ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. S UMUR 26 TAHUN P2A1 POST PARTUM HARI KE KE-3 DENGAN BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU DI BPS SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : Rika Safitri NIM B13083 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADASURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Nifas Patologi pada Ny. S umur 26 tahun P2A0 denganBendungan Saluran Air Susu Ibu di BPS Siyamtiningsih Karanganyar”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Ernawati, SST., M.Kes selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Siyamtiningsih, Amd.Keb yang telah memberikan izin penggunaan lahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Seluruh dosen dan staff Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada atas segala bantuan yang diberikan. 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran sangat penulis harapkan demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juni 2016 Penulis iii Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016 Rika Safitri B13083 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA Ny. S UMUR 26 TAHUN P2A1 POST PARTUM HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU DI BPS SIYAMTININGSIH KARANGANYAR x + 109 halaman + 16 lampiran INTISARI Latar Belakang : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 pada bulan Oktober menunjukan peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian maternal sebesar 57,93% terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74% dan pada waktu persalinan sebesar 17,33%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok umur ≥35 tahun sebesar 26,67% dan pada kelompok umur ≤20 tahun sebesar 6,37%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Siyamtiningsih Karanganyar pada tanggal 5 November 2015, diperoleh diperoleh data bulan Oktober 2014 – Oktober 2015, ibu nifas sebanyak 312 ibu nifas, dimana 270 ibu nifas (86,54%) tanpa komplikasi dan 42 ibu nifas (13,46%) dengan komplikasi, yaitu 25 ibu nifas (59,52%) dengan bendungan saluran ASI, 10 ibu nifas (23,81%) dengan mastitis, 7 ibu nifas (16,67%) dengan hipertensi. Tujuan Studi Kasus :Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI dengan menggunakan pendekatan 7 langkah Varney menurut Hellen Varney. Metodologi Penelitian :Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data ini yaitu deskriptif yang berlokasi di BPS Siyamtiningsih Karanganyar dengan menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil Studi Kasus : Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan selama 3 hari keadaan umum ibu membaik, bengkak di payudara ibu sudah berkurang, payudara sudah tidak keras dan rasa nyeri berkurang serta ibu sudah kembali menyusui bayinya dengan lancar. Kesimpulan : Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI serta tidak ada kesenjangan antara teori dan pelaksanaan Studi Kasus selama tiga hari pasien sudah dalam keadaan membaik. Kata Kunci : Asuhan kebidanan, ibu nifas, bendungan saluran air susu ibu Kepustakaan : 15 litelatur (tahun 2008 s/d 2015) iv MOTTO 1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Al Insyiroh : 6) 2. Jangan membenarkan kebiasaan, tapi biasakanlah kebenaran (penulis) 3. Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi oranglain walaupun dia terlihat lebih baik dari kita 4. Jangan menunda-nunda untuk melakukan suatu pekerjaan karena tidak ada yang tahu apakah kita dapat bertemu hari esok atau tidak 5. Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Kahlil Gibran) PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : 1. Ibu dan bapak tercinta terima kasih atas doa restunya dan cinta kasih selama ini. Yang telah mendidik, merawat dan menjaga anak-anak kalian dengan sepenuh hati. 2. Adik-adikku tercinta yang selalu memberikan semangat dalam suka maupun duka. 3. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 4. Almamater tercinta. v CURICULUM VITAE Nama : Rika Safitri Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar/ 15 Februari 1995 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Mojorejo Rt. 05 Rw. 06, Plesungan, Gondsngrejo, Karanganyar Riwayat Pendidikan 1. SD N 01 Plesungan, Karanganyar Lulus Tahun 2007 2. SMP N 18 Surakarta Lulus Tahun 2010 3. SMK N 6 Surakarta Lulus Tahun 2013 4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013 vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv INTISARI ....................................................................................................... v CURICULUM VITAE ................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5 E. Keaslian Studi Kasus............................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ............................................................................. 8 1. Nifas Normal .................................................................... 9 2. Bendungan Saluran Air Susu Ibu (ASI) ........................... 38 B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................. 44 C. Landasan Hukum .................................................................... 63 METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus..................................................................... 64 B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 64 C. Subyek Studi Kasus................................................................. 65 D. Waktu Studi Kasus .................................................................. 65 E. Instrumen Studi Kasus ............................................................ 65 F. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................... 65 G. Alat-alat yang dibutuhkan ....................................................... 69 H. Jadwal Penelitian .................................................................... 70 vii BAB IV BAB V TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus................................................................... ..... 71 B. Pembahasan...................................................................... ....... 96 PENUTUP A. Kesimpulan................................................................... ........... 104 C. Saran................................................................... ..................... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Kasus Lampiran 3. Surat Balasan Studi Kasus Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Menggunakan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Menggunakan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Menjadi Pasien Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Inform Consent) Lampiran 8. Lembar Observasi Lampiran 9. SAP Breast Care Lampiran 10. SAP Cara Menyusui Yang Baik dan Benar Lampiran 11. SAP ASI Eklusif Lampiran 12. SAP Perawatan Bayi Sehari-hari SAP Lampiran 13. Tanda Bahaya Masa Nifas Lampiran 14. SAP Macam-macam Alat Kontrasepsi Lampiran 15. Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 16. Lembar Konsultasi ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri (Dinkes Jateng, 2012). Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (> 35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (> 4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun) (Dinkes Jateng, 2012). AKI merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDGs yang ditetapkan, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Dinkes, 2012). 1 2 Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 pada bulan Oktober menunjukan peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2012). AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2012). Kematian maternal sebesar 57,93% terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,74% dan pada waktu persalinan sebesar 17,33%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok umur ≥35 tahun sebesar 26,67% dan pada kelompok umur ≤20 tahun sebesar 6,37% (Dinkes Jateng, 2012). Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi komplikasi akibat bendungan ASI maka dibutuhkan peran bidan yang antara lain mempersiapkan ibu pada masa antenatal dengan melakukan pemeriksaan payudara dan perawatan payudara, memberiakan informasi tentang laktasi dan memberikan motivasi ibu untuk menyusui pada masa nifas dan bidan harus bisa mengatasi masalah yang sering terjadi yaitu kelainan bentuk putting susu, putting susu lecet (Perinasia, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Siyamtiningsih Karanganyar pada tanggal 5 November 2015, diperoleh diperoleh data bulan Oktober 2014 – Oktober 2015, ibu nifas sebanyak 312 ibu nifas, dimana 270 3 ibu nifas (86,54%) tanpa komplikasi dan 42 ibu nifas (13,46%) dengan komplikasi, yaitu 25 ibu nifas (59,52%) dengan bendungan saluran ASI, 10 ibu nifas (23,81%) dengan mastitis, 7 ibu nifas (16,67%) dengan hipertensi. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. S Umur 26 Tahun P3A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu di BPS Siyamtiningsih Karanganyar tahun 2016”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dapat dirumuskan “Bagaimanakah penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. Sumur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari ke-3 dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu Di BPS Siyamtiningsih Karanganyar?”. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan atau melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu 4 1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 2) Menginterprestasikan data dengan merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 3) Mengidentifikasi data serta merumuskan diagnosa atau masalah potensial pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 7) Melakukan evaluasi pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 5 dengan bendungan saluran ASI di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat. c. Penulis mampu memberikan alternative pemecahan masalah pada Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan bendungan saluran air susu ibu. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya dalam bidang pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran air susu ibu. 2. Bagi Profesi Dapat memeberikan masukan kepada tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran air susu ibu. 3. Bagi Institusi a. BPS Siyamtiningsih Karanganyar Untuk memberikan masukan bagi BPS dalam penyusunan kebijakan program pelayanan kebidanan serta sebagai acuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI. 6 b. Bagi Pendidikan Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan sebagai referensi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran air susu ibu. E. Keaslian Studi Kasus Keaslian laporan kasus tentang ibu nifas dengan bendungan saluran air susu ibu dengan penerangan manajemen menurut tujuh langkahVarney sudah pernah dilakukan oleh : 1. Utami Dewi (2012), dengan judul ”Asuhan Kebidanan Pada Ny. D P1 A0 Dengan Bendungan Air Susu Ibu (ASI) Di RB Margo Waluyo Surakarta”. Bendungan saluran ASI terjadi karena ibu menyusui yang salah posisi dan tidak menyusui dengan sempurna. Asuhan yang dilakukan adalah memberikan terapi antalgin 500 mg per oral 3x1, perawatan payudara dan menyusui bayi dengan baik dan benar. Hasilnya setelah 3 hari masalah dapat teratasi, kecemasan ibu tidak ada, panas ibu turun, rasa nyeri dan bengkak hilang, laktasi menjadi lancar, ibu dapat menyusui bayinya dengan lancar dan bendungan saluran ASI sudah teratasi. 