BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) tercantum perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6 juta. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes (Suyono, 2009). Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebro-vaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyulit menahun tersebut dapat dicegah, paling tidak sedikit dihambat (Waspadji, 2009). Salah satu komplikasi umum dari diabetes adalah masalah kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren bila tidak dirawat dengan benar. Setiap tahun, lebih dari satu juta orang penderita diabetes kehilangan salah satu kakinya sebagai komplikasi diabetes. Ini berarti bahwa setiap 30 detik, satu tungkai bawah Universitas Sumatera Utara hilang karena diabetes di suatu tempat di dunia. Dari semua amputasi tungkai bawah, 40-70% berkaitan dengan diabetes. Pada banyak studi, insiden amputasi tungkai bawah diperkirakan 5-25/100.000 orang/tahun. Sedangkan di antara penderita diabetes, jumlah penderita yang diamputasi sebanyak 6-8/1000 orang. Mayoritas amputasi ini didahului ulkus kaki (Monalisa & Gultom, 2009). Masalah kaki diabetes yang rumit dengan berbagai pengobatan yang sering memakan waktu dan biaya yang besar, memberi dorongan bagi kita bahwa semua usaha harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kaki diabetes. Orang yang mengidap penyakit diabetes melitus lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki karena berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) sehingga membuat pasien tidak menyadari dan sering mengabaikan luka yang terjadi. Sirkulasi darah pada tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah berperan terhadap timbulnya kaki diabetes dengan menurunnya jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Berkurangnya daya tahan tubuh yang terjadi pada klien diabetes melitus juga lebih rentan terhadap infeksi. Kuman pada luka akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal, yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat) (Monalisa & Gultom, 2009). Selain itu diketahui bahwa salah satu faktor resiko timbulnya ulkus pada kaki pasien diabetes melitus adalah perilaku maladaptif yaitu kurang patuh dalam melakukan pencegahan luka, pemeriksaan kaki, memelihara kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan, aktivitas yang tidak sesuai, serta kelebihan beban pada Universitas Sumatera Utara kaki (Lypsky et al., 2004). Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetes yang bertujuan untuk mencegah luka pada kaki secara dini penting sekali untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan tidak timbul ulkus yang dapat mengakibatkan tindakan amputasi. Infeksi atau luka kecil harus ditanganin dengan serius dan ditambah dengan perawatan kaki yang baik, yaitu dengan cara memeriksa kaki setiap hari terutama telapak kaki, jari kaki, sela jari kaki, merawat kuku, perawatan kulit kaki, sepatu yang dipakai harus sesuai dengan bentuk dan besarnya kaki dan senam kaki diabetes. Pasien diabetes melitus harus menyadari bahwa kegiatan perawatan kaki merupakan bagian dari kebiasaan sehari-hari (Monalisa & Gultom, 2009). Menurut penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) tentang pengetahuan dan praktek perawatan kaki pada pasien diabetes didapatkan hasil sekitar sepertiga dari pasien diabetes memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kaki. Penelitian menurut Hoong (2011) tingkat pengetahuan pasien dari aspek asupan gizi, cara pemantauan gula darah, perawatan kaki, komplikasi, gejala klinis dan pengontrolan penyakit diabetes melitus dengan jumlah sampel 75 orang didapatkan sebagian besar tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakit diabetes masih kurang. Seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang perawatan kesehatan dirinya, maka dia akan memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya dan cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan diabetes melitus seperti pasien akan melakukan pengaturan pola makan yang benar, berolah raga secara teratur, mengontrol kadar gula darah, dan memelihara lingkungan agar terhindar Universitas Sumatera Utara dari benda-benda lain yang dapat menyebabkan luka. Apabila perawatan yang dilakukan dengan tepat maka dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan pasien menjadi sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Basuki, 2009). Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut untuk mempunyai keterampilan komunikasi yang bermakna terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan sehingga memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan pasien. Melalui komunikasi terapeutik tentang pentingnya perawatan kaki, seorang perawat diharapkan mampu membuat pasien diabetes paham dan mampu melakukan cara perawatan kaki yang tepat sehari-hari, pasien diabetes mampu mengetahui cara mencegah timbulnya ulkus pada kaki sehingga kejadian ulkus dan amputasi dapat dihindarkan. Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik tentang perawatan kaki diabetes terhadap pengetahuan pasien dengan luka kaki diabetes. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik tentang perawatan kaki diabetes terhadap pengetahuan pada pasien dengan luka kaki diabetes. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Adakah pengaruh komunikasi terapeutik tentang perawatan kaki diabetes terhadap pengetahuan pasien dengan luka kaki diabetes” ? Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapeutik tentang perawatan kaki diabetes terhadap pengetahuan pasien dengan luka kaki diabetes. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktek Keperawatan Sebagai masukan bagi perawat yang bekerja di klinik dalam memberikan komunikasi terapeutik tentang perawatan kaki diabetes pada pasien dengan luka kaki diabetes, serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui pengkajian keperawatan yang holistik dan komprehensif. 1.4.2 Penelitian Keperawatan Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. 1.4.3 Diabetisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi diabetisi tentang perawatan kaki diabetes sehingga dengan pengetahuan yang cukup akan mengubah pola hidup yang adaptif dan diabetisi dapat melakukan perawatan kaki diabetes secara mandiri. Universitas Sumatera Utara