pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan heart rate

advertisement
1
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH FREKUENSI LATIHAN FISIK TERHADAP
PENINGKATAN HEART RATE RECOVERY PADA PASIEN
PASCA BEDAH PINTAS ARTERI KORONER YANG
MENJALANI FASE II REHABILITASI JANTUNG
TESIS
WENNY FITRINA DEWI
0706311831
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS -1
ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
JAKARTA 2013
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
HALAMAN PERI{YATAAN ORISINALITAS
Tesisini adalahhasil karya sayasendiri'
dan semuasumberbaik yang dikutip maupundirujuk
telah saYanYatakandenganbenar'
Nama
: Wenny Fitrina Dewi
NPM
:0706311831
TandaTangan,
I
?,
l
Tanggal
I
: 12 Desember2013
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
IIALAMAN PENGESAIIAN
Tesisini diajukanoleh
Nama
:
WennvFitrinaDewi
NPM
:
0706311831
Ilmu PenyakitJantungdanPembuluhDarah
ProgramStudi :
Judultesis
PengaruhFrekuensiLatihan Fisik TerhadapPeningkatan
Heart Rate Recovery Pada Pasien Pasca Bedah Pintas
Arteri Koroner Yang Menjalani Fase II Rehabilitasi
Jantung
:
Telah berhasil dipertahankandi hadapanDewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratanyang diperlukan untuk memperolehgelar SpesialisJantung
dan PembuluhDarah pada ProgramStudi Ilmu Penyakit Jantungdan Pembuluh
DarahFakultasKedokteran.UniversitasIndonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
dr AndangH Joesoef,SpJP(K)
Pembimbing
dr. RWM Kaligis,SpJP(K)
PembimbingBahasa
DR.dr.BaritaSitompul,SpJP(K
Penguji
Prof DR. dr. Idris ldham,SpJP(K)(... ...i.. : . .,A
Penguji
dr. JettySedyawan,
SpJP(K)
Penguji
Dr.drBambangB. Siswanto,SpJP(K)(.....
Ditetapkandi
Jakarta
Tanggal
' t2 Desember
2013
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
(
4
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya akhirnya
saya dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Saya sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak, tesis ini tidak mungkin dapat saya selesaikan dengan baik. Maka pada
kesempatan ini izinkanlah saya dengan segala kerendahan hati untuk menyampaikan
terima kasih, rasa hormat dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1.
DR. dr. Amiliana Mardiani, SpJP(K) selaku Ketua Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular FKUI. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
atas bimbingan, dorongan, nasehat dan dukungan selama kami menjalani pendidikan
spesialis ini.
2.
Prof. dr. Ganesja M Harimurti, SpJP(K), selaku Ketua Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular FKUI terdahulu, yang telah menjadikan kami tangguh, kokoh dan
mengerti bagaimana kami seharusnya dalam menjalani tugas dan peran kami. Beliau
juga tidak hanya sebagai guru tetapi juga sebagai seorang ibu selama kami menjalani
pendidikan spesialis ini.
3.
Para Guru Besar, Prof. dr. Asikin Hanafiah, SpJP(K), SpA, Prof. dr. Lily I Rilantono,
SpJP(K), SpA, Alm. Prof. dr. Syukri Karim, SpJP(K), Prof. DR. dr. Idris Idham, SpJP(K),
Prof.dr. Harmani Kalim, SpJP(K), MPH, Prof. DR. dr. Dede Kusmana, SpJP(K), Prof. DR.
dr. Budhi Setianto, SpJP(K), sebagai tauladan kehidupan dan pembuka wawasan dalam
hal keilmuan kardiologi dan cara berpikir untuk menjadi seorang dokter spesialis
jantung yang baik.
4.
Dr. Andang H Joesoef, SpJP(K) dan dr. RWM Kaligis, SpJP(K) sebagai pembimbing
penelitian yang telah memberikan segala perhatian, waktu dan dukungannya sehingga
tesis ini dapat saya selesaikan dan juga selama pendidikan, serta kepada Dr. dr. Barita
Sitompul, SpJP(K), sebagai pembimbing bahasa yang sudah meluangkan waktu untuk
membaca dan mengoreksi tata bahasa dan penulisan tesis ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
5
5.
Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) dan DR. dr. Amiliana Mardiani, SpJP(K) sebagai ketua
dan sekretaris program studi terdahulu yang telah memberikan segala perhatian, waktu
dan dukungannya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dan juga selama pendidikan.
6.
Dr. dr. Renan Sukmawan SpJP(K), ST dan dr. BRM Aryo, SpJP sebagai ketua dan
sekretaris program studi saat ini, atas usaha dan kerja kerasnya mendukung kelulusan
kami semua.
7.
Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K) dan dr Sunu B Rahardjo SpJP, Phd sebagai koordinator
penelitian yang lama dan baru. Yang telah banyak memberikan dukungan, saran dan
kritik dalam penyelesaian dan penyempurnaan tesis ini
8.
Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, SpJP(K), dr. Sunarya Soerianata SpJP(K) sebagai orang tua
yang selalu memberi kami nasehat, dorongan dan pembuka jalan sehingga kami bisa
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialis ini.
9.
Dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K), Direktur Utama PJNHK saat ini, Dr. dr. Faisal Baraas,
SpJP(K) dan Dr.dr. Anwar Santoso, SpJP(K), Direktur Utama PJNHK terdahulu beserta
jajaran Direksinya, atas segala kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama
menjalani pendidikan.
10. Seluruh Staf Pengajar, dan para personel di Divisi Prevensi dan Rehabilitasi atas
segala bantuannya dalam pengambilan sampel penelitian.
11. Seluruh Staf Pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, para
pahlawan tanpa tanda jasa, yang bertindak selaku guru sekaligus orang tua saya selama
menjalani pendidikan, terima kasih atas segala imu yang diberikan, tidak hanya sebatas
keilmuan dalam bidang Kardiologi tetapi juga pembelajaran tentang kehidupan dan
cara berpikir, dan atas segala perhatian dan kesabarannya dalam membimbing saya
selama mengikuti program pendidikan untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung
dan manusia yang lebih baik.
12. Dr. Pandu Riono, PhD sebagai pembimbing statistik yang telah membantu dalam
membuka wawasan tentang penelitian dan melakukan analisis statistik dalam
penelitian ini.
13. Seluruh rekan-rekan dan pengurus Keluarga Asisten Kardiologi (KELAKAR) terutama
teman-teman angkatan Januari 2008: dr Sri Murdiati, SpJP, dr Mefriyanni SpJP, dr.
Elisa Pakpahan, SpJP, dr. Ismir Fahri SpJP, dr. Rony SpJP, dr. Alexander Edo SpJP, dr.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
6
Novi Kurniasih SpJP, dr. Triwedya SpJP, dr. Seftri, dr Triadi untuk kebersamaan,
persahabatan, dukungan, kerjasama dan segala cerita suka dan duka yang telah kita
bagi bersama dalam 4,5 tahun ini dan di tahun-tahun mendatang.
14. Rekan-rekan seperjuangan: dr. Arief, dr. Arwin, dr. Elen, dr. Andi, dr. Sigit, dr. Heru,
dr. Katrin, dr. Kornadi, dr. Andien, dr Fitri untuk segala kebersamaan dan kerjasama
yang luar biasa dalam perjuangan dan persiapan menghadapi segala tahapan ujian
akhir ini.
15. Bapak Herman, Ibu Rini Sukaman, Ibu Linda, Mbak Rita, Mbak Pipin, Mbak Ita, Mas
Budi, Mbak Nurul, Syuaib, Arry dan Mas Endra, terima kasih untuk segala bantuan
selama menjalani proses pendidikan ini.
16. Seluruh karyawan medis maupun non-medis di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita,
terima kasih atas segala bantuan dan kerja sama yang baik selama saya menjalani
proses pendidikan.
17. Secara khusus saya haturkan segala rasa hormat dan terima kasih yang mendalam
kepada orang tua tercinta almarhum papa (H Rahmad Muluk), mama (Dra. Syafrida)
atas segala kasih sayang, didikan, kesabaran, kepercayaan, dorongan semangat dan
untaian doa yang tidak henti-hentinya terhadap saya.