2. Anjarwati (2011), dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.U P1 A0 Dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu (ASI) Di BPS Ary Setyoningsih Sragen”. Bendungan saluran ASI terjadi karena ibu menyusui yang salah posisi dan tidak menyusui dengan sempurna. Asuhan yang dilakukan perawatan payudara, menganjurkan ibu untuk 7 terus menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian, menganjurkan ibu untuk memakai BH yang menopang payudara, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yaitu bagi ibu menyusui, memberikan obat analgetik, memberikan penyuluhan tehnik menyusui yang benar, gizi ibu nifas, ASI ekslusif dan penyuluhan tentang bendungan ASI. Hasilnya selama 4 hari ibu merasa senang, payudara lunak, puting susu sudah tidak lecet, ASI keluar lancar dan ibu mau menyusui bayinya sesering mungkin tanpa ada jadwal. Perbedaan dengan kasus penulis sebagai berikut :Subyek kasus, tempat pengambilan kasus, waktu pengambilan kasus, dan pelaksanaan yang dilakukan. Dalam kasus Utami Dewi (2012) asuhan yang diberikan adalah pemberian terapi antalgin 3x1 500mg sedangkan dalam kasus penulis tidak dilakukan, dan dalam kasus Anjarwati (2011) perbedaannya pada asuhan kebidanan diberikan terapi analgetik sedangkan dalam kasus penulis tidak dilakukan dan lama pelaksaan pemberian asuhan selama 4 hari sedangkan dalam kasus penulis 3 hari. Dan persamaan dengan kasus penulis sebagai berikut : judul kasus yang diambil sama yaitu mengenai bendungan ASI, penyebab terjadinya bendungan saluran ASI sama-sama karena salah posisi menyusui dan tidak menyusui dengan sempurna, asuhan yang diberikan sama berupa breast care, penyuluhan tehnik menyusui yang baik dan benar, KIE ASI ekslusif dan penyuluhan tentang bendungan ASI. Dan hasil akhir yang didapatkan sama yaitu ibu merasa 8 senang, bendungan saluran ASI teratasi, ASI keluar lancer dan ibu mau menyusui bayinya sesering mungkin tanpa di jadwal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian 1) Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperiumdimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa Latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut Puerperiumyaitu dari kata Pueryang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Dewi, 2011). 2) Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). 3) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011). 9 10 b. Tahapan masa nifas Menurut Anggraini (2010), tahapan masa nifas dibagi dalam tiga periode yaitu : 1) Puerperium Dini (0-24 jam post partum) Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama islam telah dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium Intermedial (1-7 hari) Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote puerperium(1-6 minggu) Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, berbulan-bulan, atau tahunan. c. Perubahan-perubahan pada masa nifas Menurut Astutik (2015), perubahan-perubahan pada masa nifas meliputi : 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. 11 Pada uterus selain terjadi involusi juga terjadi proses autolysis yaitu pencernaan komponen-komponen sel oleh hidrolase endogen yang dilepaskan dari lisosom setelah kematian sel. Hal ini menyebabkan bekas implantasi plasenta pada dinding endometrium tidak meninggalkan bekas atau jaringan parut (Astutik, 2015). b) Lochea Lochea adalah cairan/secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea : (1) Lochea Rubra (cruenta) Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari nifas (Astutik, 2015). (2) Lochea Sanguinolenta Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 nifas (Astutik, 2015). (3) Lochea Serosa Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 nifas (Astutik, 2015). (4) Lochea Alba Cairan putih, keluar setelah 2 minggu masa nifas (Astutik, 2015). 12 c) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (Astutik, 2015). d) Vulva dan vagina Menurut Astutik (2015), perubahan pada vulva dan vagina adalah : (1) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. (2) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil. (3) Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsurangsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. e) Perinium Menurut Astutik (2015), perubahan yang terjadi pada perinium adalah : 13 (1) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya terengang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. (2) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perinium sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perinium, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel. f) Payudara Menurut Astutik (2015), perubahan pada payudara dapat meliputi : (1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan. (2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan. (3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi. 2) Perubahan Pada Sistem Perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama hal ini dikarenakan kemungkinan terdapat spasme sfringter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam 14 sesudah melahirkan. Setelah plasenta kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini mdenyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. Pada kasus dengan riwayat persalinan yang menimbulkan trauma pada ureter, misalnya pada persalinan macet atau bayi besar maka trauma tersebut akan berakibat timbulnya retensio urine pada masa nifas (Astutik, 2015). 3) Perubahan Pada Sistem Pencernaan Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perinium dapat menghalangi keinginan untuk Buang Air Besar (BAB) sehingga pada masa nifas sering timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB (Astutik, 2015). 4) Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen , volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya tetap lebih tinggi 15 daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan drah harus dicegah dengan penanganan pembuluh darah pada ambulasi dini (Astutik, 2015). 5) Perubahan Pada Sistem Endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam nifas. Progesteron turun pada hari ke 3 nifas. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang (Astutik, 2015). 6) Perubahan Pada Sistem Muskoloskeletal Kadar relaksin dan progesteron berkurang hingga mencapai kadar normal dalam waktu tujuh hari, namun akibat yang ditimbulkan pada jaringan fibrosa, otot dan ligamen memerlukan waktu empat bulan sampai lima bulan untuk berfungsi sebelum hamil. Pada masa nifas awal, ligamen masih dalam masa kondisi terpanjang dan sendi-sendi berada dalam kondisi kurang stabil. Hal ini bararti wanita berada dalam kondisi paling rentan mengalami masalah muskoloskeletal. Ambulasi bisa dimulai 4-8 jam nifas, dengan ambulasi dini akan membantu mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi (Astutik, 2015). 7) Perubahan Pada Sistem Integumen Perubahan sistem integumen pada masa nifas diantaranya, yaitu : a) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Hal ini 16 menyebabkan hyperpigmentasi ibu nifas pada kulit yang saat semula memiliki kehamilan secara berangsur-angsur menghilang sehingga pada bagian perut akan muncul garis-garis putih yang mengkilap dan dikenal dengan istilah striae albican(Astutik, 2015). b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun (Astutik, 2015). 8) Perubahan TTV pada masa nifas Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas diantaranya adalah : a) Suhu badan Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2oC – 37,5oC. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38oC pada hari ke-2 sampai hari-hari berikutnya, perlu diwaspadai adanya infeksi atau sepsis masa nifas (Astutik, 2015). b) Denyut nadi Setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh, denyut nadi sekitar 60x/menit dan terjadi terutama pada minggu pertama masa nifas. Frekuensi nadi normal yaitu 60-80x/menit. Denyut nadi masa nifas umumnya lebih 17 stabildibandingkansuhu badan. Pada ibu yang nervous, nadinya akan lebih cepat kira-kira 110x/menit, bila disertai peningkatan suhu tubuh bisa juga terjadi shock karena infeksi (Astutik, 2015). c) Tekanan darah Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum sampai 1-3 hari masa nifas. Bila tekanan darah menjadi rendah perlu diwaspadai adanya perdarahan pada masa nifas. Sebaiknya bila tekanan darah tinggi, hal ini merupakan salah satu petunjuk kemungkinan adanya preeklamsi yang bisa timbul pada masa nifas dan diperlukan penanganan lebih lanjut (Astutik, 2015). d) Respirasi Respirasi/pernafasan umumnya lambat atau normal, karena ibu dalam keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernafasan yang normal setelah persalinan adalah 16-24 x/menit atau rata-ratanya 18 x/menit (Dep Kes RI :1994). Jika ditandai trachipneu maka perlu diakaji tanda pneumonial atau penyakit nifas lainnya. Bila respirasi cepat pada masa nifas (>30 x/menit), kemungkinan adanya shock (Astutik, 2015). 18 9) Perubahan Pada Sistem Hematologi Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya sekitar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah, maka bisa terjadi anemia atau kekurangan darah. Oleh karena itu selama hamil ibu perlu diberi obat-obatan penambah darah sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi darah atau hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah (Astutik, 2015). Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama masa nifas, kadar fibrinogen dan plasma darah akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan meningkatnya viskositas sehingga meningkatkan vaktor pembekuan darah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 masa nifas dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu masa nifas (Astutik, 2015). d. Laktasi Menurut Anggraini (2010), ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam organic yang disekresi oleh 19 kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan tambahan utama bagi bayi. ASI digolongkan dalam stadium laktasi yaitu : 1) Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara mulai dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat (Anggraini, 2010). Kolostrum merupakan cairan kental dengan warna kekuningkuningan yang lebih banyak megandung protein , antibody (sangat membantu untuk kondisi bayi yang sangat lemah), mineral dibanding dengan ASI yang matur, namun kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dari ASI matur hal ini karena disebabkan aktivitas bayi yang pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI (Anggraini, 2010). 2) Air susu transisi/peralihan ASI masa peralihan diproduksi pada hari keempat sampai kesepuluh. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat.hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi 20 yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhsadap lingkungan (Anggraini, 2010). 