BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup
tinggi terjadi dan mempengaruhi kesehatan tubuh dan kulitas hidup. Penyakit
periodontal merupakan salah satu permasalahan pada rongga mulut yang paling
sering dijumpai. Faktor-faktor seperti kondisi geografis dan pola sosio-ekonomi
mempengaruhi kasus ini.1,2
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004, prevalensi penyakit
periodontal mencapai 96,58% di Indonesia. Prevalensi penyakit periodontal juga
sangat tinggi di dunia terutama pada anak-anak dan remaja yang mencapai hingga
80%. Salah satu faktor etiologi penyakit periodontal adalah karang gigi yang
dijumpai pada 46,2% penduduk Indonesia. Penelitian di dua kecamatan di Kota
Medan pada tahun 2004 menunjukkan prevalensi penyakit periodontal sebesar
96,58% dengan kebutuhan perawatan pembersihan karang gigi sebesar 85,18%.3
Penelitian di Bandung pada tahun 2005 menunjukkan rerata skor OHI-S pada
kelompok umur 19-34 tahun sebesar 2,13 ± 0,91, umur 34-44 tahun 2,04 ± 0,69, dan
kelompok umur >45 tahun 2,35 ± 1,03. Kondisi kebersihan gigi dan mulut ini
mengindikasikan risiko terjadinya penyakit periodontal.4
Plak merupakan etiologi utama penyakit periodontal. Plak adalah deposit
lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan
keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Sejalan dengan
waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang, kemudian toksin
yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan
pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku
yang akan bertambah dalam sehingga semakin banyak tulang dan jaringan pendukung
Universitas Sumatera Utara
yang rusak. Bila penyakit ini terus berlanjut dan tidak segera dirawat, maka lama
kelamaan gigi akan menjadi goyang dan harus dicabut.5,6
Untuk memperoleh kondisi kesehatan gigi dan mulut yang baik perlu
dilakukan aktifitas pembersihan yang rutin. Saat ini dapat ditemui berbagai alat
pembersih gigi dan mulut modern yang beredar di masyarakat. Pada masa lalu
masyarakat masih memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai alat kebersihan gigi dan
mulut, dan kayu siwak merupakan salah satu di antaranya. Sampai saat ini masih
terdapat kelompok masyarakat yang masih menggunakan kayu siwak sebagai alat
pembersih gigi dan mulut tradisional. Siwak berasal dari tumbuhan dengan nama latin
Salvadora persica yang telah digunakan sejak berabad lalu. Pemakaian siwak ataupun
miswak telah lama digunakan sebagai bagian dari budaya dan kepercayaan dalam
agama khususnya umat muslim.7,8
Salvadora persica diketahui mengandung trimethylamin dan salvadorin yang
memiliki fungsi sebagai anti bakteri. Tumbuhan ini juga mengandung tannin,
saponin, klorida, alkaloid salvadorin, vitamin C, flavonoid dan sterol. Beberapa
penelitian epidemiologis memaparkan keuntungan pemakaian siwak terhadap
prevalensi karies dan penyakit periodontal serta penelitian in vitro menunjukkan
siwak memiliki kandungan antibakteri. Darout dkk. memperkirakan kandungan
thiocyanate dari siwak dapat menaikkan level thiocyanate dalam saliva dan
mempengaruhi aktifitas anti mikroba. Hal ini dapat memperlancar sistem dalam
thiocyanate peroksidase sebagai senyawa anti mikroba dan menambah resistensi
spesifik dan nonspesifik jaringan terhadap infeksi.9-11
Pemakaian siwak mampu mengurangi plak sebagai etiologi penyakit
periodontal. Penelitian dilakukan oleh Eid dkk. terhadap 236 sampel di Arab Saudi
yang menggunakan siwak dan menggunakan sikat gigi. Hasil rerata skor plak pada
rahang atas dan rahang bawah dari kedua kelompok tersebut tidak menunjukkan
perbedaan yang . Pada rahang atas pemakai siwak diperoleh rerata 1,36 ± 0,74 dan
pada rahang bawah 1,33 ± 0,70, sedangkan pada pemakai sikat gigi diperoleh rerata
1,35 ± 0,72 di rahang atas dan pada rahang bawah 1,31 ± 0,72. Hasil ini menunjukkan
pemakaian siwak mampu mengurangi akumulasi plak seperti halnya memakai sikat
Universitas Sumatera Utara
gigi. Eid menyarankan pemakaian jenis siwak yang lembut untuk menghindari
terjadinya resesi gingiva.12
Penelitian yang dilakukan oleh Bhambal dkk. pada kelompok pemakai siwak
dan kelompok pemakai sikat gigi menunjukkan penurunan rerata skor plak di antara
kedua kelompok tidak terdapat perbedaan penurunan skor plak yang . Skor plak
diukur pada sisi bukal dan lingual. Rerata skor plak kelompok pemakai siwak pada
awal penelitian adalah 0.52±0.15 dan 0.51±0.21, setelah tiga minggu menjadi
0.46±0.10 dan 0.45±0.13. Pada kelompok pemakai sikat gigi diperoleh 0.53±0.22 dan
0.54±0.22 menjadi 0.48±0.16 dan 0.48±0.15 (p>0,05). Hal ini menunjukkan
pemakaian siwak mampu menurunkan skor plak sebaik pemakaian sikat gigi.13
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
perbedaan penurunan skor plak antara pemakai siwak dan pemakai sikat gigi pada
jemaah pemakai siwak di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan. Kelompok jemaah ini
merupakan salah satu komunitas yang masih menggunakan siwak sebagai alat
kebersihan mulut sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan penurunan rerata skor plak antara pemakai kayu siwak
dan pemakai sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara pemakai kayu siwak
dan pemakai sikat gigi pada jemaah di Mesjid Hidayatul Islamiyah Medan.
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu
siwak dan sikat gigi.
2. Untuk mengetahui perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dengan
sesudah memakai kayu siwak dan sikat gigi.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Tidak ada perbedaan rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai kayu
siwak dan sikat gigi.
2. Tidak ada perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah memakai
kayu siwak dan sikat gigi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan kepada pemakai
kayu siwak untuk melihat perbandingan penurunan skor plak antara kayu siwak dan
sikat gigi
2. Hasil penelitian dapat dijadikan data untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.
Universitas Sumatera Utara
Download