BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium didiagnosis setiap tahun pada lebih dari 200.000 perempuan di seluruh dunia, dengan kejadian terbesar di AS dan Eropa Utara. Di Amerika Serikat tumor ganas ovarium menempati keganasan ginekologi terbanyak kedua sekaligus penyebab kematian terbanyak dengan lebih dari 70% kematian disebabkan oleh penyakit ini. Insiden terendah terdapat di Afrika dan Asia. Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian utama keempat dari penyakit keganasan dan penyebab kematian mencapai 5% dari semua kematian akibat kanker pada wanita. Sekitar 1 dari 57 perempuan di AS akan meninggal akibat penyakit ini. Hal ini disebabkan penyakit ini baru terdiagnosa pada stadium lanjut. Dan kurang dari 30% dari semua tumor ganas ovarium terdiagnosis pada stage I / II.1,2 Di Indonesia, tumor ganas ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. Pada penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (1989-1995) didapatkan kanker ovarium jenis epitel 55,98% sedangkan kanker ovarium non epitel 44,02%. Kanker ovarium epitel jenis serosum 44,44%, musinosum 19,66%, endometrioid 10,26%, clear cell 5,13% dan mixed epithelian malignant 0,85%.25 Menurut Iqbal (2002-2006) dalam penelitian di Medan menemukan 105 kasus ovarium, yaitu 84 kasus Universitas Sumatera Utara (80%) kanker ovarium jenis epitel dan 21 kasus (20%) kanker ovarium nonepitel.2,3,4 Angka kematian akibat kanker ovarium di Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 1989-1992 sebesar 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi. Pada umumnya penderita datang sudah dalam stadium III-IV (42,5%) sehingga keberhasilan pengobatan sangat rendah. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker adalah Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun (five year survival rate). Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa jumlah data penderita kanker ovarium yang dapat dianalisis sebanyak 218 orang dan diperoleh rata-rata AKH 5 tahun sebesar 41,25%. Pada stadium I (68 penderita) AKH 5 tahun sebesar 76,3%, stadium II (9 penderita) 66,6%, stadium III (105 penderita) 24.6% dan stadium IV ( 36 penderita) 8,1%.2,4,5 Pada prakteknya, diagnosa tumor ganas ovarium stadium awal sangat susah ditegakkan sebelum pembedahan dan sering terjadi pembedahan yang kurang optimal oleh ahli bedah junior atau yang kurang berpengalaman pada tempat fasilitas medis atau rumah sakit yang kurang lengkap. Adanya metode yang sensitif dan spesifik untuk diagnosis pre-operatif tumor ganas ovarium akan memberikan dasar yang rasional untuk rujukan sebelum dilakukan laparatomi diagnostik. Saat ini, kurang dari 20% kasus tumor ganas ovarium didiagnosis pada stadium I dan II dengan tingkat kelangsungan hidup lima tahun lebih dari 80%. Sedangkan sekitar 80% dari wanita dengan kanker ovarium yang didiagnosa pada stage III atau IV mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun Universitas Sumatera Utara hanya 20-30%.4 Oleh karena itu dibutuhkan penapisan (screening) yang akurat untuk menegakkan diagnosa tumor ganas ovarium. Penelitian mengenai penanda tumor CA125, USG pelvis dan pemeriksaan pelvis belum menghasilkan sensitivitas dan spesifisitas yang memadai untuk digunakan sebagai skrining pada wanita normal tanpa faktor risiko.1,6,7,8 Salah satu penanda tumor yang sering digunakan adalah CA 125. Ditemukan peningkatan serum CA 125 pada 80% pada wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut. Meskipun CA 125 sering meningkat pada tumor ganas ovarium stadium lanjut, peningkatan pada tumor ganas ovarium stadium dini ditemukan kurang dari 50%.3 Kadar serum CA125 tidak bisa dipercaya untuk membedakan tumor ovarium ganas dan jinak. Hanya 78% wanita dengan tumor ovarium ganas mempunyai kadar CA125 meningkat di atas 35 U/ml. Dan menurut Brown et al. sekitar 20% wanita dengan kanker ovarium mempunyai nilai yang negatif.2 Karsinoma ginekologi yang lain seperti pada endometrium bisa menunjukkan peningkatan serum CA125. Peningkatan serum CA125 juga dapat terjadi pada tumor ganas non ginekologi seperti kolon dan pankreas. Dan tumor yang berasal dari organ – organ selain ovarium juga bisa meningkatkan kadar CA125 jika sudah terjadi metastasis ke ovarium. Oleh karena itu fungsi test CA125 kurang mempunyai nilai untuk diagnosa banding berbagai jenis keganasan.9 Sebuah penanda tumor baru yaitu serum HE4 (Human epididymis protein4) dikembangkan oleh Fujirebio Diagnostic Inc pada tahun 2007 untuk Universitas Sumatera Utara mendeteksi kanker ovarium terutama pada stadium awal. HE4 (Human epididymis protein-4) adalah protein yang secara overekspresi meningkat di dalam serum penderita tumor ganas ovarium.7 Fujirebio Diagnostic Inc pada tahun 2007, menyatakan bahwa tumor ganas ovarium pada stadium dini HE4 mempunyai sensitifitas 86% dengan spesifisitas 96%. Dan tumor ganas ovarium pada stadium lanjut mempunyai sensitivitas 80% dengan spesifisitas 96%.10,11 HE4 merupakan protein yang terdiri dari gugus