pendahuluan - IPB Repository

advertisement
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian terutama di
negara-negara Barat. Gejala ini juga mulai nampak di negara-negara berkembang
termasuk Indonsia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1972, penyakit kardiovaskuler
masih di peringkat ke-11 penyebab utama kematian di Indonesia. Tahun 1986
naik ke urutan ketiga. Tahun 1992 angka kematian akibat penyakit kardiovaskular
ini meningkat menjadi 16,4 % dan data SKRT tahun 1995 bahkan meningkat lagi
menjadi 24,5 % dan menjadi peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia
(Efendi 2003).
Mayoritas
penyakit
kardiovaskular
terjadi
karena
komplikasi
aterosklerosis (Devaraj dan Jialal 1996, Crowther 2005). Penyakit ini salah
satunya disebabkan oleh adanya radikal bebas (Steinberg 2009). Kumpulan
akumulasi radikal bebas atau oksidan ini secara terus menerus akan menyerang
serta merusak sel-sel tubuh, menyebabkan lemak dan protein tidak berfungsi,
membran hancur, serta sel-sel tubuh termasuk sel-sel jantung dan sel-sel otak
tidak dapat berfungsi dengan baik, serta merusak sel-sel imunitas (sel darah
putih/leukosit). Terakumulasinya sampah oksidan sepanjang hidup inilah yang
menyebabkan
percepatan
proses
penyakit
degenerasi
seperti
kanker,
aterosklerosis, disfungsi system saraf dan otak (stroke), rematik dan penyakit
jantung (Theroux 2005).
Molekul radikal bebas dan senyawa turunannya antara lain reactive oxygen
species (ROS) dapat menyerang sel sehingga menimbulkan berbagai kerusakan
pada sistem sel dan kerusakan jaringan syaraf yang tidak dapat diperbaiki lagi
yang disebut apoptosis (Silalahi 2006). Radikal bebas berperan penting dalam
menginduksi apoptosis di bawah kondisi fisiologis dan patologis (Simon et al.
2000, Madeo et al. 2004). Menurut Laun et al. (2001), ROS dapat menyebabkan
pemendekan masa hidup sel ragi.
Apoptosis ialah suatu bentuk kematian sel terprogram yang terjadi secara
alami pada setiap sel untuk mengimbangi proses mitosis yang terus menerus
terjadi. Apoptosis diatur secara genetik dan distimulasi oleh faktor-faktor
pertumbuhan. Sel yang sedang mengalami apoptosis memperlihatkan karakteristik
morfologis berupa pengerutan sel, kondensasi kromatin, pembentukan badan
apoptotik, fagositosis sel atau badan apoptotis oleh sel didekatnya. Apoptosis
dapat terjadi secara normal maupun setelah mengalami penyempurnaan sistem
imun, perkembangan embrionik, kehilangan hormon endokrin atau sel sensitif,
stres suhu dan metabolik, pergantian jaringan normal, dan kerusakan DNA (Ligr
et al. 1998, Dash 2007). Hambatan pada proses kematian sel terprogram
merupakan salah satu faktor yang menimbulkan keganasan. Kasus ini terjadi pada
sel kanker yang tidak mati dan terus menerus berkembang (Jalal, 1999).
Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya oksidasi Low Density
Lipoprotein (LDL) (Steinberg 2009). Partikel LDL yang teroksidasi ekstensif
tidak dikenali oleh reseptor LDL, tapi sangat disukai oleh reseptor di makrofag
dan akan memicu akumulasi ester kolesterol yang cukup banyak sehingga
terbentuk sel busa (foam-cell). Partikel LDL yang teroksidasi memiliki beberapa
efek biologi yang merugikan di antaranya pro-inflamasi, menyebabkan
penghambatan sintesis oksida nitrit di endotel, memicu vasokonstriksi dan adhesi,
menstimulasi sitokin seperti interleukin-1, dan peningkatan agregasi platelet
(Crowther 2005, Steinberg 2009). LDL yang teroksidasi bisa memicu apoptosis
(Steinberg 2009). LDL yang teroksidasi juga bisa membalikkan efek koagulasi
dengan menstimulasi jaringan faktor dan sintesis plasminogen activator inhibitor1. Properti aterogenik lain dari LDL yang teroksidasi adalah imunogensiti dan
kemampuannya
memicu
retensi
makrofag
pada
dinding
arteri dengan
menghambat motilitas makrofag. Sebagai tambahan, LDL yang teroksidasi akan
menstimulasi proliferasi SMC vascular. Penebalan intima (lapisan pembuluh
darah yang paling dalam) akan mengurangi lumen pembuluh darah yang
kemudian akan berpotensi menyebabkan hipertensi dan aterosklerosis (Theroux
2005, Steinberg 2009).
Antioksidan dapat menetralkan radikal bebas (Schwenke et al. 2002).
Antioksidan bersifat sebagai modulator apoptosis yang dapat mengikat ion logam
yang terlibat dalam pembentukan spesies yang reaktif (ROS) yang merupakan
pemicu proses peroksidasi lipid yang akhirnya menimbulkan penyakit degeneratif
khususnya penyakit kardiovaskular (Zeisel 2004). Antioksidan akan melindungi
LDL terhadap oksidasi. menghasilkan sedikit adhesi monosit, berkurangnya
pembentukan sel busa, mengurangi kerusakan kimia, mengurangi toksisitas
terhadap sel vaskular. Bergabungnya antioksidan ke dalam sel-sel vaskular dapat
mengurangi dampak klinik terjadinya penyakit vaskular dan pembentukan plak
aterosklerosis (Devaraj dan Jialal 1996, Diaz et al. 1997).
Berbagai tanaman telah sering digunakan secara tradisional oleh
masyarakat untuk mengobati penyakit kardiovaskular. Tanaman obat ini banyak
mengandung senyawa fenol dan memiliki aktivitas antioksidasi diantaranya ialah
flavonoid (isoflavon, falvonol, antosianidin), kuinon, lignan dan kurkumin. Oleh
karena itu di dalam penelitian ini digunakan ekstrak daun dari beberapa tanaman
yang digunakan dalam pengobatan kardiovaskular dan berpotensi sebagai
antioksidan. Tanaman tersebut adalah salam (Eugenia polyantha Wight), jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan jambu biji (Psidium guajava). Ekawati
(2007) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun salam memiliki aktivitas
antioksidasi, Alviani (2007) melaporkan bahwa jambu biji juga memiliki aktivitas
antioksidasi. Tombilangi (2004) melaporkan bahwa daun jati belanda memiliki
aktivitas antioksidasi.
Mekanisme pencegahan penyakit kardiovaskular ini belum diketahui
secara jelas. Oleh karena itu pengaruh ekstrak senyawa bahan alam yang memiliki
kemampuan
modulasi
apoptosis
ditentukan
dalam
sistem
nonmamalia
mengunakan sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) karena adanya kesamaan
fenomena apoptosis antara sel khamir dan sel mamalia (Granot et al. 2003).
Terjadinya apoptosis dipicu dan dikontrol oleh serangkaian sinyal sel yang dapat
berasal dari luar maupun dalam sel. Granot dan Snyder (1991) melaporkan bahwa
glukosa 2 % dapat menginduksi positif apoptosis pada sel khamir.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh potensi antioksidasi
dari ekstrak daun salam (Eugenia polyantha Wight), daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk.) dan daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap kemampuan
dalam memodulasi apoptosis pada sel khamir (Saccharomyces cerevisiae). Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai khasiat
antioksidasi ekstrak daun salam (Eugenia polyantha Wight), daun jati belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) dan daun jambu biji (Psidium guajava) dalam
mekanismenya untuk pencegahan penyakit kardiovaskular.
Download