Senin, 14 Agustus 2017 INGATLAH YANG KRISTUS LAKUKAN

advertisement
A CHURCH WHERE CARE, TEACHING, AND MISSION MEET TOGETHER
Susunan Liturgi Ibadah Minggu
Panggilan Beribadah
Votum
Bacaan Bertanggapan
Pujian Pengakuan Dosa
Doa Pengakuan Dosa Secara
Pribadi
Doa Pengakuan Dosa
Berita Anugerah
Petunjuk Hidup baru
Pujian “Salam Damai” / “Shalom
shalom”
Pujian Syukur 1
Pujian Syukur 2
Pengakuan Iman
Pujian
Doa Firman Tuhan
Khotbah
Persembahan
Doa Persembahan & Doa Syafaat
Pengumuman & Seri Pembinaan
Doxology /
“Kami memuji Kebesaran-Mu”
Doa berkat
Amin / “Thank You Lord”
Theme Song “Jesus At The Center“
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Jemaat
Liturgos
Liturgos
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Liturgos & Jemaat
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Liturgos & Jemaat
Petugas Doa
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Pengkhotbah
Pengkhotbah
2
Hamba Tuhan REC
GEMBALA SIDANG SENIOR
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
Telp : 0815 5055 985
Email: [email protected]
GEMBALA LOKAL NGINDEN
Ev. Yohanes Dodik Iswanto, M.A.
Telp. 081-233780070
Email: [email protected]
GEMBALA LOKAL ESTE SQUARE
Pdt. Reyco Wattimury, S.Th.
Telp.081-331515954
Email: [email protected]
GEMBALA LOKAL POS PI BATAM
Ev. Samuel Sambudjo Budiman, M.K.
Telp. 081-931003006
Email: [email protected] /
[email protected]
GEMBALA LOKAL DARMO
Pdt. Novida Lassa, M.Th.
Telp. 081-13321904
Email: [email protected]
3
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ
KASIH YANG MENDISIPLIN
(Ibrani 12:4-11)| Mimbar REC | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
M
enjadi orang Kristen sejati tidaklah mudah. Berbagai persoalan
dan tantangan terus berdatangan. Tidak jarang keputusasaan pun
menghadang. Wajar jika di tengah keadaan seperti ini, sebagian orang
mengalami kebimbingan. Benarkah Allah menyayangi kita? Mengapa Dia
membiarkan kita tenggelam dalam penderitaan?
Khotbah hari ini merupakan jawaban terhadap pergumulan di atas.
Penderitaan bukan hanya tidak menggagalkan kasih Allah kepada kita,
sebaliknya hal itu justru menjadi bukti dari kasih tersebut. Allah mengasihi
kita di dalam dan melalui penderitaan.
Bagaimana bisa? Inti jawabannya terletak pada satu kata: disiplin ilahi.
Marilah kita mempelajari kebenaran ini dari Ibrani 12:4-11.
4
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ Jikalau kita sedang berada
dalam
penderitaan,
keadaan itu tidak jauh berbeda
dengan yang dialami oleh penerima
surat. Sejak mereka menjadi orang
Kristen,
penganiayaan
sudah
mereka terima (10:32-34). Mereka
dipenjarakan.
Harta
mereka
dirampas.
Dari teks khotbah hari ini pun
kita bisa menemukan persoalan
yang sama. Sebagian dari mereka
menghadapi
penganiayaan,
walaupun tidak sampai dibunuh
karena iman mereka (12:4). Mereka
mulai lemah dan putus asa (12:3,
12-13).
Penulis surat Ibrani memandang
situasi ini sebagai bentuk disiplin
ilahi. Akar kata paidei- atau
paideu (lit. “disiplin”; bdk. istilah
“pedagogy”) muncul berkali-kali
dalam bagian ini (2:5, 6, 7, 8, 9,
10, 11).Pemunculan ini sekaligus
menunjukkaninti dari ayat 4-11:
penderitaan adalah disiplin dari
Tuhan.
Mereka juga harus berhadapan
dengan ajaran sesat. Beberapa orang
dari kalangan Yahudi mencoba
menarik mereka ke Yudaisme
dengan cara mempertanyakan dan
menentang ajaran-ajaran dasar
tentang Yesus Kristus. Bagaimana
Dia bisa disebut sebagai imam
padahal Dia bukan berasal dari
keturunan Harun atau Lewi (pasal
5, 7)? Apakah Dia benar-benar lebih Apa arti “disiplin” di sini? Sesuai
besar daripada Musa (pasal 3, 7-12)? dengan makna paideia(“disiplin”)
atau
paideuō(“mendisiplin”)
Tidak semua orang dapat bertahan dalam Alkitab dan pertimbangan
dalam situasi demikian. Beberapa konteks Ibrani 12:4-11,penulis surat
sudah meninggalkan persekutuan tampaknya memikirkan disiplin
(10:25). Beberapa perlu diberi dalam rumah (12:5-9 “anak – ayah”)
teguran dan peringatanyang sangat maupun dalam persiapanatletik
tajam, karena bahaya kemurtadan (12:11, gegymnasmenois “mereka
terlihat begitu nyata (misalnya 4:12; yang telah dilatih”; bdk. istilah
“gymantic”).Jika demikian, kita
10:29, 35-36).
tidak perlu membatasi disiplin
5
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ dalam konteks ini sebagai
hukuman. Disiplin bisa
mencakup tiga aspek: hukuman
(punitive), pencegahan (preventive),
dan pengajaran (educative). Sesuai
konteks yang ada, aspek terakhir
ini terlihat mendapat sorotan yang
dominan.
hal yang positif. Kesengsaraan
tidak seharusnya mengaburkan
kasih Allah. Sebaliknya, kesusahan
sebagai salah satu bentuk disiplin
ilahi membuktikan dua hal yang
indah: kasih Allah kepada kita dan
status kita sebagai anak-anak Allah
(ayat 5-8). Dua-duanya merupakan
hal yang luar biasa bagi kita.
Apa yang sedang dibuktikanoleh Allah melalui disiplin ilahi Kasih Allah kepada kita.Sama seperti
seorang anak yang seringkali salah
(ayat 5-8)?
Dalam sebagian kasus, penderitaan
yang dialami sebagian orang
telah melemahkan iman mereka.
Beragam pertanyaan menggelayut
dalam pikiran mereka. Jika Allah
mengasihi aku, mengapa Dia
membiarkan semua ini terjadi?
Mengapa sesudah menjadi orang
Kristen hidupku justru lebih sering
mengalami kesengsaraan? Mengapa
Allah terlihat begitu jauh dan
tidak peduli? Deretan pertanyaan
semacam ini tentu saja masih dapat
diperpanjang.
memahami maksud baikdari orang
tuanya, demikian pula kita dengan
Tuhan. Kerap kali kita mengeluh
pada saat Tuhan meletakkan kita
pada situasi yang serba terbatas dan
tidak menyenangkan, apalagi pada
saat Dia menghukum kita. Kita
gagal melihat alasan dan tujuan di
balik hukuman itu.
Sikap ini jelas keliru. Wahyu 3:19
berkata: “Barangsiapa Kukasihi,
ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu
relakanlah hatimu dan bertobatlah!”
Di tengah hukuman yang sedang
menimpa bangsa Yehuda, yaitu
Di mata penulis Surat Ibrani, kehancuran bait Allah dan Yerusalem
penderitaan yang dihadapi oleh serta pembuangan ke Babel, Yeremia
orang-orang Kristen merupakan masih bisa memandang pada kasih
setia dan kemurahan TUHAN yang
6
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ selalu baru tiap pagi (Rat dianggap sebagai anak.
3:21-23).
