1. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian rancang bangun yang dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Thermodinamika dan Laboratorium Biofuel, serta Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universtias Sebelas Maret Surakarta. 3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Perancangan mesin uji konduktivitas listrik. Alat uji konduktivitas listrik dirancang dengan suhu operasional mencapai 500°C, sehingga diperlukan elemen pemanas yang bisa beroperasi sampai dengan suhu tersebut. Selain elemen pemanas diperlukan juga bahan isolasi yang baik. Dengan melihat desain mesin uji konduktivitas listrik yang ada dipasaran, desain rancangan pembuatan furnace dan pembuatan probe secara sederhana dilakukan dengan menggunakan aplikasi solidwork 2011. Setelah didapatkan sebuah desain, maka pencarian literatur tentang material yang mempunyai konduktifitas termal rendah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan isolasi yang baik. Dari pencarian literatur didapatkan material batu bata merah dan kalsium silika. 3.2.2 Pembuatan mesin uji konduktivitas listrik Pembuatan alat uji konduktivitas listrik terdiri dari furnace, four-point probe, rangkaian power supply dan nano-voltmeter serta panel pengatur temperatur furnace. a) Pembuatan Furnace Pada pembuatan tungku temperature tinggi secara otomatis hal yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Bahan dan alat pembuatan tungku pemanas NO BAHAN 1 Elemen pemanas (tube) 2 Batu Bata Pejal 3 Kalsium silica 4 Thermocouple CV. Zigma, Solo Panjang : 2 Meter 5 Kabel Tahan Panas CV. Zigma, Solo Diameter : 0.04 Meter 6 Cover 7 Media sample SUMBER CV. Rima Heater, Solo DIMENSI panjang : 1 Meter Diameter : 0.08 Meter Prista Keramik, CV. Gapura Isolasi 2 Sakti, Solo Kusumodilagan, Solo 8 Cat tahan panas Wa Wa WA, Solo 9 Cover Panel CV. Zigma, Solo 10 Thermoreader 11 Ampermeterreader 12 Sekring 13 Solid State Relay 14 Push Button 15 Indicator Lamp CV. Rima Heater, Solo CV. Rima Heater, Solo CV. Rima Heater, Solo CV. Rima Heater, Solo Daya : 1000 W Isolasi 1 wedi-Kelaten Laweyan, Solo KETERANGAN Diameter : 0.2 Meter Tinggi : 0.15 Meter Type K Alumunium Diamater : 0.013 Meter panjang : 0.1 Tembaga meter Spray, Black 0.25 x 0.30 x 0.12 Meter Automatic Automatic 10 Amper AC to DC CV. Rima Heater, Solo CV. Rima Heater, Solo Red . Dari bahan material yang dibutuhkan tabel 3.1 hal yang pertama dilakukan adalah dengan mengubah bentuk elemen pemanas menjadi bentuk spiral dengan ketinggian 80 mm dan diameter luar 70 mm. Hal ini bertujuan memperkecil penggunaan ruang pada pemanas. Pembuatan isolasi pertama menggunakan batu bata merah pejal yang melingkar, mengisolasi secara langsung elemen pemanas dengan ketebalan 20 mm pada elemen pemanas sekaligus sebagai rangka utama tungku pemanas. Selain itu batu merah pejal juga di letakan di atas dan di bawah elemen pemanas dengan ketebalan 10 mm. Kalsium silika digunakan sebagai isolasi kedua dengan cara dicetak secara manual dengan terlebih dahulu dicampur dengan air. Cover tungku dibuat dengan bahan alumunium 0.6 mm, diameter 200 mm dan tinggi 150 mm. Pada cover disediakan lubang diameter 5 mm sebanyak 3 buah untuk memasukan kabel dan thermocouple. Media penghantar panas sekaligus tempat di letakanya spesimen uji menggunakan poros pejal tembaga dengan 13 mm. Gambar desain tungku pemanas dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Desain Tungku Pemanas Dimensi total pada tungku pemanas adalah 200 mm dengan ketinggian 155 mm, adapun untuk desain dalam dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Desain dalam tungku pemanas Dari Gambar 1.2 di atas ditunjukan desain dalam tungku pemanas yang bila diurutkan penomoran satu sampai tujuh, adalah berikut: Kalsium silika, batu bata pejal, element pemanas, batu bata pejal, kalsium silika, batu bata pejal dan material tembaga sebagai penghantar panas. 