kepentingan pemegang
saham akan sesuai dengan kepentingan
manajer.
Kebijakan Utang
Pembiayaan perusahaan untuk menambah modal baru melalui utang
membuat manajer harus lebih berhati-hati
dalam menggelola utang, karena adanya
beban bunga tetap yang harus dibayar
selain pokok pinjaman. Jensen dan
Meckling (1976) mengemukakan bahwa
menggunakan utang dapat mengurangi kebutuhan terhadap saham dari luar (outside
stock) dan membantu mengurangi agency
problem. Adanya utang dapat digunakan
untuk mengendalikan penggunaan free
cash flow secara berlebihan. Misalnya,
manajemen melakukan investasi pada
proyek dengan net present value negatif
yang menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian.
Myers dan Majluf (1984) mengemukakan hipotesis pecking order theory
bahwa keuntungan perusahaan yang tinggi
membutuhkan utang yang kecil sebab
perusahaan mimiliki kas secara internal.
Namun demikian, perusahaan dengan
profit yang tinggi memiliki masalah free
cash flow yang cukup besar. Jadi perusahaan membutuhkan utang untuk mengimbangi masalah ini. Disamping itu, adanya
utang membuat manajemen memiliki
kewajiban untuk pembayaran bunga pinjaman. Hal ini dapat mengontrol tindakannya dalam menentukan kebijakan perusahaan, karena sebagian kerugian yang terjadi akan ditanggung manajemen.
Pengembangan Hipotesis
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kepemilikan manajerial (Mursalim, 2009). Hal ini disebabkan,
kepemilikan institusional secara mayoritas
akan mengurangi kemungkinan perusahaan
diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk memperbesar kepemilikannya pada perusahaan. Kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif terhadap kepemilikan manajerial (Mursalim,
2009). Semakin tinggi kepemilikan institusi maka semakin meningkat pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan
dan semakin mengurangi minat manajer
untuk memperbesar kepemilikannya. Sementara itu, kepemilikan institusional yang
tinggi akan berbanding terbalik dengan
proporsi kepemilikan manajerial dalam
perusahaan. Crutchley et al. (1999) juga
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional. Hasil penelitian
Mursalim (2009) menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap dividen, dan berpengaruh negatif
terhadap utang. Hasil lainnya adalah
terjadinya simultanitas antara kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa diduga
ada hubungan simultanitas antara simultanitas antara kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, kebijakan dividen
dan utang. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1:
Terdapat hubungan simultanitas
antara kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, kebijakan
dividen dan utang.
Pemilik institusional dapat melakukan monitoring terhadap tindakan manajemen dalam menentukan kebijakan perusahaan. Seperti; peningkatan pembayaran
dividen, penggunaan utang maupun tindakan perataan. Investor institusional memiliki peran penting sebagai pengawas
eksternal di pasar saham. Disamping itu,
dikemukakan pula bahwa para investor
institusional memberikan jasa pengawasan
yang berarti serta bertindak sebagai
pembatas bagi perilaku oportunistik para
manajer perusahaan. Crutchley et al.
163
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
(1999) menemukan bahwa pengaruh
kepemilikan institusional terhadap dividen
adalah negatif. Pengaruh negatif berarti
semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat kontrol eksternal
terhadap manajemen perusahaan. Hal ini
mengurangi biaya keagenan, sehingga
perusahaan akan cenderung menggunakan
dividen yang lebih rendah. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2:
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen.
Adanya kepemilikan institusional
yang cukup besar mendorong institusi
untuk monitoring terhadap tindakan
manajemen dalam pengambilan keputusan
keuangan, misalnya pengelolaan utang
perusahaan dengan baik. Eksistensi
investor institusional merupakan substitusi
utang dalam mengurangi agency problem.
Artinya investor institusional dapat
melakukan pengawasan terhadap kebijakan
utang perusahaan, sementara utang juga
merupakan
alat
monitoring
bagi
manajemen, karena adanya beban bunga
yang harus ditanggung atau dibayarkan
pada saat jatuh tempo. Hasil penelitian
Mursalim (2009) menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh
berpengaruh negatif terhadap utang.
