A CHURCH WHERE CARE, TEACHING, AND MISSION MEET TOGETHER Susunan Liturgi Ibadah Minggu Panggilan Beribadah Votum Bacaan Bertanggapan Pujian Pengakuan Dosa Doa Pengakuan Dosa Secara Pribadi Doa Pengakuan Dosa Berita Anugerah Petunjuk Hidup baru Pujian “Salam Damai” / “Shalom shalom” Pujian Syukur 1 Pujian Syukur 2 Pengakuan Iman Pujian Doa Firman Tuhan Khotbah Persembahan Doa Persembahan & Doa Syafaat Pengumuman & Seri Pembinaan Doxology / “Kami memuji Kebesaran-Mu” Doa berkat Amin / “Thank You Lord” Theme Song “Jesus At The Center“ Pengkhotbah Pengkhotbah Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Jemaat Liturgos Liturgos Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Pengkhotbah Pengkhotbah Liturgos & Jemaat Petugas Doa Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah 2 Hamba Tuhan REC GEMBALA SIDANG SENIOR Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M Telp : 0815 5055 985 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL NGINDEN Ev. Yohanes Dodik Iswanto, M.A. Telp. 081-233780070 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL ESTE SQUARE Pdt. Reyco Wattimury, S.Th. Telp.081-331515954 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL POS PI BATAM Ev. Samuel Sambudjo Budiman, M.K. Telp. 081-931003006 Email: [email protected] / [email protected] GEMBALA LOKAL DARMO Pdt. Novida Lassa, M.Th. Telp. 081-13321904 Email: [email protected] 3 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ KASIH YANG MENDISIPLIN (Ibrani 12:4-11)| Mimbar REC | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M M enjadi orang Kristen sejati tidaklah mudah. Berbagai persoalan dan tantangan terus berdatangan. Tidak jarang keputusasaan pun menghadang. Wajar jika di tengah keadaan seperti ini, sebagian orang mengalami kebimbingan. Benarkah Allah menyayangi kita? Mengapa Dia membiarkan kita tenggelam dalam penderitaan? Khotbah hari ini merupakan jawaban terhadap pergumulan di atas. Penderitaan bukan hanya tidak menggagalkan kasih Allah kepada kita, sebaliknya hal itu justru menjadi bukti dari kasih tersebut. Allah mengasihi kita di dalam dan melalui penderitaan. Bagaimana bisa? Inti jawabannya terletak pada satu kata: disiplin ilahi. Marilah kita mempelajari kebenaran ini dari Ibrani 12:4-11. 4 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ Jikalau kita sedang berada dalam penderitaan, keadaan itu tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh penerima surat. Sejak mereka menjadi orang Kristen, penganiayaan sudah mereka terima (10:32-34). Mereka dipenjarakan. Harta mereka dirampas. Dari teks khotbah hari ini pun kita bisa menemukan persoalan yang sama. Sebagian dari mereka menghadapi penganiayaan, walaupun tidak sampai dibunuh karena iman mereka (12:4). Mereka mulai lemah dan putus asa (12:3, 12-13). Penulis surat Ibrani memandang situasi ini sebagai bentuk disiplin ilahi. Akar kata paidei- atau paideu (lit. “disiplin”; bdk. istilah “pedagogy”) muncul berkali-kali dalam bagian ini (2:5, 6, 7, 8, 9, 10, 11).Pemunculan ini sekaligus menunjukkaninti dari ayat 4-11: penderitaan adalah disiplin dari Tuhan. Mereka juga harus berhadapan dengan ajaran sesat. Beberapa orang dari kalangan Yahudi mencoba menarik mereka ke Yudaisme dengan cara mempertanyakan dan menentang ajaran-ajaran dasar tentang Yesus Kristus. Bagaimana Dia bisa disebut sebagai imam padahal Dia bukan berasal dari keturunan Harun atau Lewi (pasal 5, 7)? Apakah Dia benar-benar lebih Apa arti “disiplin” di sini? Sesuai besar daripada Musa (pasal 3, 7-12)? dengan makna paideia(“disiplin”) atau paideuō(“mendisiplin”) Tidak semua orang dapat bertahan dalam Alkitab dan pertimbangan dalam situasi demikian. Beberapa konteks Ibrani 12:4-11,penulis surat sudah meninggalkan persekutuan tampaknya memikirkan disiplin (10:25). Beberapa perlu diberi dalam rumah (12:5-9 “anak – ayah”) teguran dan peringatanyang sangat maupun dalam persiapanatletik tajam, karena bahaya kemurtadan (12:11, gegymnasmenois “mereka terlihat begitu nyata (misalnya 4:12; yang telah dilatih”; bdk. istilah “gymantic”).Jika demikian, kita 10:29, 35-36). tidak perlu membatasi disiplin 5 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ dalam konteks ini sebagai hukuman. Disiplin bisa mencakup tiga aspek: hukuman (punitive), pencegahan (preventive), dan pengajaran (educative). Sesuai konteks yang ada, aspek terakhir ini terlihat mendapat sorotan yang dominan. hal yang positif. Kesengsaraan tidak seharusnya mengaburkan kasih Allah. Sebaliknya, kesusahan sebagai salah satu bentuk disiplin ilahi membuktikan dua hal yang indah: kasih Allah kepada kita dan status kita sebagai anak-anak Allah (ayat 5-8). Dua-duanya merupakan hal yang luar biasa bagi kita. Apa yang sedang dibuktikanoleh Allah melalui disiplin ilahi Kasih Allah kepada kita.Sama seperti seorang anak yang seringkali salah (ayat 5-8)? Dalam sebagian kasus, penderitaan yang dialami sebagian orang telah melemahkan iman mereka. Beragam pertanyaan menggelayut dalam pikiran mereka. Jika Allah mengasihi aku, mengapa Dia membiarkan semua ini terjadi? Mengapa sesudah menjadi orang Kristen hidupku justru lebih sering mengalami kesengsaraan? Mengapa Allah terlihat begitu jauh dan tidak peduli? Deretan pertanyaan semacam ini tentu saja masih dapat diperpanjang. memahami maksud baikdari orang tuanya, demikian pula kita dengan Tuhan. Kerap kali kita mengeluh pada saat Tuhan meletakkan kita pada situasi yang serba terbatas dan tidak menyenangkan, apalagi pada saat Dia menghukum kita. Kita gagal melihat alasan dan tujuan di balik hukuman itu. Sikap ini jelas keliru. Wahyu 3:19 berkata: “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Di tengah hukuman yang sedang menimpa bangsa Yehuda, yaitu Di mata penulis Surat Ibrani, kehancuran bait Allah dan Yerusalem penderitaan yang dihadapi oleh serta pembuangan ke Babel, Yeremia orang-orang Kristen merupakan masih bisa memandang pada kasih setia dan kemurahan TUHAN yang 6 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ selalu baru tiap pagi (Rat dianggap sebagai anak. 3:21-23). Inti yang ingin ditegaskan adalah Mendisiplin anak, baik