Inti yang ingin ditegaskan adalah
Mendisiplin anak, baik dalam “disiplin sebagai sebuah keniscayaan
konteks hukuman, pencegahan, dan kebutuhan”.Alkitab berkali-kali
maupun
pendidikan,
adalah memerintahkan orang tua untuk
tanda kasih. Ada tujuan positif di tidak segan-segan mendisiplin
balik semuanya itu. Sebaliknya, anak-anak mereka. Amsal 19:18
memanjakan anak adalah kasih “Hajarlah anakmu selama ada
yang semu dan keliru. Hanya ada harapan, tetapi jangan engkau
kehancuran yang akan menyertainya. menginginkan kematiannya”. Amsal
Disiplin menguatkan, pemanjaan 22:15 “Kebodohan melekat pada
melemahkan.
hati orang muda, tetapi tongkat
didikan akan mengusir itu dari
Status kita sebagai anak-anak Allah. padanya”. Amsal 23:13-14 “Jangan
Poin ini ditekan berulang-ulang: “Ia menolak didikan dari anakmu
menyesah orang yang diakui-Nya ia tidak akan mati kalau engkau
sebagai anak” (ayat 6b), “Jika kamu memukulnya dengan rotan. Engkau
harus menanggung ganjaran; Allah memukulnya dengan rotan, tetapi
memperlakukan kamu seperti anak” engkau menyelamatkan nyawanya
(ayat 7a), “Di manakah terdapat dari dunia orang mati”. Begitulah
anak yang tidak dihajar oleh yang Allah perbuat pada kita sebagai
ayahnya?” (ayat 7b). Bahkan penulis anak-anak-Nya.
Surat Ibrani juga menambahkan: “Tetapi, jikalau kamu bebas dari Apakah hasil disiplin ilahi (ayat
ganjaran, yang harus diderita setiap 9-11)?
orang, maka kamu bukanlah anak,
tetapi anak-anak gampang” (ayat Disiplin bukanlah pengekangan,
8).Seorang anak mungkin merasa apalagi
kekejaman.
Allah
tidak nyaman apabila sedang melakukan semua itu demi
menerima disiplin. Namun, lebih kebaikan
kita.
Pengalaman
tidak nyaman lagi jikalau dia tidak sehari-hari mengajarkan hal ini
7
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ kepada kita (ayat 10).
Seorang ayah mendidik
Disiplin bukanlah
anaknya menurut apa yang dia
pengekangan, apalagi
pandang baik. Ini dilakukan untuk
sementara waktu. Lebih-lebih Bapa kekejaman. Allah melakukan
surgawi kita. Dia terus-menerus
semua itu demi kebaikan
mendisiplin kita (bukan hanya
sementara). Disiplin ini bukan
kita.
hanya berdasarkan apa yang Dia
pandang baik, melainkan juga apa
yang mendatangkan kebaikan bagi kita.
Apa saja kebaikan yang Tuhan pikirkan pada saat Dia mendidik kita?
Pertama, kehidupan (ayat 9).Hidup yang dipikirkan di sini adalah
secara rohani; kelimpahan di dalam Tuhan. Hal ini disiratkan melalui
perbandingan antara “ayah di bumi” (LAI:TB “ayah yang sebenarnya”)
dan “Bapa segala roh”. Bukan hanya “ayah di bumi” versus “Bapa di surga”.
Kita juga perlu menggarisbawahi bahwa kehidupan di sini bukanlah
kehidupan kekal.Keselamatan bukan hasil ketaatan kita. Itu sepenuhnya
anugerah dari Allah di dalam Kristus Yesus (Ef 2:8-9). Yang disorot di
Ibrani 12:9 adalah kualitas kehidupan kekal. Disiplin hanya menambahkan
kenikmatan hidup di dalam Kristus dengan segala kelimpahannya secara
rohani. Dua poin selanjutnya akan memperjelas hal ini.
Kedua, kekudusan (ayat 10). Kekudusan di sini mengarah pada kekudusan
secara progresif (terus-menerus). Ini tentang proses menuju keserupaan
dengan Allah atau Kristus (Rm 8:29; 2 Kor 3:18; Kol 3:10).Selama proses
ini, penderitaan seringkali menjadi alat yang efektif (Rm 5:3-4; Yak 1:2-4).
Iman kita diuji. Karakter kita dibentuk. Kesombongan kita ditaklukkan.
Motivasi kita dimurnikan. Tujuan hidup kita dibelokkan menuju
kemuliaan-Nya.
Banyak contoh Alkitab untuk kebenaran ini. Ayub semakin mengenal
8
e
Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G
MAGZ Allah dengan dimensi yang baru sesudah menjalani pergumulan
yang berat dengan Dia (Ay 42:1-6). Paulus belajar untuk rendah
hati, menyadari kasih karunia Allah, dan mengalami kekuatan-Nya yang
sempurna melalui duri dalam daging (2 Kor 12:7-10). Bahkan Yesus Kristus
sebagai Anak Allah pun belajar untuk taat dalam segala kesusahan yang
Dia alami (Ibr 2:7-9).
Ketiga, kedamaian (ayat 11). Ungkapan “buah kebenaran yang
memberikan damai” (LAI:TB) secara hurufiah berarti “buah yang damai
dari kebenaran”.Penekanan terletak pada kedamaian sebagai hasilnya.
Kedamaian dalam hal ini sinonim dengan sukacita (bdk. ayat 11a “Memang
tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita,
tetapi dukacita”).Siapa saja yang berada di dalam kebenaran pasti akan
mengalami kedamaian atau sukacita.
Buah ini akan dirasakan di tingkat akhir. Bentuk perfek “dilatih”
menyiratkan tindakan yang sudah dimulai di masa lalu, dan akibatnya
masih ada di masa kemudian. Ini merupakan sebuah proses. Kedamaian
tidak akan muncul di awal. Sukacita harus menunggu sekian lama. Yang
penting adalah titik akhir. Akar semua disiplin memang pahit, tetapi
semua buahnya pasti manis.
Nasihat ini perlu dicamkan dengan seksama. Penulis Surat Ibrani tidak
menjanjikan bahwa kedamaian dan sukacita akan muncul pada saat
situasi penerima surat diubahkan oleh Tuhan. Situasi mungkin tetap sama.
Yang berbeda adalah orangnya. Dengan terus-menerus berjalan di dalam
kebenaran, seseorang pasti akan menerima sukacita dan kedamaian yang
melampaui segala akal. Soli Deo Gloria.
9
e
MAGZ
Po ko k Do a Syafaat | #T E AC H I N G
POKOK DOA SYAFAAT
1. Berdoa untuk KTB pemuda yang sudah dimulai dan KTB
yg akan dimulai kiranya Tuhan yg memimpin setiap jemaat
sehingga, jemaat dapat ambil bagian dalam KTB, hamba
Tuhan yg akan mendampingi kiranya diberi hikmat sehingga
jemaat dan Hamba Tuhan bertumbuh bersama.
2. Doakan untuk M2 kiranya M2 semakin efektif menjadi
berkat bagi banyak keluarga dan keluarga yang terberkati
semakin memberi dampak bagi banyak keluarga lain.
3. Berdoa untuk CPC kiranya memberkati banyak kaum
profesional sehingga kaum profesional semakin memuliakan
Tuhan dan menjad berkat bagi banyak orang.
10
e
MAGZ
K atek ism us Wes t m i n s t e r | #T E AC H I N G
KATEKISMUS WESTMINSTER
Pertanyaan 128:
Apa yang dituntut dari para atasan dalam hubungan mereka dengan
para bawahannya?
Jawaban :
Yang dituntut dari para atasan, sesuai dengan kuasa yang telah mereka
terima dari Allah dan hubungan mereka dengan bawahannya,
ialah agar mereka mengasihi para bawahannya, mendoakan, dan
memberkati mereka; mengajar mereka, memberi nasihat kepadanya
dan memperingatkan mereka, seraya menyatakan kesenangannya
dan memberi pujian serta ganjaran kepada mereka yang berbuat baik;
sebaliknya menyatakan ketidaksenangannya, dan menyampaikan
teguran serta hukuman kepada mereka yang perbuatannya buruk.