Dengan demikian dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H3: kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap kebijakan utang.
Crutchley et al. (1999) menemukan
hubungan yang saling mempengaruhi
secara negatif atau hubungan substitusi
antara kepemilikan institusional dengan
kepemilikan insider (. Hubungan substitusi
adalah hubungan yang saling mengganti
antara kepemilikan institusional dengan
kepemilikan
manajerial
sebagai
mekanisme
monitoring.
Ketika
kepemilikan
institusional
cukup
164
terkonsentrasi,
maka
kepemilikan
manajerial akan menjadi turun dan
memberikan power pemilik institusional
melakukan monitoring terhadap kebijakan
manajemen perusahaan. Sebaliknya, ketika
kepemilikan manajerial cukup tinggi, maka
kepemilikan institusional akan turun dan
mendorong
manajer
mengontrol
tindakannya sendiri, karena kerugian yang
timbul sebagian ditanggung oleh manajer.
Mursalim (2009) menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap kepemilikan manajerial.
Dengan demikian dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H4: kepemilikan institusional berpengaruh
negatif
terhadap
kepemilikan
manajerial
METODA PENELITIAN
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur yang berstruktur kepemilikan
institusional
dan
manajerial,
serta
membagikan dividen terhadap pemegang
saham yang go publik di BEI selama
tahun 2006-2010. Metode pengambilan
sampel ini saya menggunakan metode
purposive sampling. Perusahaan yang
diteliti mendasarkan pada kriteria berikut.
1) Go public di BEI. 2) Terdapat
kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial dalam perusahaan tersebut. 3)
Perusahaan membagikan dividen dalam
kurun waktu 5 tahun berturut-turut
terhadap pemegang saham. 4) Perusahaan
tersebut memiliki laporan keuangan resmi
yang dipublikasikan melalui Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
Berdasarkan kriteria di atas, jumlah
perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak 6 perusahaan: PT
Gudang Garam Tbk, PT AKR Corporindo
Tbk, PT AKR Corporindo Tbk, PT Lautan
Luas Tbk, PT Lionmesh Prima Tbk, PT
Indo Kordsa Tbk, PT Berlian Laju Tanker
Tbk.
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
Variabel penelitian ini terdiri dari
variabel endogen yang merupakan variabel
yang dianggap dipengaruhi variabel lain
dalam model yaitu kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, dan kebijakan utang dan variabel
eksogen yang merupakan variabel yang
dianggap memiliki pengaruh terhadap
variabel yang lain, namun tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam model
yaitu risiko, profitabilitas, sales growth,
investasi, size, fixed aset. Tabel 1
menjelaskan ringkasan definisi operasional
masing-masing variabel penelitian.
Tabel 1
Ringkasan Definisi Operasional
No
1
2
Variabel
Kepemilikan
manajerial (MNJRL)
Kepemilikan
Institusional (INST)
3
4
Kebijakan Utang
Dividen Payout Ratio
5
6
7
Pertumbuhan Investasi
Ukuran
Pertumbuhan
Penjualan
Profitabilitas
Aktiva Tetap
Resiko
8
9
10
Pengukuran/Proksi
Jumlah prosentase saham yang dimiliki oleh manajer
Jumlah prosentase saham yang dimiliki oleh institusi
(perbankan, asuransi, dana pensiun, dan perusahaan
institusi lain)
Debt ratio = Total utang/Total aset
DPR = Dividen / EAT
Invest = (total aset t – total aset t-1) / total aset t-1
Size = log (total assets)
Salgrow = (sales t – sales t-1) / sales t-1
Profit = Laba Operasi / Total Aset
Fixed Asset = Aktiva Tetap / Total Aset
Risk = Standar Deviasi (Net Operating Income / Total Aset
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan simultanitas antara struktur kepemilikan, kebijakan dividen, dan
utang dengan menggunakan alat analisis
two stage least square (2 SLS). Untuk
memenuhi asumsi model, dalam penelitian
ini dilakukan uji normalitas dan uji
Hausman Test. Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Apabila asumsi
ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil
(Ghozali, 2005:10). Untuk menguji normalitas dapat dilakukan dengan statistik
Jarque-Bera. Sementara itu, uji hausman
ini bertujuan untuk menentukan apakah
dalam pengujian ini mode estimasi yang
digunakan
dalam
pengolahan
data
menggunakan estimasi random effect.