dalam “disiplin sebagai sebuah keniscayaan konteks hukuman, pencegahan, dan kebutuhan”.Alkitab berkali-kali maupun pendidikan, adalah memerintahkan orang tua untuk tanda kasih. Ada tujuan positif di tidak segan-segan mendisiplin balik semuanya itu. Sebaliknya, anak-anak mereka. Amsal 19:18 memanjakan anak adalah kasih “Hajarlah anakmu selama ada yang semu dan keliru. Hanya ada harapan, tetapi jangan engkau kehancuran yang akan menyertainya. menginginkan kematiannya”. Amsal Disiplin menguatkan, pemanjaan 22:15 “Kebodohan melekat pada melemahkan. hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari Status kita sebagai anak-anak Allah. padanya”. Amsal 23:13-14 “Jangan Poin ini ditekan berulang-ulang: “Ia menolak didikan dari anakmu menyesah orang yang diakui-Nya ia tidak akan mati kalau engkau sebagai anak” (ayat 6b), “Jika kamu memukulnya dengan rotan. Engkau harus menanggung ganjaran; Allah memukulnya dengan rotan, tetapi memperlakukan kamu seperti anak” engkau menyelamatkan nyawanya (ayat 7a), “Di manakah terdapat dari dunia orang mati”. Begitulah anak yang tidak dihajar oleh yang Allah perbuat pada kita sebagai ayahnya?” (ayat 7b). Bahkan penulis anak-anak-Nya. Surat Ibrani juga menambahkan: “Tetapi, jikalau kamu bebas dari Apakah hasil disiplin ilahi (ayat ganjaran, yang harus diderita setiap 9-11)? orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang” (ayat Disiplin bukanlah pengekangan, 8).Seorang anak mungkin merasa apalagi kekejaman. Allah tidak nyaman apabila sedang melakukan semua itu demi menerima disiplin. Namun, lebih kebaikan kita. Pengalaman tidak nyaman lagi jikalau dia tidak sehari-hari mengajarkan hal ini 7 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ kepada kita (ayat 10). Seorang ayah mendidik Disiplin bukanlah anaknya menurut apa yang dia pengekangan, apalagi pandang baik. Ini dilakukan untuk sementara waktu. Lebih-lebih Bapa kekejaman. Allah melakukan surgawi kita. Dia terus-menerus semua itu demi kebaikan mendisiplin kita (bukan hanya sementara). Disiplin ini bukan kita. hanya berdasarkan apa yang Dia pandang baik, melainkan juga apa yang mendatangkan kebaikan bagi kita. Apa saja kebaikan yang Tuhan pikirkan pada saat Dia mendidik kita? Pertama, kehidupan (ayat 9).Hidup yang dipikirkan di sini adalah secara rohani; kelimpahan di dalam Tuhan. Hal ini disiratkan melalui perbandingan antara “ayah di bumi” (LAI:TB “ayah yang sebenarnya”) dan “Bapa segala roh”. Bukan hanya “ayah di bumi” versus “Bapa di surga”. Kita juga perlu menggarisbawahi bahwa kehidupan di sini bukanlah kehidupan kekal.Keselamatan bukan hasil ketaatan kita. Itu sepenuhnya anugerah dari Allah di dalam Kristus Yesus (Ef 2:8-9). Yang disorot di Ibrani 12:9 adalah kualitas kehidupan kekal. Disiplin hanya menambahkan kenikmatan hidup di dalam Kristus dengan segala kelimpahannya secara rohani. Dua poin selanjutnya akan memperjelas hal ini. Kedua, kekudusan (ayat 10). Kekudusan di sini mengarah pada kekudusan secara progresif (terus-menerus). Ini tentang proses menuju keserupaan dengan Allah atau Kristus (Rm 8:29; 2 Kor 3:18; Kol 3:10).Selama proses ini, penderitaan seringkali menjadi alat yang efektif (Rm 5:3-4; Yak 1:2-4). Iman kita diuji. Karakter kita dibentuk. Kesombongan kita ditaklukkan. Motivasi kita dimurnikan. Tujuan hidup kita dibelokkan menuju kemuliaan-Nya. Banyak contoh Alkitab untuk kebenaran ini. Ayub semakin mengenal 8 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ Allah dengan dimensi yang baru sesudah menjalani pergumulan yang berat dengan Dia (Ay 42:1-6). Paulus belajar untuk rendah hati, menyadari kasih karunia Allah, dan mengalami kekuatan-Nya yang sempurna melalui duri dalam daging (2 Kor 12:7-10). Bahkan Yesus Kristus sebagai Anak Allah pun belajar untuk taat dalam segala kesusahan yang Dia alami (Ibr 2:7-9). Ketiga, kedamaian (ayat 11). Ungkapan “buah kebenaran yang memberikan damai” (LAI:TB) secara hurufiah berarti “buah yang damai dari kebenaran”.Penekanan terletak pada kedamaian sebagai hasilnya. Kedamaian dalam hal ini sinonim dengan sukacita (bdk. ayat 11a “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita”).Siapa saja yang berada di dalam kebenaran pasti akan mengalami kedamaian atau sukacita. Buah ini akan dirasakan di tingkat akhir. Bentuk perfek “dilatih” menyiratkan tindakan yang sudah dimulai di masa lalu, dan akibatnya masih ada di masa kemudian. Ini merupakan sebuah proses. Kedamaian tidak akan muncul di awal. Sukacita harus menunggu sekian lama. Yang penting adalah titik akhir. Akar semua disiplin memang pahit, tetapi semua buahnya pasti manis. Nasihat ini perlu dicamkan dengan seksama. Penulis Surat Ibrani tidak menjanjikan bahwa kedamaian dan sukacita akan muncul pada saat situasi penerima surat diubahkan oleh Tuhan. Situasi mungkin tetap sama. Yang berbeda adalah orangnya. Dengan terus-menerus berjalan di dalam kebenaran, seseorang pasti akan menerima sukacita dan kedamaian yang melampaui segala akal. Soli Deo Gloria. 9 e MAGZ Po ko k Do a Syafaat | #T E AC H I N G POKOK DOA SYAFAAT 1. Berdoa untuk KTB pemuda yang sudah dimulai dan KTB yg akan dimulai kiranya Tuhan yg memimpin setiap jemaat sehingga, jemaat dapat ambil bagian dalam KTB, hamba Tuhan yg akan mendampingi kiranya diberi hikmat sehingga jemaat dan Hamba Tuhan bertumbuh bersama. 2. Doakan untuk M2 kiranya M2 semakin efektif menjadi berkat bagi banyak keluarga dan keluarga yang terberkati semakin memberi dampak bagi banyak keluarga lain. 3. Berdoa untuk CPC kiranya memberkati banyak kaum profesional sehingga kaum profesional semakin memuliakan Tuhan dan menjad berkat bagi banyak orang. 