3) Air susu matur Merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan (Anggraini, 2010). e. Kebutuhan dasar ibu masa nifas 1) Nutrisi dan cairan a) Sumber tenaga (energi) Sumber tenaga yang diperlukan untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie dan lain-lain. Lemak bisa diambil dari hewani dan nabati. Lemak hewani yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur dan margarin (Anggraini, 2010). b) Sumber pembangunan (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kerang, susu dan keju. 21 Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain (Anggraini, 2010). c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin) Mineral, air, vitamin digunakan untuk melimdungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara lain: (1) Zat kapur untuk pembentukan tulang. Sumbernya barasal dari susu, keju, kacang-kacangan, dan sayursayuran berdaun hijau (Anggraini, 2010). (2) Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju, dan daging (Anggraini, 2010). (3) Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning telur, hati, daging, kerang, kacangkacangan dan sayuran (Anggraini, 2010). (4) Yodium untuk mencegah kelemahan mental. Sumbernya berasal dari ikan, ikan laut, dan garam beryodium (Anggraini, 2010). (5) Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain (Anggraini, 2010). 22 (6) Kebutuhan akan vitamin pada menyusui meningkat untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting, antara lain: (a) Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka (Anggraini, 2010). (b) Vitamin B1 agar napsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur, tomat, jeruk, nanas (Anggraini, 2010). (c) Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati, kuning telur, susu, keju, sayuran hijau (Anggraini, 2010). (d) Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati, beras merah, jamur, dan tomat (Anggraini, 2010). (e) Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi. Sumbernya antara lain gandum, jagung, hati dan daging (Anggraini, 2010). (f) Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut, kerang laut (Anggraini, 2010). 23 (g) Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan dan bahan semua jaringan ikat (untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, pepaya dan sayuran (Anggraini, 2010). (h) Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan, susu, margarine, dan penyinaran kulit dengan matahari pagi sebelum jam 9 (Anggraini, 2010). (i) Vitamin K untuk mencegah pendarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli, bayam, dan kuning telur (Anggraini, 2010). 2) Ambulasi Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi. Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi 24 sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) (Anggraini, 2010). Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan,. Kemudian miringmiring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka (Anggraini, 2010). 3) Eliminasi Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih, tetapi usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena kandung kemih yang peneh dapat menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan timbulnya perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan berkemih, perempuan pasca melahirkan sering tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang dapat disebabkan pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau ketakutan menimbulkan robekan pada jahitan di kemaluan. Sebenarnya kotoran yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat menyulitkan dalam beberapa hari (Anggraini, 2010). 25 Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke 5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorhoid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum (Anggraini, 2010). 4) Miksi Pengeluaran air seni (urine) akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan. Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfringter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sfringter ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katerisasi (Anggraini, 2010). 26 Anjuran : a) Ibu perlu belajar secara spontan setelah melahirkan b) Tidak menahan BAK karena ada rasa sakit pada jahitan, karena akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya akan timbul gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran lochea tidak lancar. c) Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri. d) Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan katerisasi. e) Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk mengistirahatkan otot-otot kandung kencing. f) Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi. 5) Konstipasi Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma (Anggraini, 2010). Anjuran : a) Mobilisasi dini b) Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum 27 Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa BAB, jika pada hari ketiga belum BAB ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk suppositoria. Ini penting untuk menghindari gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran lochea. 6) Menjaga kebersihan diri Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit. a) Kebersihan alat genetalia Setalah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomy (Anggraini, 2010). Anjuran Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali selesai buang air besar atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari. (1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia. (2) Mengajarkan ibu membersihkan daerah genetalia dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian 28 membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil dan besar. (3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain, pembalut setidaknya 2 kali sehatri. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika. (4) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun. b) Pakaian Sebaikanya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitar akibat lochea. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat (Anggraini, 2010). 29 c) Kebersihan rambut Setelah bayi lahir, ibu biasanya akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga rambut menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatikan oleh ibu yaitu mencuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut dan hindari penggunaan pengering rambut (Anggraini, 2010). d) Kebersihan kulit Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringt untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam mingguminggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringata yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit tetap dalam keadaan kering (Anggraini, 2010). Vulva harus selalu dibersihkan dari depan ke belakang. Tidak perlu khawatir jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak dibersihkan akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Apabila ada pembengkakan dapat 30 dikompres dengan es dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat duduk berendam di air hangat setelah 24 jam pasca persalinan (Anggraini, 2010). e) Menjaga kebersihan vagina Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benarmenurut Anggraini (2010), yaitu : (1) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiapa kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan. (2) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama. (3) Bila ibu benar-benar takut menyentuh lika jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB (Anggraini, 2010). 31 (4) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja, pembalut tidak di ganti maka vagina akan tetap lembab dan kotor (Anggraini, 2010). (5) Setelah dibasuh, keringkan perinium dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut mesti di ganti setelah BAK maupun BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman (Anggraini, 2010). (6) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perinium dapat diolesi salep antibiotik yang diresepkan oleh dokter (Anggraini, 2010). 7) Istirahat Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi ditempatkan pada sutu kamar. Pada hari kedua bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah (Anggraini, 2010). 32 Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi istirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah (Anggraini, 2010). 8) Seksual Setelah persalinan pada masa ini ibu menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan menemukan waktu dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu perlu memahami perubahan yang terjadi dalam diri istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan (Anggraini, 2010). Anjuran : a) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagian tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasa aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 33 minggu pasca persalinan. Keputusan tergantung kepada pasangan yang bersangkutan. c) Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan. d) Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitif. Tidak heran kalau Anda dan suami jadi serba salah. 9) Recana KB Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan. 10) Senam nifas Anggraini (2010), menjelaskan latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya : a) Ibu terlentang kemudian kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut. b) Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi. c) Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit. 34 11) Perawatan payudara Menurut Anggraini (2010), perawatan payudara harus dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI. Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu. a) Ajarkan tehnik-tehnik perawatan apabila terjadi gangguan pada payudara, seperti putting susu lecet dan pembengkakan payudara. b) Menggunakan BH yang menyokong payudara (1) Menyusui (a) Ajarkan tehnik menyusui yang benar (b) Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa memakai jadwal (2) Lingkungan hidup (a) Bersosialisasi dengan lingkungan hidup disekitar ibu (b) Ciptakan suasana yang tenang dan harmonis dengan keluarga (c) Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan keluarga yang menimbulkan perasaan kurang menyenangkan dan kurang bahagia 35 (d) Berintegrasi dan saling mendukung dengan pasangan dalam merawat dan mengasuh bayi. f. Penyesuaian psikologi pada masa nifas Rubin dalam varney (2007), membagi 3 tahap : 1) Taking in ( 1-2 hari post partum) Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialami (Anggraini, 2010). Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur daam proses pemulihan (Anggraini, 2010). 2) Taking hold (2-4 hari post partum) Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara mengendong dan menyusui, memberi minum, mengganti popok (Anggraini, 2010). 3) Letting go (4-14 hari post partum) Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga 36 adanya grefing karena dirasakan sebagai mengurangi interaksi sosial tertentu. Depresi post partum sering terjadi pada masa ini (Anggraini, 2010). g. Kunjungan masa nifas Menurut Anggraini (2010), pada masa nifas diperlukan kunjungan rumah paling sedikit 4 kali, yaitu : 1) Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan a) Mencegah perdarahan masa nifas b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil dilakukan e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama sesudah kelahiran atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan stabil. 