Mereka wajib melindungi para bawahannya, dan memperlengkapi
mereka dengan segala hal yang termasuk kebutuhan jiwa dan raga.
Lagi pula, mereka wajib memuliakan Allah dan menyediakan hormat
bagi dirinya melalui kelakuan yang penuh wibawa, bijaksana, suci
dan yang patut diteladani, sehingga mereka mempertahankan
wewenang yang telah Allah limpahkan kepada mereka.
a. Kol 3:19; Tit 2:4. b. 1Sa 12:23; Ayu 1:5. c. 1Ra 8:55-56; Ibr 7:7; Kej
49:28. d. Ula 6:6-7. e. Efe 6:4. f. 1Pe 3:7. g. 1Pe 2:14; Rom 13:3. h. Est
6:3. i. Rom 13:3- 4. j. Ams 29:15; 1Pe 2:14. k. Ayu 29:12-17; Yes 1:10,
17. l. Efe 6:4. m. 1Ti 5:8. n. 1Ti 4:12; Tit 2:3-5. o. 1Ra 3:28. p. Tit 2:15.
11
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ
TEROBOSAN MENJADI ORANGTUA
Ajaklah Anak Anda Menelusuri Jalan Kenangan
PERJALANAN
erjalanan mempunyai arti bagi
keluarga Maxwell. Sejak awal
pernikahan, saya dan Margaret
memutuskan bahwa ia harus
dilibatkan dalam perjalananperjalanan menyenangkan yang
akan saya lakukan. Saya harus
menjadi sahabatnya dalam hidup
ini, bukan sekadar ahli dongeng.
Oleh karenanya, kami banyak
menikmati perjalanan yang
mengasyikan – sebagai pasangan
P
dan sebagai keluarga.
Semasa saya dibesarkan, keluarga
saya juga banyak bepergian.
Dan ke mana pun kami pergi
atau seberapa pun jauhnya
perjalanan kami, setiap jam 3
siang Ayah selalu menghentikan
kendaraannya
di
sebuah
penginapan yang berfasilitas
kolam renang sehingga kami bisa
bermain-main di air sebelum
makan malam.
12
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ Menyusuri Jalan Bisa bahwa ia sudah pernah ke situ.
Mengubah Hidup Anda
Tidak semua perjalanan kami
berupa liburan. Kadangkala Ayah
mengajak kami bepergian dalam
bentuk lain yang juga berdampak
baik dan menimbulkan kenangan
sendiri.
Salah seorang perawat mengajak
kami berkeliling dan kami
mengikutinya dari ruang ke
ruang.
Saya ingat ketika saya dan Larry
satu pagi di hari Sabtu diajak
ayah bermobil ke Hillsborough,
Ohio. Ia berkata bahwa kami akan
menjenguk beberapa orang anak
di suatu rumah tertentu. Kami
tidak tahu pasti apa maksudnya,
namun saya senang untuk ikut.
Saya selalu suka bertemu dan
bermain dengan anak-anak yang
baru dikenal.
Tempat tersebut dipadati dengan
anak-anak dari berbagai usia,
besar dan kecil. Namun saya
langsung mengerti bahwa mereka
masing-masing
bermasalah.
Sejumlah anak tidak mempunyai
tangan atau kaki. Beberapa anak
yang lain cacat mental. Banyak
suku kata dalam ucapan mereka
yang tertelan dan suaranya
terdengar seperti suara bayi,
meskipun usia mereka lebih tua
dari saya. Saya berusaha keras
untuk tidak menatap mereka.
Ketika kami memasuki sebuah
bangunan besar dan bernuansa
sebuah lembaga, saya sadar bahwa
bayangan saya tentang sebuah
rumah tidak cocok untuk tempat
itu. Kami mencatatkan nama kami
pada petugas di depan dan cara
Ayah berbicara mengesankan
Ayah berbicara santai dengan
anak-anak itu. Lalu ia meminta
saya dan Larry untuk mendatangi
serta bermain dengan mereka.
Kami berdua bermain kelereng
dengan seorang anak yang hanya
mempunyai ibu jari dan jari
telunjuk di setiap tangannya.
13
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ Begitu kami tidak lagi menghiraukan tangannya yang tidak
berjari itu, kami mulai memperlakukannya sebagai anak
normal. Khususnya setelah ia mengalahkan kami. Dalam perjalanan
pulang, Ayah berkata betapa beruntungnya kami dan betapa
banyaknya berkat yang sudah Allah limpahkan kepada kami. Jauh
di lubuk hati, kami membenarkan ucapan Ayah.
Pada suatu kesempatan, ketika saya berusia 11 atau 12 tahun, Ayah
mengajak saya ke Lowery Lane di Circleville. Ini merupakan daerah
paling miskin di kota tersebut. Kami bermobil di atas jalanan yang
bersalju. Setibanya di sana Ayah mengajak kami keluar dari mobil
untuk berjalan keliling. Rumah-rumah di sana kecil dan terkesan
kuno. Saya melihat sebuah rumah yang jendelanya sudah rusak dan
diganti dengan sepotong papan – tidak banyak menolong dalam
melawan terpaan angin yang ganas. Sejumlah orang berpakaian
compang-camping berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Saya masih ingat seorang pria melintas di depan kami yang tidak
mengenakan apa-apa di luar bajunya, padahal suhu waktu itu sekitar
minus 20 derajat Celcius. Sebuah saputangan meililit di lehernya
untuk menangkal hawa dingin.
Perjalanan ke Lowery Lane itu menjadi kenangan tersendiri selama
bertahun-tahun. Secara khusus hati saya tersentuh, sesuatu yang
tidak bisa digantikan oleh 100 buah khotbah yang mengesankan
sekalipun. Bertahun-tahun kemudian, ketika masih kuliah di
Circleville Bible College, saya dan beberapa orang teman kerapkali
mengunjungi Lowery Lane untuk berkhotbah sambil mengharapkan
bahwa Yesus akan menjamah jiwa-jiwa yang terhilang dengan cara
yang tidak dilakukan oleh dunia.
14
e
Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E
MAGZ Perjalanan yang Mengubah
Semasa Trish duduk di sekolah menengah pertama, secara
khusus Ayah mengajaknya ke suatu perjalanan yang mempengaruhi
sisa hidupnya. Beberapa tahun sebelum perjalanan itu, Trish
mengambil keputusan untuk menjadi perawat. Oleh karena itu
ketika Ayah bermaksud menjenguk Nancy Graham, seorang sahabat
keluarga yang tengah terbaring sekarat di rumah sakit karena
leukemia, ia membawa Trish.
Ayah sedikit cemas memikirkan bagaimana nantinya sikap Trish di
sana. Saat itu, kondisi Nancy sedang buruk sekali. Berat badannya
merosot banyak, kurus, ceking, dan rambutnya memutih. Tetapi
Ayah tetap memperkenalkan Trish, dan adik saya ini langsung
mendekati Nancy, memegang tangannya, menyapa seakan-akan ia
telah merawat orang sepanjang hidupnya. Ayah melihat bahwa Trish
berbelas kasihan pada Nancy, dan saat itu juga Ayah tahu bahwa
Trish sungguh-sungguh terpanggil untuk terjun dalam pelayanan
paramedis. Selanjutnya Ayah dan Ibu hanya bisa memberikan
dorongan semangat agar ia mengejar impiannya.
Mungkin Anda belum pernah berpikir untuk mengajak anak-anak
Anda melakukan perjalanan singkat dalam kota. Kalau belum
pernah, pikirkanlah perjalanan seperti apa yang akan bermanfaat
bagi mereka. Lalu carilah kesempatan. Perjalanan menyusuri jalan
di dalam kota dapat mengubah hidup anak-anak Anda.
Cuplikan-cuplikan Terobosan No. 8:
Breakthrough Parenting – John C. Maxwell
bersambung …
15
e
Ap ak ah keter tar i k an s e car a f i s i k s e h at d al am relasi ? | #Q and A
MAGZ
Apakah Ketertarikan Secara Fisik Sehat
Dalam Sebuah Relasi?