10 e MAGZ K atek ism us Wes t m i n s t e r | #T E AC H I N G KATEKISMUS WESTMINSTER Pertanyaan 128: Apa yang dituntut dari para atasan dalam hubungan mereka dengan para bawahannya? Jawaban : Yang dituntut dari para atasan, sesuai dengan kuasa yang telah mereka terima dari Allah dan hubungan mereka dengan bawahannya, ialah agar mereka mengasihi para bawahannya, mendoakan, dan memberkati mereka; mengajar mereka, memberi nasihat kepadanya dan memperingatkan mereka, seraya menyatakan kesenangannya dan memberi pujian serta ganjaran kepada mereka yang berbuat baik; sebaliknya menyatakan ketidaksenangannya, dan menyampaikan teguran serta hukuman kepada mereka yang perbuatannya buruk. Mereka wajib melindungi para bawahannya, dan memperlengkapi mereka dengan segala hal yang termasuk kebutuhan jiwa dan raga. Lagi pula, mereka wajib memuliakan Allah dan menyediakan hormat bagi dirinya melalui kelakuan yang penuh wibawa, bijaksana, suci dan yang patut diteladani, sehingga mereka mempertahankan wewenang yang telah Allah limpahkan kepada mereka. a. Kol 3:19; Tit 2:4. b. 1Sa 12:23; Ayu 1:5. c. 1Ra 8:55-56; Ibr 7:7; Kej 49:28. d. Ula 6:6-7. e. Efe 6:4. f. 1Pe 3:7. g. 1Pe 2:14; Rom 13:3. h. Est 6:3. i. Rom 13:3- 4. j. Ams 29:15; 1Pe 2:14. k. Ayu 29:12-17; Yes 1:10, 17. l. Efe 6:4. m. 1Ti 5:8. n. 1Ti 4:12; Tit 2:3-5. o. 1Ra 3:28. p. Tit 2:15. 11 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ TEROBOSAN MENJADI ORANGTUA Ajaklah Anak Anda Menelusuri Jalan Kenangan PERJALANAN erjalanan mempunyai arti bagi keluarga Maxwell. Sejak awal pernikahan, saya dan Margaret memutuskan bahwa ia harus dilibatkan dalam perjalananperjalanan menyenangkan yang akan saya lakukan. Saya harus menjadi sahabatnya dalam hidup ini, bukan sekadar ahli dongeng. Oleh karenanya, kami banyak menikmati perjalanan yang mengasyikan – sebagai pasangan P dan sebagai keluarga. Semasa saya dibesarkan, keluarga saya juga banyak bepergian. Dan ke mana pun kami pergi atau seberapa pun jauhnya perjalanan kami, setiap jam 3 siang Ayah selalu menghentikan kendaraannya di sebuah penginapan yang berfasilitas kolam renang sehingga kami bisa bermain-main di air sebelum makan malam. 12 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ Menyusuri Jalan Bisa bahwa ia sudah pernah ke situ. Mengubah Hidup Anda Tidak semua perjalanan kami berupa liburan. Kadangkala Ayah mengajak kami bepergian dalam bentuk lain yang juga berdampak baik dan menimbulkan kenangan sendiri. Salah seorang perawat mengajak kami berkeliling dan kami mengikutinya dari ruang ke ruang. Saya ingat ketika saya dan Larry satu pagi di hari Sabtu diajak ayah bermobil ke Hillsborough, Ohio. Ia berkata bahwa kami akan menjenguk beberapa orang anak di suatu rumah tertentu. Kami tidak tahu pasti apa maksudnya, namun saya senang untuk ikut. Saya selalu suka bertemu dan bermain dengan anak-anak yang baru dikenal. Tempat tersebut dipadati dengan anak-anak dari berbagai usia, besar dan kecil. Namun saya langsung mengerti bahwa mereka masing-masing bermasalah. Sejumlah anak tidak mempunyai tangan atau kaki. Beberapa anak yang lain cacat mental. Banyak suku kata dalam ucapan mereka yang tertelan dan suaranya terdengar seperti suara bayi, meskipun usia mereka lebih tua dari saya. Saya berusaha keras untuk tidak menatap mereka. Ketika kami memasuki sebuah bangunan besar dan bernuansa sebuah lembaga, saya sadar bahwa bayangan saya tentang sebuah rumah tidak cocok untuk tempat itu. Kami mencatatkan nama kami pada petugas di depan dan cara Ayah berbicara mengesankan Ayah berbicara santai dengan anak-anak itu. Lalu ia meminta saya dan Larry untuk mendatangi serta bermain dengan mereka. Kami berdua bermain kelereng dengan seorang anak yang hanya mempunyai ibu jari dan jari telunjuk di setiap tangannya. 13 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ Begitu kami tidak lagi menghiraukan tangannya yang tidak berjari itu, kami mulai memperlakukannya sebagai anak normal. Khususnya setelah ia mengalahkan kami. Dalam perjalanan pulang, Ayah berkata betapa beruntungnya kami dan betapa banyaknya berkat yang sudah Allah limpahkan kepada kami. Jauh di lubuk hati, kami membenarkan ucapan Ayah. Pada suatu kesempatan, ketika saya berusia 11 atau 12 tahun, Ayah mengajak saya ke Lowery Lane di Circleville. Ini merupakan daerah paling miskin di kota tersebut. Kami bermobil di atas jalanan yang bersalju. Setibanya di sana Ayah mengajak kami keluar dari mobil untuk berjalan keliling. Rumah-rumah di sana kecil dan terkesan kuno. Saya melihat sebuah rumah yang jendelanya sudah rusak dan diganti dengan sepotong papan – tidak banyak menolong dalam melawan terpaan angin yang ganas. Sejumlah orang berpakaian compang-camping berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Saya masih ingat seorang pria melintas di depan kami yang tidak mengenakan apa-apa di luar bajunya, padahal suhu waktu itu sekitar minus 20 derajat Celcius. Sebuah saputangan meililit di lehernya untuk menangkal hawa dingin. Perjalanan ke Lowery Lane itu menjadi kenangan tersendiri selama bertahun-tahun. Secara khusus hati saya tersentuh, sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh 100 buah khotbah yang mengesankan sekalipun. Bertahun-tahun kemudian, ketika masih kuliah di Circleville Bible College, saya dan beberapa orang teman kerapkali mengunjungi Lowery Lane untuk berkhotbah sambil mengharapkan bahwa Yesus akan menjamah jiwa-jiwa yang terhilang dengan cara yang tidak dilakukan oleh dunia. 14 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ Perjalanan yang Mengubah Semasa Trish duduk di sekolah menengah pertama, secara khusus Ayah mengajaknya ke suatu perjalanan yang mempengaruhi sisa hidupnya. Beberapa tahun sebelum perjalanan itu, Trish mengambil keputusan untuk menjadi perawat. Oleh karena itu ketika Ayah bermaksud menjenguk Nancy Graham, seorang sahabat keluarga yang tengah terbaring sekarat di rumah sakit karena leukemia, ia membawa Trish. Ayah sedikit cemas memikirkan bagaimana nantinya sikap Trish di sana. Saat itu, kondisi Nancy sedang buruk sekali. Berat badannya merosot banyak, kurus, ceking, dan rambutnya memutih. Tetapi Ayah tetap memperkenalkan Trish, dan adik saya ini langsung mendekati Nancy, memegang tangannya, menyapa seakan-akan ia telah merawat orang sepanjang hidupnya. Ayah melihat bahwa Trish berbelas kasihan pada Nancy, dan saat itu juga Ayah tahu bahwa Trish sungguh-sungguh terpanggil untuk terjun dalam pelayanan paramedis. Selanjutnya Ayah dan Ibu hanya bisa memberikan dorongan semangat agar ia mengejar impiannya. Mungkin Anda belum pernah berpikir untuk mengajak anak-anak Anda melakukan perjalanan singkat dalam kota. Kalau belum pernah, pikirkanlah perjalanan seperti apa yang akan bermanfaat bagi mereka. Lalu carilah kesempatan. Perjalanan menyusuri jalan di dalam kota dapat mengubah hidup anak-anak Anda. Cuplikan-cuplikan Terobosan No. 8: Breakthrough Parenting – John C. Maxwell bersambung … 15 e Ap ak ah keter tar i k an s e car a f i s i k s e h at d al am relasi ? | #Q and A MAGZ Apakah Ketertarikan Secara Fisik Sehat Dalam Sebuah Relasi? Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M S ewaktu saya masih menjadi mahasiswa theologi strata satu (S1), saya dan teman-teman pria sempat mendiskusikan sebuah pertanyaan yang mungkin terdengar konyol, tetapi menarik. Bagi sebagian orang, pertanyaan ini bahkan sangat relevan. Kami semua diberi dua opsi dalam hal pemilihan jodoh: perempuan yang sangat rohani tetapi berwajah jelek dan penampilan fisik tidak menarik atau perempuan yang sangat cantik dan seksi tetapi tidak rohani. Hampir semua menjatuhkan pilihan pada perempuan yang kedua. Alasannya? Tidak rohani bisa diubah melalui KKR, Bible Study, dan ibadah. Wajah jelek bersifat mutlak dan permanen. Tentu saja jawaban di atas bersifat tidak serius. Ada banyak kekeliruan di dalamnya. Cara berpikirnya pun sangat konyol. 16 e Ap ak ah keter tar i k an s e car a f i s i k s e h at d al am relasi ? | #Q and A MAGZ Walaupun demikian, pertanyaan seputar wajah dan tubuh seseorang dalam kaitan dengan pacaran atau pernikahan tetap menjadi isu yang pantas dipikirkan secara matang. Benarkah pertimbangan secara fisik sama sekali tidak penting? Sejauh mana hal itu layak untuk dipikirkan? Bagaimana pandangan Alkitab tentang hal tersebut? Sebelum memberikan tanggapan secara khusus terhadap persoalan ini, saya ingin menegaskan bahwa Alkitab tidak pernah mengecam keindahan dan kecantikan/kegantengan.Beberapa isteri dari para patriakh tergolong cantik, misalnya Sara (Kej 12:11, 14), Ribka (Kej 24:16), dan Rahel (Kej 29:17). Salomo bahkan memuji-muji isterinya, dan ungkapan ini dipergunakan untuk menggambarkankemesraan Allah dengan umat-Nya (Kid 1:15; 4:1, 7). Poin ini selaras dengan ajaran Alkitab tentang tubuh. Berbeda dengan para filsuf Yunani yang menganggap remeh tubuh, para rasul menempatkan tubuh pada posisi yang cukup tinggi. Kristus Yesus menebus tubuh kita (1 Kor 6:19-20). Persembahan yang berkenan kepada Allah adalah tubuh kita (Rm 12:1). Yang perlu dipelihara sampai kedatangan Tuhan Yesus bukan hanya roh atau jiwa, melainkan tubuh (1 Tes 5:23). Jadi, konsep apapun yang merendahkan tubuh manusia adalah keliru. Apakah keterangan secara umum di atas dapat menjadi pembenaran untuk melihat penampilan fisik seseorang sebagai salah satu pertimbangan dalam pacaran atau pernikahan? Pertama-tama kita perlu mengetahui bahwa Alkitab menitikberatkan pada kecantikan di dalam (inner beauty) daripada kecantikan di luar. Karakter lebih dipertimbangkan daripada penampilan. Rasul 17 e Ap ak ah keter tar i k an s e car a f i s i k s e h at d al am relasi ? | #Q and A MAGZ Petrus melarang para perempuan untuk berdandan seperti dunia. Sebaliknya, mereka dinasihat untuk menunjukkan “perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Pet 5:3-4). Amsal 31:30 mengajarkan: “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji”. Mereka yang sudah menikah, apalagi yang pernikahan sudah berusia beberapa dekade, dengan cepat akan mengamini kebenaran di atas. Ketertarikan secara fisik biasanya hanya terlihat dominan selama masa berpacaran. Ada kebanggaan jika memiliki pasangan yang berparas baik atau bertubuh seksi. Begitu memasuki pernikahan, banyak orang akan sadar bahwa penampilan fisik bukanlah segalagalanya. Apalah artinya hidup serumah dengan perempuan cantik yang cerewet dan pemarah? Apalah artinya hidup bersama dengan seorang pria ganteng yang sangat egois dan kasar? Hal lain yang perlu diketahui adalah kesementaraan keindahan wajah dan fisik. Siapapun pasti sadar bahwa keistimewaan fisik tidak akan ada untuk selamanya. Tidak ada seorang pun yang mampu melawan kodrat. Semua pasti keriput. Sebagian besar bertambah gendut. Kekuatan tubuh pun semakin merosot. Jika cinta dan gairah diletakkan pada ketertarikan secara fisik, apa yang akan terjadi sesudah 30-40 tahun pernikahan? Bagaimana nasib kemesraan jika salah satu pasangan tidak lagi mampu menjaga tubuh dan penampilannya? Bersambung………….. 18 e Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G MAGZ PENGGUNAAN PRONOMINA YANG BERSIFAT PENEKANAN OLEH YOHANES TERHADAP YESUS Y ohanes menggunakan ekspresi ego eimi dalam bahasa Yunani (“Aku adalah” atau “Akulah”; atau “I am” dalam bahasa Inggris) sebanyak tiga puluh kali saat menuliskan pernyataan-pernyataan Yesus. Karena signifikansi ungkapan ini terletak pada penerjemahan kata-kata Yesus ke dalam bahasa Yunani oleh Yohanes, kita tidak bisa memasukkannya ke dalam pembahasan kita. Tetapi ini relevan bagi pembahasan kita. Dalam bahasa Yunani, akhiran verba beragam menurut subjeknya. Hal ini jarang terjadi dalam bahasa Inggris [dan juga Indonesia – ed.], tetapi kata am adalah salah satunya. Saat Anda melihat kata am, Anda tahu subjeknya pasti I. Hal ini selalu terjadi dalam bahasa Yunani. Tetapi dalam bahasa Yunani penggunaan subjek dalam kalimat bukan keharusan jika subjek tersebut sebuah pronomina (kata ganti orang) seperti I atau he atau we. 19 e Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G MAGZ Sehingga kalimat seperti “I am the bread” cukup dikatakan “Am the bread” dalam bahasa Yunaninya. Tetapi jika Anda ingin memberikan penekanan tentang subjeknya, barulah Anda menggunakan kata ganti tersebut. Yohanes melakukan hal ini sebanyak tiga puluh kali dalam pernyataan “I am”-nya Yesus. Kita bisa mengatakan bahwa Yohanes melakukannya untuk memberikan penekanan khusus. Dalam versi terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (Septuaginta), yang sangat populer di abad pertama, saat para penerjemah sampai kepada kata-kata untuk Allah, “mereka kelihatannya berpikr bahwa kata-kata itu harus diterjemahkan berbeda dari kata-kata untuk manusia.” Sehingga “mereka cenderung menggunakan bentuk penegasan dengan kata ganti ‘I’’’ Kita biasanya melakukan hal serupa saat mengutip salah satu dari Sepuluh Perintah. Kita akan mulai dengan kata-kata, “Thou shalt not ...” Mirip dengan itu, mereka merasa tepat untuk menggunakan kata ganti yang bersifat penekanan saat mengutip perkataan Allah. Allah memberikan nama diri-Nya kepada Musa dalam keluaran 3:14 (“I AM WHO I AM”), dan inilah kata-kata yang digunakan dalam Septuaginta. Sehingga saat Yohanes menuliskan pernyataan Yesus dengan pronomina yang bersifat penekanan, dia sedang menggunakan “gaya bahasa yang menunjukkan Allah. Ini merupakan salah satu cara Yohanes untuk menunjukkan bahwa Yesus lebih dari sekadar manusia biasa. Dia menunjukkan bahwa katakata untuk Allah pantas bagi Yesus. Bersambung…….. Sumber: Supremasi Kristus oleh Ajith Fernando 20 e Ap a m ak sud Po h o n Pe n ge t ah u an B ai k & Jahat?