BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN Perilaku konsumen dapat timbul adanya faktor dari lingkungan dan dorongan dari diri sendiri. “Perilaku Konsumen adalah kegiatan- kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang – barang dan jasa – jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut” (Banu Swastha dan Hani Handoko dalam Harviona (2010) Perilaku Konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian suatu produk (terdapat sepuluh jenis produk) demi memenuhi kebutuhan dan keinginan (Schifman dan Kanuk, 2010). Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keutusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Perilaku konsumen (consumer behavior) merupakan aktivitas langsung terlibat dalam memperoleh dan menggunakan barang-barang ataupun jasa, termasuk di dalamya proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Solomon dalam Harviona (2010) perilaku konsumen adalah proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau membuang produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Sedangkan Engel, Blackwell dan Miniard dalam Harviona (2010) mendefinisikan perilaku konsumen adalah tindakan yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkomunikasi, dan menghabiskan produk dan jasa. Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why people buy”. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas dapat kita simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, mengkonsumsi, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. 2. GREEN MARKETING Green atau Environmentally Friendly merupakan hal yang mengacu pada barang dan jasa yang dianggap tidak membahayakan lingkungan (Visconti, 2010). Produk ramah lingkungan merupakan produk yang tidak mengandung toxic yang terbuat dari bahan daur ulang dalam pengemasannya. Strategi produknya yakni dengan memaksimalkan bahan daur ulang dan mengurangi penggunaan bahan baru dalam pengemasannya yang bertujuan untuk memenuhi kebuthuan konsumen akan produk ramah lingkungan serta memberikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 kepuasan nilai terhadap produk ramah lingkungan (Rizwanalam, dalam Pechyiam dan Jaroenwanit, 2014). Produk ramah lingkungan dapat diartikan sebagai produk yang aman digunakan dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Menurut Kotler, Keller dan Amstrong (2006:7) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dengan definisi diatas mengenai produk ramah lingkungan dan pemasaran, maka dapat diperoleh konsep yang menyatukan dua unsur tersebut yang dikenal dengan istilah Green Marketing. Istilah Green Marketing sudah dikenal sejak akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an. Green Marketing merupakan hal yang sudah banyak dilakukan perusahaan dalam melakukan aktivitas pemasarannya. Green Marketing merupakan holistik, tanggung jawab strategik, proses manajemen yang mengidentifikasi, mengantisipasi, memuaskan dan memenuhi kebutuhan stakeholders untuk memberi pengarahan yang wajar, yang tidak menimbulkan kerugian kepada manusia atau kesehatan lingkungan alam (Charter, dalam Rambing, et al, 2015). Green Marketing merupakan alat yang digunakan dalam membangun citra merek yang kuat yang terdiri dari beberapa kegiatan , diantaranya mengubah desain produk, proses produksi, pengemasan serta iklan suatu produk (Rahman dan Haque, dalam Pechyiam dan Jaroenwanit, 2014). Green Marketing ialah strategi membuat citra baik bagi perusahaan atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 organisasi seperti halnya dalam membantu meningkatkan laba dan membangun loyalitas konsumen (Lu, Bock dan Joseph, dalam Pechyiam dan Jaroenwanit, 2014). Menurut Likewise, Soonthonsmai, dalam Punitha dan Rasdi (2013), mendefinisikan Green Marketing sebagai tindakan yang dilakukan oleh organisasi yang khawatir akan masalah ekologi atau masalah lingkungan, dengan meningkatkan produk ramah lingkungan atau dengan kegiatan yang dapat memberi kepuasan terhadap konsumen dan masyarakat. Dengan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Green Marketing adalah kegiatan suatu organisasi atau perusahaan yang berperan dalam meminimalisir masalah yang berhubungan dengan ekologi dan sekaligus memberikan pengetahuan kepada konsumen baik individu maupun kelompok dengan perantara sebuah produk yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Green Marketing merupakan sinonim dari istilah ecological marketing, environmental marketing, dan sustainable marketing. Dan pada setiap istilah tersebut memiliki karakteristik terhadap lingkungan yang berbeda-beda pula. Ecological Marketing, mulai dikenal pada tahun 1960-an sampai dengan 1970an. Ecological Marketing ini berkonsentrasi pada masalah eksternal lingkungan, seperti halnya pencemaran udara, dan hal tersebutlah yang merupakan karakteristik dari Ecological Marketing. Selanjutnya, yakni disebut dengan Green Environmental Marketing. Green Environmental Marketing dikenal pada awal 1980-an dan terdiri dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 beberapa konsep baru, seperti teknologi bersih yang berkelanjutan, konsumen dan keunggulan kompetitif terhadap produk yang dihasilkan. Perbedaan yang cukup signifikan dari kedua era tersebut ialah dimana era pertama hanya fokus pada industri yang efektif terhadap lingkungan, namun pada era yang kedua, pemasaran ramah lingkungan yang dilakukan juga terhadap segi pelayanan maupun pada segi produksinya (Peattie dan Crane, dalam Delafrooz, et al, 2014). Dan yang terakhir yakni sustainable marketing, dimana semakin tingginya tingkat permintaan konsumen yang diiringi dengan peraturan pemerintah yang cukup ketat, maka pada era ini Green Marketing fokus untuk memberi dampak positif terhadap lingkungan sekaligus memberi dampak positif terhadap tingkat ekonomi (Fathi, et al, dalam Delafrooz et al, 2014). 3. BAURAN GREEN MARKETING Bauran Green Marketing menurut Government, (2014) menyebutkan bahwa bauran green marketing terdiri dari 4P, yaitu meliputi : Green Product, Green Price, Gren Place, Green Promotion. a. Green Product Produk ramah lingkungan merupakan produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi dan tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Perusahaan yang menghasilkan produk ramah lingkungan juga mengembangkan tanggung jawab produk yang berwawasan lingkungan agar memiliki pengaruh besar terhadap pesaing (Queenslan Government pada www.epa.qld.gov.au/sustainable_industries,2014). