1 UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH FREKUENSI LATIHAN FISIK TERHADAP PENINGKATAN HEART RATE RECOVERY PADA PASIEN PASCA BEDAH PINTAS ARTERI KORONER YANG MENJALANI FASE II REHABILITASI JANTUNG TESIS WENNY FITRINA DEWI 0706311831 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS -1 ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH JAKARTA 2013 Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 HALAMAN PERI{YATAAN ORISINALITAS Tesisini adalahhasil karya sayasendiri' dan semuasumberbaik yang dikutip maupundirujuk telah saYanYatakandenganbenar' Nama : Wenny Fitrina Dewi NPM :0706311831 TandaTangan, I ?, l Tanggal I : 12 Desember2013 Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 IIALAMAN PENGESAIIAN Tesisini diajukanoleh Nama : WennvFitrinaDewi NPM : 0706311831 Ilmu PenyakitJantungdanPembuluhDarah ProgramStudi : Judultesis PengaruhFrekuensiLatihan Fisik TerhadapPeningkatan Heart Rate Recovery Pada Pasien Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner Yang Menjalani Fase II Rehabilitasi Jantung : Telah berhasil dipertahankandi hadapanDewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratanyang diperlukan untuk memperolehgelar SpesialisJantung dan PembuluhDarah pada ProgramStudi Ilmu Penyakit Jantungdan Pembuluh DarahFakultasKedokteran.UniversitasIndonesia. DEWAN PENGUJI Pembimbing dr AndangH Joesoef,SpJP(K) Pembimbing dr. RWM Kaligis,SpJP(K) PembimbingBahasa DR.dr.BaritaSitompul,SpJP(K Penguji Prof DR. dr. Idris ldham,SpJP(K)(... ...i.. : . .,A Penguji dr. JettySedyawan, SpJP(K) Penguji Dr.drBambangB. Siswanto,SpJP(K)(..... Ditetapkandi Jakarta Tanggal ' t2 Desember 2013 Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 ( 4 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Saya sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tesis ini tidak mungkin dapat saya selesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini izinkanlah saya dengan segala kerendahan hati untuk menyampaikan terima kasih, rasa hormat dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. DR. dr. Amiliana Mardiani, SpJP(K) selaku Ketua Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas bimbingan, dorongan, nasehat dan dukungan selama kami menjalani pendidikan spesialis ini. 2. Prof. dr. Ganesja M Harimurti, SpJP(K), selaku Ketua Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI terdahulu, yang telah menjadikan kami tangguh, kokoh dan mengerti bagaimana kami seharusnya dalam menjalani tugas dan peran kami. Beliau juga tidak hanya sebagai guru tetapi juga sebagai seorang ibu selama kami menjalani pendidikan spesialis ini. 3. Para Guru Besar, Prof. dr. Asikin Hanafiah, SpJP(K), SpA, Prof. dr. Lily I Rilantono, SpJP(K), SpA, Alm. Prof. dr. Syukri Karim, SpJP(K), Prof. DR. dr. Idris Idham, SpJP(K), Prof.dr. Harmani Kalim, SpJP(K), MPH, Prof. DR. dr. Dede Kusmana, SpJP(K), Prof. DR. dr. Budhi Setianto, SpJP(K), sebagai tauladan kehidupan dan pembuka wawasan dalam hal keilmuan kardiologi dan cara berpikir untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung yang baik. 4. Dr. Andang H Joesoef, SpJP(K) dan dr. RWM Kaligis, SpJP(K) sebagai pembimbing penelitian yang telah memberikan segala perhatian, waktu dan dukungannya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dan juga selama pendidikan, serta kepada Dr. dr. Barita Sitompul, SpJP(K), sebagai pembimbing bahasa yang sudah meluangkan waktu untuk membaca dan mengoreksi tata bahasa dan penulisan tesis ini. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 5 5. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) dan DR. dr. Amiliana Mardiani, SpJP(K) sebagai ketua dan sekretaris program studi terdahulu yang telah memberikan segala perhatian, waktu dan dukungannya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dan juga selama pendidikan. 6. Dr. dr. Renan Sukmawan SpJP(K), ST dan dr. BRM Aryo, SpJP sebagai ketua dan sekretaris program studi saat ini, atas usaha dan kerja kerasnya mendukung kelulusan kami semua. 7. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K) dan dr Sunu B Rahardjo SpJP, Phd sebagai koordinator penelitian yang lama dan baru. Yang telah banyak memberikan dukungan, saran dan kritik dalam penyelesaian dan penyempurnaan tesis ini 8. Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, SpJP(K), dr. Sunarya Soerianata SpJP(K) sebagai orang tua yang selalu memberi kami nasehat, dorongan dan pembuka jalan sehingga kami bisa mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialis ini. 9. Dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K), Direktur Utama PJNHK saat ini, Dr. dr. Faisal Baraas, SpJP(K) dan Dr.dr. Anwar Santoso, SpJP(K), Direktur Utama PJNHK terdahulu beserta jajaran Direksinya, atas segala kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama menjalani pendidikan. 10. Seluruh Staf Pengajar, dan para personel di Divisi Prevensi dan Rehabilitasi atas segala bantuannya dalam pengambilan sampel penelitian. 11. Seluruh Staf Pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, para pahlawan tanpa tanda jasa, yang bertindak selaku guru sekaligus orang tua saya selama menjalani pendidikan, terima kasih atas segala imu yang diberikan, tidak hanya sebatas keilmuan dalam bidang Kardiologi tetapi juga pembelajaran tentang kehidupan dan cara berpikir, dan atas segala perhatian dan kesabarannya dalam membimbing saya selama mengikuti program pendidikan untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung dan manusia yang lebih baik. 12. Dr. Pandu Riono, PhD sebagai pembimbing statistik yang telah membantu dalam membuka wawasan tentang penelitian dan melakukan analisis statistik dalam penelitian ini. 13. Seluruh rekan-rekan dan pengurus Keluarga Asisten Kardiologi (KELAKAR) terutama teman-teman angkatan Januari 2008: dr Sri Murdiati, SpJP, dr Mefriyanni SpJP, dr. Elisa Pakpahan, SpJP, dr. Ismir Fahri SpJP, dr. Rony SpJP, dr. Alexander Edo SpJP, dr. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 6 Novi Kurniasih SpJP, dr. Triwedya SpJP, dr. Seftri, dr Triadi untuk kebersamaan, persahabatan, dukungan, kerjasama dan segala cerita suka dan duka yang telah kita bagi bersama dalam 4,5 tahun ini dan di tahun-tahun mendatang. 14. Rekan-rekan seperjuangan: dr. Arief, dr. Arwin, dr. Elen, dr. Andi, dr. Sigit, dr. Heru, dr. Katrin, dr. Kornadi, dr. Andien, dr Fitri untuk segala kebersamaan dan kerjasama yang luar biasa dalam perjuangan dan persiapan menghadapi segala tahapan ujian akhir ini. 15. Bapak Herman, Ibu Rini Sukaman, Ibu Linda, Mbak Rita, Mbak Pipin, Mbak Ita, Mas Budi, Mbak Nurul, Syuaib, Arry dan Mas Endra, terima kasih untuk segala bantuan selama menjalani proses pendidikan ini. 16. Seluruh karyawan medis maupun non-medis di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, terima kasih atas segala bantuan dan kerja sama yang baik selama saya menjalani proses pendidikan. 17. Secara khusus saya haturkan segala rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada orang tua tercinta almarhum papa (H Rahmad Muluk), mama (Dra. Syafrida) atas segala kasih sayang, didikan, kesabaran, kepercayaan, dorongan semangat dan untaian doa yang tidak henti-hentinya terhadap saya. 18. Terima kasih atas segala dukungan semangat dari saudara-saudara tercinta (Bang Andi, Erwin dan Amy) 19. Untuk ibu mertua dan keluarga besar almarhun H. Sukar Haryadi. Terima kasih atas kesabaran, kepercayaan, dorongan semangat, doa yang tidak pernah putus selama kami menjalani pendidikan spesialis. 20. Kepada suamiku tercinta ( dr. Herman Darmawan) dan anak-anakku: Hanif Aulia Darmawan, Hilmy Ammar Darmawan, Hannan Afif Darmawan dan Hisyam Ahmad Darmawan. Terima kasih untuk semua dorongan, semangat, kesabaran dan pengorbanan yang diberikan selama pendidikan, di saat-saat jaga malam dan selama penyelesaian penelitian ini. Kalian selalu menjadi penyemangat dan penghibur di saat lelah. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 7 Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah membantu selama pendidikan serta dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Jakarta, 12 Desember 2013 Wenny Fitrina Dewi Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagaisivitas akademikUniversitasIndonesia,sayayang bertandatangandi bawahini: Nama : WennyFitrinaDewi NPM : 0 7 0 6 311831 ProgramStudi : Ilmu PenyakitJantungdanPembuluhDarah Departemen : Departemen KardiologidanKedokteranVaskular Fakultas : Kedokteran Jeniskarya : Tesis Demi pengembanganilmu pengetahuan,menyetujui untuk memberikankepada UniversitasIndonesiaHak BebasRoyalti Noneksklusil (Non-uclusive Royalty Free Right) ataskaryailmiah sayayangberjudul : Pengaruh Frekuensi Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Heart Rate Recovery Pada PasienPascaBedah Pintas Arteri Koroner Yang Menjalani RehabilitasiJantungFaseII Besertaperangkatyang ada (iika diperlukan).DenganHak BebasNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dm mernpublikasikantugas akhir saya selama tetap mencantumkannama saya sebagaipenuliVpencipta pemilikHakCipta. dansebagai Demikianpemyataanini sayabuatdengansebenarnya. Dibuat di : Jakarta Padatanggal:12 Desember2013 Yang menyatakan, I I fft /v I Wenny [itrina Dewi vii Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 9 ABSTRAK Nama : Program Studi : Judul tesis : Wenny Fitrina Dewi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Pengaruh Frekuensi Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Heart Rate Recovery Pada Pasien Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner Yang Menjalani Rehabilitasi Jantung Fase II Latar Belakang: Rehabilitasi jantung pada pasien Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) merupakan tindakan efektif dalam menurunkan mortalitas pada pasien dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Adanya gangguan fungsi otonom jantung dikatakan meningkatkan risiko aritmia dan kematian mendadak. Latihan fisik sebagai salah satu komponen rehabilitasi jantung dapat meningkatkan fungsi otonom yang dapat diukur secara tidak langsung dengan Heart Rate Recovery (HRR). Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan HRR. Metode: Sebanyak 100 pasien pasca BPAK yang melakukan rehabilitasi jantung fase II dipilih secara konsekutif sejak 1 Juli – 15 Oktober 2013 di Pusat Jantung nasional Harapan Kita, Jakarta. Pasien dikelompokkan menjadi kelompok I (3 kali latihan seminggu) sebanyak 40 orang dan kelompok II (5 kali latihan seminggu) sebanyak 60 orang. Heart rate recovery satu menit diukur dengan uji jalan 6 menit/6 minute walk test (6MWT). Pengukuran dilakukan 2 kali, pada fase awal dan fase evaluasi setelah 12 kali. Peningkatan HRR dari kedua kelompok dianalisa dengan analisa regresi linier. Hasil: Pada studi kami, usia, gender, diabetes melitus, psikologis, merokok, bedah pintas arteri koroner dan lamanya aortic cross clamp setelah dianalisa tidak mempengaruhi peningkatan HRR secara bermakna. Frekuensi latihan 5 kali seminggu memberikan peningkatan HRR yang bermakna secara statistik dibandingkan 3 kali seminggu setelah dianalisa dengan regresi linier multivariate (RR 2,9; 95 % IK 1,53-4,40, p<0,001) Kesimpulan: Frekuensi latihan fisik 5 kali seminggu memberikan respon yang lebih baik terhadap peningkatan HRR dibandingkan latihan 5 kali seminggu. Kata Kunci: BPAK, Rehabilitasi Jantung, HRR Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 10 ABSTRACT Name Study Programme Title : : : Wenny Fitrina Dewi Cardiology and Vascular Medicine Effect of Frequency of Exercise Training in Patients after Coronaary Artery Bypass Surgery who Underwent Phase II Cardiac Rehabilitation Background: Cardiac rehabilitation in patients with Coronary Artery Bypass Surgery (CABG) is an effective way in reducing mortality in patients with coronary heart disease (CHD). The presence of impaired cardiac autonomic function is increase the risk of arrhythmias and sudden death. Exercise training as one component of cardiac rehabilitation can improve autonomic function that can be measured indirectly with Heart Rate Recovery (HRR). The aim of this study is to assess the effect of the frequency of physical exercise on improved of HRR. . Metod: The data used for this analysis include 100 patients who underwent second phase of cardiac rehabilitation after CABG at Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta between July and October 2013. Patients were categorized into group I (exercise 3 times a week) : 40 people and group II (5 times a week exercise) : 60 people. Heart rate recovery was measured with a 6 minute walk test (6MWT). Measurements were performed 2 times, in the early phase and the evaluation phase after 12 times. Increased HRR from both groups were analyzed by linear regression analysis. Result : In our study, age, gender, diabetes mellitus, psychological, smoking, coronary artery bypass surgery and the duration of aortic cross clamp did not affect the increase of HRR. Five times a week exercise training gives significant increase of HRR compare to 3 times a week exercise training after analyzed multivariate linear regression ( RR 2.9, 95% KI 1.53 to 4.40, p <0.001 ) Conclusion: Frequency of physical exercise 5 times a week give a better response to the increase in HRR than exercise 3 times a week. Keyword: CABG, Cardiac Rehabilitation, HRR Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 11 DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................ ABSTRAK .......................................................................... ABSTRACT .......................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................... DAFTAR SINGKATAN ................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Pertanyaan Penelitian 1.4. Tujuan Penelitian 1.5. Hipotesis 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Akademik 1.6.2. Klinik 1.6.3. Masyarakat ii iii iv vii viii ix x xii xiii xiv .................................................................. .................................................................. .................................................................. .................................................................. .................................................................. 1 2 2 2 3 .................................................................. .................................................................. .................................................................. 3 3 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Latihan Fisik ...................... 2.1.1. Rehabilitasi Jantung ............................. 2.1.2. Latihan Fisik pada Rehabilitasi Jantung .......................... 2.1.3. Latihan Fisik pada pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner ...... 2.2. Fungsi Otonom Jantung ........................................ 2.2.1. Fungsi Otonom Jantung pasca Bedah Pintas Arteri Koroner ...... 2.2.2 Heart Rate Recovery .................................................................. 2.2.3. Uji jalan 6 menit/6 minute walk test ...................................... 2.3. Pengaruh latihan fisik terhadap Fungsi Otonom Jantung ............ 2.3.1 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap heart rate recovery ………… 2.3.2.Pengaruh Frekuensi Latihan Fisik Terhadap Heart Rate Recovery 4 4 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BAB 3 KERANGKA TEORI, KONSEP DAN ALUR PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori ...................................................................... 3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 3.3. Alur Penelitian ..................................................................... 13 14 15 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 12 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ......................................................................... 4.2. Tempat danWaktu Penelitian .................................................. 4.3. Subyek Penelitian ..................................................................... 4.4 Besar Sampel ..................................................................... 4.5. Kriteria Pemilihan Sampel 4.5.1 Kriteria Penerimaan .................................................................... 4.5.2 Kriteria Penolakan ...................................................................... 4.6. Identifikasi Variabel 4.6.1. Variabel Bebas ................................................................. 4.6.2. Variabel Terikat .................................................................... 4.6.3. Variabel Perancu 4.7. Cara Kerja ..................................................................... 4.8. Analisa Statistik ..................................................................... 4.9. Definisi Operasional ..................................................................... 16 16 16 16 17 17 18 18 18 18 18 19 19 BAB 5 HASIL 5.1. Karakteristik Dasar dan Klinis .................................................... 5.2. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR ........................ 21 23 BAB 6 PEMBAHASAN 26 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ............................................................................. 7.2. Saran ......................................................................................... 29 29 DAFTAR PUSTAKA 30 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 13 DAFTAR GAMBAR Halaman 11 Gambar 2.1 Aktivitas saraf otonom saat latihan fisik dan pemulihan … Gambar 3.1 Skema Kerangka Teori ............................................. 