37 2) Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan a) Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihakan tanda-tanda penyulit pada payudara ibu d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari 3) Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan a) Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihakan tanda-tanda penyulit pada payudara ibu d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari 38 4) Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami b) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini 2. Bendungan saluran air susu ibu (ASI) a. Pengertian Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran system laktasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Anggraini, 2010). b. Gejala umum Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak : payudara odem, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh : payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam (Wulyani dan Purwoastuti, 2015). 39 1) Tanda gejala selalu ada a) Buah dada nyeri dan bengkak b) 3-5 hari nifas 2) Tanda gejala kadang-kadang ada a) Buah dada bengkak b) Kedua buah dada terkena c. Pencegahan Walyani dan Purwoastuti (2015), menyatakan pencegahan yang mengenai bendungan payudara, sebagai berikut : 1) Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar 2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on demand) 3) Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi 4) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (massase dan sebagainya). d. Penanganan Walyani dan Purwoastuti (2015), menyatakan penanganan yang mengenai bendungan payudara, sebagai berikut : 1) Bila ibu menyusui bayinya a) Susukan sesering mengkin b) Kedua payudara disususkan c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan 40 d) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara sedikit lembek, sehingga lebih mudah memasukkan ke dalam mulut bayi e) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan dan diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok f) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi g) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin h) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit i) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat membantu memperlancar pengeluaran ASI j) Pada saat menyusui usahakan ibu tetap rileks k) Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum l) Bila diperlukan berikan paracentamol 500 mg per oral setiap 4 jam m) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya 41 2) Bila ibu tidak menyusui bayinya Walyani dan Purwoastuti (2015), menyatakan pencegahan yang mengenai bendungan payudara, sebagai berikut : a) Sangga payudara b) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakkan dan rasa sakit c) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara e. Patofisiologis Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus (Walyani dan Purwoastuti, 2015). f. Masalah dalam pemberian ASI Astutik (2015), membagi masalah dalam pemberian ASI sebagai berikut : 1) Putting susu lecet Penyebabnya : a) Kesalahan dalam tehnik menyusui 42 b) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk mencuci putting susu. c) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah yang pendek) sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sehingga hisapannya hanya pada putting susu. d) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui yang kurang hati-hati. 2) Payudara bengkak Astutik (2015), membagi masalah dalam pemberian ASI sebagai berikut : Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembengkakan bisa terejadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Pembengkakakn payudara ini dapat dicegah dengan : a) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir b) Susukan bayi tanpa dijadwal c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi d) Melakukan perawatan payudara 3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct) Astutik (2015), membagi masalah dalam pemberian ASI sebagai berikut : 43 Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus, dengan penyebabnya adalah : a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui b) Pemakaian BH yang terlalu kuat bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan c) Komplikasi payudara 4) Mastitis Menurut Astutik (2015), hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh : a) Payudara bengkak yang tidak disusu seacara adekuat b) Puttinng lecet yang menyebabkan masuknya kuman yang terjadi payudara bengkak c) BH yang terlalu adekuat d) Ibu yang diet jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi 5) Abses payudara Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenankan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya (Astutik, 2015). 44 6) Kelainan anatomis pada putting susu (putting tenggelam/datar) Pada putting yang mengalami kelainan dapat diatasi dengan perawatan payudara dan prasat Hoffman secara teratur. Jika hanya salah satiu putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di putting yang lainnya. Jika putting masih tidak bisa diatasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan sendok/pipet. Laktasi terjadi di bawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin (Astutik, 2015). Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Laktasi mempunyai dua pengertian, yaitu : a) Pebentukan/produksi air susu b) Pengeluaran air susu B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas dan bayi baru lahir serta keluarga bereencana (Depkes RI, 1999). 45 Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 2. Proses asuhan manajemen kebidanan Tujuh langkah menejemen menurut Helen Varney, terdiri dari : a. Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati & Wulandari, 2010). 1) Data subyektif a) Biodata yang mencakup identitas pasien (1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati & Wulandari, 2010). (2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. 46 Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (4) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (5) Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (7) Alamat Ditanyakan untuk mempernudah kunjungan rumah bila diperlukan. b) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa 47 mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati & Wulandari, 2010). c) Riwayat kesehatan (1) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhipada masa nifas ini. (2) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. (3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. d) Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas 48 e) Riwayat obstetrik (1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalianan, keadaan nifas yang lalu. (2) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalianna, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalianan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalianna mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada saat nifas saat ini. f) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. g) Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebutuhan pantang makan (Ambarwati & Wulandari, 2010). h) Data psikososial 49 Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayiny. Wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara itu menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran (Ambarwati & Wulandari, 2010). Depresi tersebut disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologi yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi diabaikan beberapa factor (Ambarwati & Wulandari, 2010). Penyebab yang paling menonjol adalah : (1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan (2) Rasa sakit masa nifas awal (3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum (4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit (5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya 50 Menjelaskan pengkajian psikologis : (1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya (2) Respon ibu terhadap bayinya (3) Respon ibu terhadap dirinya i) Data pendahuluan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati & Wulandari, 2010). j) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati & Wulandari, 2010). (2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. (3) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan music, kebiasaan 51 mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. (4) Personal hygine Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas mengeluarkan lochea. (5) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehtannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati & Wulandari, 2010). 2) Data obyektif Dalam menghadapi masa nifas dari seseorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Menurut Ambarwati & Wulandari (2010), yang masuk dalam komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah : 52 a) Vital sign Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. (1) Temperature/suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu juga bias disebabkan karena istirahat dangan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38oC adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi (Varney, 2012). (2) Nadi dan pernafasan (a) Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini satusatunya bias diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. (b) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis. (c) Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut 53 nadinya serendah-rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alas an telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan. (d) Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit. b) Pemeriksaan fisik Menurut Ambarwati & Wulandari (2010), pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menjelaskan pemeriksaan fisik. (1) Keadaan buah dada dan putting susu (a) Simetris/tidak (b) Konsistensi, ada pembengkakan/tidak (c) Putting menonjol/tidak, lecet/tidak (2) Keadaan abdomen (a) Uterus Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas Abnormal : lembek, di atas ketinggian fundal saat masa post partum 54 (3) Keadaan genetalia (a) Lochea Normal : merah hitam (lochea rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (perlu menganti pembalut 3-5 jam) (Varney, 2012). Abnormal : merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan ganti pembalut setiap 0-2 jam) (b) Perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, hecting (c) Keadaan anus : hemorrhoid (d) Keadaan ekstremitas : varices, oedema, reflek pattela b. Interpretasi data Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan dengan 55 (Varney, 2012). 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas. Data dasar meliputi : a) Data subyektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya (Ambarwati & Wulandari, 2010). Menurut Astutik (2015), data subyektif pada kasus pembengkakan payudara adalah : DS : (1) Ibu mengatakan payudara menjadi merah, tegang dan terasa nyeri dan terdapat benjolan yang keras. (2) Ibu juga merasakan panas dingin (menggigil), sakit kepala dan merasa tidak nyaman. b) Data obyektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pemeriksaan tanda-tanda vital (Ambarwati & Wulandari, 2010). pervaginam, hasil 56 Menurut Astutik (2015), data obyektif pada kasus pembengkakan payudara adalah : DO : (1) Suhu 39,5 – 40 oC (2) Nadi meningkat (3) Payudara terlihat bengkak dan merah 2) Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi : a) Data subyektif Data yang didapat dari data anamnesa pasien (Ambarwati & Wulandari, 2010). Ibu mengatakan merasa cemas tidak bisa menyusui bayinya (Astutik, 2015). b) Data obyektif 3) Kebutuhan Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Ambarwati & Wulandari, 2010). Kebutuhan pada ibu nifas dengan saluran ASI adalah penjelasan tentang penyebab penjelasan supaya ibu tidak cemas dan di buat rencana untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan tersebut (Farerr, 2010). 