18. Terima kasih atas segala dukungan semangat dari saudara-saudara tercinta
(Bang
Andi, Erwin dan Amy)
19. Untuk ibu mertua dan keluarga besar almarhun H. Sukar Haryadi. Terima kasih atas
kesabaran, kepercayaan, dorongan semangat, doa yang tidak pernah putus selama
kami menjalani pendidikan spesialis.
20. Kepada suamiku tercinta ( dr. Herman Darmawan) dan anak-anakku: Hanif Aulia
Darmawan, Hilmy Ammar Darmawan, Hannan Afif Darmawan dan Hisyam Ahmad
Darmawan.
Terima kasih untuk semua dorongan, semangat, kesabaran dan
pengorbanan yang diberikan selama pendidikan, di saat-saat jaga malam dan selama
penyelesaian penelitian ini. Kalian selalu menjadi penyemangat dan penghibur di saat
lelah.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
7
Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya ucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah
membantu selama pendidikan serta dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Jakarta, 12 Desember 2013
Wenny Fitrina Dewi
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagaisivitas akademikUniversitasIndonesia,sayayang bertandatangandi
bawahini:
Nama
:
WennyFitrinaDewi
NPM
:
0 7 0 6 311831
ProgramStudi :
Ilmu PenyakitJantungdanPembuluhDarah
Departemen :
Departemen
KardiologidanKedokteranVaskular
Fakultas
:
Kedokteran
Jeniskarya
:
Tesis
Demi pengembanganilmu pengetahuan,menyetujui untuk memberikankepada
UniversitasIndonesiaHak BebasRoyalti Noneksklusil (Non-uclusive Royalty
Free Right) ataskaryailmiah sayayangberjudul :
Pengaruh Frekuensi Latihan Fisik Terhadap Peningkatan Heart Rate
Recovery Pada PasienPascaBedah Pintas Arteri Koroner Yang Menjalani
RehabilitasiJantungFaseII
Besertaperangkatyang ada (iika diperlukan).DenganHak BebasNoneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dm
mernpublikasikantugas akhir saya selama tetap mencantumkannama saya
sebagaipenuliVpencipta
pemilikHakCipta.
dansebagai
Demikianpemyataanini sayabuatdengansebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Padatanggal:12 Desember2013
Yang menyatakan,
I
I
fft
/v
I
Wenny [itrina Dewi
vii
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
9
ABSTRAK
Nama
:
Program Studi :
Judul tesis
:
Wenny Fitrina Dewi
Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Pengaruh Frekuensi Latihan Fisik Terhadap Peningkatan
Heart Rate Recovery Pada Pasien Pasca Bedah Pintas
Arteri Koroner Yang Menjalani Rehabilitasi Jantung Fase
II
Latar Belakang:
Rehabilitasi jantung pada pasien Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) merupakan
tindakan efektif dalam menurunkan mortalitas pada pasien dengan Penyakit Jantung
Koroner (PJK). Adanya gangguan fungsi otonom jantung dikatakan meningkatkan
risiko aritmia dan kematian mendadak. Latihan fisik sebagai salah satu komponen
rehabilitasi jantung dapat meningkatkan fungsi otonom yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan Heart Rate Recovery (HRR). Penelitian ini bertujuan untuk
menilai pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan HRR.
Metode:
Sebanyak 100 pasien pasca BPAK yang melakukan rehabilitasi jantung fase II
dipilih secara konsekutif sejak 1 Juli – 15 Oktober 2013 di Pusat Jantung nasional
Harapan Kita, Jakarta. Pasien dikelompokkan menjadi kelompok I (3 kali latihan
seminggu) sebanyak 40 orang dan kelompok II (5 kali latihan seminggu) sebanyak 60
orang. Heart rate recovery satu menit diukur dengan uji jalan 6 menit/6 minute walk
test (6MWT). Pengukuran dilakukan 2 kali, pada fase awal dan fase evaluasi setelah
12 kali. Peningkatan HRR dari kedua kelompok dianalisa dengan analisa regresi
linier.