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
S
ewaktu saya masih menjadi mahasiswa theologi strata satu (S1), saya dan teman-teman pria sempat mendiskusikan sebuah
pertanyaan yang mungkin terdengar konyol, tetapi menarik. Bagi
sebagian orang, pertanyaan ini bahkan sangat relevan. Kami semua
diberi dua opsi dalam hal pemilihan jodoh: perempuan yang sangat
rohani tetapi berwajah jelek dan penampilan fisik tidak menarik
atau perempuan yang sangat cantik dan seksi tetapi tidak rohani.
Hampir semua menjatuhkan pilihan pada perempuan yang kedua.
Alasannya? Tidak rohani bisa diubah melalui KKR, Bible Study, dan
ibadah. Wajah jelek bersifat mutlak dan permanen.
Tentu saja jawaban di atas bersifat tidak serius. Ada banyak kekeliruan
di dalamnya. Cara berpikirnya pun sangat konyol.
16
e
Ap ak ah keter tar i k an s e car a f i s i k s e h at d al am relasi ? | #Q and A
MAGZ Walaupun demikian, pertanyaan seputar wajah dan tubuh
seseorang dalam kaitan dengan pacaran atau pernikahan
tetap menjadi isu yang pantas dipikirkan secara matang. Benarkah
pertimbangan secara fisik sama sekali tidak penting? Sejauh mana hal
itu layak untuk dipikirkan? Bagaimana pandangan Alkitab tentang
hal tersebut?
Sebelum memberikan tanggapan secara khusus terhadap persoalan
ini, saya ingin menegaskan bahwa Alkitab tidak pernah mengecam
keindahan dan kecantikan/kegantengan.Beberapa isteri dari para
patriakh tergolong cantik, misalnya Sara (Kej 12:11, 14), Ribka (Kej
24:16), dan Rahel (Kej 29:17). Salomo bahkan memuji-muji isterinya,
dan ungkapan ini dipergunakan untuk menggambarkankemesraan
Allah dengan umat-Nya (Kid 1:15; 4:1, 7).
Poin ini selaras dengan ajaran Alkitab tentang tubuh. Berbeda
dengan para filsuf Yunani yang menganggap remeh tubuh, para rasul
menempatkan tubuh pada posisi yang cukup tinggi. Kristus Yesus
menebus tubuh kita (1 Kor 6:19-20). Persembahan yang berkenan
kepada Allah adalah tubuh kita (Rm 12:1). Yang perlu dipelihara
sampai kedatangan Tuhan Yesus bukan hanya roh atau jiwa, melainkan
tubuh (1 Tes 5:23). Jadi, konsep apapun yang merendahkan tubuh
manusia adalah keliru.
Apakah keterangan secara umum di atas dapat menjadi
pembenaran untuk melihat penampilan fisik seseorang sebagai
salah satu pertimbangan dalam pacaran atau pernikahan?
Pertama-tama kita perlu mengetahui bahwa Alkitab menitikberatkan
pada kecantikan di dalam (inner beauty) daripada kecantikan di
luar. Karakter lebih dipertimbangkan daripada penampilan. Rasul
17
e
Ap ak ah keter tar i k an s e car a f i s i k s e h at d al am relasi ? | #Q and A
MAGZ Petrus melarang para perempuan untuk berdandan seperti
dunia. Sebaliknya, mereka dinasihat untuk menunjukkan
“perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah
lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Pet
5:3-4). Amsal 31:30 mengajarkan: “Kemolekan adalah bohong dan
kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN
dipuji-puji”.
Mereka yang sudah menikah, apalagi yang pernikahan sudah berusia
beberapa dekade, dengan cepat akan mengamini kebenaran di atas.
Ketertarikan secara fisik biasanya hanya terlihat dominan selama
masa berpacaran. Ada kebanggaan jika memiliki pasangan yang
berparas baik atau bertubuh seksi. Begitu memasuki pernikahan,
banyak orang akan sadar bahwa penampilan fisik bukanlah segalagalanya. Apalah artinya hidup serumah dengan perempuan cantik
yang cerewet dan pemarah? Apalah artinya hidup bersama dengan
seorang pria ganteng yang sangat egois dan kasar?
Hal lain yang perlu diketahui adalah kesementaraan keindahan
wajah dan fisik. Siapapun pasti sadar bahwa keistimewaan fisik tidak
akan ada untuk selamanya. Tidak ada seorang pun yang mampu
melawan kodrat. Semua pasti keriput. Sebagian besar bertambah
gendut. Kekuatan tubuh pun semakin merosot. Jika cinta dan gairah
diletakkan pada ketertarikan secara fisik, apa yang akan terjadi
sesudah 30-40 tahun pernikahan? Bagaimana nasib kemesraan
jika salah satu pasangan tidak lagi mampu menjaga tubuh dan
penampilannya?
Bersambung…………..
18
e
Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G
MAGZ
PENGGUNAAN PRONOMINA YANG BERSIFAT
PENEKANAN OLEH YOHANES TERHADAP YESUS
Y
ohanes menggunakan ekspresi ego eimi dalam bahasa Yunani (“Aku
adalah” atau “Akulah”; atau “I am” dalam bahasa Inggris) sebanyak
tiga puluh kali saat menuliskan pernyataan-pernyataan Yesus. Karena
signifikansi ungkapan ini terletak pada penerjemahan kata-kata Yesus ke
dalam bahasa Yunani oleh Yohanes, kita tidak bisa memasukkannya ke
dalam pembahasan kita. Tetapi ini relevan bagi pembahasan kita. Dalam
bahasa Yunani, akhiran verba beragam menurut subjeknya. Hal ini jarang
terjadi dalam bahasa Inggris [dan juga Indonesia – ed.], tetapi kata am
adalah salah satunya. Saat Anda melihat kata am, Anda tahu subjeknya
pasti I. Hal ini selalu terjadi dalam bahasa Yunani. Tetapi dalam bahasa
Yunani penggunaan subjek dalam kalimat bukan keharusan jika subjek
tersebut sebuah pronomina (kata ganti orang) seperti I atau he atau we.
19
e
Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G
MAGZ Sehingga kalimat seperti “I am the bread” cukup dikatakan
“Am the bread” dalam bahasa Yunaninya. Tetapi jika Anda
ingin memberikan penekanan tentang subjeknya, barulah Anda
menggunakan kata ganti tersebut. Yohanes melakukan hal ini sebanyak
tiga puluh kali dalam pernyataan “I am”-nya Yesus. Kita bisa mengatakan
bahwa Yohanes melakukannya untuk memberikan penekanan khusus.
Dalam versi terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani
(Septuaginta), yang sangat populer di abad pertama, saat para penerjemah
sampai kepada kata-kata untuk Allah, “mereka kelihatannya berpikr bahwa
kata-kata itu harus diterjemahkan berbeda dari kata-kata untuk manusia.”
Sehingga “mereka cenderung menggunakan bentuk penegasan dengan
kata ganti ‘I’’’ Kita biasanya melakukan hal serupa saat mengutip salah satu
dari Sepuluh Perintah. Kita akan mulai dengan kata-kata, “Thou shalt not
...” Mirip dengan itu, mereka merasa tepat untuk menggunakan kata ganti
yang bersifat penekanan saat mengutip perkataan Allah. Allah memberikan
nama diri-Nya kepada Musa dalam keluaran 3:14 (“I AM WHO I AM”),
dan inilah kata-kata yang digunakan dalam Septuaginta. Sehingga saat
Yohanes menuliskan pernyataan Yesus dengan pronomina yang bersifat
penekanan, dia sedang menggunakan “gaya bahasa yang menunjukkan
Allah. Ini merupakan salah satu cara Yohanes untuk menunjukkan bahwa
Yesus lebih dari sekadar manusia biasa. Dia menunjukkan bahwa katakata untuk Allah pantas bagi Yesus.