57 c. Diagnosa potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati & Wulandari, 2010). Menurut Astutik (2015), diagnose potensial dari bendungan saluran ASI adalah mastitis. d. Antisipasi masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari menejemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati & Wulandari, 2010). Menurut Astutik (2015), antisipasi masalah pada kasus bendungan payudara adalah : a) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir b) Susukan bayi tanpa dijadwal c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi d) Melakukan perawatan payudara 58 e. Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnose yang tealah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Varney, 2012). Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial, ekonomi atau masalah psikososial (Ambarwati & Wulandari, 2010). Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah 1) Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya. 2) Kebersihan diri a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama alat genetalia b) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap selesai BAK 3) Istirahat a) Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah 59 b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan c) Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari 4) Gizi a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral b) Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui c) Minum tablet Fe /zat besi selama 40 hari pasca persalinan d) Minum vitamin A (200.000 IU) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI 5) Perawatan payudara a) Menjaga kebersihan payudara b) Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan c) Melakukan perawatan payudara minimal 2 kali sehari 6) Hubungan sexual Member pengertian hubungan sexual kapan boleh dilakukan. 7) Keluarga berencana Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya. 60 f. Pelaksanaan Langkah penyuluhan ini merupakan pelaksanaan klien keluarga. pada dan rencana asuhan Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati & Wulandari, 2010). Mengobservasi meliputi a) Keadaan umum b) Kesadaran c) Tanda-tanda vital dengan mengukur tekanan darah, suhu, nadi, respirasi d) Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus e) Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan menghambat proses involusi uterus f) Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah 1) Kebersihan diri a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama alat genetalia b) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap selesai BAK 61 2) Istirahat a) Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah b) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan c) Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari 3) Gizi a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral b) Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui c) Minum tablet Fe /zat besi selama 40 hari pasca persalinan d) Minum vitamin A (200.000 IU) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI 4) Perawatan payudara a) Menjaga kebersihan payudara b) Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan c) Melakukan perawatan payudara minimal 2 kali sehari 5) Hubungan sexual Memberi pengertian hubungan sexual kapan boleh dilakukan. 62 6) Keluarga berencana Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya. g. Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Varney, 2012). Evaluasi dari perencanaan dan pelaksanaan menurut Varney (2012), sebagai berikut : 1) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan 2) Ibu bersedia menjaga kebersihan diri 3) Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup 4) Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi 5) Ibu bersedia merawat payudara 6) Ibu sudah mengetahui kapan boleh berhubungan seksual 7) Ibu akan melalukan KB setelah masa nifas berakhir h. Data perkembangan Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP menurut Varney (2012) 63 S : (Subyektif) Data subyektif diperoleh dari keluhan pasien atau menanyakan kepada pasien secara langsung. O : (Obyektif) Data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan tes diasnostik lain yang dirumuskan dalam data diagnose untuk mendukung analisa. A : (Assesment) Menyatakan gangguan dan diagnose, masalah dan kebutuhan yang terjadi atas dasar subyektif dan obyektif. P : (Planning) Merupakan ditentukan tindakan dan dari evaluasi perencanaan berdasarkan yang telah analisa. Data diagnostic tambahan mencakup test laboratorium dan tindakan diagnostik lainnya yang menjelaskan masalah pasien. C. Landasan Hukum Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai dengan Permenkes penyelengaraan No. praktek 1264/Menkes/2010 bidan dan tentang Kepmenkes izin dan Indonesia No. 900/Menkes/SK/VII/2002 pasal 16 ayat 1 h tentang pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan (Depkes RI, 2010). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Jenis Karya Tulis Ilmiah ini adalah studi kasus dengan metode deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai factor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar mengajar, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap prestasi ilmu kimia (Arikunto, 2013) Studi kasus adalah studi yang mengekplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi (Nasir dkk, 2011). Jenis Karya Tulis Ilmiah pada kasus ini mengambarkan tentang asuhan kebidanan nifas patologi pada Ny. S umur 26 tahun P2A0 dengan Bendungan Saluran Air Susu ibu di BPS Siyamtiningsih Karanganyar Tahun 2016. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi pengambilan kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoadmodjo, 2012). Lokasi studi kasus tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran air susu ibu (ASI) diambil di BPS Siyamtiningsih Karanganyar. 64 65 C. Subyek Studi Kasus Subyek studi kasus adalah orang atau golongan yang menjadi sasaran pengambilan kasus (Notoadmodjo, 2005). Subyek dari kasus ini mengambil data dari Ny. S umur 26 tahun P2 A0 dengan bendungan saluran ASI. D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah batasan waktu dimana kegiatan pengambilan kasus diambil (Hasan, 2009). Studi kasus ini dilakukan pada bulan 04 Juni – 06 Juni 2016. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengambilan data (Notoadmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data pada studi kasus ini adalah format asuhan kebidanan 7 langkah Varneypada ibu nifas dan data perkembangan dengan SOAP. F. Tehnik Pengumpulan Data Dalam penyusunan studi kasus ini digunakan berbagai data antara lain data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2007). 66 a) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui kedaan fisik pasien secara sistematis. 1) Inspeksi Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman, sebagai satu alat untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2010). Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan dengan indra penglihatan yaitu melihat payudara terlihat bengkak dan merah. 2) Palpasi Palpasi adalah suatu tehnik yang menggunakan indra peraba tangan dan jari-jari adalah suatu unstrumen yang sensitive dan digunakan untuk menyimpulkan data tentang temperature, turgor, bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran (Nursalam, 2010). Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk memeriksa keadaan uterus dan palpasi payudara. 3) Perkusi Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk permukaan badan dengan peralatan jari tangan. Bertujuan untuk mengetahui keadaan organ organ-organ dalam tubuh. Tergantung dari isi jaringan yang ada dibawahnya (Notoadmodjo, 2012). Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan reflek pattela. 67 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop (Nursalam, 2010). Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah dan nadi ibu normal atau tidak. b) Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan atau mengumpulkan data dimana mendapat keterangan pendirian secara lisan dari seorang peneliti (responden) dan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoadmodjo,2012). Dalam kasus ini wawancara atau Tanya jawab pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI. c) Observasi Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memeperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien (Nursalam, 2010). Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan mengkaji KU, TTV, lochea, kontraksi, TFU, payudara bengkak, putting susu, warna payudara dan keadaan bayi. 2. Data sekunder Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungan, mempelajari status dan 68 dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoadmodjo, 2012). a) Studi kepustakaan Yaitu bahan pustaka yang sangat penting dalam penunjang latar belakang teoritis suatu penelitian (Notoadmodjo, 2012). Pada studi kasus kepustakaan diperoleh dari buku-buku yang membehas tentang infeksi pada ibu nifass khususnya pada ibu nifas dengan bendungan saluran air susu ibu dari tahun 2005-2015. b) Studi dokumentasi Yaitu bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi (Notoadmodjo, 2012). Pada kasus ini pendokumentasiannya diperoleh dari buku KIA BPS Siyamtiningsih Karanganyar. G. Alat-alat yang dibutuhkan Dalam melaksanakan studi kasus dengan judul asuhan kebidanan nifas pada ibu nifas dengan bendungan saluran air susu, penulis menggunakan alatalat sebagai berikut : 1. Observasi a. Lembar panduan observasi b. Tensimeter dan stetoskop c. Thermometer 69 d. Jam tangan dengan petunjuk detik e. Breast care 1) Dua baskom berisi air hangat dan dingin 2) Satu waslap 3) Dua handuk besar 4) Minyak kelapa atau baby oil sebagai pelici 5) Kapas secukupnya 2. Wawancara a. Format pengkajian nifas b. Buku tulis c. Bolpoin 3. Dokumentasi a. Status catatan pada ibu nifas b. Dokumentasi di catatan KIA yang ada di BPS Siyamtiningsih Karanganyar c. Alat tulis (buku dan bolpoin) H. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian adalah rencana yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Notoadmodjo, 2012). Jadwal terlampir. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN KASUS Ruang : KIA Tanggal Masuk : Sabtu, 04 Juni 2016 No. Register :- 1. PENGKAJIAN a. Identitas Pasien Identitas Suami 1) Nama : Ny. S Nama : Tn. T 2) Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun 3) Agama : Islam Agama : Islam 4) Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia 5) Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP 6) Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta 7) Alamat : Banyurip Rt. 07/05, Jeruksawit, Gondangrejo b. Anamnese (Data Subyektif) Tanggal : 04 Juni 2016 Pukul 1) Alasan utama pada waktu masuk : Ibu : 13.00 WIB mengatakan ingin memeriksakan keadaannya. 70 71 2) Keluhan : Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, nyeri, bengkak dan badanya panas serta takut untuk meneteki bayinya. 