asam dengan inti 4disulfida (whey acidic four-disulfide core/WFDC) yang diduga bersifat trypsininhibitor. Sekuens asam amino HE4 menunjukkan jumlah yang besar dari cysteinyl, yang menunjukkan keterkaitan HE4 dalam interaksi antara proteinprotein. HE4 mengandung domain dua whey acidic protein (WAP). Yang dikarakteristik oleh susunan utama 4-disulfida pada 50 asam amino, termasuk delapan cystein. Oleh karena domain protein WAP mempunyai aktivitas sebagai Protease Serine Inhibitor dan disekresi oleh sel pro-inflamasi, protein ini mempunyai peran dalam mekanisme pertahanan alami terhadap mikroorganisme. Penelitian secara in vitro dengan pengembangan WAP cDNA menunjukkan fungsi yang bervariasi, termasuk efek terhadap pertumbuhan sel dan differensiasi sel.12 HE4 merupakan satu dari beberapa protein WAP yang berlokalisasi pada kromosom manusia 20q12-13.1. Menariknya, hasil dari beberapa perbandingan assay hibridisasi genetik menunjukkan bahwa lokus 20q13 sering menunjukkan variasi kromosom pada tipe kanker, termasuk diantaranya keganasan pada rongga mulut, mammae, ovarium, kolon, pankreas, lambung dan uterus. Bahkan, Universitas Sumatera Utara lokus kromosom ini mempunyai beberapa protein WAP lain, termasuk elafin dan Secretory Leucocyte Proteinase Inhibitor (SLPI), yang telah diidentifikasi sebagai pananda tumor untuk beberapa keganasan. HE4 diover-ekspresikan 93% pada jenis sel serous, 100% pada epithelial endometrioid kanker ovarium, dan 50% dari clear cell (bukan musinosum) kanker ovarium. Walaupun demikian, penelitian tentang HE4 terus dikembangkan sebagai penanda tumor untuk tumor ganas ovarium agar dapat menjadi penanda tumor yang akurat dan prediktif.12,13,14 1.2. RUMUSAN MASALAH Tumor ovarium ganas sering salah dalam penanganan oleh karena kurangnya skrining diagnosa tumor ovarium yang baik, sehingga perlu mengupayakan teknik diagnostik yang akurat dan prediktif dalam mendiagnosis tumor ovarium ganas agar tercapai prognosis yang lebih baik. Saat ini sudah ada beberapa penanda tumor yang digunakan yang terus dikembangkan untuk mencapai sensitifitas dan spesisitas yang baik. Lebih dari dua dekade penanda tumor CA125 telah digunakan sebagai penanda biokimiawi kanker ovarium. Namun sensitivitas dan spesifisitasnya dari berbagai penelitian belum optimal untuk mendeteksi tumor maupun kanker ovarium. Suatu penanda tumor yang terakhir ditemukan adalah HE-4 yang telah diteliti lebih sensitif dan spesifik untuk mendeteksi tumor ovarium jenis epitelial bahkan pada stadium awal. Belum ada penelitian di institusi pendidikan Departemen Obstetri dan Ginekolagi FK-USU untuk membandingkan sensitifitas dan spesifitas penanda tumor CA-125 dan HE-4 untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas, maka peneliti Universitas Sumatera Utara merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana perbandingan sensitifitas dan spesifitas serum HE4 dan antigen kanker CA-125 sebagai penanda tumor prognostik untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU-RSUP. H. Adam Malik. 1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas serum HE4 dan antigen kanker CA-125 sebagai penanda tumor dalam membedakan tumor ovarium jinak dan ganas di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU-RSUP. H. Adam Malik. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menentukan cut off value dari Kadar HE4 sebagai penanda tumor prognostik pada tumor ovarium jinak dan ganas 2. Menentukan cut off value dari Kadar CA-125 sebagai penanda tumor prognostik pada tumor ovarium jinak dan ganas 3. Menilai sensitivitas dan spesifisitas kadar HE4 dan CA125 sebagai penanda tumor pada tumor ovarium jinak dan ganas Universitas Sumatera Utara 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat bagi praktisi 1. Hasil penelitian ini dapat membantu peneliti dalam menegakkan diagnosa tumor jinak dan ganas ovarium. 2. Hasil Penelitian ini dapat segera mendeteksi tumor ataupun kanker ovarium stadium awal dengan penanda tumor CA-125, HE-4. 1.4.2. Manfaat di bidang pelayanan kesehatan 1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh metode penapisan yang tepat untuk membedakan tumor ovarium jinak dan tumor ovarium ganas sebelum pembedahan. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan HE4 dan CA 125 dapat digunakan sebagai penanda tumor prognostik yang sensitif pada pasien penderita tumor ovarium ganas. 3. Dari penelitian ini, penanda tumor HE4 dan CA 125 dapat dijadikan sebagai pemeriksaan penanda tumor rutin pada tumor ovarium jinak dan ganas, sehingga membantu untuk mendiagnosis tumor ovarium ganas pada stadium awal, sehingga tercapai prognosis yang lebih baik. 1.4.3. Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 1.4.4. Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan mengenai tumor ganas ovarium, serta harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan penanganan secara dini dari tumor ganas ovarium dengan angka harapan hidup yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara