I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu-isu mengenai kemiskinan untuk waktu yang lama akan merupakan fokus pembangunan. Perhatian terhadap kemiskinan bahkan menjadi isu global yang terungkap secara tegas dalam sasaran-sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals, MDGs). MDGs menetapkan sebagai sasaran utamanya adalah penghapusan kemiskinan ekstrim(exteme poverty) dan kelaparan pada tahun 2015. Target ini menjadi acuan kemajuan suatu negara. Sekalipun sudah merupakan komitmen global, upaya penanggulangan kemiskinan disadari bukan merupakan hal sederhana, karena kemiskinan bersifat kompleks. Sifat kompleks masalah kemiskinan menuntut kebijakan dan strategi penanggulangan yang terintegrasi, misalnya melalui program-program perluasan kesempatan kerja produktif, pemberdayaan manusia dan kemudahan untuk mengakses berbagai peluang social ekonomi yang ada. Karena berbagai keterbatasan pemerintah, program pengentasan kemiskinan ataupun kebijakan yang berorientasi pada masalah kemiskinan membutuhkan skala proritas. Di Indonesia, kemiskinan merupakan masalah yang sangat krusial, tidak hanya karena tendensinya yang semakin meningkat, namun juga konsekuensinya yang tidak hanya meliputi ruang lingkup ekonomi semata namun juga masalah sosial dan instabilitas politik dalam negeri. Oleh karena itu, pengentasan masalah kemiskinan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perjuangan menghilangkan orang miskin adalah perjuangan ketidakseimbangan kekuatan. Menurut Ikhsan (2001) bahwa 99 persen penduduk miskin dalam sub sektor pertanian pangan adalah petani atau buruh tani. Karena itu perlu untuk menetapkan sector pertanian pangan sebagai target dalam kebijakan anti kemiskinan. Tanpa perencanaan yang matang dan langkah strategis yang konsisten untuk meningkatkan produksi pangan, Indonesia sebagai negara agraris dalam arti mayoritas angkatan kerjanya bekerja di bidang pertanian akan 1 terus menjjadi negara importer pangan yang g sangat bessar yang akaan terus sem makin membesarr dan pada gilirannya g d dapat mengaancam ketahhanan nasional 24,2 24,8 23,4 2 22,4 21,9 21,8 21,1 4 20,4 20,2 20,1 20,0 2 19,4 19,1 18,9 20,0 18,4 18,2 8 17,8 17,4 16,7 16,6 15,9 15,4 14 4,6 14,5 15,0 13,6 13,5 12,5 12,1 11 1,7 11,7 (Persen) 25,0 9,8 10,0 5,0 ‐ 22003200420 00520062007 72008 19981999200020012002 Tahun Kota Desaa Total Suumber: BPS Gaambar 1. Perkembangann Jumlah Peenduduk Miskin M Tahunn 1998 – 20 008 Perrkembangann jumlah dan persen ntase penduuduk miskiin pada peeriode 1998 - 20008 tampakk berfluktuaasi dari tahu un ke tahunn meskipunn terlihat ad danya kecenderuungan menuurun pada peeriode 2002 2 – 2005. Masih M relatiff tingginya angka a kemiskinaan merupakkan masalahh yang sed dari dulu dihadapi banngsa ini. Angka A kemiskinaan di Indoonesia sejaak terjad dinya krisiss hingga saat ini belum b menampakkan penurunnan yang beerarti. Uppaya-upaya pengentassan kemiskinan yanng dilakukkan antara lain membagikkan beras bagi orang miskin, m banttuan kesehaatan dan peendidikan. Tetapi T upaya-upaaya dalam jangka j pannjang tidak dapat dianndalkan. Seelain memb bebani pemerintaah, juga berrpotensi unntuk disalah hgunakan. Salah S satu llangkah po otensil untuk meengurangi kemiskinan k n secara beerkesinambuungan adallah pening gkatan jumlah prroduksi panngan. Kareena selain memperkuat ketahanaan pangan juga menciptakkan lapanggan kerja dan meniingkatkan pendapatann dan tenttunya menguranngi jumlah penduduk p m miskin. 2 Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs aproach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan, yang diukur dari sisi pengeluaran. Komoditi pangan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Beras merupakan bahan makanan utama rakyat Indonesia. Sekitar 95% dari 230 juta rakyat Indonesia memiliki kebutuhan makanan pokok adalah beras. Tidak mengherankan bila permintaan beras di Indonesia sangat besar, bahkan konsumsi beras Indonesia adalah konsumsi terbesar di dunia (Surono, 2007). Menurut Harianto (2001), beras merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54,3 persen, dengan kata lain setengah dari intake kalori adalah bersumber dari beras. 