Analisis model regresi linier dimana
variabel independen saling pengaruhmempengaruhi dapat menggunakan model
regresi persamaan simultan. Salah satu
metode yang dapat digunakan adalah two
stage least square (2SLS). Metode 2SLS
digunakan untuk model regresi persamaan
simultan yang mengandung persamaan
yang overidentified. Jika nilai-nilai parameter yang diperoleh ternyata melebihi
dari jumlah parameter, maka sistem
persamaan ini dinyatakan sebagai suatu
sistem yang melebihi sifat yang dapat
diidentifikasi atau overidentified. Model
Empiris penelitian ini sebagai berikut:
INST =
a0 + a1 MNJRL + a2 DIV +
a3 DEBT +a4 PROF + a5
SIZE + e1
165
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
MNJRL = b0 + b1 INST + b2 DIV + b3
DEBT + b4 RISK + b5 SIZE +
e2
DIV =
c0 + c1 INST + c2 MNJRL +
c3 DEBT + c4 SALGROW +
c5 INVEST + e3
DEBT = d0 + d1 INST + d2 MNJRL +
d3 DIV + d4 RISK + d5FIXED
+ e4
Keterangan:
INST
MNJRL
DIV
DEBT
PROF
SIZE
RISK
SALGROW
INVEST
FIXED
: Kepemilikan Institusional
: Kepemilikan Manajerial
: Kebijakan Dividen
: Kebijakan Utang
: Profitabilitas
: Ukuran Perusahaan
: Risiko Perusahaan
: Pertumbuhan Penjualan
: Investasi
: Fixed Assets
Persamaan yang overidentified
yaitu jika (K-M) ≥ (G -1) (Gujarati,
2003:753), dimana
K = jumlah variabel eksogen dan endogen
secara keseluruhan, M = jumlah variabel
endogen dan eksogen dalam sebuah persamaan simultan, G = jumlah persamaan
yang ada
Dalam persamaan yang digunakan
dalam penelitian ini terdapat 4 variabel
endogen yaitu, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, kebijakan dividen,
kebijakan utang, dan 6 variabel eksogen,
yaitu profitabilitas, risiko, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, investasi,
dan fixed assets. Hasil dari keseluruhan
variabel adalah overidentified, sehingga
dari persamaan pada penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa persamaan ini
terlalu teridentifikasi sehingga cocok
dilakukan uji Two Stage Least Square.
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang telah go
public dan listed di pasar modal pada
rentang tahun 2006 sampai 2010 dan
dalam lima tahun tersebut berturut-turut
memiliki data kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dividen, total
utang, total aset, fixed assets, penjualan
perusahaan, pendapatan operasi. Jumlah
sampel pada penelitian ini sebanyak 30
sampel. Gambaran data penelitian dapat
dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Keterangan
Mean
Median
Maximum
Minimum
MNJR
8.66
7.11
25.61
0.13
INST
58.48
63.03
73.06
32.20
DEBT
0.51
0.51
0.84
0.17
DIV
27.92
29.03
86.21
1.47
Tabel 2 statistik deskriptif menunjukkan bahwa dari 30 observasi yang
dilakukan selama periode 2006 sampai
dengan 2010 memiliki nilai rata-rata untuk
kepemilikan manajerial 8.66, kepemilikan
institusional 58.48, kebijakan dividen
0.51, kebijakan utang 27.91, profitabilitas
0.10, ukuran perusahaan 6.46, risiko
166
PROF
0.10
0.09
0.26
0.01
SIZE
6.46
6.54
7.49
4.64
RISK
0.63
0.64
0.92
0.22
SLGR
0.09
0.09
0.92
-0.97
INV
0.18
0.13
1.52
-0.19
FIX
0.39
0.38
0.82
0.08
perusahaan 0.62, pertumbuhan penjualan
0.09, investasi 0.18, dan fixed assets 0.39.