|#D OYO U KNOW MAGZ Apakah yang dimaksud dengan ‘Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat’? Ev. Nike Pamela, M.A (Lanjutan tgl 6 Agustus 2017) opularitas pohon kehidupan di atas sangat kontras dengan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Pohon ini hanya muncul di Kejadian 2-3. Di luar kisah ini tidak ada rujukan sama sekali. Mitologi kuno pun tidak ada yang menyinggung hal ini sama sekali. P Apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat? Pertanyaan ini telah menguras pemikiran para panafsir sepanjang abad. Kesulitan ini berkaitan dengan pemunculan pohon ini yang hanya ada di Kejadian 2-3 dan beragamnya arti frase “mengetahui yang baik dan yang jahat” dalam Alkitab. Konteks Kejadian 2-3 sendiri dapat dipahami 21 e Ap a m ak sud Po h o n Pe n ge t ah u an B ai k & Jahat?|#D OYO U KNOW MAGZ dapat “dipaksakan” untuk mendukung pandangan tertentu. Dari semua teori yang diusulkan, tiga di antaranya perlu mendapat perhatian secara khusus. Pandangan pertama mengaitkan pengetahuan ini adalah kesadaran seksual. Beberapa alasan yang diyakini sebagai dukungan bagi teori ini antara lain: (1) respon spontan manusia setelah kejatuhan ke dalam dosa adalah kesadaran bahwa mereka telanjang (3:7); (2) kata Ibrani untuk “mengetahui” adalah yāda‘, yang juga dipakai dalam arti “bersetubuh” (4:1, KJV/RSV “Adam knew Eve”); (3) ketidakadaan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat kadangkala merujuk pada ketidakadaan atau ketidakmampuan seksual (Ul 1:39; 2 Sam 19:35); (4) dalam salah satu mitos kuno diceritakan bahwa Enkidu berhasil memperoleh pengetahuan dan menjadi seperti dewa setelah ia berhubungan seksual dengan pelacur selama satu minggu; (5) latar belakang tempat dari kisah ini adalah di taman, yang menggambarkan ide tentang kesuburan. Teori di atas memiliki dua keberatan serius. Di 3:22 Allah mengatakan bahwa setelah memakan buah pohon tersebut manusia mempunyai pengetahuan seperti Allah. Seandainya pengetahuan ini berkaitan dengan kemampuan seksual, maka hal ini jelas berkontradiksi dengan ajaran Alkitab. Memang dalam mitologi kuno para dewa seringkali digambarkan memiliki hubungan seksual, baik dengan dewa lain maupun manusia, tetapi dalam Alkitab ide seperti itu sama sekali tidak diajarkan. Di samping itu, jika pengetahuan ini memang berkaitan dengan aktivitas seksual manusia, mengapa Allah perlu mencegahnya (2:17)? Bukankah Allah menciptakan laki-laki dan perempuan supaya mereka menjadi satu tubuh (2:24) dan menghasilkan banyak keturunan sehingga mereka bisa memenuhi dan menguasai bumi (1:26, 28)? Bukankah sebelumnya manusia juga sudah sama-sama telanjang (2:25)? 22 e Ap a m ak sud Po h o n Pe n ge t ah u an B ai k & Jahat?|#D OYO U KNOW MAGZ Pandangan kedua mencoba melihat pengetahuan ini sebagai kesadaran moral. Dukungan utama bagi pandangan ini berkaitan dengan penggunaan frase “mengetahui yang baik dan jahat” di bagian Alkitab lain. Dari pemunculan ini terlihat bahwa frase ini seringkali dikenakan pada anak-anak kecil (Yes 7:15-16) atau remaja yang belum memiliki kemampuan legal dalam hal moralitas (Ul 1:39). Kitab Kejadian sendiri memberikan dua contoh tentang hal ini dan semuanya berhubungan dengan Laban. Ia tidak bisa mengatakan apa yang baik dan buruk (24:50) ketika ia menyadari bahwa TUHAN telah mempertemukan hamba Abraham dengan Ribka (24:45-49). Ia juga dilarang untuk mengatakan “yang baik atau buruk” (KJV/NASB/RSV/NIV “jangan mengucapkan sesuatu kepada Yakub, baik yang baik maupun yang jahat”, kontra LAI:TB “sepatah katapun”) tentang Yakub. Dua contoh ini dipahami sebagai bukti bahwa Laban tidak mau melakukan sesuatu yang salah (penilaian moral). Contoh paling jelas terdapat dalam doa Salomo (1 Raj 3:9). Ia meminta agar Tuhan memberi dia kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat dalam konteks pengadilan perkara. Pandangan di atas juga tidak luput dari kesalahan serius. Teori tersebut tidak bisa menjelaskan makna “mengetahui yang baik dan jahat” dalam ucapan Barzilai (2 Sam 19:35). Sesuai konteks yang ada, tidak mungkin Barzilai di usia 80 tahun justru tidak bisa mengadakan pembedaan secara moral. Kelemahan lain berkaitan dengan konteks Kejadian 2-3. Seandainya kemampuan ini adalah kemampuan moral, mengapa Allah mencegah sesuatu yang positif seperti ini (2:17)? Selain itu, tidak ada bukti bahwa Adam dan Hawa sebelum kejatuhan ke dalam dosa tidak memiliki kemampuan moral seperti ini. Berdasarkan perintah dan larangan di 2:15-17 tersirat bahwa manusia dalam taraf tertentu sudah mampu membedakan mana yang baik dan yang jahat secara moral. Bersambung……... NK_P 23 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i n an | #MISSIO N MAGZ INJIL DITENGAH KETIDAKADILAN & KEMISKINAN (Lanjutan tgl 6 Agustus 2017) eadilan bukan hanya masalah etika, yaitu jenis tindakan yang dituntut dari manusia dalam suatu moral universal – melainkan juga merupakan amanat pengharapan. Dalam Injil ada deklarasi tentang situasi yang akan datang, hal itu merupakan peringatan tentang situasi di mana semakin lama manusia akan semakin sinis dan K tidak peduli satu dengan yang lainnya dan bahwa penderitaan dan keterasingan bukanlah menjadi urusan mereka dan bukan menjadi akhir dari alam semesta. Injil memproklamasikan tentang suatu penghakiman yang merupakan vonis terakhir dari keadilan mutlak terhadap segala korupsi dan kekejaman manusia. Kadang-kadang “suara kenabian” hanya didengar sebagai kecaman. 