Catatan untuk Khotbah 9 Mei 2010 Pengkhotbah: Pdt. Budy Setiawan Nats Alkitab: ................... Ringkasan Khotbah 2 Mei 2010 Nats Alkitab: 1 Kor 15:13-19, Mat 28:11-15 (Dusta Mahkamah Agama) | Pengkhotbah: Pdt. Budy Setiawan Minggu lalu kita sudah sampai kepada pembahasan tentang kebangkitan kristus yang merupakan turning point daripada sejarah bukan hanya dalam kekristenan atau murid-murid Tuhan Yesus saja, tetapi juga sejarah dunia atau dengan kata lain seluruh sejarah. Kita semakin jelas melihat akan signifikansi kebangkitan Kristus ketika kita membaca perikop 1 Korintus 15, yang menjelaskan dengan cara negatif. Bagaimana jikalau Kristus tidak dibangkitkan? Di sini kita bisa melihat setidaknya ada 6 dampak, mengenai signifikansi dan pentingnya kebangkitan Kristus. 1. Kalau Kristus tidak dibangkitkan maka yang pertama adalah pemberitaan yang dikerjakan oleh Paulus dan para rasul lainnya adalah pekerjaan yang sia-sia. Bukan hanya para rasul tetapi juga semua hamba Tuhan, pendeta, misionaris yang memberitakan kepedalam-pedalaman, seperti Nomensen yang datang ke pedalaman Sumatra, George Whitefield yang berkotbah terus hingga meninggal di atas mimbar, dan semua pemberitaan Firman Tuhan sepanjang sejarah juga menjadi pekerjaan yang sia-sia. 2. Kedua, adalah kalau Kristus tidak dibangkitkan maka iman kita juga sia-sia. Apa yang kita percayai dan imani menjadi hal yang sia-sia, karena Kristus pun masih di bawah kuasa dosa dan dikalahkan maut sama saja seperti semua manusia sepanjang sejarah. 3. Jikalau Kristus tidak dibangkitkan maka kita juga adalah pendusta dan pembohong yang besar. Pendeta menjadi pendusta, karena yang diberitakan adalah kebohongan. 4. Kalau Kristus tidak dibangkitkan maka kita masih hidup di dalam dosa-dosa kita, sama seperti manusia lainnya. Sama-sama tidak memiliki pengharapan, sama-sama masih dalam jerat kuasa dosa dan maut akan datang kepada kita dan kita akan benar-benar mati bahkan masih mati di dalam dosa-dosa kita. 5. Kalau Kristus tidak dibangkitkan maka orang mati juga binasa, menerima murka Allah selamalamanya. 6. Kita akan menjadi orang-orang yang paling malang dan paling kasihan. Kita orang Kristen dipanggil untuk melayani dan memberitakan Injil dan menghadapi banyak sekali tantangan dan aniaya. Seperti kehidupan daripada Paulus yang juga menderita yang dicelakai bahkan berkali-kali disiksa hingga hampir mati. Melihat realita ini, jika Kritus tidak dibangkitkan, kita adalah orang yang paling malang dan kasihan. Hidup Kristen bila dilihat oleh orang dunia seharusnya adalah hidup yang kasihan dan bodoh sekali, kehidupan yang doesn’t make sense bagi orang tidak percaya. Kehidupan Kristen yang sejati dan yang benar-benar beribadah kepada Tuhan adalah hidup yang sudah pasti dianiaya. Kalau Kristus tidak bangkit maka kehidupan kita benar-benar adalah kehidupan orang yang paling malang, karena kita menderita tanpa arti. Tetapi sebaliknya, kebangkitkan Kristus menjadikan semua kesusahan, kemalangan dan segala penderitaan menjadi berarti. Mengapa kita hidup sebagaimana kita hidup sekarang, Mengapa kita berjalan, berpikir, mengisi waktu kita sebagaimana yang sekarang, semua yang kita lakukan menjadi make sense kalau Kristus dibangkitkan. Dan hidup ini menjadi hidup yang jauh lebih indah dan mulia kalau kita mengerti maksud dan rencana Tuhan yang puncaknya berada dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Di sini kita bisa benar-benar melihat bagaimana Paulus menekankan pentingnya kebangkitan Kristus. Melalui tragedi kematian Kristus, kita bisa melihat bahwa ada pengharapan dalam hidup dan memiliki hidup yang kekal melalui kebangkitan Kristus. Kematian yang merupakan musuh terbesar dalam hidup manusia tidak lagi menakutkan karena musuh itu sudah dikalahkan oleh Kristus, “The death of death in the death of Christ.” Kalau kita kembali ke dalam kitab Matius, maka kita bisa melihat bahwa tidak semua orang percaya akan kebangkitan Kristus, seperti yang juga terjadi dari zaman ke zaman termasuk zaman kita. Bahkan ketika orang-orang yang tidak percaya ini diperhadapankan dengan fakta kebangkitan Kristus, fakta yang sebetulnya mereka tahu bahwa Kristus benar-benar bangkit, mereka tetap tidak mau percaya. Seperti yang terjadi pada saat kebangkitan Kristus, para penjaga kubur yang jelas-jelas mengalami dan