Untuk mendeteksi normalitas residual dapat dilakukan dengan uji Jarque-Bera.
Dalam pengujian ini menggunakan nilai
residual dalam sebuah persamaan. Dalam
penelitian ini terdapat empat buah persamaan, sehingga terdapat empat residual
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
yang normal. Keempat nilai residual ini
menunjukkan adanya residual yang terdistribusi normal karena nilai probabilitas
Jarque-Bera > 0.05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa nilai residual
dalam penelitian ini normal dan dapat lolos
untuk pengujian selanjutnya.
Pengujian menggunakan uji hausman
test ini adalah untuk mengetahui apakah
model yang akan digunakan untuk melakukan pengujian apakah cocok jika
menggunakan random effect. Pengujian ini
menggunakan estimasi random effect,
karena pengujian model persamaan
menggunakan uji Two Stage Least Square,
yang memang dilakukan menggunakan
random effect. Dalam pengujian ini
menguji apakah model yang digunakan
dalam pengolahan data menggunakan
estimasi random effect. Estimasi random
effect ini memiliki kriteria ketika pengujian
memiliki nilai probabilitas > 0.05. Dalam
penelitian ini telah diuji dan memiliki nilai
probabilitas > 0.05, sehingga model ini
cocok untuk digunakan dalam pengujian
selanjutnya yaitu uji Two Stage Least
Square. Selengkapnya dapat dilihat dalam
tabel 3 berikut:
Tabel 3
Uji Hausman Test
Variabel
INST
MNJRL
DIV
DEBT
Endogen
(Pers 1)
(Pers 2)
(Pers 3)
(Pers 4)
C
4.433002***
7.653839***
0.449536
0.044241
INST
-1.335844*
0.428869
1.495891*
MNJRL
-1.335844*
-1.121592
-0.511936
DIV
-0.511936
1.495891*
-0.534528
DEBT
-1.121592
0.428869
-0.534528
PROB.
0.0634
0.0619
0.0868
0.0836
R2
0.962998
0.999384
0.646996
0.927772
Adjusted R2
0.948902
0.999149
0.512518
0.900257
Keterangan: *** signifikansi pada α = 1% ** signifikansi pada α = 5 % *
signifikansi pada α = 10 %
Pengujian dalam penelitian ini
menggunakan model Two Stage Least
Square (2SLS). Hasil lengkap dari uji
2SLS dapat dilihat pada tabel 4.
Kepemilikan institusional memiliki
nilai koefisien negatif (-0.703611) dan
signifikan (p-value = 0.0019 < α = 1%)
terhadap kepemilikan manajerial. Hasil
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial. Demikian juga sebaliknya, variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien negative (-0.494765)
dan signifikan (p-value = 0.0013 < α = 1
%). Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manjerial berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional. Hasil ini
menunjukkan adanya hubungan simultanitas antara variabel kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Hubungan ini bersifat saling mengganti sebagai
alat untuk mengurangi konflik keagenan.
Variabel kepemilikan institusional
terhadap kebijakan dividen memiliki nilai
koefisien positif (0,860971) dan signifikan
(p-value = 0,0000 < α = 1%). Hasil ini
mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen. Demikian juga sebaliknya variabel dividen terhadap kepemilikan
institusional memiliki koefisien positif
(0,179631) dan signifikan (p-value =
0,0226 < α = 5%). Hasil ini menunjukkan
bahwa
kebijakan dividen berpengaruh
167
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
terhadap kepemilikan institusional. Hal ini
mengindikasikan ketika kepemilikan institusional tinggi maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan juga tinggi. Hasil ini
mengungkapkan bahwa hubungan silmultanitas antara kepemilikan institusional dan
kebijakan dividen adalah bersifat saling
melengkapi dalam mengurangi konflik
keagenan.
Variabel kepemilikan institusional
memiliki nilai koefisien negatif(-0.001471)
dan tidak sinifikan (p-value = 0.7168 > α =
5%) terhadap kebijakan utang. Hasil ini
menunjukkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang.