3) Riwayat penyakit: a) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan saat ini nyeri pada payudaranya dan takut meneteki bayinya. b) Riwayat penyakit sistemik (1) Jantung : Ibu mengatakan tidak merasa cepat lelah dan jantung berdebar-debar saat beraktifitas ringan. (2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pinggang bagian kanan maupun kiri dan tidak sakit saat berkemih. (3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sesak nafas. (4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah menderita batuk yang berkepanjangan. (5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah ada tandatanda kuning pada mata, kulit maupun ujung-ujung kuku. 72 (6) DM : Ibu mengatakan tidak sering lapar, haus, buang air kecil pada malam hari dan tidak Acepat lelah. (7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmHg. (8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang-kejang dan mengeluarkan busa di mulut. (9) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit lain. c) Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suami tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit menular seperti HIV/ AIDS. d) Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan keluarganya tidak bahwa maupun mempunyai suami keturunan kembar. e) Riwayat operasi : Ibu mengatakan pernah operasi sesar pada tanggal 1 Juni 2016 73 atas indikasi ketuban pecah dini. 4) Riwayat menstruasi a) Menarche :Ibu mengatakan haid pertama umur 15 tahun. b) Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari. c) Lama : Ibu mengatakan lama haid 3 hari. d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2-3 kali ganti pembalut perhari. e) Teratur / tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur. f) Sifat darah g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan sifat darahnya encer. : Ibu mengatakan merasakan nyeri pada waktu haid dan tidak sampai mengganggu aktifitas. 5) Riwayat Keluarga Berencana : a) Metode yang pernah dipakai :Ibu mengatakan KB Suntik 3 bulan, lama penggunaan 3 tahun b) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak ada keluhan 6) Riwayat Perkawinan a) Status perkawinan b) Kawin/menikah : Sah kawin 1 kali : Umur 18 tahun, dengan suami umur 20 tahun. Lamanya 8 tahun, anak 2 orang 74 7) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu ANAK NO TGL PARTUS TEMPAT PARTUS PENOLONG JK BB 1. 2. 3. 26/3/2009 4/6/2015 1/6/2016 BPS Abortus RB Bidan P 2900 Dokter L 2300 KEADA ANAK PB KEAD LAKT SEKARANG 45 Baik Lancar Hidup Tidak Ada 45 Baik Lancar Hidup NIFAS 8) Riwayat Hamil a) HPHT : Ibu mengatakan haid terakhir tanggal 25 September 2015. b) HPL : 2 Juli 2016 c) Keluhan – keluhan pada Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah biasa. Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. d) ANC : Ibu mengatakan 9 kali periksa di bidan teratur dan 1 kali di dokter untuk USG. (1) TM I : Ibu mengatakan periksa kehamilan 2 kali yaitu pada umur kehamilan 4+4 minggu dan 8+5 minggu. (2) TM II : Ibu mengatakan periksa kehamilan 5 kali yaitu pada umur kehamilan 13+2 minggu, 17+3minggu, 21+3minggu, 26+2minggu dan 27+4minggu. 75 (3) TM III : Ibu mengatakan periksa kehamilan 2 kali pada umur kehamilan 29+2 minggu dan 32+1 minggu. e) Penyuluhan yang didapat :Ibu mengatakan sudah mendapat penyuluhan tentang perawatan bayi sehari-hari, personal hygine dan gizi ibu nifas. f) Imunisasi TT :Ibu mengatakan suntik 1 kali pada tanggal 27 Desember 2015 TT yang ketiga. g) Pergerakan janin :Ibu mengatakan gerakan janin aktif ± 20 dalam sehari. 9) Riwayat Persalinan Ini a) Tempat Persalinan Penolong : RB. Rahma Bunda Karanganyar : Dokter SpOG b) Tanggal/Jam Persalinan : 1 Juni 2016/ 09.15 WIB c) Jenis Persalinan :Sectio Caesar d) Tindakan Lain : Tidak Ada e) Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : Ketuban Pecah Dini f) Perinium (1) Ruptur / tidak : Tidak Ada (2) Dijahit / tidak : Tidak Ada 76 10) Pola Kebiasaan Saat Nifas a) Nutrisi (1) Diet makanan :Ibu mengatakan tidak ada diet pada makanan apapun seperti telur dan ikan. (2) Perubahan Pola Makan (a) Selama hamil : : Ibu mengatakan makan 4 kali sehari porsi sedang seperti nasi, lauk, sayur dan buah, minum 8 gelass sehari air putih dan kadang teh hangat pada pagi dan sore. (b) Selama nifas : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi besar seperti nasi, lauk, sayur dan buah, minum 8 gelass sehari air putih dan kadang teh hangat pada pagi dan sore. b) Eliminasi (1) BAB (a) Selama hamil : : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, bau 77 khas dan warna kuning kecoklatan. (b) Selama nifas : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, bau khas dan warna kuning kecoklatan. (2) BAK (a) Selama hamil : : Ibu mengatakan BAK ± 7 kali sehari jernih, warna kuning dan tidak keruh. (b) Selama nifas :Ibu mengatakan BAK ± 5 kali sehari jernih, warna kuning dan tidak keruh. c) Istirahat / Tidur (1) Selama hamil : :Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ±8 jam sehari. (2) Selama nifas :Ibu mengatakan tidak tidur siang dan tidur malam ± 8 jam sehari. d) Personal Hygiene (1) Selama hamil : :Ibu mengatakan mandi 3 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, 78 ganti baju 2 kali sehari dan keramas 2 hari sekali. (2) Selama nifas : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari dan keramas 2 hari sekali. e) Keadaan Psikologis :Ibu mengatakan bahagia karena anak ketiganya laki-laki dan sedikit cemas dengan keadaan payudaranya yang sakit. f) Riwayat sosial budaya (1) Dukungan keluarga : :Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung masa nifas dalam hal mengasuh anak. (2) Keluargalain yang tinggal serumah :Ibu tinggal mengatakan bersama anak pertama dan suami. (3) Pantangan makanan :Ibu mengatakan tidak ada pantang makanan selama nifas. (4) Kebiasaan adat istiadat :Ibu mengatakan ada adat selapan untuk bayi saat umur 1 bulan. 79 g) Penggunaan obat – obatan / rokok :Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari dokter dan bidan serta tidak merokok tetapi suami merokok di luar rumah dan jauh dari bayi. c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) 1. Status generalis 1) Keadaan Umum : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) TTVTD : 110/70 mmHg S : 37,8oC N : 80 x/menit R : 22 x/menit 4) TB : 148 cm 5) BB sebelum hamil : 58 kg 6) BB sekarang : 60 kg 7) LLA : 26 cm 2. Pemeriksaan Sistematis a. Kepala 1) Rambut : Panjang, hitam, lurus, bersih, tidak ada ketombe dan tidak rontok 80 2) Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat. 3) Mata : a) Oedema : Tidak oedema b) Conjungtiva : Merah muda c) Sklera : Putih 4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan polip 5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen 6) Mulut/gigi/gusi : Tidak stomatitis/ tidak caries/ tidak berdarah. b. Leher 1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran 2) Tumor : Tidak ada benjolan 3) Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran c. Dada dan Axillia 1) Mammae a) Pembengkakan : Ada pembengkakan di payudara kiri b) Tumor : Tidak ada benjolan c) Simetris : Tidak simetris, payudara kiri lebih besar. d) Areola : Hiperpigmentasi e) Puting Susu : Menonjol 81 f) Kolostrum / ASI : Sudah keluar payudara kanan, kiri belum keluar g) Nyeri Tekan : Ada nyeri tekan h) Kemerahan : Payudara kiri kemerahan 2) Axillia a) Benjolan : Tidak ada benjolan b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan c) Ektremitas (1) Atas : Tidak ada gangguan pergerakan (2) Bawah : (a) Varices : Tidak ada (b) Oedema : Tidak ada (c) Betis : Lembek, tidak ada tanda-tanda tromboplebitis 3. Pemeriksaan Khusus Obstetrin ( Lokalis ) a. Abdomen 1) Inspeksi a) Pembesaran Perut : Normal, sesuai hari nifas b) Linea Alba/nigra : Linea Nigra c) Strie : Striae Albican d) Kelainan : Tidak ada kelainan 82 e) Luka bekas operasi : Masih basah, tidak ada pus, tidak kemerahan, ada jahitan jelujur jumlah 10 benang, melintang. 2) Palpasi a) Kontraksi : Keras b) TFU : Pertengahan antara sympisis dan pusat. c) Kandung Kencing : Kosong b. Anogenital 1) Vulva Vagina a) Varices : Tidak ada b) Kemerahan : Tidak kemerahan c) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan d) Lochea : Sanguinolenta 2) Perinium a) Keadaan Luka : Tidak ada luka b) Bengkak/kemerahan: Tidak bengkak/ kemerahan 3) Anus a) Haemorhoid : Tidak ada b) Lain – lain : Tidak ada 4) Inspekulo a) Vagina :Tidak dilakukan 83 b) Portio : Tidak dilakukan 4. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan b. Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan 2. INTERPRETASI DATA Tanggal : 4 Juni 2016 Pukul : 13.10 WIB a. Diagnosa Kebidanan Ny. S umur 26 tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu Data Dasar DS 1) Ibu mengatakan bernama Ny. S dan berumur 26 tahun 2) Ibu mengatakan baru saja melahirkan melahirkan bayinya pada tanggal 1 Juni 2016 jam 09.15 WIB secara section caesareaatas indikasi ketuban pecah dini dengan jenis kelamin laki-laki. 3) Ibu mengatakan mempunyai 2 orang anak dan pernah keguguran 1 kali. 4) Ibu mengatakan payudaranya kiri terasa penuh, nyeri, bengkak dan badanya panas serta takut untuk meneteki bayinya. DO 1) Keadaan Umum : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 84 3) TTV TD : 110/70 mmHg S : 38,2oC N : 80 x/menit R : 22 x/menit 4) TB : 148 cm 5) BB sebelum hamil : 58 kg 6) BB sekarang : 60 kg 7) LLA : 26 cm 8) TFU : Pertengahan antara sympisis dan pusat. 9) Kontraksi : Keras 10) Lochea : Sanguinolenta 11) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe. 12) Pengeluaran ASI : Ada berupa Colostrum di payudara kanan 13) Luka bekas operasi : Masih basah, tidak ada pus, tidak kemerahan, ada jahitan jumlah 10 benang, melintang. 14) Mammae a) Pembengkakan : Ada pembengkakan b) Tumor : Tidak ada benjolan jelujur 85 c) Simetris : Tidak simetris, payudara kiri lebih besar. d) Areola : Hiperpigmentasi e) Puting Susu : Menonjol f) Kolostrum / ASI : Sudah keluar di payudara kanan g) Nyeri Tekan : Ada nyeri tekan di payudara kiri h) Kemerahan : Payudara kiri kemerahan b. Masalah Ibu cemas dengan keadaannya karena payudara ibu bengkak, nyeri dan ibu takut meneteki bayinya. c. Kebutuhan Informasi tentang keadaan, tentang perawatan payudara perencanaan untuk mengurangi kecemasan ibu. 3. DIAGNOSA POTENSIAL Mastitis 4. TINDAKAN SEGERA Breast care dan KIE cara menyusui yang baik dan benar. 5. RENCANA TINDAKAN Tanggal : 4 Juni 2016 a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan, kondisinya Pukul : 13.15 WIB dan 86 b. Berikan KIE breast care/ perawatan payudara. c. Berikan KIE cara menyusui yang baik dan benar. d. Berikan KIE ASI Ekslusif. e. Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara. f. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan sayuran hijau. g. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat. 6. PELAKSANAAN Tanggal : 4 Juni 2016 a. Pukul 13.20 WIB, memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami bendungan saluran ASI karena adanya sumbatan saluran ASI yang tidak keluar sehingga kelenjar ASI membesar/ membengkak dan menyebabkan rasa nyeri dan ASI tidak keluar. b. Pukul 13.34 WIB, memberikan KIE breast care/ perawatan payudara c. Pukul 14.00 WIB, memberikan KIE cara menyusui yang baik dan benar d. Pukul 14.35 WIB, memberikan KIE ASI Ekslusif. e. Pukul 15.00 WIB, mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu : 1) Ibu mencuci tangan dengan bersih 2) Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan pada payudara 87 3) Letakkan ibu jari diatas putting dan areola serta jari telunjuk pada bagian bawah putting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara 4) Kemudian tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tempat tampungan ASI dibawah areola 5) Tekan dan lepas kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tehniknya salah, ASI akan mengalir terutama bila reflek oksitosinnya aktif. f. Pukul 15.15 WIB, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, telur dan sayuran hijau untuk memperbanyak dan memperlancar ASI, missal daun katuk, bayam dan lain-lain. g. Pukul 15.20 WIB, menganjurkan ibu banyak istirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara. 7. EVALUASI Tanggal : 4 Juni 2016 Pukul : 15.30 WIB a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan, kondisinya dan cara mengatasi keluhan. b. Ibu sudah mengerti cara perawatan/ massase payudara. 88 c. Ibu mengerti dan dapat mempraktikan cara menyusui yang baik dan benar. d. Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI Ekslusif pada bayinya. e. Ibu mengerti dan dapat memeras ASI untuk mengosongkan payudara. f. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan berprotein dan sayuran hijau. g. Ibu bersedia untuk istirahat. 89 DATA PERKEMBANGAN I (Kunjungan Rumah) Tanggal : 5 Juni 2016 Pukul : 07.00 WIB S :Subyektif 1. Ibu mengatakan panas turun 2. Ibu mengatakan air susunya sudah keluar lancar 3. Ibu mengatakan bengkak dan nyeri di payudara berkurang 4. Ibu mengatakan belum lancar merawat bayinya O :Obyektif 1. KU : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih 4. TTV TD : 110/70 mmHg N : 78 x / menit R : 20 x / menit S : 37°C 5. Mammae a. Pembengkakan : Ada di payudara kiri (sedikit berkurang) b. Tumor : Tidak ada benjolan c. Simetris : Tidak simetris, payudara kiri lebih besar. d. Areola : Hiperpigmentasi e. Puting Susu : Menonjol 90 f. Kolostrum / ASI : Sudah keluar pada payudara kanan dan kiri g. Nyeri Tekan : Ada nyeri tekan (sedikit berkurang) h. Kemerahan : Payudara kiri kemerahan 6. TFU : 3 jari di bawah pusat 7. Lochea : Sanguinolenta A :Assasment Ny. S umur 26 tahun P2A1post partum hari ke-4 dengan bendungan saluran ASI. P :Planing Tanggal : 5 Juni 2016 Pukul : 07.05 WIB 1. Pukul 07.05 WIB, memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV. Hasil : TTV TD : 110/70 mmHg N : 78 x / menit R : 20 x / menit S : 37°C 2. Pukul 08.10 WIB, menganjurkan ibu menyusui bayinya untuk merangsang keluarnya ASI. Hasil : Ibu menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian 3. Pukul 08.15 wib, menganjurkan ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung protein seperti telur, daging, ikan, hati untuk mempercepat penyembuhan luka bekas jahitan operasi dan sayurah hijau 91 yang mengandung zat besi seperti sawi, bayam, daun singkong dan kanggung untuk menghindari anemia. Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung protein dan sayuran hijau. 4. Pukul 07.20 WIB, memberikan KIE perawatan bayi sehari-hari Hasil : Ibu sudah memahami penyuluhan yang diberikan 5. Pukul 07.25 WIB, memandikan bayi dan membersihkan tali pusat Hasil : Bayi sudah dimandikan dan membersihkan tali pusat 6. Pukul 07.35 WIB, menganjurkan ibu untuk istirahat mengikuti pola tidur bayi. Hasil : Ibu bersedia mengikuti pola tidur bayi 7. Pukul 08.00 WIB, memberikan KIE tanda bahaya masa nifas Hasil : Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas 8. Pukul 08.15 WIB, menanjurkan ibu tetap mengkonsumsi obat sisa dari RB yaitu tablet Fe sebanyak X 1x500mg dan vitamin C sebanyak X 1x300mg diminum bersamaan sebelum tidur malam dengan menggunakan air putih atau air jeruk. Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi tablet Fe dan vitamin C. 9. Pukul 08.20 WIB, menganjurkan pada ibu ke pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda bahaya pada bayi maupun dirinya. Hasil : Ibu bersedia ke pelayanan kesehatan terdekat apabila ada keluhan 92 DATA PERKEMBANGAN II (Kunjungan Rumah) Tanggal : 6 Juni 2016 Pukul : 07.00 WIB S :Subyektif 1. Ibu mengatakan sudah tidak panas 2. Ibu mengatakan air susunya sudah keluar lancar 3. Ibu mengatakan bengkak dan nyeri di payudara sudah hilang 4. Ibu mengatakan sudah bisa merawat bayinya 5. Ibu mengatakan tablet Fe dan vitamin C masih O :Obyektif 1. KU : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih 4. TTV TD : 110/70 mmHg N : 80 x / menit R : 20 x / menit S : 36,6°C a. Pembengkakan : Normal b. Tumor : Tidak ada benjolan c. Simetris : Payudara kanan dan kiri simetris. d. Areola : Hiperpigmentasi 5. Mammae 93 e. Puting Susu : Menonjol f. Kolostrum / ASI : Sudah keluar pada payudara kanan dan kiri g. Nyeri Tekan : Tidak ada h. Kemerahan : Tidak ada 6. TFU : 3 jari di bawah pusat 7. Lochea : Sanguinolenta A :Assasment Ny. S umur 26 tahun P2A1 post partum hari ke-5 dengan bendungan saluran ASI. P :Planing Tanggal : 5 Juni 2016 Pukul : 07.05 WIB 1. Pukul 07.05 WIB, memberitahu ibu hasil pemeriksaan TTV. Hasil : TTV TD : 110/70 mmHg N : 80 x / menit R : 20 x / menit S : 36,6°C 2. Pukul 08.10 WIB, menganjurkan ibu menyusui bayinya untuk merangsang keluarnya ASI. Hasil : Ibu menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian 3. Pukul 08.15 WIB, menganjurkan ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung protein seperti telur, daging, ikan, hati 94 untuk mempercepat penyembuhan luka bekas jahitan operasi dan sayurah hijau yang mengandung zat besi seperti sawi, bayam, daun singkong dan kanggung untuk menghindari anemia. Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung protein dan sayuran hijau. 4. Pukul 07.20 WIB, memberikan KIE macam-macam alat kontrasepsi Hasil : Ibu sudah paham macam-macam jenis KB yang bias digunakan setelah bersalin. Dan ibu memilih untuk menggunakan KB LAM selama 6 bulan setelah itu ibu berencana untuk pasang IUD. 5. Pukul 07.30 WIB, menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe sebanyak X 1x500mg dan vitamin C sebanyak X 1x300mg diminum bersamaan sebelum tidur malam dengan menggunakan air putih atau air jeruk. Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi tablet Fe dan vitamin C 6. Pukul 07.35 WIB, memberitahu ibu kapan bisa melakukan hubungan seksual 1) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagian tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasa aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. 2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan. Keputusan tergantung kepada pasangan yang bersangkutan. 95 3) Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan. 4) Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitif. Tidak heran kalau Anda dan suami jadi serba salah. Hasil : Ibu sudah mengerti kapan bisa berhubungan seksuan dengan suami 7. Pukul 08.00 WIB, menganjurkan pada ibu ke pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda bahaya pada bayi maupun dirinya. Hasil : Ibu bersedia ke pelayanna kesehatan terdekat apabila ada keluhan 96 B. PEMBAHASAN Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di BPS Siyamtiningsih Karanganyar dengan teori yang ada. Di sini penulis akan mengguraikan pembahasan kasus yang telah diambil oleh penulis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi. 1. Pengkajian Berdasarkan pengkajian data diperoleh data subyektif yang penulis peroleh pada Ny. S didapat data ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, nyeri, bengkak dan badanya panas serta takut untuk meneteki bayinya. Dan dari data obyektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/ menit, R : 22x/ menit, S : 37,8°, ada pembengkakan di payudara, tidak ada benjolan, tidak simetris, payudara kiri lebih besar, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum / ASI sudah keluar pada payudara kanan dan kiri, ada nyeri tekan di payudara kiri, dan warnanya kemerahan. Menurut Wulyani dan Purwoastuti(2015), perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak : payudara odem, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh : payudara terasa berat, panas dan 97 keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.Menunjukan pada teori dan kasus tidak ada kesenjangan. 2. Interpretasi Data Pada interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus Ny. S diagnosa kebidanannya adalahNy. S umur 26 tahun P2A1 dengan bendungan saluran ASI.kemudian masalah pada Ny. S adalah ibu cemas dengan keadaannya karena payudara ibu bengkak, nyeri dan ibu takut meneteki bayinya. Untuk mengatasi masalah tersebut Ny. S perlu informasi tentangkeadaannya dan tentang breast care/ perawatan payudara. Menurut Astuti (2015), masalah yang muncul adalah adanya perasaan cemas tidak bisamenyusui bayinya.Maka menurut Kebutuhan pada ibu nifas dengan saluran ASI adalah penjelasan tentang penyebab penjelasan supaya ibu tidak cemas dan di buat rencana untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan tersebut.Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. 3. Diagnosa Potensial Pada kasus ibu nifas dengan bendungan saluran ASI diagnosa yang muncul yaitu mastitis, tetapi pada Ny. S tidak terjadi karena dilakukan penanganan yang baik dan tepat. Menurut Astutik (2015), diagnosa potensial dari bendungan saluran ASI adalah mastitis.Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. 98 4. Antisipasi Menurut Astutik (2015), antisipasi masalah pada kasus bendungan payudara adalah : apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir, susukan bayi tanpa dijadwal, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi, melakukan perawatan payudara. Pada kasus Ny. S dilakukan penanganan bendungan saluran ASI, KIE tentang menyusui.Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. 5. Perencanaan Pada kasus Ny. S nifas dengan bendungan saluran ASI tindakan yang dilakukan, yaitu : beritahu ibu hasil pemeriksaan dan kondisinya, beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, ajarkan kepada ibu cara perawatan/massase payudara, ajarkan ibu tehnik dan cara menyusui yang benar, ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau, anjurkan ibu untuk banyak beristirahat. Dalam data perkembangan I perencanaan yang dilakukan, yaitu : beritahu ibu hasil pemeriksaan, anjurkan ibu menyusui bayinya, anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi, memberi KIE perawatan bayi sehari-hari, memandikan bayi dan merawat tali pusat, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, berikan KIE tanda bahaya masa nifas, memberikan Tablet Fe sebanyak X 1x500mg dan vitamin sebanyak X 1x300mg, anjurkan ibu untuk ke pelayanan terdekat apabila ada keluhan. 99 Dan dalam data perkembangan II perencanaan tindakan yang dilakukan, yaitu : beritahu hasil pemeriksaan, anjurkan ibu menyusui bayinya, anjurkan ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi, memberikan KIE macam-macam alat kontrasepsi, beritahu ibu kapan bisa berhubungan sexual dengan suami, anjurkan ibu ke pelayanan kesehatan terdekat apabila ada keluhan. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), rencana asuhan pada bendungan saluran ASI, yaitu : Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya, menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama alat genetalia, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap selesai BAK, memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah, memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan, menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari, mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral, minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui, minum tablet Fe /zat besi selama 40 hari pasca persalinan, minum vitamin A (200.000 IU) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI, menjaga kebersihan payudara, memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan, 100 melakukan perawatan payudara minimal 2 kali sehari, member pengertian hubungan sexual kapan boleh dilakukan, menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori. 6. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan asuhan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun penulis. Dalam kasus ini dilakukan tindakan memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menjelaskan tentang bendungan saluran ASI yang dialami ibu, memberitahu ibu bahwa keluhan ibu yang dirasakan saat ini karena bendungan saluran ASI, memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, mengajarkan kepada ibu cara perawatan/massase payudara, mengajarkan ibu tehnik dan cara menyusui yang benar, mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau, menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat. Dalam data perkembangan I pelaksanaan yang dilakukan, yaitu : memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu menyusui bayinya, anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi, memberikan KIE perawatan bayi sehari-hari, memandikan bayi dan merawat tali pusat, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, memberikan KIE tanda bahaya masa nifas, memberikan Tablet Fe sebanyak X 1x500mg dan vitamin 101 sebanyak X 1x300mg, menganjurkan ibu untuk ke pelayanan terdekat apabila ada keluhan. Dan dalam data perkembangan II perencanaan tindakan yang dilakukan, yaitu : memberitahu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu menyusui bayinya, menganjurkan ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi, memberikan KIE macam-macam alat kontrasepsi, memberitahu ibu kapan bisa melakukan hubungan sexual dengan suami, menganjurkan ibu ke pelayanan kesehatan terdekat apabila ada keluhan. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pelaksanaan pada bendungan saluran ASI, yaitu : Mengobservasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya, menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama alat genetalia, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap selesai BAK, memberikan saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah, memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan, menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari, mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral, minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui, minum tablet Fe /zat besi selama 40 hari pasca persalinan, minum vitamin A (200.000 IU) agar 102 dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI, menjaga kebersihan payudara, memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan, melakukan perawatan payudara minimal 2 kali sehari, memberi pengertian hubungan sexual kapan boleh dilakukan, menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori. 7. Evaluasi Setelah mendapat asuhan selama 3 hari dari tanggal 4 Juni sampai tanggal 6 Juni 2016 keadaan ibu sedah membaik, tanda-tanda vital normal, payudara tidak bengkak lagi, tidak terasa nyeri lagi dan ibu sudah memberikan ASI pada bayi secara lancar serta bendungan saluran ASI teratasi. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis dapat menyimpulkan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny. S Umur 26 Tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 Dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu Di BPS Siyamtiningsih Karanganyar” serta memberikan saran terhadap asuhan yang telah diberikan. A. KESIMPULAN Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologi Pada Ny. S Umur 26 Tahun P2A1 Post Partum Hari Ke-3 Dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu Di BPS Siyamtiningsih Karanganyar ini dapat dilaksanakan dengan baik sehingga penulis dapat menarik kesimpulan berikut : 15) Dalam kasus ibu nifas Ny. S dengan bendungan saluran ASI diperoleh data subyektif :Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, nyeri, bengkak dan badanya panas serta takut untuk meneteki bayinya. Sedangkan data obyektif meliputi : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV (TD 110/70 mmHg, suhu 37,8oC, nadi 80 x/menit, respirasi 22 x/menit), TFU pertengahan antara sympisis dan pusat, kontraksi keras, lochea sanguinolenta, leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe, pengeluaran ASI Ada berupa kolostrum, luka bekas operasi masih basah, tidak ada pus, tidak kemerahan, ada jahitan jelujur jumlah 10 benang, melintang.Mammae pembengkakan ada pembengkakan di 103 104 payudara kiri, tumor tidak ada benjolan, tidak simetris, payudara kiri lebih besar, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum / ASI sudah keluar pada payudara kanan dan kiri, ada nyeri tekan pada payudara kiri, warna kemerahan. 16) Interpretasi data didapat ibu nifas Ny. S P2A1, umur 26 tahun, post partum hari ke-3 dengan Bendungan Saluran ASI dengan masalah yang menyertai yaitu kecemasan dan takut meneteki bayi. Diberikan kebutuhan tentang informasi keadaan, tentang perawatan payudara dan perencanaan untuk mengurangi kecemasan ibu. 17) Diagnosa potensial dalam kasus Bendungan Saluran ASI yaitu potensial terjadi Mastitis, akan tetapi karena penanganan yang baik dan sudah tepat, sehingga diagnosa potensial bisa teratasi. 18) Pada kasus Ny. S dengan Bedungan Saluran ASI tindakan segera yang dilakukan adalah Breast care dan KIE cara menyusui yang baik dan benar. 19) Pada kasus Ny. S dengan Bedungan Saluran ASI perencanaan sebagai berikut : Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan kondisinya, beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, ajarkan kepada ibu cara perawatan/massase payudara, ajarkan ibu tehnik dan cara menyusui yang benar, ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau, anjurkan ibu untuk banyak beristirahat. a. Dalam data perkembangan I perencanaan yang dilakukan, yaitu : beritahu ibu hasil pemeriksaan, anjurkan ibu menyusui bayinya, 105 anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi, memberi KIE perawatan bayi sehari-hari, memandikan bayi dan merawat tali pusat, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, berikan KIE tanda bahaya masa nifas, memberikan Tablet Fe sebanyak X 1x500mg dan vitamin sebanyak X 1x300mg, anjurkan ibu untuk ke pelayanan terdekat apabila ada keluhan. b. Dan dalam data perkembangan II perencanaan tindakan yang dilakukan, yaitu : beritahu hasil pemeriksaan, anjurkan ibu menyusui bayinya, anjurkan ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi, memberikan KIE macam-macam alat kontrasepsi, anjurkan ibu ke pelayanan kesehatan terdekat apabila ada keluhan. 20) Pelaksanaan pada kasus Ny. S dengan Bedungan Saluran ASI dilakukan tindakan memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menjelaskan kondisi ibu, memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, mengajarkan kepada ibu cara perawatan/massase payudara, mengajarkan ibu tehnik dan cara menyusui yang benar, mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau, menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat. a. Dalam data perkembangan I pelaksanaan yang dilakukan, yaitu : memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu menyusui bayinya, anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi, memberikan KIE perawatan bayi sehari-hari, memandikan bayi dan merawat tali pusat, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, memberikan KIE tanda 106 bahaya masa nifas, memberikan Tablet Fe sebanyak X 1x500mg dan vitamin sebanyak X 1x300mg, menganjurkan ibu untuk ke pelayanan terdekat apabila ada keluhan. b. Dan dalam data perkembangan II perencanaan tindakan yang dilakukan, yaitu : memberitahu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu menyusui bayinya, menganjurkan ibu tetap mengkonsumsi makanan bergizi, memberikan KIE macam-macam alat kontrasepsi, menganjurkan ibu ke pelayanan kesehatan terdekat apabila ada keluhan. 21) Dalam kasus Ny. S dengan Bedungan Saluran ASI yang telah dilakukan kunjungan rumah 3 kali didapatkan hasil keadaan umum ibu membaik, bengkak di payudara ibu sudah berkurang, payudara sudah tidak keras dan rasa nyeri berkurang serta ibu sudah kembali menyusui bayinya dengan lancar. 22) Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. S dengan Bendungan Saluran ASI dan membandingkan dengan teori, maka penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan. Faktor pendukung dalam pelaksanaan studi kasus ini yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, keterbukaan ibu dalam pengambilan kasus dan referensi yang memadai. Sedangkan faktor penghambat dalam studi kasus ini yaitu kecemasan ibu yang berlebihan. 23) Alternative pemecahan masalah pada kasus ibu nifas Ny. S dengan Bendungan Saluran ASI bila pencegahan dan penanganan tidak berhasil, 107 maka dilaksanakan tindakan breast care/ perawatan payudara dan KIE menyusui yang baik dan benar. B. SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan/Bidan Diharapkan lebih meningkatkan standar pelayanan kebidanan yang sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney, sehingga pelayanan yang efektif dan efisien pada klien. 2. Bagi Pasien dan Keluarga a. Bagi pasien ibu nifas dengan bendungan saluran ASI diharapkan mengerti dan memahami tentang pendidikan yang diberikan tentang perawatan/ massase payudara, tanda bahaya masa nifas, gizi ibu nifas, perawatan bayi sehari-hari dan macam-macam alat kontrasepsi, serta menjaga kebersihan supaya dapat melewati masa nifas dengan lancar tanpa ada komplikasi. b. Bagi keluarga diharapkan mengerti dan memahami pendidikan kesehatan yang diberikan dan memberikan dukungan moril pada klien supaya ibu lebih tenang dan nyaman dalam menjalani masa nifas. 3. Bagi BPS Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan mutu pelayanan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI. 108 4. Bagi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai sebagai sumber bacaan reverensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, R. E, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Astutik. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Trans Info Media Depkes RI. 2012. Asuhan Kebidanan Post Partum. Departemen Kesehatan : Jawa Tengah Dewi, L. N. V.2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika Dinkes Jateng. 2012. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jawa Tengah. (online) available : http://www.depkes.go.id Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data Contoh Aplikasi Studi Kasus. Jakarta : Salemba Medika Kriebs, M. J, Gegor, L. C. 2010. Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta ; Rineka Cipta Rukiyah, A. Y, Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media Rukiyah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta : Trans Info Media Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset Suyanto, Salamah, U. 2008. Riset Kebidanan Metodologi Dan Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset Walyani, S. E, Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press