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 b. Green Price Harga ramah lingkungan merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk ramah lingkungan.Kebanyakan para konsumen bersedia membeli dengan harga mahal dari harga biasanya jika produk yang dibelinya memiliki poin lebih bila dibandingkan dengan produk biasa (Queenslan Government pada www.epa.qld.gov.au/sustainable_industries,2014). c. Green Place Saluran distribusi ramah lingkungan merupakan suatu proses menyalurkan produk ramah lingkungan yang tidak memberikan efek negatif pada lingkungan dan dapat mencegah pencemaran udara yang berlebihan dengan membuka cabang di seluruh wilayah Indonesia. Penjualan yang ingin mencapai kesuksesan dalam penjualan produk ramah lingkungan harus memposisikan produknya secara luas di pasar sehingga dapat dikenali masyarakat luas dikarenakan sedikit pelanggan yang benar-benar hanya ingin membeli produk berdasarkan keramahan lingkungan saja (Queenslan Government pada www.epa.qld.gov.au/sustainable_industries,2014). d. Green Promotion Promosi ramah lingkungan merupakan proses memperkenalkan produk ramah lingkungan pada masyarakat dengan berbagai aksi ramah lingkungan. Perusahaan yang peduli terhadap konsumen dan lingkungan akan menerapkan komunikasi berkelanjutan secara insentif dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 meningkatkan pengertian masyarakat terhadap produk ramah lingkungan yang dijualnya (Queenslan Government pada www.epa.qld.gov.au/sustainable_industries,2014). 4. GREEN CONSUMER Konsumen hijau dapat dikatakan sebagai konsumen yang peduli akan lingkungannya dengan cara menggunakan produk yang tidak menimbulkan efek negative terhadap lingkungan. Green Consumer merupakan penggerak dibalik proses green marketing. Permintaan konsumen mendorong perbaikan-perbaikan dalam kelestarian lingkungan dari akibat yang ditimbulkan oleh produk yang dihasilakn oleh perusahaan. Tipologi green consumer menurut Marketing Diagnostic terbagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Green Activitist adalah kelompok / pendukung organisasi lingkungan ( 5 % - 15 % populasi ) b. Green Thinker adalah kelompok mencari cara untuk membantu lingkungan dan mencari green produk, service ( s/d 30 % populasi ) c. Green Consumer Base adalah kelompok yang sudah merubah perilaku konsumen untuk menggunakan produk ramah lingkungan sebagai respon kepedulian ( 45 % - 50 % ) Sejak akhir tahun 1960-an green consumer sering dikatakan sebagai pelaku utama bagi green business. Walaupun demikian konsep ini mempunyai makna ganda karena penggunaan kata green untuk menjelaskan aktifitasaktifitas lingkungan yang banyak dan juga karena ambigu dari konsumerisme.Konsumerisme telah digunakan untuk menjelaskan tren social http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 terhadap budaya menggunakan produk ramah lingkungan. Dalam bentuk yang lain konsumerisme digambarkan sebagai peerjuangan terhadap hak-hak konsumen untuk memperoleh informasi bisnis yang jelas dan dapat dipercaya dan untuk pembelia yang bijak seperti membeli produk yang tidak merusak lingkungan. Wujud nyata dari konsumerisme ini adalah grup-grup konsumen seperti Consumer Association di United Kingdom. Bisnis memfokuskan diri pada tulisan positif konsumerisme dalam makna kedua, yaitu desakan dari konsumen yang mencari produk-produk ramah lingkungan dan informasi-informasi mengenai menjaga lingkungan yang lebih baik. Salah satu bentuk tanggung jawab dalam memelihara lingkungan adalah sesedikit mungkin menghasilkan sampah dalam hidup ini, yaitu kita berperan sebagai “konsumen hijau”. Konsep yang dilakukan untuk menjadi “konsumen hijau” meliputi : a. Reduce ( Mengurangi ), sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilakn atau dengan menggunakan produk yang ramah lingkungan. b. Reuse ( Memakai kembali ), sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bias dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang disposable (sekali pakai, buang ). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 c. Recycle ( Mendaur ulang ), sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak berguna lagi bias didaur ulang. Tidak semua barang bias didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industry non-formal dan industry rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. 5. GREEN PRODUCT Ada beberapa penelitian mengenai apa itu green product dan non-green product. Dengan kata lain, tidak ada batasan yang jelas mengenai green product. Definisi yang cukup dapat diterima dari green product adalah suatu produk atau jasa dimana penampilan lingkungan dan sosialnya secara signifikan lebih baik dari yang ditawarkan oleh produk konvensional atau kompetitif (Peattie dalam Anggoro, 2009). Ada dua poin sehubungan mengenai tentang apa itu green product tersebut. Pertama, produk ini memposisikan “green” sebagai konsep relative dan menyadari bahwa ada penampilan yang berbeda dari sekedar warna hijau.Kedua, green product mempunyai hubungan yang sangat berarti baik dengan konsumen maupun dengan para stakeholder perusahaan. Interaksi antar bisnis dan lingkungan adalah dalam penggunaan sumber daya alam pada setiap tahapan aktivitas seperti produksi, distribusi, dan konsumsi akhir dari barang dan jasa.Interaksi seperti ini dapat dilihat sebagai simbiosis yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak apabila dilakukan aktivitas positif, yaitu tidak hanya lingkungan yang menjadi symber http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 eksploitasi tetapi juga bagaimana mengelola dampak lingkungan yang terbentuk akibat aktivitas bisnis. Produk ramah lingkungan menurut Redjellyfish dalam Anggoro (2009) adalah produk organic dari organisme yang keseluruhan produknya dapat didaur ulang, tidak melakukan test terhadap hewan dan merupakan hasil dari proses produksi bersih. Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat proventif, terpadu dan diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. produksi bersih (cleaner production ) bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemaran diseluruh tahapan proses produksi. Dengan menerapkan konsep produksi bersih, diharapkan sumberdaya dapat dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.Secara singkat produksi bersih memberikan dua keuntungan. Pertama meminimalisasi terbentuknya limbah sehingga melindung kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efesiensi dalam proses produksi sehingga dapat mengurangi biaya produksi. (Karnowo Anom dalam Anggoro (2009). Untuk sebuah produk ramah lingkungan (green product) yang dibangun atau dikembangkan, Peattie dalam Anggoro (2009) mengungkapakn bahwa produk itu diciptakan dengan isu lingkungan yang terintegrasi secara eksplisit yang setidak-tidaknya produk tersebut ramah terhadap lingkungan. Definisi pada produk ini mengidentifikasikan produk tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut : ( Zony dalam Anggoro, 2009 ) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 a. Tidak menghasilkan gas yang dapat merusak lapisan ozon. b. Minimal atau tidak menggunakan pembungkus (packaging). c. Kapabilitas pabrikasi kembali (total atau sebagian produk dapat digunakan kembali ). d. Proses pabrikasi yang tidak polusi atau menggunakan material tidak beracun. e. Tidak berakibat pada spesies hewan yang dilindungi. f. Memperpanjang usia atau berisi daur ulang tinggi. g. Tidak perlu menguji coba pada hewan. h. Konsumsi energy rendah selama proses produksi. i. Penggunaan kembali atau pengisian kembali. Dalam kajian yang lain, perusahaan-perusahaan menerapkan produk ramah lingkungan (green product) yaitu dengan cara : a. Menggunakan pembungkus (packaging) dan material dasar yang didaur ulang, dapat digunakan kembali. b. Proses produksi yang bebas polusi c. Bahan dasar yang bebas aerosol d. Pertanian yang bebas peptisida e. Metode pemeliharaan makanan dengan anti bahan kimia f. Pembungkus seminimal mungkin untuk menggunakan bahan dasar material sesedikit mungkin. g. Alami, tidak menggunakan penyubur sintetis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Thorton telah mengemukakan terhadap industry mobil yang ditelitinya tahun 1999, pertimbangan lingkunga telah memberikan pengaruh yang besar pada proses pengembangan produk dengan penyelidikan energy yang efisien atau kendaraan rendah / nol emisi. Keadaan dipasar, terdapat jumlah signifikan untuk produk yang diperkenalkan telah memiliki performan lingkungan yang lebih baik. 6. GREEN ADVERTISING Menurut karna dalam Ardik Praharjo (2010:3) Green Advertising adalah iklan yang didasarkan pada strategi menekankan isu-isu lingkungan. Green Advertising menurut Davisdalam Ozkocak ( 2011:2 ) adalah iklan hijau harus kongkrit memberikan manfaat pada lingkungan dan karakteristik pada pesan tersebut sehingga iklan tersebut dapat dibedakan dengan iklan-iklan lainnya. Menurut Banarje dalam Ozkocak (2011:2) Green Advertising adalah iklan yang mempunyai kriteria, secara eksplisit maupun implisit mempromosikan tentang lingkungan biofisik, mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan dengan produk maupun jasa yang ramah lingkungan, dan mempresentasikan perusahaan yang peduli pada lingkungan. Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh Green Advertising dapat disimpulkan bahwa Green Advertising merupakan salah satu strategi pemasaran yang mengaitkan antara iklan dengan isu-isu lingkungan sehingga konsumen bisa membedakan dengan iklan-iklan produk lainnya. Menurut Karna dalam Ardik Praharjo (2010:3), Green Advertising mempunyai 5 komponen yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 a. Tujuan iklan yaitu mempromosukan citra perusahaan yang ramah lingkungan. b. Kerangka pesan merupakan susunan yang kuat untuk iklan yang terdiri tentang judul iklan, hak cipta, dan ilustrasi warna yang dicantumkan dalam iklan. c. Elemen pesan merupakan daya Tarik atau tema yang akan menghasilkan respon yang dikehendaki oleh pengiklan. d. Manfaat konsumen adalah manfaat utama yang dikomunikasikan dalam iklan baik dalam teks atau visual yang disampaikan dalam Green Advertising. e. Factor pendukung merupakan nilai dasar atau tujuan akhir yang akan disampaikan oleh Green Advertising. 7. KEPEDULIAN LINGKUNGAN a. Definisi Kepedulian Lingkungan Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup.Segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan pengertian lingkungan. Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai : 1) Daerah tempat suatu makhluk hidup berada; 2) Keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu makhluk hidup; 3) Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk hidup. Menurut Undag Undang RI No. 4 tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa : Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsunag perikehidupan, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan mansia serta makhluk hidup lain. Otto Soemarno, seorang pakar lingkungan mendefinisikan lingkungan hidup sebagai berikut : lingkungan adalah jumlah semua benda dan konsidi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Pengertian lingkungan hidup menurut S.J> McNaughton dan Larry L.Wolf adalah semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi manusi. Menurut Emil Salim dalam Taqiya (2013) : lingkungan hidup adalah segala benda, daya, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Lingkungan hidup menurut Mohamad Soerjani dan Surna T Djajadiningrat dalam Neolaka (2008) dikaji oleh ilmu lingkungan yang landasan pokoknya adalah ekologi, serta dengan mempertimbangkan disiplin lain, terutama ekonomi dan geografi. Berdasarkan pendapat tokok-tokoh di atas, maka harus adanya pemahaman yang seimbang tentang prinsip dan konsep dasar, serta saling keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan geografi untuk mewujudkan lingkungan hidup yang selaras. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, jenis dan masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut. Kedua, hubungan atau interaksi antar unsur dalam lingkungan hidup itu. Ketiaga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Keempat, faktor non-materiil suhu, cahaya dan kebisingan. Faktor-faktor inilah yang menentukan lingkungan hidup akan menjadi lebih baik atau akan menjadi lebih buruk. Untuk menciptakan lingkungan yang harmonis, antara faktor lingkungan dan lingkungannya haruslah seimbang. Dengan peka atau sadar terhadap lingkungan, maka lingkungan akan menjadi lebih baik serta dapat memberikan sesuatu yang positif yang daopat kita manfaatkan dengan baik. Dari berbagai pengertian lingkungan yang sama itu perlu disadari bahwa pengelolaan oleh manusia sampai saat ini tidak sesuai dengan etika lingkungan. Etika lingkungan sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan alam semesta, sementara itu manusia beranggapan bahwa manusia bukan bagia dari alam semesta sehingga manusia secara bebas mengelolanya bahkan sampai merusak lingkungan hidup. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara menganai nilai dan norma dalam menentukan perilaku manusia. Etika lingkungan merupakan kebijakan moral manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya. Etika lingkungan sangat diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Didalam etika lingkungan terdapat prinsip-prinsip yang digunakan. Adapun prinsip-prinsip etika lingkungan menurut Sony Keran (2011) antara lain. a. Sikap hormat terhadap alam b. Prinsip tanggung jawab c. Solidaritas kosmis d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam e. Tidak merugikan f. Hidup sederhana dan serasi dengan alam g. Keadilan h. Demokrasi i. Integritas moral Dengan memahami etika lingkungan kita tidak hanya mengimbangi hak dan keajiban terhadap lingkungan, tetapi kita dapat membatasi tingkah laku dan berupaya mengendalikan berbagai kegiatan yang daoat merusak lingkungan. Salah satu prinsip dari etika lingkungan adalah kasih sayang dan kepedulian terhadap alam atau lingkungan, kata peduli adalah menaruh perhatian, mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan. Sedangkan kepedulian adalah sikap mengindahkan. Maka dapat disimpulkan bahwa kepedulian lingkungan adalah peka dan peduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dan senantiasa memperbaiki bila terjadi pencemaran atau ketidak seimbangan. Met Said, et al, dalam Aman (2012) mendefinisikan kepedulian lingkungan sebagai keyakinan, sikap dan tingkat kepedulian seseorang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 memegang terhadap lingkungan. Dalam studi tersebut peneliti ini cenderung untuk menyelidiki hubunga antara pengetahuan lingkungan, perhatian lingkungan, ekologi perilaku konsumen sadar dan dalam kegiatan-sifat yang bergubungan antara guru Malaysia di Selangor. Variabel kepedulian lingkungan menurut Mat Kate dalam Aman (2012) studi terdiri dari tujuh dimensi mulai dari keprihatinan limbah, satwa liar, biosfer, tanggung jawab, pendidikan, kesehatan dan kesadaran energi untuk teknologi lingkungan. Diamantopoulos, Schlegelmilch, Sinkiovics dan Bohlen dalam Aman (2012) merujuk masalah lingkungan sebagai faktor utama dalam keputusan konsumen proses pembuatan. Menurut Kalafatis, Pollard, Timur dan Tsogas dalam Aman (2012) dijelaskan kepedulian lingkungan sebagai kebangitan dan kesadaran konsumen pada kenyataan bahwa lingkungan dalam bahaya dan bahwa sumber daya alam terbatas. Meningkatnya jumlah konsumen dengan kepedulian lingkungan mungkin tercermindari meningkatnya jumlah niat untuk memberli produk hijau. Menurut Kalafatis dalam Aman (2012) kepedulian lingkungan dapat multifaset, itu mungkin lebih berpengaruh untuk beberapa perilaku dan dapat tercermin dalam kegiatan sehari-hari konsumen. Menurut Ramly dalam Taqiya (2013) kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat ditinjau dengan dua tujuan utama : pertama, dalam hal tersedianya sumber daya alam, sampai sejauh mana sumber-sumber tersebut secara ekonomik menguntungkan untuk digali dan kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan guna membiayai kegiatan pembangunan. Kedua, jika http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 kekayaan yang dimiliki memang terbatas dan secara ekonomik tidak menguntungkan untuk digali dan diolah, maka untuk selanjutnya strategi apa yang perlu ditempuh untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembangunan bangsa yang bersangkutan. Peduli terhadap lingkungan berarti ikut melestarikan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya, bisa dengan cara memelihara, mengelola, memulihkan serta menjaga lingkungan hidup. Pedoman yang harus diperhatikan dalam kepedulian atau pelestarian lingkungan antara lain. a. Menghindarkan dan menyelamatkan sumber bumi dari pencemaran dan kerusakan. b. Menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan pencemaran, merusak kesehatan dan lingkungan. c. Memanfaatkan sumerdaya alam yang renewable (yang tidak dapat diganti) dengan sebaik-baiknya. d. Memelihara dan memperbaiki lingkungan untuk generasi mendatang. Pengelolaan lingkungan dapat kita artikan sebagai usaha sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Sadar lingkungan adalah kesadaran untuk mengarahkan sikap dan pengertian masyarakat terhadap pentingnya lingkungan yang bersih, sehat, dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran lingkungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 a. Faktor ketidaktahuan Tidak-tahu berlaanan dengan kata tahu. Poedjawijatna menyatakan bahwa sadar dan tahu itu sama (sadar = tahu). Jadi apabila berbicara tentang ketidaktahuan maka hal itu juga membicarakan ketidaksadaran. Seseorang yang tahu akan arti pentingnya lingkungan sehat bagi makhluk hidup, maka orang tersebut akan senantiasa menjaga dan memelihara lingkungan. b. Faktor kemiskinan Kemiskinan membuat Kemiskinan adalah orang keadaan tidak peduli dengan ketidakmampuan untuk lingkungan. memenuhi kebutuhan hidup minimum. Dalam keadaan miskin, sulit sekali berbicara tentang kesadaran lingkungan, yang dipikirkan hanya cara mengatasi kesulitannya, sehingga pemikiran tentang pengelolaan lingkungan menjadi terabaikan. c. Faktor kemanusiaan Kemanusiaan diartikan sebagai sifat-sifat manusia. Menurut Chiras dalam Taqiya (2013) dikatakan manusia adalah bagian dari alam atau pengaturan alam. Pengatur atau penguasa