Hasil:
Pada studi kami, usia, gender, diabetes melitus, psikologis, merokok, bedah pintas
arteri koroner dan lamanya aortic cross clamp setelah dianalisa tidak mempengaruhi
peningkatan HRR secara bermakna. Frekuensi latihan 5 kali seminggu memberikan
peningkatan HRR yang bermakna secara statistik dibandingkan 3 kali seminggu
setelah dianalisa dengan regresi linier multivariate (RR 2,9; 95 % IK 1,53-4,40,
p<0,001)
Kesimpulan: Frekuensi latihan fisik 5 kali seminggu memberikan respon yang lebih
baik terhadap peningkatan HRR dibandingkan latihan 5 kali seminggu.
Kata Kunci:
BPAK, Rehabilitasi Jantung, HRR
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
10
ABSTRACT
Name
Study Programme
Title
:
:
:
Wenny Fitrina Dewi
Cardiology and Vascular Medicine
Effect of Frequency of Exercise Training in Patients
after Coronaary Artery Bypass Surgery who
Underwent Phase II Cardiac Rehabilitation
Background:
Cardiac rehabilitation in patients with Coronary Artery Bypass Surgery (CABG) is an
effective way in reducing mortality in patients with coronary heart disease (CHD).
The presence of impaired cardiac autonomic function is increase the risk of
arrhythmias and sudden death. Exercise training as one component of cardiac
rehabilitation can improve autonomic function that can be measured indirectly with
Heart Rate Recovery (HRR). The aim of this study is to assess the effect of the
frequency of physical exercise on improved of HRR.
.
Metod:
The data used for this analysis include 100 patients who underwent second phase of
cardiac rehabilitation after CABG at Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta
between July and October 2013. Patients were categorized into group I (exercise 3
times a week) : 40 people and group II (5 times a week exercise) : 60 people. Heart
rate recovery was measured with a 6 minute walk test (6MWT). Measurements were
performed 2 times, in the early phase and the evaluation phase after 12 times.
Increased HRR from both groups were analyzed by linear regression analysis.
Result :
In our study, age, gender, diabetes mellitus, psychological, smoking, coronary artery
bypass surgery and the duration of aortic cross clamp did not affect the increase of
HRR. Five times a week exercise training gives significant increase of HRR compare
to 3 times a week exercise training after analyzed multivariate linear regression ( RR
2.9, 95% KI 1.53 to 4.40, p <0.001 )
Conclusion:
Frequency of physical exercise 5 times a week give a better response to the increase
in HRR than exercise 3 times a week.
Keyword: CABG, Cardiac Rehabilitation, HRR
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
11
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
..............................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................
UCAPAN TERIMA KASIH
.............................................................
PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................
ABSTRAK
..........................................................................
ABSTRACT
..........................................................................
DAFTAR ISI
..........................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
DAFTAR TABEL
..........................................................................
DAFTAR SINGKATAN
.................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Hipotesis
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Akademik
1.6.2. Klinik
1.6.3. Masyarakat
ii
iii
iv
vii
viii
ix
x
xii
xiii
xiv
..................................................................
..................................................................
..................................................................
..................................................................
..................................................................
1
2
2
2
3
..................................................................
..................................................................
..................................................................
3
3
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Latihan Fisik
......................
2.1.1. Rehabilitasi Jantung
.............................
2.1.2. Latihan Fisik pada Rehabilitasi Jantung
..........................
2.1.3. Latihan Fisik pada pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner ......
2.2. Fungsi Otonom Jantung
........................................
2.2.1. Fungsi Otonom Jantung pasca Bedah Pintas Arteri Koroner
......
2.2.2 Heart Rate Recovery
..................................................................
2.2.3. Uji jalan 6 menit/6 minute walk test
......................................
2.3. Pengaruh latihan fisik terhadap Fungsi Otonom Jantung
............
2.3.1 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap heart rate recovery
…………
2.3.2.Pengaruh Frekuensi Latihan Fisik Terhadap Heart Rate Recovery
4
4
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BAB 3 KERANGKA TEORI, KONSEP DAN ALUR PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori
......................................................................
3.2. Kerangka Konsep
.....................................................................
3.3. Alur Penelitian
.....................................................................
13
14
15
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
12
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
.........................................................................
4.2. Tempat danWaktu Penelitian
..................................................
4.3. Subyek Penelitian
.....................................................................
4.4 Besar Sampel
.....................................................................