Bersambung……..
Sumber: Supremasi Kristus oleh Ajith Fernando
20
e
Ap a m ak sud Po h o n Pe n ge t ah u an B ai k & Jahat?|#D OYO U KNOW
MAGZ
Apakah yang dimaksud dengan
‘Pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat’?
Ev. Nike Pamela, M.A
(Lanjutan tgl 6 Agustus 2017)
opularitas pohon kehidupan
di atas sangat kontras dengan
pohon pengetahuan yang baik dan
yang jahat. Pohon ini hanya muncul
di Kejadian 2-3. Di luar kisah ini
tidak ada rujukan sama sekali.
Mitologi kuno pun tidak ada yang
menyinggung hal ini sama sekali.
P
Apa yang dimaksud dengan
pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat? Pertanyaan ini
telah menguras pemikiran para
panafsir sepanjang abad. Kesulitan
ini berkaitan dengan pemunculan
pohon ini yang hanya ada di
Kejadian 2-3 dan beragamnya arti
frase “mengetahui yang baik dan
yang jahat” dalam Alkitab. Konteks
Kejadian 2-3 sendiri dapat dipahami
21
e
Ap a m ak sud Po h o n Pe n ge t ah u an B ai k & Jahat?|#D OYO U KNOW
MAGZ dapat “dipaksakan” untuk mendukung pandangan tertentu. Dari
semua teori yang diusulkan, tiga di antaranya perlu mendapat
perhatian secara khusus.
Pandangan pertama mengaitkan pengetahuan ini adalah kesadaran
seksual. Beberapa alasan yang diyakini sebagai dukungan bagi teori ini
antara lain: (1) respon spontan manusia setelah kejatuhan ke dalam dosa
adalah kesadaran bahwa mereka telanjang (3:7); (2) kata Ibrani untuk
“mengetahui” adalah yāda‘, yang juga dipakai dalam arti “bersetubuh”
(4:1, KJV/RSV “Adam knew Eve”); (3) ketidakadaan pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat kadangkala merujuk pada ketidakadaan atau
ketidakmampuan seksual (Ul 1:39; 2 Sam 19:35); (4) dalam salah satu
mitos kuno diceritakan bahwa Enkidu berhasil memperoleh pengetahuan
dan menjadi seperti dewa setelah ia berhubungan seksual dengan pelacur
selama satu minggu; (5) latar belakang tempat dari kisah ini adalah di
taman, yang menggambarkan ide tentang kesuburan.
Teori di atas memiliki dua keberatan serius. Di 3:22 Allah mengatakan
bahwa setelah memakan buah pohon tersebut manusia mempunyai
pengetahuan seperti Allah. Seandainya pengetahuan ini berkaitan dengan
kemampuan seksual, maka hal ini jelas berkontradiksi dengan ajaran
Alkitab. Memang dalam mitologi kuno para dewa seringkali digambarkan
memiliki hubungan seksual, baik dengan dewa lain maupun manusia,
tetapi dalam Alkitab ide seperti itu sama sekali tidak diajarkan.
Di samping itu, jika pengetahuan ini memang berkaitan dengan aktivitas
seksual manusia, mengapa Allah perlu mencegahnya (2:17)? Bukankah
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan supaya mereka menjadi
satu tubuh (2:24) dan menghasilkan banyak keturunan sehingga mereka
bisa memenuhi dan menguasai bumi (1:26, 28)? Bukankah sebelumnya
manusia juga sudah sama-sama telanjang (2:25)?
22
e
Ap a m ak sud Po h o n Pe n ge t ah u an B ai k & Jahat?|#D OYO U KNOW
MAGZ
Pandangan kedua mencoba melihat pengetahuan ini sebagai
kesadaran moral. Dukungan utama bagi pandangan ini berkaitan
dengan penggunaan frase “mengetahui yang baik dan jahat” di bagian
Alkitab lain. Dari pemunculan ini terlihat bahwa frase ini seringkali
dikenakan pada anak-anak kecil (Yes 7:15-16) atau remaja yang belum
memiliki kemampuan legal dalam hal moralitas (Ul 1:39). Kitab Kejadian
sendiri memberikan dua contoh tentang hal ini dan semuanya berhubungan
dengan Laban. Ia tidak bisa mengatakan apa yang baik dan buruk (24:50)
ketika ia menyadari bahwa TUHAN telah mempertemukan hamba
Abraham dengan Ribka (24:45-49). Ia juga dilarang untuk mengatakan
“yang baik atau buruk” (KJV/NASB/RSV/NIV “jangan mengucapkan
sesuatu kepada Yakub, baik yang baik maupun yang jahat”, kontra LAI:TB
“sepatah katapun”) tentang Yakub. Dua contoh ini dipahami sebagai bukti
bahwa Laban tidak mau melakukan sesuatu yang salah (penilaian moral).
Contoh paling jelas terdapat dalam doa Salomo (1 Raj 3:9). Ia meminta
agar Tuhan memberi dia kemampuan untuk membedakan yang baik dan
yang jahat dalam konteks pengadilan perkara.
Pandangan di atas juga tidak luput dari kesalahan serius. Teori tersebut
tidak bisa menjelaskan makna “mengetahui yang baik dan jahat” dalam
ucapan Barzilai (2 Sam 19:35). Sesuai konteks yang ada, tidak mungkin
Barzilai di usia 80 tahun justru tidak bisa mengadakan pembedaan
secara moral. Kelemahan lain berkaitan dengan konteks Kejadian 2-3.
Seandainya kemampuan ini adalah kemampuan moral, mengapa Allah
mencegah sesuatu yang positif seperti ini (2:17)? Selain itu, tidak ada
bukti bahwa Adam dan Hawa sebelum kejatuhan ke dalam dosa tidak
memiliki kemampuan moral seperti ini. Berdasarkan perintah dan
larangan di 2:15-17 tersirat bahwa manusia dalam taraf tertentu sudah
mampu membedakan mana yang baik dan yang jahat secara moral.
Bersambung……...
NK_P
23
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i n an | #MISSIO N
MAGZ
INJIL DITENGAH KETIDAKADILAN & KEMISKINAN
(Lanjutan tgl 6 Agustus 2017)
eadilan bukan hanya masalah
etika, yaitu jenis tindakan
yang dituntut dari manusia
dalam suatu moral universal
– melainkan juga merupakan
amanat pengharapan. Dalam
Injil ada deklarasi tentang
situasi yang akan datang, hal itu
merupakan peringatan tentang
situasi di mana semakin lama
manusia akan semakin sinis dan
K
tidak peduli satu dengan yang
lainnya dan bahwa penderitaan
dan keterasingan bukanlah
menjadi urusan mereka dan
bukan menjadi akhir dari alam
semesta. Injil memproklamasikan
tentang suatu penghakiman yang
merupakan vonis terakhir dari
keadilan mutlak terhadap segala
korupsi dan kekejaman manusia.
Kadang-kadang “suara kenabian”
hanya didengar sebagai kecaman.
24
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N
MAGZ Namun maklumat keadilan juga merupakan anugerah,
sebab para nabi selalu memberikan baik suatu peringatan
tentang bencana atau hukuman yang akan terjadi kalau umat tidak
berubah, hal ini merupakan teguran dan kasih Allah supaya mereka
mau mengambil kesempatan untuk bertobat dan berbalik kepada
Allah dan menerima kasih karunia untuk melakukan kehendakNya.
Allah berpihak kepada kaum miskin berarti, memiliki beberapa
arti, pertama bahwa penindasan dan perampasan hak bukanah
sifat Allah. Penderitaan kaum miskin bukan selalu merupakan
hukuman Allah atas mereka. Allah tidak menentang kaum miskin,
tetapi mengasihi dan peduli pada mereka. Yang kedua, perbedaan
kekayaan yang besar bukan bagian dari tatanan alam. Allah tidak
menetapkan suatu situasi ketidakseragaman seperti seorang tiran
dari jauh. Allah ada di atas kaum miskin. Yang ketiga, rahmat Allah
dinyatakan di dalam keikutsertaan-Nya dalam penderitaan kaum
miskin, dengan memberikan dorongan, keteguhan dan ketabahan
serta tidak berdiam diri atas ketidakadilan.