13 Gambar 3.2 Skema kerangka konsep ............................................. 14 Gambar 3.3 Skema alur penelitian ................................................... 15 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 14 DAFTAR TABEL Halaman 6 Tabel 2.1 Dosis Latihan Fisik pada Pasien Jantung Tabel 5.1 Karakteristik Dasar dan Klinis .................................... 21 Tabel 5.2 Indikator kardiovaskular ............................. 22 Tabel 5.3 Faktor yang berhubungan dengan peningakatan HRR Tabel 5.4 Hubungan Faktor yang mempengaruhi HRR dengan kenaikan HRR Tabel 5.5 .................... 24 24 ……… ……………………………… Hubungan antara frekuensi latihan dengan peningkatan HRR . 25 ………………………………………………… Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 15 DAFTAR SINGKATAN 6 MWT 6 Minute Walk Test BPAK Bedah Pintas Arteri Koroner HRR Heart Rate Recovery HRV Heart Rate Variability IKP Intervensi Perkutan Primer MSNA Muscle symphatetic Nerve Activity PJK Penyakit Jantung Koroner PPOK Penyakit Paru Kronik Menahun Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revaskularisasi miokardium dengan Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) merupakan tindakan yang efektif dalam menurunkan mortalitas pada pasien dengan penyakit jantung koroner risiko tinggi. 1,2 mortalitas masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,5%. 3 Namun demikian angka Data dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dari 619 tindakan BPAK pada tahun 2012 , didapatkan 23 pasien meninggal dalam perawatan (3,71%). 4 Adanya gangguan fungsi otonom jantung pasca BPAK dikatakan meningkatkan risiko terjadinya aritmia ventrikel dan kematian jantung mendadak pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Rehabilitasi jantung 5 merupakan bagian dari tatalaksana komprehensif pada pasien dengan penyakit kardiovaskular 6 dan merupakan rekomendasi kelas I oleh American Heart Association dan American College of Cardiology (ACC/AHA) pada pasien dengan penyakit jantung koroner.7 Latihan fisik pada rehabilitasi jantung pasca BPAK dapat memodulasi sistem otonom jantung dengan meningkatkan tonus parasimpatis. 8 Dalam kondisi normal, sistem saraf otonom pada saat latihan fisik akan terjadi penurunan tonus saraf parasimpatis yang diikuti aktivasi saraf simpatis, sedangkan saat pemulihan diawali reaktivasi sistem saraf parasimpatis dan diikuti deaktivasi sistem saraf simpatis yang menyebabkan penurunan denyut jantung.2,9 Kecepatan penurunan denyut jantung saat pemulihan disebabkan oleh tonus parasimpatis yang dapat dinilai dengan Heart Rate Recovery (HRR). 10 Adanya abnormalitas dari HRR menunjukkan tonus parasimpatis yang menurun. 11,12 Heart rate recovery sendiri pada penelitian yang dilakukan oleh Cole dkk (2428 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 17 sampel) mendapatkan HRR sebagai prediktor terhadap kematian atas segala sebab dan akibat penyakit kardiovaskular [RR 2,0, 95% CI (1,5-2,7), p <0,001)]. 5 Pilihan jenis latihan pada pasien pasca BPAK adalah aerobik, dengan frekuensi 3 – 5 kali seminggu, lama 30 – 60 menit, dapat berupa latihan yang kontinyu atau interval training.6 Jenis latihan akan jantung saat latihan dan saat pemulihan, mempengaruhi denyut namun intensitas hanya akan mempengaruhi denyut jantung saat latihan dan tidak berpengaruh terhadap denyut jantung saat pemulihan.13 Suatu analisa yang dilakukan oleh Pollock dkk telah menunjukkan adanya pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan kapasitas fungsional dan denyut jantung maksimal (p<0,05),14 tetapi penelitian yang menunjukkan efek latihan fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca BPAK terhadap HRR sampai saat ini belum ada. Pada pusat Jantung Nasional Harapan Kita, rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca BPAK terbagi 2 kelompok berdasarkan frekuensi latihan, yaitu 3 kali dan 5 kali seminggu dan dilakukan selama 12 kali pertemuan. 1.2 Rumusan Masalah Salah satu efek latihan fisik pada rehabilitasi jantung adalah meningkatkan HRR yang dapat meningkatkan reaktivasi tonus parasimpatis dan secara tidak langsung menurunkan mortalitas, namun tidak semua pasien mendapatkan pola latihan yang sama. Terdapat perbedaan frekuensi latihan pada pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II, yaitu latihan 3 kali dan 5 kali seminggu, seandainya frekuensi latihan 5 kali seminggu sama efektifnya dengan 3 kali seminggu maka kunjungan pasien ke rumah sakit akan lebih singkat dan terjadi penghematan perawatan pasca BPAK dan cakupan pasien melakukan latihan fisik akan lebih banyak. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh frekuensi latihan fisik perminggu terhadap peningkatan heart rate recovery pada pasien yang menjalani rehabilitasi jantung fase II. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 18 1.3 Pertanyaan penelitian Apakah latihan fisik yang dilakukan 5 kali seminggu akan menghasilkan peningkatan HRR yang bermakna dibandingkan 3 kali seminggu pada pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II ? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk dapat mengetahui pengaruh dari perbedaan frekuensi latihan pada rehabilitasi jantung terhadap peningkatan HRR. Tujuan Khusus Untuk dapat mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi peningkatan HRR pada rehabilitasi jantung fase II. 1.5. Hipotesa Latihan fisik yang dilakukan lima kali seminggu akan menghasilkan peningkatan HRR yang bermakna dibandingkan tiga kali seminggu pada pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II. 1.6. Manfaat Penelitian Akademik Mengetahui pengaruh frekuensi latihan fisik pada rehabilitasi jantung fase II terhadap peningkatan HRR. Klinis Pengetahuan mengenai pengaruh latihan fisik dengan peningkatan HRR dan faktor yang mempengaruhi dapat diaplikasikan pada praktek klinis. Masyarakat Memotivasi pasien pasca BPAK untuk tetap rutin melakukan latihan fisik sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 19 Bidang Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan data tentang manfaat frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan HRR yang menggambarkan reaktivasi fungsi saraf parasimpatis. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LATIHAN FISIK 2.1.1 Rehabilitasi Jantung Program pencegahan sekunder dan rehabilitasi jantung merupakan bagian terintegrasi tatalaksana komprehensif pada pasien dengan penyakit kardiovaskular dan direkomendasikan kelas I pada American Heart Association and American College of Cardiology (AHA/ACC) untuk penyakit jantung koroner. 6,7 Pada tahun 2007, American Heart Association and American College of Cardiology Pulmonary Rehabilitation (AHA/ACC PR) merekomendasikan program rehabilitasi jantung yang terdiri dari beberapa komponen inti, yaitu penilaian pasien, konseling nutrisi, manajemen faktor risiko (lipid, hipertensi, berat badan, diabetes dan merokok), manajemen psikososial, konseling dan latihan fisik. 6 Program rehabilitasi jantung pada awalnya ditujukan pada pasien dengan riwayat infark miokard atau pasca BPAK, namun saat ini berkembang dan dilaksanakan pada pasien pasca bedah katup, intervensi koroner perkutan (IKP), pasien gagal jantung, pasien yang akan menjalani transplantasi jantung, pasien dengan penyakit arteri perifer yang disertai klaudikasio dan penyakit kardiovaskular lainnya. 7 Sayangnya program rehabilitasi jantung masih belum dimanfaatkan secara maksimal, seperti di Amerika Serikat, hanya 10 – 20 % dari sekitar 2 juta pasien yang memenuhi kriteria untuk menjalani rehabilitasi jantung yang memanfaatkan program tersebut 7,10 2.1.2. Latihan fisik pada rehabilitasi jantung Latihan fisik secara umum memberikan manfaat fisiologis dalam menurunkan mortalitas dan meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot serta kapasitas fungsional. 13 Peran latihan fisik sebagai bagian dari tatalaksana pasien dengan penyakit jantung koroner diperkenalkan oleh Wiliam Heberden, seorang dokter dari Inggris. 