4.5. Kriteria Pemilihan Sampel
4.5.1 Kriteria Penerimaan ....................................................................
4.5.2 Kriteria Penolakan ......................................................................
4.6. Identifikasi Variabel
4.6.1. Variabel Bebas
.................................................................
4.6.2. Variabel Terikat
....................................................................
4.6.3. Variabel Perancu
4.7. Cara Kerja
.....................................................................
4.8. Analisa Statistik
.....................................................................
4.9. Definisi Operasional .....................................................................
16
16
16
16
17
17
18
18
18
18
18
19
19
BAB 5 HASIL
5.1. Karakteristik Dasar dan Klinis
....................................................
5.2. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR ........................
21
23
BAB 6 PEMBAHASAN
26
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
.............................................................................
7.2. Saran
.........................................................................................
29
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
11
Gambar 2.1
Aktivitas saraf otonom saat latihan fisik dan pemulihan …
Gambar 3.1
Skema Kerangka Teori
.............................................
13
Gambar 3.2
Skema kerangka konsep
.............................................
14
Gambar 3.3
Skema alur penelitian
...................................................
15
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
14
DAFTAR TABEL
Halaman
6
Tabel 2.1
Dosis Latihan Fisik pada Pasien Jantung
Tabel 5.1
Karakteristik Dasar dan Klinis
....................................
21
Tabel 5.2
Indikator kardiovaskular
.............................
22
Tabel 5.3
Faktor yang berhubungan dengan peningakatan HRR
Tabel 5.4
Hubungan Faktor yang mempengaruhi HRR dengan
kenaikan HRR
Tabel 5.5
....................
24
24
……… ………………………………
Hubungan antara frekuensi latihan dengan peningkatan
HRR
.
25
…………………………………………………
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
15
DAFTAR SINGKATAN
6 MWT
6 Minute Walk Test
BPAK
Bedah Pintas Arteri Koroner
HRR
Heart Rate Recovery
HRV
Heart Rate Variability
IKP
Intervensi Perkutan Primer
MSNA
Muscle symphatetic Nerve Activity
PJK
Penyakit Jantung Koroner
PPOK
Penyakit Paru Kronik Menahun
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Revaskularisasi miokardium dengan Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK)
merupakan tindakan yang efektif dalam menurunkan mortalitas pada pasien
dengan
penyakit jantung koroner risiko tinggi.
1,2
mortalitas masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,5%.
3
Namun demikian angka
Data dari Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, dari 619 tindakan BPAK pada tahun 2012 , didapatkan 23
pasien meninggal dalam perawatan (3,71%).
4
Adanya gangguan fungsi otonom
jantung pasca BPAK dikatakan meningkatkan risiko terjadinya aritmia ventrikel
dan kematian jantung mendadak pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
Rehabilitasi jantung
5
merupakan bagian dari tatalaksana komprehensif pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular 6 dan merupakan rekomendasi kelas I oleh
American Heart Association dan American College of Cardiology (ACC/AHA)
pada pasien dengan penyakit jantung koroner.7 Latihan fisik pada rehabilitasi
jantung pasca BPAK
dapat memodulasi sistem otonom jantung dengan
meningkatkan tonus parasimpatis. 8
Dalam kondisi normal, sistem saraf otonom pada saat latihan fisik akan terjadi
penurunan tonus saraf parasimpatis yang diikuti aktivasi saraf simpatis,
sedangkan saat pemulihan diawali reaktivasi sistem saraf parasimpatis dan diikuti
deaktivasi sistem saraf simpatis yang menyebabkan penurunan denyut jantung.2,9
Kecepatan penurunan denyut jantung saat pemulihan
disebabkan oleh tonus
parasimpatis yang dapat dinilai dengan Heart Rate Recovery (HRR).
10
Adanya
abnormalitas dari HRR menunjukkan tonus parasimpatis yang menurun.