Sebaliknya, variabel kebijakan utang
dengan kepemilikan institusional memiliki
koefisien negatif (-15.44366 dan signifikan
(p-value = 0.0883 < α = 5 %). Hasil ini
menunjukkan bahwa kebijakan utang
berpengaruh negatif terhadap kepemilikan
institusional. Dengan demikian, hubungan
antara variabel kepemilikan dan utang ini
tidak menunjukkan terjadinya simultanitas.
Variabel kepemilikan manajerial memiliki koefisien positif (0.151771) dan
tidak signifikan (p-value = 0.6306 > α =
5%). Dalam hubungan yang terjadi antara
kebijakan dividen terhadap kepemilikan
manajerial tidak ada hubungan yang signifikan. Demikian juga, variabel kebijakan
dividen
memiliki
koefisien
positif
(0.059409) dan tidak signifkan (p-value =
0.5505 > α = 5%). Hasil kedua model ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan simultanitas antara kebijakan kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen.
Tabel 4
Rangkuman Hasil Model Two Stage Least Square
Variabel Independen
INST
Koefisien
t value
prob.
MNJRL
Koefisien
t-value
prob.
DEBT
Koefisien
t value
prob.
DIV
Koefisien
t value
prob.
PROF
Koefisien
t value
prob.
168
INST
Variabel Dependen
MNJRL
DIV
-0.703611
0.860971
-3.471572*** 7.242510***
0.0019
0.0000
-0.494765
-3.612441***
0.0013
0.151771
0.486858
0.6306
-15.44366
-1.773526**
0.0883
-13.65968
-1.109305
0.2779
0.179631
2.430859**
0.0226
0.059409
0.605133
0.5505
7.917329
0.365078
0.7181
DEBT
-0.001471
-0.368150
0.7168
-7.00E-06
-0.002536
0.9980
-46.80590
-2.920460***
0.0073
-0.003544
-3.390749***
0.0247
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
Tabel 4 (Lanjutan)
SIZE
Koefisien
9.991349
7.971690
t value
9.243810*** 3.461740***
prob.
0.0000
0.0019
RISK
Koefisien
4.402765
0.527842
t value
0.457687
4.572030***
prob.
0.6511
0.0001
SALGROW
Koefisien
-13.07411
t value
-1.574067*
prob.
0.1280
INVEST
Koefisien
7.928054
t value
-1.574067*
prob.
0.1280
FIXED
Koefisien
0.0239255
t value
1.857240*
prob.
0.00751
Keterangan: *** signifikansi pada α = 1 % ** signifikansi pada α = 5 %;
* signifikansi pada α = 10 %
Variabel kepemilikan manajerial
memiliki koefisien negatif (-7.00E-06) dan
tidak signifikan (p-value = 0.9980 > α =
5%). Hasil ini mengindikasikan bahwa
kepemilikan menajerial tidak berpengaruh
pada kebijakan utang. Demikian juga,
variabel kebijakan utang memiliki nilai
koefisien negatif (-13.65968) dan tidak
signifkan (p-value = 0.2779, > α = 5%)
terhadap kepemilikan manajerial. Hasil ini
menunjukkan bahwa utang tidak berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Dengan demikian hasil kedua model, menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan
simultanitas antara kepemilikan manajerial dan kebijakan utang.
Variabel kebijakan dividen memiliki
koefisien negatif (-0.003544) dan signifikan (p- value = 0.0247 < α = 5%) terhadap utang. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan utang berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen. Demikian
juga, variabel kebijakan utang memiliki
nilai koefisien negatif (-46.80590) dan
signifikan (p-value = 0.0073 < α = 1%)
terhadap dividen. Hasil ini menunjukkan
bahwa kebijakan utang berpengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil
ini mengindikasikan bahwa terjadi
hubungan simultanitas antara dividen dan
utang. Habungan ini mengungkapkan
ketika perusahaan menggunakan utang
maka perusahaan akan mengurangi jumlah
dividen yang akan dibayarkan. Jadi hubungan antar kedua variabel bersifat substitusi dalam mengurangi konflik keagenan.
Variabel profitabilitas memiliki nilai
koefisien positif (7.917329) tapi tidak
signifikan (p-value = 0.7181, > α = 5 %).