disini diartikan manusia memiliki sifat serakah, yaitu sifat yang menganggap semuannya untuk dirinya dan keturunannya. Adanya sifat dasar manusia yang berkuasa maka manusi tersebut menyampingkan sifat peduli terhadap sesama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 d. Faktor gaya hidup Dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan teknologi informasi serta komunikasi yang sangat pesat, tentunya berpengaruh pula terhadap gaya hidup manusia. Gaya hidup yang mempengaruhi perilaku manusia untuk merusak lingkungan dalah haya hidup hedonisme (berfoya-foya), materialistik (mengutamakan materi), sekularisme (mengutamakan dunia), konsumerisme (hidup konsumtif), serta individualisme (mementingkan diri sendiri). Pandangan yang beranggapan alam bernilai hanya sejauh ia bermanfaat bagi kepentingan manusia akan menimbulkan kepedulian lingkungan yang dangkal serta perhatian kepada kepentingan lingkungan sering diabaikan. Lingkungan hidup pada mulanya berada dalam keseimbangan dan keserasian, karena komponen-komponen ekosistem berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Namun sangat disayangkan, keadaan alam sekarang dibandingkan 10-20 tahun yang lalu sangat terasa adanya perbedaan yang mencolok, hal ini tidak lain karena terjadinya eksploitasi besar-besaran oleh manusi baik secara sadar maupun tidak sadar. Lingkungan hidup baik biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi oleh manusia. b. Dimensi Kepedulian Lingkungan Berikut ini merupakan dimensi Kepedulian Lingkungan menurut Dunlap dan Van Liere dalam Reis (2012), sebagai berikut : 1) Batasan-batasan pertumbuhan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 2) Polusi 3) Ekonomi mapan 4) Konservasi sumber daya 8. PERILAKU KONSERVASI a. Definisi Perilaku Konservasi Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati dari luar. Perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Polhaupessy dalam Robinson, 2012). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.Skinner diacu dalam Robinson (2013) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner disebut teori S - O - R atau Stimulus - Organisme - Respon. Skinner diacu dalam Robinson (2013) membedakan adanya dua proses perilaku, yaitu: 1) Respondent respond atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan serta cahaya terang menyebabkan mata tertutup. Respon ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 juga mencakup perilaku emosional, misalnya: mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2) Operant respond atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon, misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau deskripsi kerja) kemudian memperoleh penghargaan dari tugasnya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Konservasi berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare(keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide konservasi ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana) (Utami, 2008). Secara harfiah makna konservasi (conservation) yang terkait dengan sumber daya alam diartikan sebagai: “the preservation, management, ancare of natural and cultural resources” (pelestarian pengelolaan, dan perawatan sumber-sumber daya alam dan kultural). Ian Campbell dalam Fathurrohman http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 (2013), disisi lainnya mendefinisikan konservasi dengan tiga makna, yakni: pertama, preservasi (preservation) atau pelestarian sumber daya alam, kedua, pemanfaatan sumber daya alam dengan penggunaan secara nalar (intellect utilization), dan ketiga, penggunaan sumberdaya alam secara bijak (wise use). Dalam kamus konservasi sumber daya alam disebutkan konservasi (concervation) adalah upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan berpedoman kepada azas pelestarian (Dewobroto dalam Fathurrohman, 2013). Konservasi juga diartikan pelestarian, yaitu pengelolaan terencana sumber daya alam sehingga terjadi berkelanjutan serta keseimbangan alami antara keanekaragaman dan proses perubahan evolusi dalam suatu lingkungan (Rivai dalam Fathurrohman, 2013). Untuk memperluas pandangan terhadap pengertian konservasi, para ahli berbeda-beda dalam mendefinisikannya, diantara definisi konservasi diantaranya: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan.Dalam arti luas, konservasi adalah pemakaian dan perlindungan sumber daya-sumber daya alam secara berkelanjutan meliputi tanaman (hutan), binatang, deposit-deposit mineral, tanah, air bersih, dan bahan bakar fosil seperti batu bara, petroleum, dan gas-gas alam (natural gas) (Abdullah, 2010). Konservasi dari segi ekonomi dan ekologi di mana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang (Utami, 2008). Dapat dikatakan pula konservasi Alam adalah suatu manajemen terhadap alam dan lingkungan secara bijaksana untuk melindungi tanaman dan binatang. Menurut Abdullah (2010), konservasi sumber daya alam merupakan langkah nyata advokasi untuk menanggulangi krisis lingkungan. Jadi konservasi adalah pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara alami secara berkelanjutan dan teratur baik sumber daya hayati dan non hayati dengan melindungi proses-proses ekologis dalam sistem penyangga kehidupan dan juga pengawetan keanekaragaman hayati. Menjadi konsumen hijau melibatkan adopso sikap dan perilaku yang dianggap untuk meminimalkan efek buruk pada lingkungan. Konsumen menghadapi keragaman pilihan yang mewakili perbedaan kehijauan. Setiap pilihan panggilan untuk evaluasi dampak lingkungan dari pilihan yang dihubungkan dengan pemilihan produk dan perilaku pembelian, konsumsi dan dari produk (Picket, 2013). Pickeet, kangun dan Grove (2013) menyatakan bahwa untuk mempelajari implikasi dari konsumen melestarikan untuk kebijakan publik, mengembangkan skala difokuskan pada kegiatan konservasi yang terdiri dari berbagai item : aktivitas disposisional, daur ulang barang tahan lama dan kemasannya, pelestarian sumber daya dan sikap terhadap kemasan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 b. Dimensi Perilaku Konservasi Berikut ini merupakan dimensi Perilaku Konservasi menurut Pickeet, Kangen, dan Grove dalam Reis (2012), sebagai berikut : 1) Aktivitas