11,12
Heart rate recovery sendiri pada penelitian yang dilakukan oleh Cole dkk (2428
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
17
sampel) mendapatkan HRR sebagai
prediktor terhadap kematian atas segala
sebab dan akibat penyakit kardiovaskular [RR 2,0, 95% CI (1,5-2,7), p <0,001)]. 5
Pilihan jenis latihan pada pasien pasca BPAK adalah aerobik, dengan
frekuensi 3 – 5 kali seminggu, lama 30 – 60 menit, dapat berupa latihan yang
kontinyu atau interval training.6 Jenis
latihan akan
jantung saat latihan dan saat pemulihan,
mempengaruhi denyut
namun intensitas hanya akan
mempengaruhi denyut jantung saat latihan dan tidak berpengaruh terhadap denyut
jantung saat pemulihan.13 Suatu analisa yang dilakukan oleh Pollock dkk telah
menunjukkan adanya pengaruh
frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan
kapasitas fungsional dan denyut jantung maksimal (p<0,05),14 tetapi penelitian
yang menunjukkan efek latihan fisik rehabilitasi jantung fase II pada pasien
pasca BPAK terhadap HRR sampai saat ini belum ada. Pada pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca BPAK
terbagi 2 kelompok berdasarkan frekuensi latihan, yaitu 3 kali dan 5 kali
seminggu dan dilakukan selama 12 kali pertemuan.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu efek latihan fisik pada rehabilitasi jantung adalah meningkatkan
HRR yang dapat meningkatkan reaktivasi tonus parasimpatis dan secara tidak
langsung menurunkan mortalitas, namun tidak semua pasien mendapatkan pola
latihan yang sama. Terdapat perbedaan frekuensi
latihan pada pasien pasca
BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II, yaitu latihan 3 kali dan 5 kali
seminggu, seandainya frekuensi latihan 5 kali seminggu sama efektifnya dengan 3
kali seminggu maka kunjungan pasien ke rumah sakit akan lebih singkat dan
terjadi penghematan perawatan pasca BPAK dan cakupan pasien melakukan
latihan fisik akan lebih banyak. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh
frekuensi latihan fisik perminggu terhadap peningkatan heart rate recovery pada
pasien yang menjalani rehabilitasi jantung fase II.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
18
1.3 Pertanyaan penelitian
Apakah latihan fisik yang dilakukan 5 kali seminggu akan menghasilkan
peningkatan HRR yang bermakna dibandingkan 3 kali seminggu pada pasien
pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II ?
1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui pengaruh dari perbedaan frekuensi latihan pada
rehabilitasi jantung terhadap peningkatan HRR.

Tujuan Khusus
Untuk dapat mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi peningkatan
HRR pada rehabilitasi jantung fase II.
1.5. Hipotesa
Latihan fisik yang dilakukan lima
kali seminggu akan menghasilkan
peningkatan HRR yang bermakna dibandingkan tiga kali seminggu pada
pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II.
1.6. Manfaat Penelitian
Akademik

Mengetahui pengaruh frekuensi latihan fisik pada rehabilitasi jantung fase II
terhadap peningkatan HRR.
Klinis

Pengetahuan mengenai pengaruh latihan fisik dengan peningkatan HRR dan
faktor yang mempengaruhi dapat diaplikasikan pada praktek klinis.
Masyarakat

Memotivasi pasien pasca BPAK untuk tetap rutin melakukan latihan fisik
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
19
Bidang Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan data
tentang manfaat frekuensi latihan fisik terhadap peningkatan
HRR yang
menggambarkan reaktivasi fungsi saraf parasimpatis.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
20
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LATIHAN FISIK
2.1.1 Rehabilitasi Jantung
Program pencegahan sekunder dan rehabilitasi jantung merupakan bagian
terintegrasi tatalaksana komprehensif pada pasien dengan penyakit kardiovaskular
dan direkomendasikan kelas I pada American Heart Association and American
College of Cardiology (AHA/ACC) untuk penyakit jantung koroner.