Di Alkitab kita melihat bagaimana, Allah selalu memahami kondisi
orang miskin dalam menetapkan hukum-hukum-Nya, untuk
mencegah orang miskin ditolak oleh banyak pihak. Dikemukakan
bahwa Allah memihak mereka yang tertindas, berarti Allah tahu apa
yang harus dilakukannya dan Ia juga adalah Hakim yang adil bagi
semua orang. Orang-orang miskin tak terhindarkan selalu menjadi
korban ketidakadilan dari keadaan mereka, tanpa sedikitpun pihak
lain mau bertanggung jawab atas apa yang dialami oleh kaum
miskin. Konsekuensi dari situasi ini adalah timbulnya romantisme
kaum miskin, seakan-akan mereka adalah orang yang diampuni
25
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N
MAGZ dosanya karena penderitaan mereka. Selain itu, penyebab
kemiskinan selalu akibat dari struktur dan tindakan
eksternal yang tak terkendali dari masyarakat tertentu kepada
mereka sehingga mereka dikondisikan untuk tidak dapat berdaya,
jadi tidak heran kalau mereka akan menjadi mainan dari keadaan
atau para penguasa. Itu berarti menjadikan mereka terdehumanisasi.
Kalau terjadi sebaliknya, kita percaya bahwa seandainya keadaannya
tepat, kaum miskin akan bertindak tanpa mementingkan diri sendiri
demi kepentingan umum. Penting bagi kita untuk memperhatikan
dan bertanggung jawab atas situasi mereka, dengan memperlakukan
setiap orang miskin dan orang yang tidak mengalami ketidakadilan
seperti Allah telah lakukan, yaitu berpihak pada mereka yang
tertindas dan menjadi teladan bagi mereka agar mereka melihat
kebenaran Injil dalam hidup kita.
Pilihan yang mendahulukan kepentingan kaum miskin dan yang
mengalami ketidak adilan agar dapat memperoleh makna yang
layak harus berakar pada visi Alkitab tentang Allah. Kita dapat mulai
dengan hukum-hukum tentang para janda, yaitm piatu dan imigran
(Kel 22:21—4; 23:9; Im 19:33; Ul 27:19). Untuk alasan yang berbedabeda, masing-masing kelompok ini di dalam komunitas. Oleh sebab
itu Allah menuntut seluruh komunitas untuk bertanggung jawab
atas mereka karena posisi rentan yang dimiliki mereka (Ul 10:1819).
Dalam pengajaran Yesus, kita melihat siapa-siapa saja yang disebutNya berbahagia. Mereka adalah orang-orang yang menghibur orang
yang berduka, orang-orang yang memperlihatkan belas kasih, yang
bekerja demi syalom, yang mebuka rumahnya bagi orang lain tanpa
memikirkan pahala (Mat 5:4-9; Lu. 6-30-6). Orang miskin itu sendiri
26
e
I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N
MAGZ berbahagia sebab di dalam kedatangan Kerajaan Allah
aka nada cukup tempat bagi mereka semua (Luk. 6:201). Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati,
Yesus menegaskan bahwa orang Samaria itu benar-benar bertindak
sebagaimana Allah bertindak, mengurus korban dari serangan yang
tak beralasan dan tidak diprovokasi(Maz. 146:7-9; 68: 6-7).
Bersambung……...
27
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
RENUNGAN HARIAN
Senin, 14 Agustus 2017
INGATLAH YANG KRISTUS LAKUKAN
(BACAAN: KOLOSE 1:12-14)
Seorang ibu mengalami depresi untuk alasan yang sulit dipahami. Dia
memiliki tiga orang anak yang cukup baik, sangat mengasihi mamanya,
namun sayang kehidupan tiga anaknya tidak semuanya berjalan sesuai apa
yang dimimpikan mamanya. Di tengah-tengah kebaikanpun, ibu ini bisa
dengan mudahnya menemukan alasan untuk depresi. Kebanyakan orang
hanya mampu bersukacita dan bersyukur hanya ketika hidupnya sempurna
sesuai dengan impiannya. Mari kita belajar dari Paulus bagaimana dapat
tetap bersukacita di tengah kehidupan yang tidak ideal.
Di dalam teks kita, tulisan Paulus penuh dengan ucapan syukur dan
sukacita, padahal Paulus sedang berada di dalam penjara. Bagi Paulus
penjara tidak dapat merebut sukacitanya, sebab apa yang telah Kristus
lakukan untuknya dan juga jemaat Kolose terlalu besar untuk dapat
memadamkan dukacita sebab dipenjarakan. Paulus mengucap syukur dan
bersukacita ketika mengingat bahwa Kristus telah melepaskan dirinya dan
juga jemaat Tuhan dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam
kerajaan-Nya. Tidak ada kabar yang lebih baik dari kabar ini. Ini berbicara
tentang realita rohani yang dampaknya kekal. Kita telah mengalaminya.
Ada banyak kemungkinan kita mengalami hal-hal yang secara jasmani
tidak mengenakkan. Namun kebenaran di dalam berita ini selalu sanggup
membuat kita bersukacita melewati semuanya.
Apakah saat ini saudara sedang berada dalam situasi yang menyulitkan
saudara? Apakah itu membuat saudara sulit bersukacita? Arahkanlah
matamu kepada Kristus. Pandanglah apa yang telah Ia lakukan untukmu.
Kebenaran itulah yang dapat menolong saudara tetap bersukacita dan
bersyukur menghadapi apapun.
28
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Selasa, 15 Agustus 2017
INGATLAH SIAPA ALLAHMU
(BACAAN: KOLOSE 1:15-16)
M
anusia berada di tengah-tengah dunia yang mudah berubah. Semua
kondisi baik yang kita alami tidak pernah permanen, semuanya
segera berubah. Perubahan ini tentu membuat sebagian orang tidak
siap menghadapinya. Namun, tenggelam dalam perubahan dunia akan
menghancurkan kita.
Tidak sedikit saya menemukan orang yang dipenjarakan mengalami
depresi dan tekanan. Berbeda dengan Paulus, dari tulisan-tulisannya
tidak terlihat Paulus sedang merana karena sedih. Pikiran Paulus seolaholah dipenuhi oleh Kristus, sehingga ia menggunakan setiap kesempatan
untuk membicarakan Dia dengan penuh hormat. Di dalam teks ini Paulus
menggambarkan Kristus sebagai yang sulung, yang lebih utama. Ini
merupakan cara Alkitab menggambarkan kekekalan kepada kita. Dia sejak
awal sama sekali bukan ciptaan, melainkan justru Dia-lah Sang Pencipta.
Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga
dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan (ay. 16).
Dia sudah ada sebelum dunia diciptakan, sebelum permulaan waktu.
Segala sesuatu ada di dalam Dia. Artinya mereka bukan hanya bertahan
hidup dalam keberadaan mereka, melainkan juga ada karena perintah
atas mereka dan ketergantungan mereka. Dia bukan hanya menciptakan
segala sesuatu pada awalnya, melainkan juga oleh firman kekuasaan-Nya
mereka semua terus ditopang (Ibr. 1:3). Seluruh ciptaan disatukan oleh
kekuasaan Anak Allah, dan dibuat bergantung pada kerangkanya yang
tepat. Mengingat siapa Allah yang kita sembah sangat menentukan kondisi
kerohanian kita.
Apakah saudara sedang mengalami “perubahan-perubahan itu?” Keadaan
kesehatan berubah, keadaan ekonomi berubah, keadaan keluarga berubah.