15 Latihan fisik merupakan komponen utama pada pasien dengan penyakit jantung koroner.16 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 21 Latihan fisik dikatakan dapat memperlambat progresifitas dari aterosklerosis koroner.7 Berbagai faktor baik langsung atau tidak langsung berperan terhadap efek antisklerotik ini. Pengaruh langsung latihan fisik terhadap jantung dan arteri koroner, diantaranya adalah terhadap perbaikan fungsi endotel, tonus otonom dan pembentukan pembuluh darah kolateral sedangkan pengaruh tidak langsung melalui perbaikan faktor risiko aterosklerosis seperti merokok dan hipertensi.13,15 Sebagai bagian dari program rehabilitasi jantung, latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat memperbaiki kapasitas fungsional, mengurangi disabiliti dan mortalitas kardiovaskular sebesar 20 – 26 % dibandingkan terapi medikamentosa saja.1,2 Latihan dengan intensitas sedang pada pasien dengan penyakit jantung koroner akan meningkatkan kapasitas fungsional dan aman bila dilakukan tanpa pengawasan. Latihan dengan intensitas rendah lebih disarankan pada pasien dengan penyakit jantung koroner berusia tua dan kondisi kurang fit.15 Pemulihan fungsi jantung akan terjadi pasca rehabilitasi jantung.13 2.1.3. Latihan fisik pada pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner Rehabilitasi jantung dimulai pasca BPAK saat dalam perawatan di rumah sakit (fase I), diikuti program rehabilitasi jantung rawat jalan dengan pengawasan (fase II) dan dilanjutkan program rehabilitasi jantung seumur hidup dengan atau tanpa pengawasan (fase III).17 Berdasarkan rekomendasi American College of Sport Medicine (ACSM) sebaiknya pasien pasca BPAK menjalani latihan aerobik 3 – 5 kali seminggu dengan durasi 20–60 menit, intensitas 50-80 % dari kapasitas latihan.7,16 (Tabel 1). Rehabilitasi jantung dapat dimulai segera satu – dua minggu setelah operasi; namun untuk ekstremitas atas dibatasi gerakannya sampai 8 minggu saat sudah terjadi penyembuhan luka di sternum.17 Tabel 2. 1. Dosis latihan fisik pada pasien jantung Mode Aerobik Berjalan, jogging, bersepeda , treadmill, naik tangga Resistensi Elastik band, beban tangan, kalistenik Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 22 Durasi Aerobik 20-60 menit Resistansi 10-15 kali pengulangan, 1 – 3 set yang terdiri dari 8 – 10 latihan berbeda untuk ekstremitas atas dan bawah Frekuensi Aerobik 3 - 5 kali perminggu Resistensi 2 – 3 kali perminggu Intensitas Aerobik 50-80% kapasitas latihan Resistensi Moderate Dikutip dari 7 2.2. FUNGSI OTONOM JANTUNG Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang mengontrol denyut jantung, tekanan darah, pencernaan dan metabolisme. Sistem saraf otonom terbagi menjadi komponen simpatis dan parasimpatis yang bekerja secara antagonis. Secara umum sistem parasimpatis predominan saat istirahat dengan menurunkan denyut jantung dan tekanan darah , sedangkan simpatis meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah saat aktivitas, yang berkaitan dengan respon ― flight and fight‖.18 Sejumlah penelitian eksperimental dan klinik menunjukkan bahwa adanya ketidakimbangan dari fungsi otonom berkaitan dengan prognosis yang tidak baik. Secara spesifik, peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan parasimpatis berkaitan dengan peningkatan risiko mati mendadak dan kerentanan terhadap aritmia ventrikel.19 Fungsi otonom dapat diukur secara langsung dengan metode invasive seperti pengukuran aktivitas sarat simpatis otot/ muscle symphatetic activity (MSNA) dan non invasive dengan mengukur variabilitas denyut jantung /Heart Rate Variability (HRV).20 Pengukuran secara tidak langsung dapat dengan mengukur denyut jantung saat istirahat dan saat pemulihan / Heart Rate Recovery (HRR) baik dengan tes treadmill ataupun dengan submaksimal yaitu uji jalan 6 menit/ 6 minute walk test (6MWT). 21 Denyut jantung saat pemulihan atau HRR, merupakan indikator klinik yang sederhana, mudah dikerjakan dan terbukti merupakan prediktor kuat terhadap kematian berbagai sebab. 22 Heart Rate Recovery menggambarkan reaktivasi tonus parasimpatis pasca latihan fisik.19 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 23 2.2.1. Fungsi otonom jantung pasca BPAK Walaupun dikatakan fungsi otonom jantung penting dalam stratifikasi risiko pada penyakit jantung namun penelitian yang mempelajari pengaruh BPAK terhadap fungsi otonom jantung masih sedikit. Penelitian yang ada memperlihatkan adanya gangguan fungsi otonom pasca BPAK.5 Ketidakimbangan fungsi otonom jantung meningkatkan risiko terjadinya aritmia ventrikel dan kematian mendadak pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan pasca infark miokard.8 Pada kondisi ini terjadi peningkatan tonus simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis, kombinasi yang meningkatkan beban kerja jantung dan dan kebutuhan oksigen, meningkatkan kejadian iskemik dan menyebabkan modifikasi pada aliran ion yang melalui membran sel yang menyebabkan instabilitas sel miosit. 1,8 Mekanisme yang diduga berpengaruh adalah kerusakan serat otonom saat tindakan operasi, walau tidak terbukti pada penelitian dengan hewan coba. 23,24 Begitu pula tindakan kardioplegia dan hipotermia saat operasi walau belum pernah dibuktikan. 24 Penelitian lain yang mengukur fungsi otonom pasca BPAK tidak mendapatkan perbedaan antara operasi secara off pump dengan on pump.25 Saat ini adanya inflamasi sistemik, kondisi yang terjadi pasca BPAK diduga juga dapat menurunkan modulasi otonom denyut jantung. 26 Dari penelitian oleh Bauernschmitt didapatkan bahwa fungsi saraf otonom terganggu pasca operasi, namun 20 jam pasca operasi tonus simpatis akan kembali pulih sedangkan fungsi saraf parasimpatis masih terganggu. parasimpatis paling rendah hari ke 3 – 6 pasca operasi sebelum operasi setelah 30 – 60 hari. 1 10 Fungsi saraf dan akan kembali ke fungsi 1, 10 2.2.2. Heart rate recovery Latihan fisik berkaitan dengan peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan parasimpatis. 19 Denyut jantung pemulihan atau HRR adalah parameter klinik yang sederhana dan mudah dikerjakan yang terbukti merupakan prediktor kuat terhadap kematian karena berbagai sebab pada bermacam populasi termasuk pasien gagal jantung dan penyakit jantung koroner. 27 Pemulihan pasca latihan fisik yang meliputi Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 24 reaktivasi sistem parasimpatis dan deaktivasi dari sistem simpatis akan menyebabkan penurunan denyut jantung. 28 Angka mortalitas pada nilai HRR yang abnormal sekitar 10 % dibandingkan 4 % pada yang normal.28 Secara definisi HRR adalah perbedaan antara denyut jantung maksimal dengan satu hingga dua menit setelah berhenti latihan fisik yang menggambarkan reaktivasi tonus parasimpatis. dipengaruhi oleh tonus simpatis. 27 5,19 Untuk menit selanjutnya HRR Nilai yang rendah menunjukkan respon 4 parasimpatis yang rendah. Nilai normal dari HRR yang dipakai adalah penurunan lebih dari 12 denyut permenit dari nilai denyut jantung maksimal pada menit pertama dan lebih dari 22 menit pada menit kedua.5,29 Abnormalitas HRR yang terjadi menunjukkan terdapatnya disfungsi otonom atau kegagalan sistem kardiovaskular untuk memberikan respons yang normal pasca latihan. Pada satu analisis univariat didapatkan bahwa penurunan denyut nadi 12 kali permenit atau kurang pada satu menit pasca puncak latihan berhubungan dengan risiko relatif sebesar empat kali terjadinya kematian oleh berbagai penyebab dalam 6 tahun.29 Heart rate recovery kurang dari 22 menit dalam menit kedua menunjukkan kelompok pasien dengan resiko mortalitas yang tinggi baik dengan analisis univariat maupun multivariat. 27,29 Imai dkk, pada penelitian pasien dengan gagal jantung mendapatkan bahwa HRR dalam 30 detik pertama dimediasi pertama kali oleh reaktivasi parasimpatis.30 Kannankeril dkk meneliti denyut jantung individu sehat saat puncak latihan dan pemulihan pada kondisi fisiologis normal dan mendapatkan bahwa pada puncak latihan tetap terdapat sedikit pengaruh tonus parasimpatis yang akan meningkat dengan cepat pada menit awal fase pemulihan hingga menit ke empat, setelah itu efek parasimpatis menetap.31 Peran withdrawal tonus simpatis diteliti oleh Sundaram dkk, terhadap 28 subyek sehat dengan mengukur HRR pasca latihan submaksimal pasca pemberian penghambat beta adrenergik dan mendapatkan bahwa HRR menit pertama tidak berhubungan dengan hambatan terhadap beta adrenergik dan HRR lebih dipengaruhi reaktivasi parasimpatis.32 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 25 Terdapat beberapa faktor yang sudah diketahui dapat mempengaruhi HRR diantaranya adalah usia, adanya penyakit jantung koroner, diabetes mellitus,33 inaktifitas, kondisi psikologis dan status merokok 28 sedangkan obat penghambat beta ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap HRR.19 2.2.3. Uji jalan 6 menit/ 6 minute walk test (6MWT) Uji jalan 6 menit pertamakali digunakan oleh dokter spesialis paru untuk mengevaluasi pasien dengan penyakit paru seperti Penyakit Paru Obstrukstif Kronik (PPOK) dan gagal nafas, 34 kemudian oleh dokter spesialis jantung untuk mengevaluasi kapasitas fungsional, efek terapi dan stratifikasi prognostik pasien dengan gagal jantung. 35 Uji jalan 6 menit merupakan tes submaksimal, mengukur jarak yang ditempuh pasien dengan berjalan diatas permukaan yang rata selama 6 menit. 36 Meskipun 6MWT umumnya digunakan untuk menilai status fungsional pasien dengan penyakit paru berat, namun penelitian belakangan ini mulai melakukannya pada rehabilitasi jantung dan dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas.21 Uji jalan 6 menit merupakan metode yang murah, cepat, aman dan ditoleransi dengan baik oleh pasien pasca BPAK pada fase awal rehabilitasi jantung. 