melihat sendiri peristiwa yang besar, tetap saja mereka tetap tidak mau percaya, bahkan mereka mengatur suatu siasat untuk berbohong. Seperti yang Firman Tuhan katakan bahwa jikalau ada orang yang tidak percaya kepada pemberitaan Firman Tuhan, mereka pun tidak akan percaya sekalipun orang mati di bangkitkan. Hal ini sinkron dengan fakta yang dicatatkan di dalam kitab Matius. Mereka yang jelas melihat tetapi tidak mau percaya. (Ayat 15) Dikatakan bahwa cerita, mengenai murid-murid yang mencuri mayat Tuhan Yesus, tersiar sampai sekarang atau ketika Matius menulis akan kitab Injil ini. Bahkan hal ini bukan saja tersebar hingga akhir abad pertama, tetapi seorang theolog abad kedua, Justin Martyr, mengatakan bahwa cerita tentang murid-murid Yesus yang mencuri mayat Tuhan Yesus itu masih tersiar di dalam zamannya. Dan pada saat yang besamaan juga tesebar berita yang mengatakan Yesus bangkit yang di beritakan oleh murid-murid Yesus. Kita akan coba untuk melihat daripada sudut pandang pada skeptik. Orang skeptik akan mengatakan bahwa, tentu saja Matius menuliskan mengenai peristiwa ini seperti demikian karena ia mengarang cerita mengenai penjaga-penjaga yang disogok. Tetapi kalau kita coba pikir untuk apa Matius menceritakan akan hal ini, untuk apa dia harus menyatakan bahwa bukan murid-murid yang mencuri mayat Tuhan Yesus tetapi bahwa Yesus benar-benar bangkit? Mengapa para murid insist seperti Matius dan seluruh murid lainnya, harus ngotot kalau Yesus itu bangkit? Apa yang menjadi keuntungan para murid di dalam melakukan hal ini jikalau mereka yang mencuri mayat Yesus? Dengan memberitakan Yesus yang sudah bangkit dari kematian, maka dari sejarah kita bisa tahu satu hal yang yang mereka dapat hanyalah kematian. Mereka semua, satupersatu mengalami mati martir demi memberitakan akan Kristus yang bangkit itu. Ini adalah suatu yang powerful di dalam menyatakan akan kebangkitan Kristus, karena tidak ada satu orang pun yang rela mati untuk suatu kebohongan yang dia tahu bahwa itu kebohongan. Berbeda dengan para teroris yang rela mati untuk suatu kebohongan tetapi kebohongan yang mereka tidak ketahui itu adalah kebohongan, mereka menganggap hal itu adalah kebenaran, sama seperti Paulus ketika menjadi Saulus. Para imam dan tua-tua membikin kebohongan dan tahu bahwa itu kebohongan tetapi berbedanya adalah mereka memegang kekuasaan yang besar yang memiliki keuangan yang besar dan mereka tidak pernah rela mati untuk apa yang mereka percayai. Mereka mempertahankan status quo. Mereka rela mengatakan kebohongan mengenai kebangkitan Kritus adalah ingin mempertahankan status quo mereka yang dapat hancur karena pemberitaan kebangkitan Kristus. Kita juga bisa mengatakan bahwa kebangkitan Kristus itu adalah suatu revolusi karena pemberitaan mengenai Kristus yang bangkit ini tidak dimengerti baik pada zaman penulis Kitab Matius maupun hingga zaman sekarang. Suatu berita yang tidak biasa didengar, seperti apa yang terjadi di dalam Copernican revolution. Hal ini dapat terbukti di dalam kehidupan Saulus yang menganiaya orang-orang Kristen, ia tidak menyaksikan langsung mengenai kebangkitan Kristus tetapi ia memastikan di dalam hatinya bahwa Yesus tidak mungkin bangkit, sehingga fakta kubur kosong ditafsirkan dalam kerangka yang lama sehingga menganggap itu sebagai penipuan. Karena itu Saulus pergi dan menghancurkan orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus bangkit, hingga akhirnya dia bertemu dengan Tuhan Yesus yang bangkit. Dan moment pertemuan ini adalah benarbenar pertemuan yang ironis, karena apa yang selama ini ia percayai dan perjuangkan mati-matian hanyalah sebuah kebohongan. Pemikiran yang dahulu menganggap bahwa apa yang dia lakukan adalah hal yang memuliakan Tuhan dan berkenan Tuhan, tetapi sebetulnya ia sedang menganiaya Tuhan. Hingga ia bertobat dan menjadi Paulus seorang rasul yang Tuhan pakai secara luar biasa. Inilah orang-orang yang mencoba menyelamatkan nyawa tetapi justru kehilangan nyawa, sedangkan murid-murid yang memberitakan Injil yang kehilangan nyawa karena Kristus, mereka mati tetapi mendapatkan nyawanya. Bahkan para imam dan tua-tua ini berusaha keras dengan menyogok banyak orang agar masalah ini tidak mencuat ke permukaan dan menutupi kenyataan dengan kebohongan dengan tujuan untuk mencegah Yesus bangkit. Mulai dengan