29
e
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
MAGZ Dalam kondisi ini kita perlu mengisi pikiran kita tentang
siapa Allah kita. Memahami kemahakuasaan Allah kita akan
memberikan kekuatan menghadapi perubahan apapun.
Rabu, 16 Agustus 2017
PERCAYA DAN TENANGLAH
(BACAAN: KOLOSE 1: 17-19)
S
eorang profesor yang sombong dan tidak saleh berkata kepada seorang
anak kecil yang percaya kepada Tuhan Yesus, “Gadis kecilku, kamu
tidak tahu kepada siapa kamu percaya. Ada banyak kristus di dunia ini.
Kristus mana yang kamu percayai?” “Saya tahu siapa yang saya percayai,”
sahut anak itu. “Saya percaya kepada Kristus yang bangkit dari antara
orang mati!”
Kebangkitan Kristus merupakan salah satu pokok iman di dalam
kekristenan. ”Ia yang Sulung, yang pertama bangkit.” Lazarus pernah mati
lalu dibangkitkan, tapi kemudian ia mati kembali. Tidak demikian dengan
Yesus. Dia mati lalu bangkit, dan hidup untuk selama-lamanya. Ketika Dia
dikatakan yang sulung, yang pertama bangkit, artinya kebangkitan Yesus
merupakan jaminan bahwa umat tebusan-Nya akan dibangkitkan juga
pada waktu kedatangan-Nya yang kedua. KebangkitanNya menunjukan
bahwa Ia Allah yang berdaulat atas kematian. Dia layak untuk dipercayai.
Kepercayaan Paulus kepada Allah yang bangkit inilah yang memberikan
ketenangan bahkan sukacita kepadaNya.
Jangan menjalani hidup ini seolah-olah Dia masih berada di dalam kubur.
KArena Ia hidup, ada hari esok. Dia Allah yang berkuasa atas kematian,
Dia Allah yang berdaulat mutlak. percayalah dan tenanglah di dalam Dia.
Arahkanlah pandanganmu melintasi kubur yang kosong kepada Pribadi
yang dapat memenuhi hidup kita dengan kuasa kebangkitan-Nya!
30
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Kamis, 17 Agustus 2017
DIA YANG MENDAMAIKAN
(BACAAN: KOLOSE 1: 20-23)
S
ebelum Copernicus (penggagas awal sebuah pengetahuan tentang
heliosentrisme,) meninggal dunia, dia sempat mengatakan beberapa
kalimat ini yang kemudian ditulis di dalam nisannya yang hari ini ada di
Gereja St. Yohanes di Thorn, Polandia. “Tuhan, aku tidak berani meminta
anugerah yang telah Engkau berikan kepada Rasul Paulus. Tidak juga aku
berani untuk meminta anugerah seperti yang telah Engkau berikan kepada
Rasul Paulus. Akan tetapi anugerah pengampunan yang telah Engkau
nyatakan dan berikan kepada penjahat yang ada di sebelah salib-Mu itu,
anugerah pengampunan seperti itulah ... tunjukkan kepadaku.” Hari itu
seluruh dunia seolah berbalik menghakimi dia. Dia dibenci dan dihujat
oleh semua orang. Pertanyaan yang seharusnya kita ajukan adalah “dengan
pernyataan Copernicus tepat sebelum dia meninggal dunia itu, apa yang
dia cari?” Tentu jawabannya adalah kedamaian.
Kejadian 3:17 mencatat tentang fakta dosa tidak hanya mengakibatkan
rusaknya relasi antara manusia dengan Allah, tapi juga antara manusia
dengan alam (Kej. 3:17). Yesuslah satu-satunya jalan yang mampu
memperdamaikan/ merekonsiliasi relasi-relasi yang rusak itu, hingga
relasi-relasi tersebut kembali dipulihkan. Dia memperdamaikannya
melalui pengorbanan-Nya di kayu salib yang menebus dosa manusia.
Kematian-Nya bersifat menggantikan (substitusi) dosa manusia.
Bersyukurlah Jika damai itu telah dihadirkan Krisus dalam hidupmu.
Bagi saudara yang masih belum menemukan damai itu, maka ambillah
keputusan untuk percaya kepada Yesus yang telah mati di kayu salib.
31
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Jumat, 18 Agustus 2017
TETAPLAH MELAYANI
(BACAAN: KOLOSE 1: 24-25)
A
pakah saudara dapat merasakan sukacita ketika berada dalam
penderitaan apalagi ketika saudara sedang bekerja bagi Tuhan?
Mungkin saudara bingung menjawab, antara menginginkan sukacita
tersebut, tapi sebenarnya sulit menerimanya. Tetapi mengapa rasul Paulus
berkata demikian?
Bila kita melihat kembali keberadaan Paulus sebagai hamba Kristus, kita
menemukan bahwa ia adalah rasul yang sungguh-sungguh membaktikan
hidupnya bagi Kristus, namun ia sangat menderita. Kesetiaannya inilah
banyak orang yang menerima Kristus, tetapi banyak juga yang menolak
Kristus bahkan berespons berlebihan, membenci dan menyiksa Paulus.
Apa yang membuat Paulus sedemikian total dalam melayani Tuhan meski
menderita? Yesus Kristus. Paulus menempatkan dirinya secara mutlak di
bawah otoritas Kristus sebagai pusat pelayanannya. Karya keselamatan
Kristus merupakan bagian utama dari setiap pemberitaannya, dan semua
pertumbuhan warga jemaat diarahkan kepada Kristus.
Bagi Paulus, menderita karena melayani Kristus bukanlah suatu hukuman
melainkan hak istimewa karena diperkenankan mengambil bagian dalam
karya-Nya. Apakah saudara juga sedang merasakan hal ini? melayani
namun menderita, difitnah, tidak dihargai. Bersukacitalah sebab Anda
telah mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami.
32
e
MAGZ
Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E
Sabtu, 19 Agustus 2017
HADAPILAH DENGAN SEIMBANG
(BACAAN: KOLOSE 1: 28-29)
I
lusi didefinisikan sebagai “persepsi yang salah terhadap kenyataan”. Para
pesulap mengandalkannya untuk mengelabui penonton. Namun, ada
beberapa ilusi yang dapat berakibat fatal. Jika saya mengejar fatamorgana
yang terlihat seperti air di padang gurun, saya bisa mati kehausan. Ilusi
yang paling berbahaya adalah ilusi rohani di mana mereka tidak mengikuti
cara pandang Allah.
Pada saat itu di Kolose bertebaran ajaran palsu yang mengancam masa
depan rohani jemaat. Ayat 1:28 menceritakan bagaimana Rasul Paulus
menghadapinya. Ia berusaha untuk mengajarkan hikmat untuk memimpin
tiap-tiap orang kepada pengenalan kepada Kristus secara sempurna.
Paulus mengoptimalkan semua kemampuannya untuk menasehati dan
mengajarkan di dalam segala hikmat. Namun Ia menyadari bahwa dengan
mengandalkan kekuatannya, tidak ada apapun yang dapat dihasilkanItu
sebabnya iapun mengandalkan kuasa Tuhan yang bekerja dalam dirinya.
Mungkin hari ini kita tidak menghadapi penyesatan seperti Paulus pada
masa itu. Namun bukankah kita seringkali menghadapi anak, saudara
atau sahabat kita yang memiliki konsep yang sesat? Lakukanlah dua
prinsip yang sudah dilakukan Paulus. Kerahkan segenap kekuatan untuk
menasehati dan mengajarkan di dalam segala hikmat dan andalkanlah
kuasa Allah.