disposisional 2) Daur ulang barang tahan lama dan kemasan 3) Pelestarian sumber daya 4) Sikap terhadap kemasan 9. PERILAKU PEMBELIAN a. Definisi Perilaku Pembelian Berdasarkan konsep pemasaran maka bagi manajemen pemasaran memahami perilaku pembelian merupakan tugas yang sangat penting. Pasar konsumen adalah terdiri dari semua individu dan rumahtangga yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Para konsumen sangat beranekaragam yang bisa digolongkan menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera. Persoalan pokok bagi perusahaan adalah bagaimana konsumen memberikan jawaban terhadap berbagai rangsangan pemasaran yang bisa diatur oleh perusahaan. Perusahaan yang benar-benar memahami bagaimana konsumen memberikan jawaban terhadap ciri-ciri produk yang berbeda, harganya, daya darik periklanan dan lain-lain akan menarik keuntungan lebih banyak daripada para pesaingnya. Titik tolak yang digunakan adalah model rangsangan jawaban (stimulusrespons) seperti gambar dibawah ini. Gambar tersebut memperlihatkan pemasaran dan yang lainnya yang masuk dalam “kotak hitam” pembeli dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 menghasulkan jawaban tertentu. Disebut kotak hitam karena bagaimana rangsangan itu diprosses tidak dapat dipahami dengan jelas. Tabel 2.1 Model Perilaku Pembelian Stimulus Pemasaran Stimulus Lainnya Kotak Hitam Pembeli Keputusan Pembeli Karakteristik Proses Pemilihan Produk Pembeli Pengambilan Pemilihan Merk Produk Ekonomi Harga Teknologi Keputusan Waktu Pembelian Tempat Politik Pembeli Jumlah Pembelian Promosi Budaya Sumber : Kotler (2007) Stimulus yang tergambar dalam kotak sebelah kiri terbagi menjadi dua macam. Rangsangan pemasaran terdiri empat unsur produk, harga, tempat, dan promosi. Rangsangan lain terdiri dari kekuatan utama dari kejadian-kejadian dalam lingkungan pembeli berupa ekonomi, teknologi, politik dan kebudayaan. Semua rangsangan ini melewati kotak hitam pembeli dan menghasilkan jawaban yang teramati misalnya pilihan terhadap produk, merek, penjual, penentuan waktu pembelian dan jumlah pembelian. Bagi pemasar tugas berikutnya adalah memahami apa yang terjadi dalam kotak hitam pembeli, diantara rangsangan dan jawaban. Pertama ciri-ciri pembeli yang mempunyai pengaruh utama bagaimana seseorang pembeli beraksi terhadap rangsangan. Kedua, proses keputusan pembeli yang mempengaruhi hasil keputusan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Menurut Kotler (2005, p203-218), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh : a. Faktor Budaya Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. b. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial : 1) Kelompok acuan Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, ternan, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 rutin. Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya melalui tiga cara. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru, dan mempengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut orang supaya mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek aktual. Orang juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok diluar aspirasi adalah kelompok kelompok mereka. Kelompok kelompok yang ingin dimasuki seseorang; dissosiasi adalah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak oleh seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan para pelanggan mereka. Namun, tingkat pengaruh kelompok acuan terhadap produk dan merek adalah berbeda - beda. Pemimpin opini (Opinion komunikasi informalnya atas saran atau informasi tentang Leadef) produk adalah orang dapat yang memberikan produk atau jenis produk tertentu, seperti merek apa yang terbaik atau apa manfaat produk tertentu. Para pemasar berusha menjangkau para pemimpin opini dengan mengidentifikasi ciri-ciri demografis dan psikografis yang berkaitan dengan kepemimpinan opini, mengidentifikasi media yang dibaca oleh pemimpin opini, dan mengarahkan pesan iklan kepada pemimpin opini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 2) Keluarga Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orientasi seseorang mendapatkan oerientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Walaupun pembeli tersebut tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan orang tuanya, pengaruh orang tua terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan sejumlah anak seseorang. Para pemasar tertarik pada peran dan pengaruh relatif suami, istri, dan anak-anak pada pembelian beragam produk dan jasa. Peran itu sangat beragam untuk Negara dan kelas sosial yang berbeda. 3) Peran dan Status Sosial Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu dimasing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status. c. Faktor Pribadi Keputusan pembeli, juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi : 1) Usia dan tahap siklus hidup Orang membeli barang dan jasa berbeda-beda sepanjang hidupnya. Kebutuhan dan selera orang terhadap barang atau jasa berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Para pemasar sering memilih sejumlah kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka. Para pemasar memberikan perhatian yang besar pada perubahan situasi hidup (bercerai, menduda/menjanda, kawin lagi) dan dampak situasi itu pada perilaku konsumsi. 2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi Pekerjaan konsumsinya. seseorang Para pemasar juga mempengaruhi berusaha pola mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu. Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang : penghasilan yang dapat dibelanjakan (level, kestabilan, pola waktunya), tabungan dan aktiva (termasuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 persentase aktiva yang lancar dan liquid), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap belanja atau menabung. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus-menerus memperhatikan kecenderunga penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga. 3) Gaya hidup Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dengan kelonpok gaya hidup. 