Sebaliknya, variabel size (ukuran perusahaan) memiliki nilai koefisien positif
(9.991349) dan signifikan (p-value =
0.0000, < α = 1 %). Hasil ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kepemilikan institusional. Se169
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
makin besar ukuran sebuah perusahaan
maka semakin besar juga kepemilikan
institusi di dalamnya.
Variabel risk atau risiko juga tidak
berpengaruh
terhadap
kepemilikan
manajerial (p- value = 0.6511, > α = 5%).
Sementara itu, variabel ukuran dari
perusahaan memiliki nilai koefisien positif
(7.971690) dan signifikan (p-value =
0.0019, < α = 1%). Hal ini berarti semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin
besar dorongan para manajer untuk ikut
memiliki saham perusahaan.
Variabel pertumbuhan penjualan
(sales growth) memiliki nilai koefisien
negative (-3.07411) dan signifikan (pvalue = 0.1280 < α = 10%). Hasil ini
mengindikasikan bahwa ketika pertumbuhan penjualan meningkat maka perusahaan cenderung menaikkan dividen. Demikian juga, variabel investasi memiliki nilai
koefisien positif (7.928054) dan signifikan
(p-value = 0.1289 > α = 10%) terhadap
kebijakan dividen.
Variabel risiko perusahaan memiliki
koefisien positif (0.527842) dan signifikan
(p- value = 0.0001 < α = 1%). Hal ini
mengindikasikan bahwa ketika risiko naik
perusahaan
cenderung meningkatkan
utang. Selanjutnya, variabel aset tetap
(fixed assets) memiliki koefisien positif
(0.0239355) dan signifikan (p-value =
0.00751 < α = 10%). Hasil ini
mengindikasikan
ketika
aset
tetap
bertambah maka kebijakan utang juga
bertambah.
PEMBAHASAN
Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan simultanitas antara variabel
kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial. Terjadinya hubungan simultan
ini berarti adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antar satu variabel dengan
variabel lainnya. Dalam hal ini, kepemilikan institusional mempengaruhi kepemilikan manajerial, begitu juga sebalik170
nya, kepemilikan manajerial mempengaruhi kepemilikan institusional dengan
koefisien arah yang negatif. `Hubungan
ini bersifat substitusi sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan. Dalam hal
ini manajemen perusahaan dapat menggunakan salah satu dari jenis kepemilikan ini
dalam mengurangi persoalan konflik
keagenan. Hubungan substitusi ini berarti
adanya hubungan yang saling mengganti
antara kepemilikan institusional dengan
kepemilikan manajerial dalam sebuah
mekanisme kontrol, dimana kepemilikan
institusional yang tinggi atau terkonsentrasi membuat kepemilikan manajerial
menjadi turun. Kepemilikan institusional
yang terkonsentrasi ini memberikan daya
kekuatan bagi pemilik institusi melakukan
monitoring terhadap kebijakan-kebijakan
manajemen perusahaan. Sebaliknya, adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan mendorong manajer untuk mengontrol tindakannya sendiri, karena kerugian
yang timbul sebagian ditanggung oleh
manajer. Hasil ini mengindikasikan bahwa
kepemilikan institusional memiliki hubungan yang saling mengganti dengan
kepemilikan manajerial dalam mengurangi
konflik keagenan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Crutchley et al.
(1999) dan Mursalim (2009) yang
menemukan pengaruh secara negatif dan
terjadi
hubungan
substitusi
antara
kepemilikan institusional dengan kepemilikan manajerial.
Sementara itu, variabel kepemilikan
institusional memiliki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen. Hubungan yang signifikan positif
ini menandakan bahwa ketika kepemilikan
institusional tinggi, maka kebijakan dividen akan menjadi tinggi juga. Demikian
juga yang terjadi pada variabel kepemilikan dividen terhadap kepemilikan institusional yang juga memiliki hubungan yang
positif. Hal ini mengindikasikan bahwa
terdapat hubungan simultan antara
kepemilikan institusional dengan kebijakan
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
dividen. Hubungan simultan ini berarti
hubungan yang saling mempengaruhi antar
satu sama lain. Dalam hal ini, kepemilikan
institusional mempengaruhi kebijakan
dividen, begitu juga sebaliknya, kebijakan
dividen mempengaruhi kepemilikan institusional dengan koefisien arah yang
positif. Hasil ini tidak mendukung hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen.