3.2.3 Pembuatan four-point probe. Pembuatan rangka four-point probe menggunakan bahan mild steel dengan dimensi total 110 mm. Jarum sebagai probe menggunakan material stainless steel dengan dimensi 1 mm yang dipasang sejajar pada material teflon. Jarak antar jarum 3.2 mm dengan toleransi 0.05 mm dan terdapat pegas sehingga jarum bisa fleksible naik dan turun. Penggunaan pegas ini berguna untuk menjamin material sample yang akan di uji benar-benar tertempel sempurna. Gambar desain rangka four-point probe dapat dilihat pada Gambar 1.3 (a) dan Gambar 1.3 (b) untuk desain pemasangan empat jarum. a. Desain rangka four-point Probe b. Desain jarum four-point probe Gambar 1.3 Four-Point Probe design 3.2.4 Pengujian konduktivitas listrik. Gambar 1.4 Diagram alat uji konduktivitas listrik Gambar 1.4 menunjukan rangkaian alat uji konduktivitas listrik. dari empat jarum yang terpasang dua terhubung dengan current source dan dua terhubung dengan nano-voltmeter keduanya terhubung dengan komputer yang sudah terprogram. Terdapat satu thermocouple untuk menunjukan suhu sample yang akan diuji. Temperature control digunakan untuk mengatur suhu furnace. Cara kerja rangkaian alat uji konduktivitas listrik adalah sebagai berikut: menempatkan sample pada media penghantar panas yaitu poros tembaga, menempelkan thermocouple pada permukaan sampel untuk mengetahui suhu pada permukaan sampel, memanaskan furnace sampai dengan suhu yang diinginkan dengan menggunakan temperature control, setelah didapatkan temperatur yang diinginkan kemudian memasangkan empat jarum pada permukaan sample, mengalirkan arus pada dua jarum paling luar dengan current source antara 0 A – 0,5𝐴 (10 Step) kemudian catat besarnya tegangan pada nano-voltmeter yang dihubungkan dengan dua jarum di tengah pada setiap variasi arus yang ada. Dari pengujian tersebut akan didapatkan besarnya arus (I) dan besarnya tegangan (V), kemudian dianalisa besarnya konduktivitas listrik sampel dengan menggunakan variasi suhu yang berbeda. Validasi alat terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan nilai referensi seperti dengan menggunakan material tembaga, alumunium dengan ketebalan 2 mm dan stainless steel dengan ketebalan 2 mm. 3.3 Analisa Data Analisa data dilakukan setelah alat sudah divalidasi. Nilai yang didapatkan tidak boleh lebih atau kurang dari 10% dari nilai referensi. Uraian analisa data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Analisa nilai konduktivitas listrik material stainless steel tanpa perlakuan panas dilakukan dengan 10 step. 2. Analisa nilai konduktivitas listrik material tembaga tanpa perlakuan panas dilakukan dengan 10 step. 3. Analisa nilai konduktivitas listrik material alumunium tanpa perlakuan panas dilakukan dengan 10 step. 4. Analisa nilai konduktivitas listrik material stainless steel dengan variasi suhu pengujian: 30°C, 100°C, 200°C, 300°C, 400°C, 500°C. 5. Analisa nilai konduktivitas listrik material tembaga dengan variasi suhu pengujian: 30°C, 100°C, 200°C, 300°C, 400°C, 500°C. 6. Analisa nilai konduktivitas listrik material alumunium dengan variasi suhu pengujian: 30°C, 100°C, 200°C, 300°C, 400°C, 500°C. 7. Analisa nilai konduktivitas listrik material semikonduktor dengan variasi suhu pengujian: 400°C, 450°C. 8. Analisa nilai ketidakpastian dari setiap pengujian yang dilakukan. 3.4 Diagram Alir Penelitian. Mulai Perancangan mesin uji konduktivitas listrik dan furnace menggunakan rancangan sederhana dengan solidwork 2011 Menentukan bahan material pembuatan furnace dan bahan material four-point probe Pembuatan probe Pembuatan furnace Pembuatan sampel Perakitan furnace, probe, power supply, nanovoltmeter Pengujian konduktivitas material stainless steel, tembaga dan alumunium temperatur ruang 29˚C Tidak Validasi Ya Pengujian konduktivitas listrik material konduktor pada suhu 100˚C, 200˚C, 300˚C, 400˚C dan 500˚C Pengujian konduktivitas listrik material semikonduktor ZnO dopping Cu pada suhu 400˚C dan 450˚C Analisa hasil Kesimpulan Selesai