24 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N MAGZ Namun maklumat keadilan juga merupakan anugerah, sebab para nabi selalu memberikan baik suatu peringatan tentang bencana atau hukuman yang akan terjadi kalau umat tidak berubah, hal ini merupakan teguran dan kasih Allah supaya mereka mau mengambil kesempatan untuk bertobat dan berbalik kepada Allah dan menerima kasih karunia untuk melakukan kehendakNya. Allah berpihak kepada kaum miskin berarti, memiliki beberapa arti, pertama bahwa penindasan dan perampasan hak bukanah sifat Allah. Penderitaan kaum miskin bukan selalu merupakan hukuman Allah atas mereka. Allah tidak menentang kaum miskin, tetapi mengasihi dan peduli pada mereka. Yang kedua, perbedaan kekayaan yang besar bukan bagian dari tatanan alam. Allah tidak menetapkan suatu situasi ketidakseragaman seperti seorang tiran dari jauh. Allah ada di atas kaum miskin. Yang ketiga, rahmat Allah dinyatakan di dalam keikutsertaan-Nya dalam penderitaan kaum miskin, dengan memberikan dorongan, keteguhan dan ketabahan serta tidak berdiam diri atas ketidakadilan. Di Alkitab kita melihat bagaimana, Allah selalu memahami kondisi orang miskin dalam menetapkan hukum-hukum-Nya, untuk mencegah orang miskin ditolak oleh banyak pihak. Dikemukakan bahwa Allah memihak mereka yang tertindas, berarti Allah tahu apa yang harus dilakukannya dan Ia juga adalah Hakim yang adil bagi semua orang. Orang-orang miskin tak terhindarkan selalu menjadi korban ketidakadilan dari keadaan mereka, tanpa sedikitpun pihak lain mau bertanggung jawab atas apa yang dialami oleh kaum miskin. Konsekuensi dari situasi ini adalah timbulnya romantisme kaum miskin, seakan-akan mereka adalah orang yang diampuni 25 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N MAGZ dosanya karena penderitaan mereka. Selain itu, penyebab kemiskinan selalu akibat dari struktur dan tindakan eksternal yang tak terkendali dari masyarakat tertentu kepada mereka sehingga mereka dikondisikan untuk tidak dapat berdaya, jadi tidak heran kalau mereka akan menjadi mainan dari keadaan atau para penguasa. Itu berarti menjadikan mereka terdehumanisasi. Kalau terjadi sebaliknya, kita percaya bahwa seandainya keadaannya tepat, kaum miskin akan bertindak tanpa mementingkan diri sendiri demi kepentingan umum. Penting bagi kita untuk memperhatikan dan bertanggung jawab atas situasi mereka, dengan memperlakukan setiap orang miskin dan orang yang tidak mengalami ketidakadilan seperti Allah telah lakukan, yaitu berpihak pada mereka yang tertindas dan menjadi teladan bagi mereka agar mereka melihat kebenaran Injil dalam hidup kita. Pilihan yang mendahulukan kepentingan kaum miskin dan yang mengalami ketidak adilan agar dapat memperoleh makna yang layak harus berakar pada visi Alkitab tentang Allah. Kita dapat mulai dengan hukum-hukum tentang para janda, yaitm piatu dan imigran (Kel 22:21—4; 23:9; Im 19:33; Ul 27:19). Untuk alasan yang berbedabeda, masing-masing kelompok ini di dalam komunitas. Oleh sebab itu Allah menuntut seluruh komunitas untuk bertanggung jawab atas mereka karena posisi rentan yang dimiliki mereka (Ul 10:1819). Dalam pengajaran Yesus, kita melihat siapa-siapa saja yang disebutNya berbahagia. Mereka adalah orang-orang yang menghibur orang yang berduka, orang-orang yang memperlihatkan belas kasih, yang bekerja demi syalom, yang mebuka rumahnya bagi orang lain tanpa memikirkan pahala (Mat 5:4-9; Lu. 6-30-6). Orang miskin itu sendiri 26 e I n j il Diten gah Ke t i d ak ad i l an d an Ke m i s k i nan | #MISSIO N MAGZ berbahagia sebab di dalam kedatangan Kerajaan Allah aka nada cukup tempat bagi mereka semua (Luk. 6:201). Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, Yesus menegaskan bahwa orang Samaria itu benar-benar bertindak sebagaimana Allah bertindak, mengurus korban dari serangan yang tak beralasan dan tidak diprovokasi(Maz. 146:7-9; 68: 6-7). Bersambung……... 27 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E RENUNGAN HARIAN Senin, 14 Agustus 2017 INGATLAH YANG KRISTUS LAKUKAN (BACAAN: KOLOSE 1:12-14) Seorang ibu mengalami depresi untuk alasan yang sulit dipahami. Dia memiliki tiga orang anak yang cukup baik, sangat mengasihi mamanya, namun sayang kehidupan tiga anaknya tidak semuanya berjalan sesuai apa yang dimimpikan mamanya. Di tengah-tengah kebaikanpun, ibu ini bisa dengan mudahnya menemukan alasan untuk depresi. Kebanyakan orang hanya mampu bersukacita dan bersyukur hanya ketika hidupnya sempurna sesuai dengan impiannya. Mari kita belajar dari Paulus bagaimana dapat tetap bersukacita di tengah kehidupan yang tidak ideal. Di dalam teks kita, tulisan Paulus penuh dengan ucapan syukur dan sukacita, padahal Paulus sedang berada di dalam penjara. Bagi Paulus penjara tidak dapat merebut sukacitanya, sebab apa yang telah Kristus lakukan untuknya dan juga jemaat Kolose terlalu besar untuk dapat memadamkan dukacita sebab dipenjarakan. Paulus mengucap syukur dan bersukacita ketika mengingat bahwa Kristus telah melepaskan dirinya dan juga jemaat Tuhan dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan-Nya. Tidak ada kabar yang lebih baik dari kabar ini. Ini berbicara tentang realita rohani yang dampaknya kekal. Kita telah mengalaminya. Ada banyak kemungkinan kita mengalami hal-hal yang secara jasmani tidak mengenakkan. Namun kebenaran di dalam berita ini selalu sanggup membuat kita bersukacita melewati semuanya. Apakah saat ini saudara sedang berada dalam situasi yang menyulitkan saudara? Apakah itu membuat saudara sulit bersukacita? Arahkanlah matamu kepada Kristus. Pandanglah apa yang telah Ia lakukan untukmu. Kebenaran itulah yang dapat menolong saudara tetap bersukacita dan bersyukur menghadapi apapun. 