Pengaruh positif berarti semakin tinggi
kepemilikan institusional maka semakin
kuat kontrol eksternal terhadap manajemen
perusahaan. Hubungan positif ini dapat
diartikan bahwa hubungan kepemilikan
institusional ini memiliki hubungan yang
saling melengkapi dalam mengurangi
konflik keagenan. Dalam sampel penelitian
ini terlihat bahwa semakin tinggi proporsi
kepemilikan institusional maka semakin
tinggi pula dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan tersebut. Hasil ini tidak
mendukung penelitian Crutchley et al.
(1999) dan Mursalim (2009) menemukan
bahwa pengaruh kepemilikan institusional
terhadap dividen adalah negatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Sebaliknya,
kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional. Dengan
demikian, hubungan antara variabel
kepemilikan dan utang ini tidak menunjukkan terjadinya simultanitas. Hal ini bisa
terjadi karena pemilik institusional dan
kreditor adalah pihak yang saling independen dalam memonitor perusahaan. Ketika
kepemilikan institusi naik tidak harus
utang juga ikut meningkat. Namun bisa
jadi jika utang naik maka kepemilikan
institusi juga ikut naik. Hasil penelitian ini
tidak
mendukung
hasil
penelitian
Mursalim (2009) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap utang. Hasil ini tidak mendukung
hipotesis ketiga.
Demikian juga untuk variabel
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
dividen tidak memiliki hubungan yang
signifikan, begitu juga sebaliknya, kebijakan dividen tidak memiliki hubungan
dengan kepemilikan manajerial. Hasil ini
mengindikasikan bahwa tidak terjadi hubungan simultanitas antara kepemilikan
manajerial dan dividen. Hal ini bisa terjadi
karena kedua pihak saling independen
dalam memonitor perusahaan. Keadaan ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rozeff
(1982) yang mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan kepada
para pemegang saham menjadi rendah.
Peningkatan kepemilikan manajerial membuat porsi kepemilikan pemegang saham
menjadi turun, sehingga return yang dibayarkan dalam bentuk dividen juga mengalami penurunan.
Berikutnya, variabel kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan utang tidak
memiliki hubungan yang signifikan, begitu
juga sebaliknya, kebijakan utang tidak
memiliki hubungan dengan kepemilikan
manajerial. Hasil ini mengindikasikan
bahwa juga tidak terjadi hubungan yang
simultan antara kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan utang. Hal ini bisa
terjadi karena pemilik manajerial dan
kreditor merupakan pihak yang saling
independen dalam memonitor perusahaan.
Variabel kebijakan dividen memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kebijakan utang. Demikian juga yang terjadi
pada variabel kebijakan utang terhadap
kebijakan dividen yang juga memiliki
hubungan yang negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan simultan
antara kebijakan dividen dan kebijakan
utang. Hubungan simultan ini berarti
hubungan yang saling mempengaruhi antar
satu sama lain. Dalam hal ini, kebijakan
dividen mempengaruhi kebijakan utang,
begitu juga sebaliknya, kebijakan utang
mempengaruhi kebijakan dividen dengan
171
JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012
koefisien arah yang negatif. Hubungan ini
mengungkapkan ketika perusahaan menggunakan utang maka perusahaan akan
mengurangi jumlah dividen yang akan
dibayarkan. Jadi hubungan antar kedua
variabel bersifat substitusi dalam mengurangi konflik keagenan. Hasil penelitian ini
mengkonfirmasi penelitian Kumar (2003)
dan Nuringsih (2005).