36 Penelitian oleh Robert E dkk. mendapatkan bahwa 6 MWT dibandingkan dengan tes treadmil merupakan alat yang valid dalam menilai HRR. 37 2.3 PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP FUNGSI OTONOM JANTUNG Latihan fisik dipercaya dapat mempengaruhi kontrol simpatovagal jantung dengan meningkatkan efek parasimpatis.8 Pada satu penelitian kohort prospektif diperlihatkan peningkatan efek parasimpatis dan aktivasi adrenergik yang menurun pada pasien PJK pasca program rehabilitasi jantung. 8 Fungsi otonom jantung dipengaruhi oleh latihan fisik. Pada saat latihan fisik terjadi peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis yang Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 26 menyebabkan peningkatan denyut jantung. Pada periode pemulihan terdapat perubahan dinamis dari tonus otonom yang ditandai dengan penurunan denyut jantung secara bertahap ke nilai awal. Hal ini disebabkan kombinasi dari penurunan aktivasi simpatis dan reaktivasi parasimpatis. 19,20 Denyut jantung dikontrol terutama oleh aktivitas langsung sistem saraf otonom melalui kerja simpatis dan parasimpatis pada sinus nodal, terutama aktivitas parasimpatis saat istirahat yang secara progresif dihambat saat mulai latihan fisik dan simpatis yang makin meningkat sesuai dengan intensitas latihan yang dapat dilihat pada gambar 1.13 Terdapat perbedaan mekanisme yang berpengaruh terhadap denyut jantung pada setiap tahap latihan fisik. Pada detik awal latihan fisik, denyut jantung meningkat diakibatkan hambatan terhadap tonus parasimpatis, tanpa ada peran dari simpatis.35 Peningkatan denyut jantung saat latihan fisik, kemungkinan disebabkan perubahan keseimbangan parasimpatis–simpatis atau adaptasi intrinsik seperti perubahan pada sistem konduksi atrioventrikular. 27 Gambar 1. Aktivitas saraf otonom saat latihan fisik dan pemulihan Dikutip dari 13 2.3.1.Pengaruh latihan fisik terhadap heart rate recovery Abnormalitas HRR setelah latihan fisik merupakan suatu faktor yang dapat dimodifikasi. Pada penelitian retrospektif yang meneliti HRR pada 55 pasien yang berpartisipasi dalam fase II rehabilitasi jantung, aktivitas ini memperbaiki survival Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 27 pada pasien pasca MI. Heart rate recovery dianalisa sebelum dan setelah menyelesaikan fase II rehabilitasi jantung dan mendapatkan denyut jantung yang secara signifikan lebih rendah dibanding sebelum rehabilitasi dan mendapatkan perbaikan 26 % HRR pada menit pertama pasca latihan (15.4 denyut/min pre- rehabilitasi vs. 19.4 denyut/ min pasca-rehabilitasi; p < 0.001). 19 Penelitian lain oleh Tsai dkk mengamati bahwa nilai rerata HRR setelah satu menit meningkat dari 4,15±3,74 menjadi 16,38±6,32 kali permenit pada pengamatan terhadap kelompok rehabilitasi jantung. mendapatkan 29 Penelitian Tiukinhoy dkk HRR meningkat 18 kali permenit lebih cepat pada menit pertama pemulihan setelah dilakukan rehabilitasi 12 minggu pada pasien setelah kejadian kardiovaskular.22 Penelitian terhadap pasien dengan PJK menunjukkan adanya perbaikan dari nilai HRR pasca 12 minggu rehabilitasi jantung. 38 Berbagai penelitian tersebut diatas memperlihatkan bahwa latihan fisik rutin pada rehabilitasi jantung dapat memperbaiki fungsi parasimpatis yaitu dengan menurunkan denyut jantung istirahat dan peningkatan HRR yang menggambarkan peningkatan tonus parasimpatis yang pada akhirnya berperan terhadap penurunan mortalitas. 2.3.2. Pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap heart rate recovery Dari literatur, belum ada penelitian yang membahas mengenai pengaruh perbedaan frekuensi latihan fisik pada pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II terhadap HRR. Penelitian tentang frekuensi latihan fisik hanya membahas tentang pengaruhnya terhadap kapasitas fungsional. Diantaranya penelitian Worcester dkk. membandingkan latihan dengan intensitas rendah dan intensitas tinggi serta membandingkan frekuensi latihan tiga kali seminggu dengan dua kali seminggu terhadap kapasitas fungsional dengan hasil penelitian yang tidak bermakna.39 Penelitian lain dengan uji klinik random yang secara khusus meneliti manfaat frekuensi latihan yang dilakukan kurang dari tiga kali seminggu dibandingkan dengan lebih dari tiga kali seminggu terhadap kapasitas fungsional mendapatkan hasil yang sama. 40 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 28 Penelitian uji klinik yang membandingkan latihan fisik tiga kali seminggu dalam perawatan di rumah sakit dengan latihan fisik satu kali seminggu terjadi peningkatan kapasitas fungsional yang tidak berbeda bermakna diantara kedua grup.41 Penelitian oleh Pollock dkk yang membandingkan efek frekuensi latihan dua kali seminggu dengan empat kali seminggu terhadap kapasitas fungsional dan fungsi kardiovaskular mendapatkan hasil yang lebih baik pada latihan fisik 4 kali seminggu dibandingkan 2 kali seminggu yang lebih sering.14 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 29 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN ALUR PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori BPAK DISFUNGSI SARAF OTONOM TONUS PARASIMPATIS ↓ PREDIKTOR MORTALIT ↓HRR AS LATIHAN FISIK TONUS PARASIMPATIS ↑ JENIS INTENSITAS FREKUENSI HR EXERCISE HR RECOVERY Faktor –faktor yang mempengaruhi HRR Usia Gender Diabetes Melitus Status Merokok Obat-obatan Inaktivitas Psikologis Kondisi psikologis Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 30 3.2 Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Frekuensi latihan fisik pasien pasca BPAK yang menjalani fase II rehabilitasi jantung Peningkatan HRR Variabel perancu Usia Gender Diabetes Melitus Inaktivitas Psikologis Status merokok Obat-obatan Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 31 3.3 Alur Penelitian Pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner yang akan menjalani rehabilitasi jantung fase II Kriteria inklusi dan eksklusi Data demografi Data klinis 6 Minute Walk Test Data hemodinamik Latihan fisik selama 12 kali pertemuan 3 kali seminggu 5 kali seminggu 6 Minute Walk Test Data hemodinamik (HR istirahat, HR maksimal, HRR) Peningkatan HRR pre dan pasca rehabilitasi Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 32 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional secara potong lintang Pada penelitian ini data diambil secara prospektif. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta, mulai Juli sampai Oktober 2013. 4.3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) yang menjalani rehabilitasi jantung fase II di Divisi Prevensi dan Rehabilitasi pada Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta 4.4 Besar sampel Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel perbandingan 2 rerata yaitu : Z Z S n1 n2 2 X1 X2 2 Indeks kepercayaan (alpha) pada penelitian ini adalah 95% dengan Zalpha = 1,645. Kekuatan penelitian adalah sebesar 90% sehingga Zbeta =1,282. Karena pada penelitian ini akan dianalisis 1 variabel dependen, maka perhitungan besar sampel dilakukan dengan hasil sesuai matriks berikut ini : Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 33 Variabel n1 SD1 n2 SD2 SD gabungan x1-x2 Besar estimasi sample Referensi peneliti 10 8,96 9 7,89 8,4 6 34 Pollock42 Untuk estimasi drop out atau data tidak lengkap sebanyak 10% maka jumlah sampel yang dibutuhkan untuk tiap kelompok adalah 38 orang masing-masing untuk kelompok 3 kali dan 5 kali seminggu. Jumlah total sampel 76 orang. 4.5. Kriteria Pemilihan Sampel Kriteria Penerimaan Semua pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi kardiovaskular fase II Semua pasien dapat melakukan 6 minute walk test sendiri tanpa perlu bantuan orang lain untuk berjalan Kriteria Penolakan Pasien pasca BPAK yang disertai operasi katup Pasien dengan kontra indikasi rehabilitasi jantung (angina, TD sistolik > 200 mHg, TD diastolik > 110 mmHg, decompensated heart failure, TAVB) Pasien yang menolak ikut penelitian 4.6. Identifikasi Variabel Variabel Bebas : Frekuensi latihan fisik Variabel Terikat : Peningkatan heart rate recovery pasca latihan Variabel Perancu : Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 34 Data demografis: usia, jenis kelamin, BMI Data klinis : Kondisi psikologis, faktor risiko (diabetes melitus, hipertensi, merokok, dislipidemia, riwayat keluarga), kebiasaan olahraga, obat – obatan yang biasa di minum, riwayat sindom koroner akut, fungsi ventrikel kiri, jenis operasi (on pump atau off pump). 4.7. Cara Kerja Dilakukan pengambilan data dasar pada pasien, termasuk adanya keluhan saat akan menjalani rehabilitasi jantung. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk melihat ada tidaknya kontra indikasi rehabilitasi jantung Dilakukan pembagian kelompok berdasarkan frekuensi latihan tiap minggu, Kelompok I : 3 kali/minggu, kelompok II : 5 kali /minggu dengan total 12 kali latihan fisik. Pada kedua kelompok dilakukan 6 minute walk test awal, yaitu berjalan sepanjang koridor yang telah ditentukan pada ruang rehabilitasi jantung PJNHK, selama 6 menit. Sebelum memulai diambil data hemodinamik awal dan dipasang telemeter pada setiap sampel. Setelah 6 menit, sampel diminta berhenti. Denyut jantung maksimal dan 1 menit pemulihan akan dicatat. Dilakukan latihan fisik, kombinasi antara latihan aerobik dan resistensi, dengan berjalan, bersepeda dan treadmil. Setiap latihan diawali dengan 10 menit pemanasan, baru dilanjutkan dengan latihan fisik selama 60 menit dan diakhiri dengan pendinginan 10 menit. Berdasarkan kondisi klinis , intensitas latihan fisik diberikan 60-85 % dari maksimum HR, dan akan dinaikkan bertahap. Dilakukan latihan fisik 3 kali seminggu untuk kelompok I dan 5 kali seminggu untuk kelompok II Dilakukan 6 minute walk test kedua setelah 12 kali latihan pada kedua kelompok. Sebelum memulai diambil data hemodinamik awal dan dipasang telemeter pada setiap sampel. Setelah 6 menit, sampel diminta berhenti. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 35 Denyut jantung maksimal dan 1 menit pemulihan dan peningkatan HRR dari fse awal akan dicatat, begitu pula data hemodinamik lain seperti tekanan darah. Dilakukan analisa statistik untuk melihat peningkatan HRR pada kedua kelompok Dilakukan analisa statistik untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR 4.8 Analisa statistik Uji Kolmogorov - Smirnov untuk melihat normalitas distribusi data. Mean ± SD atau median (minimal-maksimal) untuk data kontinu dan proporsi untuk data kategorik. Dilakukan uji analisis korelasi menggunakan uji t – test tidak berpasangan dan analisa regresi linier untuk melihat hubungan antara variabel. 4.9. Definisi Operasional 4.9.1 Rehabilitasi jantung Sejumlah intervensi yang diperlukan dalam upaya mengembalikan kondisi penderita sebaik mungkin secara fisik, psikologis dan sosial sehingga penderita penyakit jantung kronis atau akut paska perawatan dengan usaha sendiri mampu pulih dan kembali kepada lingkungannya secara memadai. 4.9.2 Denyut Jantung Pemulihan / Heart Rate Recovery : Penurunan denyut jantung dari puncak latihan ke saat pemulihan pada menit pertama. Dikatakan normal bila nilai HRR > 12 bpm. 4.9.3 Uji jalan 6 menit/6 minute walk test : Uji jalan submaksimal yang mengukur jarak yang ditempuh pasien dengan berjalan diatas permukaan rata dan keras dalam waktu 6 menit yang menggambarkan kapasitas fungsional 4.9.4 Fraksi ejeksi ventrikel kiri Subjek dengan fungsi ventrikel kiri yang baik bila memiliki fraksi ejeksi ventrikel kiri > 45%, dan menurun bila < 45%. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 36 4.9.4 Hipertensi Subjek dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg dan atau mendapat terapi antihipertensi. 4.9.5 Diabetes Melitus Subjek dengan glukosa darah puasa >126 mg/dl atau gla darah 2 jam Pasca prandial > 200 mg/dl dan atau mendapat terapi anti diabetes. 4.9.6 Merokok Subjek yang pernah merokok atau masih aktif merokok. 4.9.7 Dislipidemia Subjek dengan kadar kolesterol total > 200 mg/dl dan atau kadar Kolesterol LDL > 160 mg/dl dan atau kadar kolesterol HDL,40 mg/dl dan atau kadar trigilserida > 200 mg/dl dan atau mendapat terapi untuk dislipidemia. 4.9.8 Inaktivitas Subyek dikatakan inaktivitas bila tidak pernah berolahraga sebelumnya (sedentary life style) Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 37 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik Dasar dan Klinis Penelitian ini mengikutsertakan 100 subyek, yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok 3 kali latihan dalam seminggu (kelompok I) 40 subyek dan kelompok 5 kali latihan dalam seminggu (kelompok II) sebanyak 60 subyek. Data demografi dan karakteristik ditampilkan pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Data karakteristik dasar dan klinis subyek penelitian Variabel Kelompok I Kelompok II (n=40) (n=60) 58,63 + 7,66 56,57 + 6 0,157 37 (92%) 51 (85%) 0,245 3 (8%) 9 (15%) 24,99 + 3,33 24,91 + 2,96 0,905 Obesitas 13 (33%) 16 (27%) 0,534 Diabetes Melitus 12 (30%) 26(44%) 0,176 Hipertensi 23 (58%) 38 (63%) 0,565 Dislipidemia 32(80%) 42 (70%) 0,258 Riwayat Keluarga 5 (13%) 14 (23%) 0,162 Inaktivitas 13 (33%) 21 (35%) 0,798 Psikologis 14 (35%) 18 (30%) 0,604 Merokok 23 (58%) 36 (60%) 0,806 Riwayat infark 19 (48%) 28 (47%) 0,936 CABG (on pump) 30 (75%) 56 (93%) 0,09 ACE Inhibitor 34(85%) 39 (65%) 0,019 Beta Blocker 35 (88%) 55 (92%) 0,501 Usia (tahun) p value Gender Laki laki Perempuan BMI CCB 9 (23%) 14 (23%) 0,924 LVEF (%) 52,37 + 15,8 53 + 13,88 0,826 CPB (menit) 69,5 + 62,6 90,2 + 42 0,09 AoX (menit) 43,5 + 41,9 58,3 + 32 0,09 Keterangan : data numerik ditampilkan sebagai rerata + standar deviasi, Data kategorik dtampilkan dalam persentase. BMI Body Mass Index; CABG Coronary artery bypass grafting; ACEI Angiotensin Converting Enzyme; CCB Calcium Channel Blocker; LVEF Left ventricular ejection fraction; CPB cardiopulmonary bypass Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 38 Rerata usia pasien yang ikut dalam penelitian ini adalah 58,63 + 7,66 tahun (kelompok I) dan 56,57 + 60 tahun (kelompok II) tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok (p = 0,157). Sebagian besar adalah laki-laki (88 %). Faktor risiko seperti diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga, merokok dan obesitas tidak berbeda bermakna di kedua kelompok. Begitu pula riwayat infark miokard. Rerata fungsi fraksi ejeksi ventrikel kiri hampir sama pada kedua kelompok, tidak bermakna secara statistik (p=0,826). Pada penelitian ini kelompok I menjalani BPAK secara on pump sebanyak 75% dan kelompok II sebanyak 93% yang tidak bermakna secara statistik (p =0,09). Untuk obat-obatan yang digunakan, penggunaan ACEI lebih sering pada kelompok I dan berbeda bermakna secara statistik ( p = 0,019) namun untuk terapi lain hampir sama pada kedua kelompok. Tabel 5.2 menampilkan indikator kardiovaskular yaitu tekanan darah, denyut jantung, HRR dan termasuk jarak tempuh 6 MWT pada awal dan akhir fase II kedua kelompok. Tabel 5.2. Indikator kardiovaskular sebelum dan setelah rehabilitasi jantung fase II Variabel kelompok I kelompok II (n=40) (n=60) TD Sistolik1 istirahat (mmHg) 115,15 + 12,45 111,55 + 12,01 0,151 TD Sistolik1 pasca latihan (mmHg) 125,90 + 16,46 125,67 + 17,08 0,946 TD Diastolik1 istirahat (mmHg) 70,15 + 8,99 67,12 + 9,51 0,114 TD Diastolik1 pasca latihan (mmHg) 72,90 + 9,22 74,67 + 11,06 0,406 HR1 istirahat (bpm) 79,25 + 12,51 82,77 + 11,95 0,160 HR1 maksimal (bpm) 95,28 + 13,26 98,10 + 12,65 0,286 HRR1 (bpm) 6,58 + 3,34 5,83 + 3,163 0,264 Jarak (meter) 307,78 + 71,43 322,4 + 74,9 0,322 TD Sistolik2 istirahat (mmHg) 117,73 +12,87 118,15 + 12 0,867 TD Sistolik2 pasca latihan (mmHg) 135,43 + 20,8 135 + 15,8 0,915 TD Diastolik2 istirahat (mmHg) 71,15 + 9,36 71,6 + 10 0,822 TD Diastolik2 pasca latihan (mmHg) 77,08 + 12,6 77,5 + 11,32 0,861 HR2 istirahat (bpm) Nilai p 78,7 + 15,89 82,75 + 10,73 0,131 101, 73 +15,836 109,0 + 12,5 0,005 HRR2 (bpm) 12,53 + 2,6 14,78 + 3,9 0,020 Peningkatan HRR 5,95+ 2,43 9,07 + 3,09 <0,001 HR2 maksimal (bpm) Jarak (meter) 417.13 + 85 411.65 + 72.5 Keterangan : data numerik disajikan sebagai rerata + standar deviasi 0,731 Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 39 Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara tekanan darah dan denyut jantung pre dan pasca latihan pada awal fase II pada kedua kelompok. Kelompok I memang memiliki nilai tekanan darah sistolik dan diastolik serta denyut jantung istirahat yang lebih tinggi daripada kelompok II, namun tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik. Hasil HRR yang abnormal yaitu dibawah 12 denyut permenit pada awal fase II didapatkan pada kedua kelompok, namun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (6,58 + 3,34 dan 5,83 + 3,16 bpm dengan nilai p =0,264). Setelah menjalani 12 kali latihan rehabilitasi jantung dengan intensitas yang ditingkatkan sesuai dengan kemampuan pasien, kedua kelompok memperlihatkan perbaikan yang signifikan pada denyut jantung maksimal dan HRR. Peningkatan denyut jantung maksimal berbeda secara bermakna antara kedua kelompok (p=0,005). Nilai rerata HRR lebih tinggi pada kelompok II (14,78 + 3,9) bila dibandingkan kelompok I (12,53 + 2,6) pada akhir fase II ( p=0,02). 4.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR Dari penelitian yang ada sebelumnya dikatakan bahwa HRR dipengaruhi oleh usia, gender, diabetes melitus (kadar gula darah puasa), status merokok, status psikologis dan obat-obatan. Pada penelitian ini normalitas sebaran data diuji dengan uji Kolmogorov Smirnov dan didapatkan hasil p > 0,05, (sebaran data normal). Setelah dilakukan analisis bivariat terhadap faktor yang dianggap berhubungan dengan HRR, didapatkan hasil seperti dalam tabel 5.3. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 40 Tabel 5.3. Faktor –faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR Variabel mean + SD 95 % IK nilai p Lower Upper Gender (laki-laki) 7,81 + 3,325 -2.088 1.869 0,912 DM 8,21 + 3,322 -0,689 1,948 0,345 Inaktivitas 7,88 + 3,331 -1,263 1,452 0,890 Psikologis 7,25 + 3,23 -2,20 0,53 0,227 Merokok 7,64 + 3,289 -1,734 0,875 0,515 Riwayat MI 8,09 + 3,184 -0,784 1,785 0,441 CABG (on pump) 7,99 + 3,039 -0,635 3,040 0,197 ACE inhibitor 7,53 + 3,074 -2,491 0,374 0,146 Frekuensi latihan 9,07 + 3,097 -4,271 -1,962 0,001 Keterangan : DM Diabetes Melitus, CABG Coronary artery bypass grafting; ACEI Angiotensin Converting Enzyme Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara frekuensi latihan dengan peningkatan HRR, dengan hasil yang bermakna (p = 0,001). Hasil karakteristik dasar dan analisis bivariat faktor yang berhubungan dengan HRR, dengan nilai p < 0, 25 dianalisa dengan analisa multivariat dan didapatkan hasil yang bermakna pada frekuensi latihan. Hal ini ditunjukkan pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Hubungan faktor yang mempengaruhi HRR dengan peningkatan HRR Variabel koefisien B 95% IK Lower Upper nilai p Usia -0.011 -0,101 0,111 0,927 Gender -0.047 -2,46 1,624 0,660 DM -0.011 -1,48 1,331 0,916 Psikologis 0,158 -0,443 2,652 0,159 CABG (on pump) -0,098 -3,555 1,960 0,585 Aortic cross clamp -0,522 -0,093 0,002 0,060 CPB 0,360 -0,016 0,060 0,246 ACEI 0,017 -1,406 1,646 0,876 1,639 4,734 <0,001 Frekuensi latihan 0,486 Variabel terikat : peningkatan HRR Keterangan : DM Diabetes Melitus, CABG Coronary artery bypass grafting; ACEI Angiotensin Converting Enzyme; CPB cardiopulmonary bypass; AoX Aortic crossclamping Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 41 Setelah dilakukan analisis multivariat regresi linier terhadap faktor yang mempengaruhi peningkatan HRR, ternyata variabel independen yang bermakna adalah frekuensi latihan (tabel 5.5) Tabel 5.5 Hubungan antara frekuensi latihan dengan peningkatan HRR Variabel Frekuensi latihan Crude koefisien B HRR Adjusted koefisien B * HRR 3,2 2,9 95 % IK(1,96-4,27) 95% IK(1,533-4,40) p < 0,001 P < 0,001 Keterangan : diadjusted terhadap usia, gender, CABG, AoX dan faktor psikologis Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 42 BAB 6 PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan hasil hubungan yang bermakna (p < 0,001) antara frekuensi latihan fisik dengan peningkatan HRR. Frekuensi latihan 5 kali dalam seminggu yang dilakukan pasien pasca BPAK pada rehabilitasi jantung fase II meningkatkan HRR dengan peningkatan yang bermakna secara statistik dibandingkan latihan 3 kali seminggu. Faktor –faktor lain yang pada penelitian terdahulu mempengaruhi HRR, pada penelitian ini ternyata tidak memiliki hubungan yang bermakna. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh usia terhadap HRR, makin bertambah usia, HRR akan makin menurun. Pada penelitian ini rerata usia tiap kelompok hampir sama dan tidak berbeda bermakna secara statistik, sehingga pada uji statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia dan HRR. 42 Penelitian terdahulu menyatakan bahwa gender berpengaruh terhadap peningkatan HRR, 42 perempuan dikatakan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan laki-laki sedangkan pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna, kemungkinan karena pada penelitian ini jumlah sampel perempuan hanya sedikit (12 orang). Diabetes melitus berkaitan dengan fungsi otonom yang abnormal dan peningkatan mortalitas. Nilai HRR yang abnormal setelah latihan fisik merupakan salah satu hasil pengukuran disfungsi otonom secara tidak langsung, juga berkaitan dengan mortaitas yang meningkat.5 Terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh diabetes melitus terhadap HRR, pada penelitian oleh Nonaka dkk didapatkan bahwa diabetes melitus merupakan prediktor independen terhadap abnormalitas HRR (p = 0,009). 34,43 Penelitian lain mendapatkan bahwa kadar gula darah puasa yang tinggi berkaitan dengan abnormalitas HRR (p<0,01). 44 Cohen dkk juga mendapatkan kadar Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 43 gula darah puasa memiliki hubungan yang kuat terhadap nilai HRR pasca latihan fisik yang abnormal, termasuk pada kondisi nondiabetik. 45 Begitu pula studi Framingham yang memperlihatkan bahwa nilai HRR yang rendah didapatkan pada pasien diabetes.46 Pada keadaan kadar glukosa yang abnormal akan terjadi gangguan autonom pada jantung, pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara diabetes melitus dengan HRR. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa data diabetes melitus diambil dari data riwayat penyakit saja tanpa melihat kadar glukosa plasma. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara perokok dengan bukan perokok, baik laki-laki maupun perempuan. Pada penelitian oleh Papathanasiou dkk dikatakan bahwa merokok aktif hanya mempengaruhi HRR pada perempuan yang merokok dibandingkan tidak merokok.47 Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini dari sampel perempuan hanya 1 orang yang merupakan perokok. Penggunaan obat seperti penyekat beta tidak mempengaruhi HRR dan hal ini sesuai dengan yang didapatkan pada penelitian ini. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara penggunaan penyekat beta dengan nilai HRR.48 Pemberian ACE inhibitor dikatakan dapat meningkatkan aktivitas parasimpatis melalui efek sentral dan perifer.49 Pada analisa multivariat peningkatan HRR dengan ACE inhibitor dan frekuensi latihan tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara penggunaan ACEI dengan peningkatan HRR. Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian ini adalah penelitian pertama yang meneliti tentang pengaruh frekuensi latihan terhadap pasien pasca bedah pintas arteri koroner dalam rehabilitasi jantung fase II terhadap peningkatan HRR. Hasil yang bermakna pada penelitian ini disebabkan bahwa intensitas latihan fisik yang makin sering akan makin meningkatkan reflek vasovagal. Penelitian yang membahas pengaruh latihan fisik terhadap peningkatan HRR sudah cukup banyak, namun populasi yang diteliti berbeda. Pada penelitian ini didapatkan peningkatan HRR + 5,95 bpm (kelompok I) dan + 9,07 bpm (kelompok II) dengan p<0,001. Penelitian terdahulu yang meneliti peningkatan HRR pasca Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 44 rehabilitasi jantung mendapatkan perbaikan 26 % HRR pada menit pertama pasca latihan (15.4 denyut/min pre-rehabilitasi vs. 19.4 denyut/ min pasca-rehabilitasi; p < 0.001). 19 Begitu pula penelitian oleh Tsai dkk mendapatkan bahwa nilai rerata HRR setelah satu menit meningkat dari 4,15±3,74 menjadi 16,38±6,32 kali permenit pada pengamatan terhadap kelompok rehabilitasi jantung.29 Penelitian Tiukinhoy dkk mendapatkan HRR meningkat 18 kali permenit lebih cepat pada menit pertama pemulihan setelah dilakukan rehabilitasi 12 minggu pada pasien setelah kejadian kardiovaskular.22 Pada penelitian ini populasi yang diteliti adalah pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II. Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 45 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Latihan fisik yang dilakukan lima kali seminggu berhubungan dengan peningkatan HRR yang bermakna dibandingkan tiga kali seminggu pada pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II (RR 2,9, 95% IK 1,53-4,40, p <0,001), . 7.2 SARAN 1. Pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II sebaiknya melakukan latihan fisik secara intensif (5 kali dalam seminggu) dibandingkan 3 kali seminggu. 2. Dilakukan penelitian lanjutan yang akan melihat efek jangka panjang pada perbedaan frekuensi latihan fisik terhadap HRR Universitas Indonesia Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 xlvi DAFTAR REFERENSI 1. Soares PP, Moreno AM, Cravo SL, Nobrega CL. Coronary artery bypass surgery and longitudinal evaluation of the autonomic cardiovascular function. Critical Care 2005;9:124-131 2. Taylor RS, Brown A, Ebrahim S, Jolliffe J, Noorani H, Rees K. Exercise-based rehabilitation for patients with coronary heart disease: systematic review and metaanalysis of randomized controlled trials. Am J Med 2004;116:682– 692 3. Gao G, Grunkemeier GL, Furnary AP, Starr A. Long term survival of patient after coronary artery bypass graft surgery: comparison of the pre stent and pasca stent eras. Ann Thorac Surg 2006;82:806-10 4. Angka kematian pasca BPAK dalam perawatan RS. Rekam medis Pusat Jantung Nasional harapan Kita 2012 5. Cole CR, Blackstone EH, Pashkow FJ, Snader CE, Lauer MS. Heart rate recovery immediately after exercise as a predictor of mortality. N Engl J Med 1999;341:13511357 6. Balady GJ, Wiliams MA, Ades PA, Bittner V, Comoss P, Foody JM etal. Core component of cardiac rehabilitation/secondary prevention program: 2007 update: A scientific statement from the American Heart Association Exercise, cardiac rehabilitation, and prevention committee, the council on clinical cardiology; the councils on cardiovascular nursing, epidemiology and prevention, and nutrition, physical activity, and metabolism; and the American Association of Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation. Circulation 2007;115:2675-2682 7. Leon S, Franklin BA, Costa F, Balady GJ, Berra KA, Steward KJ, et al. Cardiac rehabilitation and secondary prevention of coronary heart disease: an American Heart Association scientific statement from the Council on Cardiology (subcommittee on Exercise, Cardiac rehabilitation, and Prevention) and the Council on Nutrution, Physical Activity and Metabolism (Subcommittee on Physical Activity), in collaboration with the American Association of Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation. Circulation 2005;111:369-376 8. Laing ST, Gluckman TJ, Weinberg KM, Lahiri MK, Ng J, Goldberger JJ. Autonomic effects of exercise-based cardiac rehabilitation. J Cardiopulm Rehabil Prev 2011;31:87-91 9. Okutucu S, Karakulak UN, Aytemir K, Oto A. Heart rate recovery: a practical clinical indicator of abnormal cardiac autonomic function. Expert Rev Cardiovasc Ther 2011;11: 1417-1430 10. Bauernschmitt R, Malberg H, Wessel N, Kopp B, Schirmbeck EU, Lange R. Impairment of cardiovascular autonomic patients early after cardiac surgery. Eur J Cardiothorac Surg 2004;25:320-326 11. Krieger EM, Silva GJ, Negrao CE. Effects of exercise training on baroreflex control of the cardiovascular system. Ann New York Aca Scien 2001:328-347 12. Rosenwikel ET, Bloomfield DM, Arwady MA, Goldsmith RL. Exercise and autonomic function in health and cardiovascular disease. Cardiol Clin 2001 Aug ;19:369-87. 13. Venkatesh N, Dhandapani AG. Cardiac rehabilitation and exercise training- challenges and future direction. Jour of Med 2006;1:28-32 14. Pollock ML, Cureton TK, Greninger L. Effects of frequency of training in working capacity, cardiovascular function and body composition of adult men. Med and Science in Sport 1969; 1:70-74 Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 xlvii 15. Heran BS, Chen JMH, Ebrahim S, Moxham T, Oldridge N, Rees K. Exercise based cardiac rehabilitationfor coronary heart disease (review). The Cochrane Collaboration. Wiley and son’s. 2011 16. Buch AN, Coote JH, Townend JN. Mortality, cardiac parasimpatis control and physical training- what’s the link ? Experimental Physiology 2002 ;87:423-435. 17. Froelicher VF, Myers J. Manual of exercise testing, third edition 2007. Philadelphia, Mosby Inc. 18. Carnethon MR, Craft L. Autonomic regulation of the association between exercise and diabetes. Exerc Sport Sci Re 2008;36(1): 12-18 19. Lahiri MK, Kannankeril PJ, Goldberger JJ. Assesment of autonomic function in cardiovascular disease. Jour of Am Coll of Cardiol 2008; 51:1725-1731. 20. Nishima EO, Cole CR, Blackstone E, Pashkow FJ, Lauer MS. Heart rate recovery and treatmil exercise score as a predictors of mortality in patients referred for exercise ECG. JAMA 2000; 284:1392-1398. 21. Roberts E, Li FK, Sykes K. Validity of the 6 MWT for assessing heart rate recovery after an exercised based cardiac rehabilitation programme. Physiotherapy 2006;2:116-121 22. Tiukinhoy S, Beohar N, Hsie M. Improvement of heart rate recovery after cardiac rehabilitation. J Cardiolpulm Rehabil 2003;23:84-87 23. Ghashghaei FE, Sadeghi M, Maransi SM, Ghashgghaei SE. Exercise-based cardiac rehabilitation improves hemodynamic responses after coronary artery bypass graft surgery. ARYA Atheroscler 2012;7:151-156 24. Murphy DA, Armour JA. Influences of cardiopulmonary bypass, temperature, cardioplegia, and topical hypothermia on cardiac innervation. J thorac Cardiovasc Surg 1992;103:1192-1199 25. Lakusic N, Slunjak U, Baboski F. Heart rate variability after off-pump versus onpump coronary artery bypass graft surgery. Cardiology Research and Practice 2009;1: 1-4 26. Furtado HT, Gomes RV, Campos LA, Tura B, Bozza PT. Circulating levels of macrophage migration inhibitory factor are associated with mild pulmonary dysfunction after cardiopulmonary bypass. Shock 2004;22:533-537 27. Javorka M, Zila I, Balharek, Javorka K. Heart rate recovery after exercise: relations to heart rate variability and complexity. Braz J Med Biol Res 2002;35:991-1000 28. Freeman JV, Dewey FE, Hadley DM, Myers J. Autonomic nervous system interaction with the cardiovascular system during exercise. Progress in Cardiovasc Dis 2006;48:342-362 29. Tsai SW, Lin YW, Wu SK. The effect of cardiac rehabilitation on recovery of heart rate over one minute after exercise in patient with coronary artery bypass graft surgery. Clin Rehabil 2005;19:843-849 30. Imai K, Sato H, Hori M, et al. Vagally mediated heart rate recovery after exercise is accelerated in athletes but blunted in patients with chronic heart failure. J Am Coll Cardiol 1994; 24:1529–35. 31. Kannankeril P, Le F, Kadish A, Goldberger J. Parasympathetic effects on heart rate recovery after exercise. J Investig Med 2004; 52: 394 – 401. 32. Sundaram S, Shoushtari C, Carnethon M, Kadish A, Goldberger J. Autonomic and nonautonomic determinants of heart rate recovery. Heart Rhythm 2004;1 : 100 –111. 33. Gerritsen J, Dekker JM, Voorde BJ, Bertelsmann FW, Kostense PJ, Stehouwer CD. Glucose tolerance and other determinants of cardiovascular autonomis function: the Hoorn study. Diabetologica 2000;43:561-570 Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013 xlviii 34. Goldberger JJ, Le FK, Lahiri M, Kannankeril PJ, Kadish AH. Assesement of parasympatic reactivation after exercise Am J Physiol Heart Circ Physiol 2006; 290: 2446 –2452. 35. Steele B. Timed walking tests of exercise capacity in chronic cardiopulmonary illness. J Cardiopulm Rehabil 1996; 16:25—33. 36. Du HY, Newton RJ, Salamonson Y. A review of the six minute walk test: it’s implication as a self administered assessment tool. Euro Jour of cardiovasc Nursing 2009;8:2-8 37. Faggiano P, D’Aloia A, Gualeni A, Brentana L, Dei Cas L. The six-minute walking test in chronic heart failure: Indications, interpretation and limitations from a review of literature. Eur J Heart Fail 2004 ;6:687—91. 38. Hao SC, Chai A, Kliegfield P. Heart rate recovery respons to symptom limited treadmill exercise after cardiac rehabilitation in patient with coronary artery disease with and without recent events. Am J Cardiol 2002;90:763-765 39. Worcester MC, Hare DL, Oliver RG. Early programmes of high and low intensity exercise training and quality of life after acute miocard infarction. BMJ 1993;307:1244-1255 40. Dressendofer RH, Franklin BA, Cameron JL. Exercise training frequency in early pasca infarction cardiac rehabilitation: influence on aerobic conditioning. J Cardiopulm Rehabil 1995;15:269-276 41. Kugler J, Dimsdale JE, Hartley LH. Hospital supervised vs home exercise in cardiac rehabilitation: effects on aerobic fitness, anxiety and depression. Arch Physiol Med Rehabil 1990;71:322-325 42. Kligfield P, Cormick A, Chai A, Jacobson A. Effect of age and gender on heart rate recovery after submaximal exercise during cardiac rehabilitation in patients with angina pectoris, recent acute myocardial infarction, or coronary bypass surgery. Am Jour of cardiol 2003;92:600-603 43. Nonaka A, Shiotani H, Kitano K, Yokoyama M. Determinants of heart rate recovery in patient with suspected coronary artery disease. Kobe J Med Sci 2007;53:93-98 44. Gayda M, Bourassa MG, Tardyf SC, Fortus A, Sureau M.Effect of fasting and /or pascaprandial glucose on heart rate recovery in patient with coronary artery disease. Diabetes and metabolism 2012;38:20-26 45. Cohen JA. Diabetic autonomic neuropathy is associated with an increased incidence of strokes. Auton Neurosci 2003; 108: 73-78. 46. Singh JP, Larson MG, O'Donnell CJ, Wilson PF, Tsuji H, Lloyd-Jones DM, et al. Association of hyperglycemia with reduced heart rate variability (The Framingham Heart Study). Am J Cardiol 2000; 86(3): 309-12. 47. Papathanasiou G, Georgepollis D, Papageorgiov E, Zerva E, Michael L. Effects of smoking on heart rate at rest and during exercise and on heart rate recovery in young adults. Hellenic J Cardiol 2012;54:168-177 48. Karnik RS, Lewis W, Mile P, Baker L. The effect of beta blockade on heart rate recovery following exercise stress echocardiography. Prev cardiol 2008;11:26-28 49. Ajayi, Adesuyi A, Campbell BC, Howie CA. Acute and chronic effects of the converting enzyme inhibitors enalapril and lisinopril on reflex control of heart rate in normotensive men.J Hypertens 1985;3:47-53 Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013