menutupi kuburan dengan batu yang besar hingga akhirnya menghasut banyak orang, tetapi tetap saja kenyataan bahwa Kristus bangkit tidak bisa ditutupi. Bahkan hasutan yang mengatakan bahwa para penjaga itu tertidur saat peristiwa itu terjadi adalah hal yang tidak masuk akal, karena tidak mungkin mereka tetap tertidur sewaktu murid-murid menggulingkan batu yang besar itu dan sewaktu mereka tidur bagaimana mungkin mereka bisa tahu bahwa itu murid-murid yang datang dan mencuri mayat Yesus. Terlalu banyak celah dan kebohongan di dalam menutupi hal ini. Mereka akan melakukan apapun dan menjawab apapun bahkan percaya apapun asalkan mereka tidak menerima kebenaran. Bahkan kalaupun benar muridmurid yang mencuri mayat Yesus, mengapa mereka tidak mengejar dan menangkap murid-murid ini secara langsung? Bukankah mereka mempunyai kekuasaan untuk melakukan hal ini, dan kalau mereka menemukan mayat Yesus maka mereka pasti akan menang dan semua mulut para murid akan terkunci. Tetapi hal ini bukannya tidak mau mereka lakukan karena memang mereka tidak bisa melakukan hal ini, dan tidak mungkin menemukan mayat Tuhan Yesus. Inilah keanehan demi keanehan daripada tindakan-tindakan orang yang tidak mau percaya kalau Yesus sudah bangkit. Kita bisa melihat di sini bahwa kebangkitan Kristus betul-betul bersifat revolusioner dan mengancam seluruh eksistensi daripada manusia yang berdosa. Karena kebangkitan Yesus menuntut respon dari setiap orang. Kepercayaan kita mengenai kebangkitan orang mati bukan berarti menyatakan akan ketidak-setujuan mengenai scientific evidence bahwa orang mati tidak bisa dibangkitkan, kita tetap setuju akan hal ini. Tetapi iman Kristen melampaui scientific evidence, Karena fakta bahwa orang mati tidak dibangkitkan seharusnya mendobrak semua orang untuk melihat betapa heran, besar dan agungnya Kristus yang bangkit dari kematian. Mendobrak apa yang menjadi status quo, pemikiran manusia yang terbatas. Dan kebangkitan Kristus ini menjadi turning point daripada sejarah manusia yang menuju kepada kematian dirubah menuju kepada rencana Allah yang semula. Kebangkitan Kristus merupakan suatu grand opening daripada apa yang sedang Tuhan kerjakan di sepanjang sejarah dan Perjanjian lama menjadi soft opening-nya. Kenapa dikatakan sebagai grand opening? Karena memang “the battle is won but the war is not over.” Kebangkitan Kristus menyatakan akan kemenangan besar dari Kristus yang sudah mengalahkan musuh terakhir manusia yaitu kematian. Di dalam peperangan, jikalau tembok musuh dirubuhkan, kemenangan dari peperangan itu sudah dipastikan. Tetapi bukan berarti peperangan sudah selesai, melainkan masih berlanjut. Begitupun kita sebagai anak-anak Allah peperangan kita pun masih berlanjut. Kita masih harus terus memberitakan akan kemenangan ini, kemenangan Yesus atau maut di tengah-tengah akan dunia ini. Kita harus terus mengingat bahwa berita ini adalah berita yang revolusioner dan juga berita yang begitu aneh bagi dunia, karena orang dunia mengerti bahwa orang mati tidak mungkin hidup lagi tetapi sesuatu yang lain daripada biasanya, kita memberitakan Kristus yang mati dan bangkit. Inilah kebenaran yang aneh tetapi juga bersifat revolusioner yang harus kita beritakan dan kita hidupi. Dan yang lebih penting adalah bagaimana hidup kita dapat memancarkan kebenaran ini. Kebenaran yang aneh dan dijauhi oleh orang-orang dunia, karena kalau mereka menerima kebenaran ini, mereka harus membongkar hidup mereka dan memutar balik hidup mereka, mejadi percaya kepada Kristus yang mati dan bangkit. Di dalam the Chronicles of Narnia yang di tulis oleh C.S Lewis, di dalam bukunya yang berjudul ‘The Lion, Witch and Wardrobe’, ditulis sebuah kalimat yang dikatakan oleh karakter profesor di dalam kisah buku di dalam kebingungan mengenai siapa yang mengatakan kebenaran. Maka dia hanya bertanya “Di antara yang berkata-kata ini, siapa yang menurut kamu selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah berbohong?” ini adalah sebuah apologetika dari C.S Lewis. Ini membawa kita untuk mengerti bahwa berapa pentingnya hidup kita memancarkan akan kebenaran yang aneh. Kalau pemberitaan ini tidak disertai dengan kehidupan kita yang benar, orang akan semakin sulit untuk menerima Injil yang kita beritakan. Ringkasan oleh Simon Lukmana | Belum diperiksa oleh pengkhotbah