KESIMPULAN, KETERBATASAN,
DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan, dapat disimpulkan beberapa
hal. Pertama, terdapat hubungan simultanitas antara kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial dengan arah
negatif, kepemilikan institusional terhadap
kebijakan dividen dengan arah positif,
serta kebijakan dividen terhadap kebijakan
utang dengan arah negatif. Kedua, kepemilikan institusional dan kebijakan dividen
memiliki arah koefisien positif. Hasil ini
tidak mendukung hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hubungan positif ini dapat
diartikan bahwa hubungan kepemilikan
institusional ini memiliki hubungan yang
saling melengkapi. Ketiga, kepemilikan
institusional tidak berpengaruh negatif
terhadap kebijakan utang. Jadi kepemilikan
institusional tidak memiliki hubungan
terhadap kebijakan utang. Keempat,
kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap kepemilikan manajerial
dan terjadi hubungan simultan negatif
antara kepemilikan institusional dengan
kepemilikan manajerial.
Keterbatasan dan Saran Penelitian
Dalam penelitian ini hanya menggunakan 30 sampel, dikarenakan pada
periode tahun 2008 terdapat beberapa
perusahaan yang mengalami imbas dari
172
adanya krisis ekonomi sehingga tingkat
kepemilikan manajerialnya dan pembagian
dividennya berkurang, bahkan tidak
melakukan kepemilikan manajerial dan
pembagian dividen, sehingga tidak dapat
dijadikan sebagai sampel penelitian.
Penelitian ini terbatas hanya pada satu
jenis perusahaan saja yaitu perusahaan
manufaktur. Penelitian ini belum memasukkan seperti variabel aktivisme institusional, free cash flow yang diduga juga
mempengaruhi hubungan simultanitas.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah waktu periode penelitian,
jenis industri, serta tambahan variabel lain
yang dapat mendukung penelitian ini.
Perusahaan memiliki hak untuk melakukan
berbagai kebijakan keuangan dalam mengurangi adanya konflik keagenan. Kepemilikan institusi dan manajerial saling
mengganti digunakan sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan. Baik kebijakan institusional dan kebijakan dividen
dapat saling melengkapi dalam mengurangi persoalan keagenan. Kebijakan
kebijakan dividen dan kebijakan utang
juga bisa saling mengganti dalam mengurangi konflik kepentingan. Bagi
investor maupun pemegang saham, dengan
adanya kebijakan keuangan perusahaan
yang optimal diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan
DAFTAR REFERENSI
Crutchley, C.E., Jensen, M.R.H., Jahera,
Jr. J.S., Raymond, J.E. 1999.
“Agency Problems, and The
simultaneity of financial decision
making: The Role Of Institutional
Ownership”. International Review
of Financial Analysis, 8 (2):177197.
SIMULTANITAS STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN…………………..…………………….…………...(Krisna Mutiara Wati)
Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate
Lanjutan dengan Program SPSS.
Edisi 1. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics.
New York: McGraw-Hill Higher
Education.
Hatta, A.J. 2002. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen:
Investigasi
Pengaruh
Teori
Stakeholder”. Jurnal Akuntansi &
Auditing Indonesia, 6 (2):
Agensi. Prosiding. Simposium
Nasional Akuntansi IV. Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI). Hlm.
1084-1107
Sari, R.F. 2010. Analisis Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Utang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kesempatan Investasi
Terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Hartono, R. A., Apriani D. R., Atahau.
2007. “Analisis Interdependensi
Insider Ownership”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, 13 (1):1-19.
Jensen, M.C. and Meckling, W.H. 1976.
“Theory of the Firm : Managerial
Behavior, Agency Costs and
Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics, 3 (4).
Kumar, J. 2003. Ownership Structure and
Dividen Payout in India. Makalah.
Mahadwartha, P. A. dan Jogiyanto, H.
2002. Uji Teori Keagenan dalam
Hubungan Interpendensi antara
Kebijakan Hutang dengan Kebijakan Dividen. Prosiding. Simposium Nasional Akuntansi V.
Semarang.
Mursalim, 2009. “Simultanitas Aktivisme
Institusional, Struktur kepemilikan,
Kebijakan Dividen, dan Kebijakan
Utang dalam Mengurangi Konflik
Keagenan”.
Jurnal
Ekonomi
Iniversitas Muslim Makasar.
Wahidahwati, 2002. Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Teori
173
Download