4) Kepribadian dan konsep diri Masing-masing orang memiliki karekteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud kepribadian adalah ciri bawaan psikologi manusia (human psychologic traits) yang terbedakan yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasannya adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mungkin memilih merek yang kepribadiannya cocok dengan kepribadian dirinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 d. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama : 1) Motivasi Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. 2) Persepsi Seseorang yang termotivasi siap bertindak. Bagaimana tindakan sebenarnya seseorang yang termitivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 3) Pembelajaran Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli teori pembelajaran yakni bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan. 4) Keyakinan dan sikap Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudia mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pembelian. Kotler(2005, p221-222) mengungkapkan bahwa Henry Assael membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antar merek. 1) Perilaku pembelian yang rumit Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga jangkah. Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat. Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan besar antara merek. Perilaku pembelian yang rumit itu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat mengekspresikan diri. Pemasar produk dengan keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan evaluasi perilaku konsumen. Pemasar perlu menyusun strategi yang dapat membantu pembeli mempelajari atribut-atribut produk dan tingkat kepentingan relatif atribut tersebut, serta dapat menarik perhatian konsumen terhadap reputasi merek perusahaan tersebut dalam memberikan atribut-atribut yang lebih penting. 2) Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan, dan berisiko. Dalam kasus itu, pembeli akan berbelanja dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia. Jika konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika konsumen menemukan perbedaan kecil, dia mungkin akan membeli semata-mata berdasarkan harga dan kenyamanan. 3) Perilaku pembelian karena kebiasaan Banyak produk dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaan antar merek yang signifikan. Para konsumen miliki sedikit keterlibatan pada jenis http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 produk itu. Mereka pergi ke toko dan mengambil merek tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. Perilaku konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah tidak melalui urutan umum keyakinan, sikap, dan perilaku. Konsumen tidak secara luas mencari informasi tentang merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan merek apa yang akan dibeli. Melainkan, konsumen menjadi penerima informasi pasif melalui menonton televisi atau melihat iklan di media cetak. Pengulangan iklan menciptakan keakraban merek, bukannya keyakinan merek. 4) Perilaku pembelian yang mencari variasi Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering melakukan peralihan merek. Peralihan merek terjadi karena mencari variasi dan bukannya karen ketidakpuasan. Tabel 2.2 Empat Kategori Jenis Perilaku Pembelian KeterlibatanTinggi KeterlibatanRendah Perbedaan Besar Perilaku pembelian yang Perilaku pembelian yang AntarMerek rumit Mencari variasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 Perilaku pembelian yang mengurangi Ketidak nyamanan Perbedaan Kecil AntarMerek Perilaku pembelian yang rutinIbiasa Sumber:Kotler(2005,p221) b. Dimensi Perilaku Pembelian Berikut ini merupakan dimensi Perilaku Pembelian menurut Schuhwerk dan Lefkokk-Hagius, et al, dalam Reis (2012), sebagai berikut : 1) Membeli produk hijau 2) Perhatian pada kemasan 3) Peralatan hemat energy 4) Polusi atau daur ulang produk 10. SKEPTISIME GREEN ADVERTISING a. Definisi Skeptisisme Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan. Mencurigakan) contohnya ; kesulitan itu telah banyak menimbulkan skeptis-isme terhadap kesanggupan dalam menanggapi gejolak hubungan internasional. Menurut kamus besar bahasa indonesia skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dsb) contohnya : penderitaan dan pengalaman menjadi orang bersifat sinis dan skeptis. Mohr, Eroglu, dan Ellen dalam Reis (2012) menjelaskan skeptisme adalah respon kognitif yang bervariasi tergantung pada konteks dan isi dari komunikasi, dan hanya dapat mengungkapkan diri pada saat-saat tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Skeptis bisa diyakinkan tentang kebenaran pesan melalui bukti. Sebaiknya, sinisme merupakan karakteristik kepribadian yang tetap relatif stabil melalui situasi dan waktu. Sedangkan Cohen dalam Reis (2012) menyatakan bahwa advertising yang menyesatkan akan merugikan individu yang sudah percaya produk hijau. Pembelian ini dapat menghasilkan sinisme berbahaya yang cukup tentang semua klaim lingkungan, termasuk yang bertanggung jawab. Aspek lain yang sangat penting dari iklan hijau adalah untuk memastikan bahwa informasi lingkungan yang tersedia untuk digunakan konsumen. Jika konsumen memiliki keraguan tentang informasi itu, sistem pasar bisa runtuh. Dari beberapa definisi yang sudah disebutkan diatas tentang skeptisisme dapat disimpulkan bahwa skeptisime adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang yang belum tentu kebenarannya. b. Dimensi Skeptisisme Berikut ini merupakan dimensi Skeptisisme menurut Mohr, Eroglu, dan Ellen dalam Reis (2012), sebagai berikut : 1) Berlebihan yang dirasakan 2) Informasi membingungkan 3) Persepsi kebenaran dalam iklan dan packages http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 11. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL a. Hubungan Sikap Kepedulian Lingkungan dan Skeptisisme Green Advertising Konsumen hijau tidak menganggap iklan hijau tidak memberikan pesan yang meyakinkan melainkan memberikan pesan yang berlebihan seperti pesan iklan yang harus etika, hukum, benar, jujur, dan menginformasikan masyarakat tentang aspek kepedulian lingkungan dari produk yang ditawarkan. Neweell, Goldsmith, dan Banzhaf, dalam Paco and Reiss. 