28 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Selasa, 15 Agustus 2017 INGATLAH SIAPA ALLAHMU (BACAAN: KOLOSE 1:15-16) M anusia berada di tengah-tengah dunia yang mudah berubah. Semua kondisi baik yang kita alami tidak pernah permanen, semuanya segera berubah. Perubahan ini tentu membuat sebagian orang tidak siap menghadapinya. Namun, tenggelam dalam perubahan dunia akan menghancurkan kita. Tidak sedikit saya menemukan orang yang dipenjarakan mengalami depresi dan tekanan. Berbeda dengan Paulus, dari tulisan-tulisannya tidak terlihat Paulus sedang merana karena sedih. Pikiran Paulus seolaholah dipenuhi oleh Kristus, sehingga ia menggunakan setiap kesempatan untuk membicarakan Dia dengan penuh hormat. Di dalam teks ini Paulus menggambarkan Kristus sebagai yang sulung, yang lebih utama. Ini merupakan cara Alkitab menggambarkan kekekalan kepada kita. Dia sejak awal sama sekali bukan ciptaan, melainkan justru Dia-lah Sang Pencipta. Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan (ay. 16). Dia sudah ada sebelum dunia diciptakan, sebelum permulaan waktu. Segala sesuatu ada di dalam Dia. Artinya mereka bukan hanya bertahan hidup dalam keberadaan mereka, melainkan juga ada karena perintah atas mereka dan ketergantungan mereka. Dia bukan hanya menciptakan segala sesuatu pada awalnya, melainkan juga oleh firman kekuasaan-Nya mereka semua terus ditopang (Ibr. 1:3). Seluruh ciptaan disatukan oleh kekuasaan Anak Allah, dan dibuat bergantung pada kerangkanya yang tepat. Mengingat siapa Allah yang kita sembah sangat menentukan kondisi kerohanian kita. Apakah saudara sedang mengalami “perubahan-perubahan itu?” Keadaan kesehatan berubah, keadaan ekonomi berubah, keadaan keluarga berubah. 29 e Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E MAGZ Dalam kondisi ini kita perlu mengisi pikiran kita tentang siapa Allah kita. Memahami kemahakuasaan Allah kita akan memberikan kekuatan menghadapi perubahan apapun. Rabu, 16 Agustus 2017 PERCAYA DAN TENANGLAH (BACAAN: KOLOSE 1: 17-19) S eorang profesor yang sombong dan tidak saleh berkata kepada seorang anak kecil yang percaya kepada Tuhan Yesus, “Gadis kecilku, kamu tidak tahu kepada siapa kamu percaya. Ada banyak kristus di dunia ini. Kristus mana yang kamu percayai?” “Saya tahu siapa yang saya percayai,” sahut anak itu. “Saya percaya kepada Kristus yang bangkit dari antara orang mati!” Kebangkitan Kristus merupakan salah satu pokok iman di dalam kekristenan. ”Ia yang Sulung, yang pertama bangkit.” Lazarus pernah mati lalu dibangkitkan, tapi kemudian ia mati kembali. Tidak demikian dengan Yesus. Dia mati lalu bangkit, dan hidup untuk selama-lamanya. Ketika Dia dikatakan yang sulung, yang pertama bangkit, artinya kebangkitan Yesus merupakan jaminan bahwa umat tebusan-Nya akan dibangkitkan juga pada waktu kedatangan-Nya yang kedua. KebangkitanNya menunjukan bahwa Ia Allah yang berdaulat atas kematian. Dia layak untuk dipercayai. Kepercayaan Paulus kepada Allah yang bangkit inilah yang memberikan ketenangan bahkan sukacita kepadaNya. Jangan menjalani hidup ini seolah-olah Dia masih berada di dalam kubur. KArena Ia hidup, ada hari esok. Dia Allah yang berkuasa atas kematian, Dia Allah yang berdaulat mutlak. percayalah dan tenanglah di dalam Dia. Arahkanlah pandanganmu melintasi kubur yang kosong kepada Pribadi yang dapat memenuhi hidup kita dengan kuasa kebangkitan-Nya! 30 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Kamis, 17 Agustus 2017 DIA YANG MENDAMAIKAN (BACAAN: KOLOSE 1: 20-23) S ebelum Copernicus (penggagas awal sebuah pengetahuan tentang heliosentrisme,) meninggal dunia, dia sempat mengatakan beberapa kalimat ini yang kemudian ditulis di dalam nisannya yang hari ini ada di Gereja St. Yohanes di Thorn, Polandia. “Tuhan, aku tidak berani meminta anugerah yang telah Engkau berikan kepada Rasul Paulus. Tidak juga aku berani untuk meminta anugerah seperti yang telah Engkau berikan kepada Rasul Paulus. Akan tetapi anugerah pengampunan yang telah Engkau nyatakan dan berikan kepada penjahat yang ada di sebelah salib-Mu itu, anugerah pengampunan seperti itulah ... tunjukkan kepadaku.” Hari itu seluruh dunia seolah berbalik menghakimi dia. Dia dibenci dan dihujat oleh semua orang. Pertanyaan yang seharusnya kita ajukan adalah “dengan pernyataan Copernicus tepat sebelum dia meninggal dunia itu, apa yang dia cari?” Tentu jawabannya adalah kedamaian. Kejadian 3:17 mencatat tentang fakta dosa tidak hanya mengakibatkan rusaknya relasi antara manusia dengan Allah, tapi juga antara manusia dengan alam (Kej. 3:17). Yesuslah satu-satunya jalan yang mampu memperdamaikan/ merekonsiliasi relasi-relasi yang rusak itu, hingga relasi-relasi tersebut kembali dipulihkan. Dia memperdamaikannya melalui pengorbanan-Nya di kayu salib yang menebus dosa manusia. Kematian-Nya bersifat menggantikan (substitusi) dosa manusia. Bersyukurlah Jika damai itu telah dihadirkan Krisus dalam hidupmu. Bagi saudara yang masih belum menemukan damai itu, maka ambillah keputusan untuk percaya kepada Yesus yang telah mati di kayu salib. 31 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Jumat, 18 Agustus 2017 TETAPLAH MELAYANI (BACAAN: KOLOSE 1: 24-25) A pakah saudara dapat merasakan sukacita ketika berada dalam penderitaan apalagi ketika saudara sedang bekerja bagi Tuhan? Mungkin saudara bingung menjawab, antara menginginkan sukacita tersebut, tapi sebenarnya sulit menerimanya. Tetapi mengapa rasul Paulus berkata demikian? Bila kita melihat kembali keberadaan Paulus sebagai hamba Kristus, kita menemukan bahwa ia adalah rasul yang sungguh-sungguh membaktikan hidupnya bagi Kristus, namun ia sangat menderita. Kesetiaannya inilah banyak orang yang menerima Kristus, tetapi banyak juga yang menolak Kristus bahkan berespons berlebihan, membenci dan menyiksa Paulus. Apa yang membuat Paulus sedemikian total dalam melayani Tuhan meski menderita? Yesus Kristus. Paulus menempatkan dirinya secara mutlak di bawah otoritas Kristus sebagai pusat pelayanannya. Karya keselamatan Kristus merupakan bagian utama dari setiap pemberitaannya, dan semua pertumbuhan warga jemaat diarahkan kepada Kristus. Bagi Paulus, menderita karena melayani Kristus bukanlah suatu hukuman melainkan hak istimewa karena diperkenankan mengambil bagian dalam karya-Nya. Apakah