33
e
P E N G UM UM AN
MAGZ
AGENDA MINGGU INI
Hari / Tanggal
Keterangan
Senin, 14 Agustus 2017 23.00
Selasa, 15 Agustus 2017 18.30
Rabu, 16 Agustus 2017 18.30
19.00
Kamis, 17 Agustus 2017 06.00
18.30
Jumat, 18 Agustus 2017
19.00
Sabtu, 19 Agustus 2017 06.00
18.30
22.00
Minggu, 20 Agustus
2017
Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub
Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera
Yudha , 96,4 FM
HUT: Bp. Augustinus Oenarta
STAR: Pembukaan Semester
“How To Read The Institutes of the
Christian Religion”
Oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
HUT: Anak Vivaldi Ogamu Manurung
Pembinaan Jemaat modul 1 “Gereja
Yang Menggerakkan Jemaat”
Oleh: Ev. Heri Kristanto
Latihan Musik KU 3
HUT: Bp. Sai Dong
Doa Pagi
Pembinaan Jemaat modul 1 “Gereja
Yang Menggerakkan Jemaat”
Oleh: Ev. Yohanes Dodik
Latihan Musik KU 1 dan KU 2
HUT: Sdri. Jessica Tjong
HUT: Bp. Agus Sani Priadi
Doa Pemuridan
Persekutuan Pemuda
Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub
Tri Handoko, Th.M di Radio
Mercury, 96 FM
HUT: Sdri. Vionatha Lengkong
HUT: Sdr. Abraham Graviro
34
e
MAGZ
P E N G UM UM AN
AGENDA MINGGU INI
HUT: Sdri. Michelle Elma Evangelina
HUT: Ibu Dwi Lita Kristiani
35
e
JADWAL P E NATAL AYANAN
IBADAH UMUM
MAGZ
Minggu, 13 Agustus 2017
Penatalayanan
Ibadah
Remaja
(Pk. 10.00
WIB)
Ibadah
Umum I
(Pk. 07.00)
Ibadah
Umum II
(Pk. 10.00)
Ibadah
Umum III
Cab.
Darmo
(Pk. 17.00)
(Pk.
07.00)
Cab.
Darmo
(Pk.
10.00)
Kasih Yang Mendisiplin (Ibrani 12:4-13)
Tema
Pengkhotbah
Ev. Heri
Kristanto
Ev. Yohanes Dodik
Liturgos
Sdr. Calvin
Bp. Andreas W
Sdri. Helen
Sdr.
Sumito
Sdr.
Dave
Pelayan
Musik
Sdr. Andreas
Sdr. Daniel
Sdr. Aurel
Sdr. Arka
Sdr. Michael
Sdr. Tan
Hendra
Sdr. Haris
Sdr. Willy
Sdr.
James
TEAM
Pelayan
LCD
Sdri. Caroline
Sdr. Kevin
Sdri. Melissa
T
Penyambut
Jemaat
Sdri. Fefe
Sdri. Naomi
Ibu Titik
Sdri.
Krisna
Sdri. Ririt
Sdr. Robin
Ibu Nunuk
Sdr.
Andreas
Ibu Evi
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.
Sdr. Yosi
Bp. Imbo
Ibu Yatmi
Bp. Andreas K
Ibu Rini
Doa Syafaat
Doa
Persembahan
Doa Pra
& pasca
Ibadah
Singer
Sdri.
Marlin
Sdri. Eka
Pdt. Yakub
Sdri. Naomi
Ev. Heri
Sdr. Robin
Bp. Andreas W
Sdri.
Henny
Ibu Dinna
Ibu Sisca
Sdr. Ian
Ibu Ike
Sdri. Eka
Ev. Dodik
Sdr. Haris
Sdri. Angeline
Sdri. Suci
Sdri. Nike
36
e
JADWAL P E NATAL AYANAN
IBADAH UMUM
MAGZ
Minggu, 20 Agustus 2017
Penatalayanan
Tema
Ibadah
Remaja
(Pk. 10.00
WIB)
(Pk. 07.00)
Ibadah
Umum II
(Pk. 10.00)
Ibadah
Umum III
(Pk. 17.00)
Ev. Heri
Kristanto
Liturgos
Sdri. Dewi
Pelayan
Musik
Sdr. Michael
Sdr. Arka
Sdr. Evan
Sdr. Andreas
Pelayan
LCD
Sdr. Daniel
(Pk.
07.00)
Cab.
Darmo
(Pk.
10.00)
Sdr. Jeremy
Sdr. Calvin
Bp.
Andhika
Ev. Edo
Walla
Sdr. Willy
Kumara
Ibu Wilis
Sdri.
Grace
Sdr. Ishak
Sdr. Willy
Sdr. Hizkia
Sdr. Haris
Sdr. Ishak
TEAM
Ev. Troy Hiendratno, M. Div.
Ev. Heri
Bp. Felix
Bp. Eliazar
Sdr. Lutfi
Sdri. Kezia
A
Bp. Imbo
Ibu Hariati
Bp. Lipurno
Ibu
Ibu Wiwin
Suyatmi
Ibu Fenissa Ibu Sundari
Sdr. Felix
Sdr. Calvin
Ev. Dodik
Doa Pra
& pasca
Ibadah
Ev. Heri
Singer
Sdri.
Krisna
Sdri.
Michelle
Ibu Hariati
Bp. Felix
Sdri. Marlin
Sdr. Ishak
Sdri. Natalia
Bp.
Sdr. Amir
Sugiraharjo
Bp. Agus Aryo
Doa Syafaat
Doa
Persembahan
Cab.
Darmo
Jika Allah Baik, Mengapa Orang Benar Menderita? Bagian 1
(Ayub 42:1-6)
Pengkhotbah
Penyambut
Jemaat
Ibadah
Umum I
Sdri.
Dina
Bp.
Andhika
Ev. Edo
Walla
Sdr. Amir
Sdri.
Dina
Bp. Soegianto
Ev. Heri
Bp. Budiono Sdr. Dennis
Sdri. Vani O Sdri. Devina F
Sdri.
Sdri.
Marlin
Dita
Sdri.
Sdri.
Christine Christine
37
e
JADWAL P E NATAL AYANAN
MAGZ
SEKOLAH MINGGU
13 Agustus 2017
20 Agustus 2017
Liturgis
Kak Budi
Kak Mei
Pelayan Musik
Kak Willy
Kak Willy
Doa Pra/Pasca
SM
Kak Evelyn
Kak Mei
Tema
TUHAN MEMILIHKAN
ISTERI BAGI ISHAK
TUHAN MEMILIH YAKUB
Bahan Alkitab
Kejadian 24:1-67
Kejadian 25:19-34;27-28:1-5
Sion
Kak Budi
Kak Budi
Getsemani
Kak Suani
Kak Suani
Yerusalem
Kak Mei
Kak Venna
Nazareth
Kak Dessy
Kak Evelyn
Betlehem
Kak Debby
Kak Fenny
Keterangan
(Pk. 09.30 WIB)
(Pk. 09.30 WIB)
IBADAH PEMUDA
Sabtu, 12 Agustus 2017
Sabtu, 19 Agustus 2017
Pengkhotbah
Pdt. Reyco W
Pdt. Reyco W
Litrugos
Sdri. Clara
Sdr. Fredy
Pelayan Musik
TEAM
TEAM
Pelayan LCD
Sdri. Christine
Sdri. Clara
Penyambut Jemaat
Sdr. Labson
Sdr. Tanius
Petugas Doa
Sdr. Fredy
Sdr. Fredy
Singer
Sdri. Yanti
Sdri. Lovery
Sdri. Yanti
Keterangan
(Pk. 18.30 WIB)
(Pk. 18.30 WIB)
Tema
38
e
Data Keh adir an Je m aat
MAGZ
Ibadah
DATA KEHADIRAN JEMAAT
Hari/Tanggal
Jumlah Jemaat
Umum 1
48
Umum 2
150
Umum 3
52
Sekolah Minggu
32
Remaja
Pemuda
Minggu, 6 Agustus
2017
-
Keterangan
Gabung Umum
18
Cab. Darmo KU 1
28
Cab. Darmo KU 2
45
RM = -
POS Batam
21
-
POS Batu Aji
SM = 62; RM = 46
39
Download