1.2. Perumusan Masalah Kondisi perekonomian Indonesia sudah berangsur pulih sejak terjadinya krisis pada pertengahan 1997 yang ditunjukkan oleh semakin membaiknya kondisi makroekonomi nasional, khususnya membaiknya pertumbuhan ekonomi. Namun masalah kemiskinan khususnya di perdesaan masih belum dapat diatasi. Kemiskinan sebagian besar merupakan fenomena pedesaan, dengan lebih dari 30 persen rumah tangga di pedesaan hidup dibawah garis kemiskinan. Salah satu karakteristik yang terkait dengan tingginya tingkat kemiskinan di Pedesaan adalah rumah tangga dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Menurut Siregar (2007), masalah kemiskinan tidak dapat dipecahkan hanya dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi semata dengan mengharapkan terjadinya efek menetes kebawah (trickle down effect). Tingkat kemiskinan di desa selalu lebih besar dari kota. Secara rata-rata perbedaan angka kemiskinan desa-kota pada periode tersebut lebih dari 35 persen. Padahal sebagaimana diketahui tenaga kerja pertanian, kehutanan, dan perikanan yang sebagian besar berada di pedesaan merupakan mayoritas tenaga kerja di 3 Indonesia.. Selama peeriode terseebut secaraa rata-rata lebih dari 444 persen teenaga kerja bekkerja di sektor pertannian, kehuttanan, dan perikanan. Artinya dapat dikatakan bahwa perttumbuhan ekonomi e yan ng terjadi belum b dirasaakan manfaaatnya bagi masyyarakat kelaas bawah khususnya k di d wilayah pedesaan. Hal inilah yang menyebabbkan masihh relatif tinngginya ang gka kemiskkinan di w wilayah pedesaan dibandinggkan perkotaaan. 10 50,0 45,0 5 40,0 0 30,0 (%) Juta orang 35,0 25,0 ‐5 20,0 Kota Desa Total 15,0 ‐10 10,0 Growth 5,0 ‐ ‐15 1998 2000 20 002 2004 200 06 2008 Tahun Suumber: BPS G Gambar 2. Pertumbuhan P n Ekonomi dan Perkem mbangan Keemiskinan menurut Wilaayah Tahun n 1998 - 20008 Kaarena porsi belanja beeras dalam pendapataan penduduuk miskin relatif r besar, maaka perubahhan harga beras b akan sangat berrpengaruh tterhadap ju umlah orang miskin. m Baggaimanakahh pengaruh h kenaikan harga beras terh hadap peningkataan jumlah orang misskin dan faaktor-faktorr apa yangg mempeng garuhi fluktuasi harga h beras?? Di sisi laain, kenaikaan harga berras dapat saj aja meningk katkan pendapataan petani padi, p sehinggga memun ngkinkan mereka m lepaas dari beleenggu kemiskinaan. Namun apakah a benaar peningkaatan produkksi beras akaan meningk katkan pendapataan petani padi? p Kaarena itu perlu p dikajii, apakah hharus dilak kukan kebijakan harga baikk output mauupun input ataupun suubsidi untukk pemilikan aset? Oleh karena itu, secaara umum perlu p dikaji faktor-fakttor apa yangg mempeng garuhi jumlah peenduduk miskin di daaerah pedessaan. Secara khusus juuga perlu dikaji d 4 hubungan antara peningkatan produksi beras dan menjaga stabilitas harga beras dengan upaya pengentasan kemiskinan di pedesaan. Timmer (2007) menjelaskan penyebab-penyebab utama dan pilihan-pilihan kebijakan yang memungkinkan Indonesia untuk memperoleh manfaat dari pertumbuhan yang berpihak kepada golongan miskin untuk jangka waktu lama. Ia mengidentifikasi adanya integrasi yang erat antara pasar tenaga kerja pedesaan dan perkotaan serta peningkatan produktivitas pertanian melalui investasi dalam prasarana pedesaan dan pertanian untuk pertumbuhan yang berpihak pada golongan miskin di Indonesia. I.3. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika harga dan produksi beras dalam rangka pengentasan kemiskinan di Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis dinamika harga beras dan produktifitas padi serta perkembangan tingkat kemiskinan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan pedesaan, harga beras dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran beras. 1.4. Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi/masukan bagi pemerintah dalam pengurangan kemiskinan melalui kebijakan harga beras dan usaha peningkatan produksi padi. Studi dibatasi dalam lingkup pada beberapa hal berikut: 1. Kemiskinan yang diamati adalah kemiskinan desa pada tingkat propinsi penghasil beras di Indonesia. Dasar pertimbangannya adalah bahwa tenaga kerja pertanian sebagian besar berada di pedesaan dan merupakan mayoritas tenaga kerja di Indonesia. Kegiatan penanaman padi dan produksi beras mempunyai hubungan yang luas dengan kegiatan lain, sehingga secara langsung atau tidak langsung dapat memperluas kesempatan kerja. 2. Periode pengamatan adalah periode 2000-2008. Dasar pertimbangannya adalah bahwa selama periode ini banyak perkembangan-perkembangan 5