saudara juga sedang merasakan hal ini? melayani namun menderita, difitnah, tidak dihargai. Bersukacitalah sebab Anda telah mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami. 32 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Sabtu, 19 Agustus 2017 HADAPILAH DENGAN SEIMBANG (BACAAN: KOLOSE 1: 28-29) I lusi didefinisikan sebagai “persepsi yang salah terhadap kenyataan”. Para pesulap mengandalkannya untuk mengelabui penonton. Namun, ada beberapa ilusi yang dapat berakibat fatal. Jika saya mengejar fatamorgana yang terlihat seperti air di padang gurun, saya bisa mati kehausan. Ilusi yang paling berbahaya adalah ilusi rohani di mana mereka tidak mengikuti cara pandang Allah. Pada saat itu di Kolose bertebaran ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat. Ayat 1:28 menceritakan bagaimana Rasul Paulus menghadapinya. Ia berusaha untuk mengajarkan hikmat untuk memimpin tiap-tiap orang kepada pengenalan kepada Kristus secara sempurna. Paulus mengoptimalkan semua kemampuannya untuk menasehati dan mengajarkan di dalam segala hikmat. Namun Ia menyadari bahwa dengan mengandalkan kekuatannya, tidak ada apapun yang dapat dihasilkanItu sebabnya iapun mengandalkan kuasa Tuhan yang bekerja dalam dirinya. Mungkin hari ini kita tidak menghadapi penyesatan seperti Paulus pada masa itu. Namun bukankah kita seringkali menghadapi anak, saudara atau sahabat kita yang memiliki konsep yang sesat? Lakukanlah dua prinsip yang sudah dilakukan Paulus. Kerahkan segenap kekuatan untuk menasehati dan mengajarkan di dalam segala hikmat dan andalkanlah kuasa Allah. 33 e P E N G UM UM AN MAGZ AGENDA MINGGU INI Hari / Tanggal Keterangan Senin, 14 Agustus 2017 23.00 Selasa, 15 Agustus 2017 18.30 Rabu, 16 Agustus 2017 18.30 19.00 Kamis, 17 Agustus 2017 06.00 18.30 Jumat, 18 Agustus 2017 19.00 Sabtu, 19 Agustus 2017 06.00 18.30 22.00 Minggu, 20 Agustus 2017 Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Bp. Augustinus Oenarta STAR: Pembukaan Semester “How To Read The Institutes of the Christian Religion” Oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M HUT: Anak Vivaldi Ogamu Manurung Pembinaan Jemaat modul 1 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Ev. Heri Kristanto Latihan Musik KU 3 HUT: Bp. Sai Dong Doa Pagi Pembinaan Jemaat modul 1 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Ev. Yohanes Dodik Latihan Musik KU 1 dan KU 2 HUT: Sdri. Jessica Tjong HUT: Bp. Agus Sani Priadi Doa Pemuridan Persekutuan Pemuda Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FM HUT: Sdri. Vionatha Lengkong HUT: Sdr. Abraham Graviro 34 e MAGZ P E N G UM UM AN AGENDA MINGGU INI HUT: Sdri. Michelle Elma Evangelina HUT: Ibu Dwi Lita Kristiani 35 e JADWAL P E NATAL AYANAN IBADAH UMUM MAGZ Minggu, 13 Agustus 2017 Penatalayanan Ibadah Remaja (Pk. 10.00 WIB) Ibadah Umum I (Pk. 07.00) Ibadah Umum II (Pk. 10.00) Ibadah Umum III Cab. Darmo (Pk. 17.00) (Pk. 07.00) Cab. Darmo (Pk. 10.00) Kasih Yang Mendisiplin (Ibrani 12:4-13) Tema Pengkhotbah Ev. Heri Kristanto Ev. Yohanes Dodik Liturgos Sdr. Calvin Bp. Andreas W Sdri. Helen Sdr. Sumito Sdr. Dave Pelayan Musik Sdr. Andreas Sdr. Daniel Sdr. Aurel Sdr. Arka Sdr. Michael Sdr. Tan Hendra Sdr. Haris Sdr. Willy Sdr. James TEAM Pelayan LCD Sdri. Caroline Sdr. Kevin Sdri. Melissa T Penyambut Jemaat Sdri. Fefe Sdri. Naomi Ibu Titik Sdri. Krisna Sdri. Ririt Sdr. Robin Ibu Nunuk Sdr. Andreas Ibu Evi Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. Sdr. Yosi Bp. Imbo Ibu Yatmi Bp. Andreas K Ibu Rini Doa Syafaat Doa Persembahan Doa Pra & pasca Ibadah Singer Sdri. Marlin Sdri. Eka Pdt. Yakub Sdri. Naomi Ev. Heri Sdr. Robin Bp. Andreas W Sdri. Henny Ibu Dinna Ibu Sisca Sdr. Ian Ibu Ike Sdri. Eka Ev. Dodik Sdr. Haris Sdri. Angeline Sdri. Suci Sdri. Nike 36 e JADWAL P E NATAL AYANAN IBADAH UMUM MAGZ Minggu, 20 Agustus 2017 Penatalayanan Tema Ibadah Remaja (Pk. 10.00 WIB) (Pk. 07.00) Ibadah Umum II (Pk. 10.00) Ibadah Umum III (Pk. 17.00) Ev. Heri Kristanto Liturgos Sdri. Dewi Pelayan Musik Sdr. Michael Sdr. Arka Sdr. Evan Sdr. Andreas Pelayan LCD Sdr. Daniel (Pk. 07.00) Cab. Darmo (Pk. 10.00) Sdr. Jeremy Sdr. Calvin Bp. Andhika Ev. Edo Walla Sdr. Willy Kumara Ibu Wilis Sdri. Grace Sdr. Ishak Sdr. Willy Sdr. Hizkia Sdr. Haris Sdr. Ishak TEAM Ev. Troy Hiendratno, M. Div. Ev. Heri Bp. Felix Bp. Eliazar Sdr. Lutfi Sdri. Kezia A Bp. Imbo Ibu Hariati Bp. Lipurno Ibu Ibu Wiwin Suyatmi Ibu Fenissa Ibu Sundari Sdr. Felix Sdr. Calvin Ev. Dodik Doa Pra & pasca Ibadah Ev. Heri Singer Sdri. Krisna Sdri. Michelle Ibu Hariati Bp. Felix Sdri. Marlin Sdr. Ishak Sdri. Natalia Bp. Sdr. Amir Sugiraharjo Bp. Agus Aryo Doa Syafaat Doa Persembahan Cab. Darmo Jika Allah Baik, Mengapa Orang Benar Menderita? Bagian 1 (Ayub 42:1-6) Pengkhotbah Penyambut Jemaat Ibadah Umum I Sdri. Dina Bp. Andhika Ev. Edo Walla Sdr. Amir Sdri. Dina Bp. Soegianto Ev. Heri Bp. Budiono Sdr. Dennis Sdri. Vani O Sdri. Devina F Sdri. Sdri. Marlin Dita Sdri. Sdri. Christine Christine 37 e JADWAL P E NATAL AYANAN MAGZ SEKOLAH MINGGU 13 Agustus 2017 20 Agustus 2017 Liturgis Kak Budi Kak Mei Pelayan Musik Kak Willy Kak Willy Doa Pra/Pasca SM Kak Evelyn Kak Mei Tema TUHAN MEMILIHKAN ISTERI BAGI ISHAK TUHAN MEMILIH YAKUB Bahan Alkitab Kejadian 24:1-67 Kejadian 25:19-34;27-28:1-5 Sion Kak Budi Kak Budi Getsemani Kak Suani Kak Suani Yerusalem Kak Mei Kak Venna Nazareth Kak Dessy Kak Evelyn Betlehem Kak Debby Kak Fenny Keterangan (Pk. 09.30 WIB) (Pk. 09.30 WIB) IBADAH PEMUDA Sabtu, 12 Agustus 2017 Sabtu, 19 Agustus 2017 Pengkhotbah Pdt. Reyco W Pdt. Reyco W Litrugos Sdri. Clara Sdr. Fredy Pelayan Musik TEAM TEAM Pelayan LCD Sdri. Christine Sdri. Clara Penyambut Jemaat Sdr. Labson Sdr. Tanius Petugas Doa Sdr. Fredy Sdr. Fredy Singer Sdri. Yanti Sdri. Lovery Sdri. Yanti Keterangan (Pk. 18.30 WIB) (Pk. 18.30 WIB) Tema 38 e Data Keh adir an Je m aat MAGZ Ibadah DATA KEHADIRAN JEMAAT Hari/Tanggal Jumlah Jemaat Umum 1 48 Umum 2 150 Umum 3 52 Sekolah Minggu 32 Remaja Pemuda Minggu, 6 Agustus 2017 - Keterangan Gabung Umum 18 Cab. Darmo KU 1 28 Cab. Darmo KU 2 45 RM = - POS Batam 21 - POS Batu Aji SM = 62; RM = 46 39