2012 ) mencoba untuk membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pedulian lingkungan konsumen akan menganggap pesan iklan sebagai sesuatu yang meyesatkan dan palsu. Namun dalam penelitian khusus mereka, mereka menyimpulakn bahwa tingkat kepedulian lingkungan memiliki pengaruh pada tingkat penipuan yang dirasakan dalam iklan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah : H1 = Sikap Kepedulian Lingkungan berpengaruh terhadap Skeptisisme Green Advertising b. Hubungan Perilaku Konservasi dan Skeptisisme Green Advertising Tingkat skeptisisme yang tinggi ditunjukkan salah satunya adalah karena suatu pesan yang disamapaikan oleh ikaln produk sangat berlebihan sehingga konsumen menganggap dan mengklaim bahwa iklan dan label adalah palsu. Pengaruh praktek Green Washing dari beberapa organisasi membatasi beberapa perilaku lingkungan yang berkaitan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 dengan kegiatan konservasi seperti daur ulang , penghemawatn sumber energy, pelestarian sumber daya, dll (Mohr, Eroglu,dan Ellen dalam Paco and Reiss, 2012). Laroche, Bergeron, dan Barbaro-Forleo, dalam Paco and Reiss, 2012 ) menambahkan bahwa konsumen cenderung membentuk sikap skeptic terhadap iklan hijau yang dapat mewakili jenis penghindaran resiko di perilaku konservasi. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah : H2 = Perilaku Konservasi berpengaruh terhadap Skeptisisme Green Advertising c. Hubungan Perilaku Pembelian dan Skeptisisme Green Advertising Tingginya tingkat skeptisisme ditunjukkan oleh konsumen oleh klaim lingkungan yang muncul dalam label dan iklan ( dipengaruhi oleh praktek Green Washing dari beberapa organisasi yang bertahan dalam mensosialisasikan informasi yang palsu Akibatnya, Shrum, McCarty, dan Lowrey(1995) menunjukkan bahwa konsumen tertarik dalam pembelian produk hijau umumnya skeptis terhadap iklan di umum. Laroche, Bergeron, dan Barbaro-Forleo, dalam Paco and Reiss, 2012 ) menambahkan bahwa konsumen cenderung membentuk sikap skeptic terhadap iklan hijau yang dapat mewakili jenis penghindaran resiko di pembelian produk hijau. Dengan demikian, kita akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 mengaharpkan bawha kurangnya kepercayaan pada klaim lingkungan akan menampakkan dirinya dalam hal perilaku pembelian. Berdasarkan asumsi tersebut hipotesis penelitian ini adalah : H3 = Perilaku Pembelian berpengaruh terhadap Skeptisisme Green Advertising B. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yang akan diteliti. Variabel pertama yaitu Sikap Kepedulian Lingkungan sebagai variabel independen. Variabel kedua yaitu Perilaku Konservasi sebagai variabel independen. Variabel ketiga yaitu Perilaku Pembelian sebagai variabel independen. Dan yang keempat yaitu Skeptisme sebagai variabel dependen. Analisis penelitian ini adalah mengkaji pengaruh dimensi Sikap Kepedulian Lingkungan, Perilaku Konservasi, dan Perilaku Pembelian sebagai variabel independen terhadap SkeptisismeGreen Advertising sebagai variabel dependen. (X1) Kepedulian Lingkungan H1 (Y) Skeptisisme (X2) Perilaku Konservasi H2 Green Advertising (X3) Perilaku Pembelian H3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 C. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu merupakan tinjauan pustaka yang diperoleh dari penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Dan dibawah ini penulis uraikan secara sistematis penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang saat ini dilakukan, diantaranya : Tabel 2.3 Hasil Kajian Riset Terdahulu No Peneliti / Tahun Paco dan Rosa Reis / 2012 Judul Factors Affecting Skepticism Toward Green Advertising Metode Penelitian Systematic Equation Model (SEM) /Deskriptif 1. Faktor-Faktor / Yang Mempengaruhi Skeptisme Konsumen Terhadap Iklan Hijau Systematic Equation Model (SEM) /Deskriptif A.H. The Influence Lizawati Of Aman / 2012 Environmental Knowledge Systematic Equation Model (SEM) Danung Handoko 2014 2. 3. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku peduli lingkungan dan perilaku pembelian berpengaruh positif terhadap skeptisisme iklan hijau. Perilaku konservasi tidak predictor yang baik dari skeptisisme. Pria dan wanita tidak terdapat perbedaan yang signifikan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Sikap Kepedulian Lingkungan, Perilaku Konservasi pada Skeptisme terhadap Iklan Hijau. Dan tidak ada perbedaan signifikan antara nilai Skeptisme pria dan wanita. Adanya pengaruh signifikan antara pengetahuan lingkungan, kepedulian lingkungan, terhadap produk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Lindsay Richards 2013 4. Tahir Albayrak 2011 5. and Concern on Green Purchase Intention the Role of Attitude as a Mediating Variabel Examing / Green Advertising and Its impact on Consumer Skepticism and Purchasing Patterns The Influence / Of Skepticism on Purchase Behavior /Deskriptif hijau. Pengetahuan lingkungan kurang berpengaruh terhadap niat pembelian hijau. Systematic Equation Model (SEM) /Deskriptif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen umumnya skeptic terhadap iklan hijau, dan memiliki motivasi yang jelas dan faktor yang tertentu ketika membeli produk hijau. Systematic Equation Model (SEM) /Deskriptif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen SKEP merupakan penentu penting dari GPB. Selain itu, dua konstruksi dalam model struktural penelitian ini (EC dan PCE) yang diasumsikan sebagai penentu lain dari GPB ditemukan secara negatif dipengaruhi oleh konsumen SKEP. Di sisi lain, PCE adalah penentu paling penting yang positif mempengaruhi untuk GPB. Pengaruh EC lebih rendah jika dibandingkan dengan PCE. Hasil ini menunjukkan bahwa EC explaines sangat sedikit dari GPB. Perceived Consumer Effectiveness (PCE) Environmental Concern (EC) Green Purchase Behavior (GPB) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 D. HIPOTESIS Berpedoman dari uraian diatas, maka diperoleh empat buah hipotesis dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut : 1. H1 : Sikap Kepedulian Lingkungan berpengaruh terhadap Skeptisisme Green Advertising 2. H2 : Perilaku Konservasi berpengaruh terhadap Skeptisisme Green Advertising 3. H3 : Perilaku Pembelian berpengaruh terhadap Skeptisisme Green Advertising http://digilib.mercubuana.ac.id/