6,7
Pada tahun
2007, American Heart Association and American College of Cardiology Pulmonary
Rehabilitation (AHA/ACC PR) merekomendasikan
program rehabilitasi jantung
yang terdiri dari beberapa komponen inti, yaitu penilaian pasien, konseling nutrisi,
manajemen faktor risiko (lipid, hipertensi, berat badan, diabetes dan merokok),
manajemen psikososial, konseling dan latihan fisik. 6
Program rehabilitasi jantung pada awalnya ditujukan pada pasien dengan
riwayat infark miokard atau pasca BPAK, namun saat ini berkembang dan
dilaksanakan pada pasien pasca bedah katup, intervensi koroner perkutan (IKP),
pasien gagal jantung, pasien yang akan menjalani transplantasi jantung, pasien
dengan penyakit arteri perifer yang disertai klaudikasio dan penyakit kardiovaskular
lainnya. 7 Sayangnya program rehabilitasi jantung masih belum dimanfaatkan secara
maksimal, seperti di Amerika Serikat, hanya 10 – 20 % dari sekitar 2 juta pasien yang
memenuhi kriteria untuk menjalani rehabilitasi jantung yang memanfaatkan program
tersebut 7,10
2.1.2. Latihan fisik pada rehabilitasi jantung
Latihan fisik secara umum memberikan manfaat fisiologis dalam menurunkan
mortalitas dan meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot serta kapasitas
fungsional.
13
Peran latihan fisik sebagai bagian dari tatalaksana pasien dengan
penyakit jantung koroner diperkenalkan oleh Wiliam Heberden, seorang dokter dari
Inggris.
15
Latihan fisik merupakan komponen utama pada pasien dengan penyakit
jantung koroner.16
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
21
Latihan fisik dikatakan dapat memperlambat progresifitas dari aterosklerosis
koroner.7 Berbagai faktor baik langsung atau tidak langsung berperan terhadap efek
antisklerotik ini. Pengaruh langsung latihan fisik terhadap jantung dan arteri koroner,
diantaranya adalah terhadap perbaikan fungsi endotel, tonus otonom dan
pembentukan pembuluh darah kolateral sedangkan pengaruh tidak langsung melalui
perbaikan faktor risiko aterosklerosis seperti merokok dan hipertensi.13,15 Sebagai
bagian dari program rehabilitasi jantung, latihan fisik yang dilakukan secara teratur
dapat memperbaiki kapasitas fungsional, mengurangi disabiliti dan mortalitas
kardiovaskular sebesar 20 – 26 % dibandingkan terapi medikamentosa saja.1,2
Latihan dengan intensitas sedang pada pasien dengan penyakit jantung
koroner akan meningkatkan kapasitas fungsional dan aman bila dilakukan tanpa
pengawasan. Latihan dengan intensitas rendah lebih disarankan pada pasien dengan
penyakit jantung koroner berusia tua dan kondisi kurang fit.15 Pemulihan fungsi
jantung akan terjadi pasca rehabilitasi jantung.13
2.1.3. Latihan fisik pada pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner
Rehabilitasi jantung dimulai pasca BPAK saat dalam perawatan di rumah
sakit (fase I), diikuti program rehabilitasi jantung rawat jalan dengan pengawasan
(fase II) dan dilanjutkan program rehabilitasi jantung seumur hidup dengan atau tanpa
pengawasan (fase III).17 Berdasarkan rekomendasi American College of Sport
Medicine (ACSM) sebaiknya pasien pasca BPAK menjalani latihan aerobik 3 – 5
kali seminggu dengan
durasi 20–60 menit, intensitas 50-80 % dari kapasitas
latihan.7,16 (Tabel 1). Rehabilitasi jantung dapat dimulai segera satu – dua minggu
setelah operasi; namun untuk ekstremitas atas dibatasi gerakannya sampai 8 minggu
saat sudah terjadi penyembuhan luka di sternum.17
Tabel 2. 1. Dosis latihan fisik pada pasien jantung
Mode
Aerobik
Berjalan, jogging, bersepeda , treadmill, naik tangga
Resistensi Elastik band, beban tangan, kalistenik
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
22
Durasi
Aerobik
20-60 menit
Resistansi 10-15 kali pengulangan, 1 – 3 set yang terdiri dari 8 – 10
latihan berbeda untuk ekstremitas atas dan bawah
Frekuensi Aerobik
3 - 5 kali perminggu
Resistensi 2 – 3 kali perminggu
Intensitas
Aerobik
50-80% kapasitas latihan
Resistensi Moderate
Dikutip dari 7
2.2. FUNGSI OTONOM JANTUNG
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang
mengontrol denyut jantung, tekanan darah, pencernaan dan metabolisme. Sistem saraf
otonom terbagi menjadi komponen simpatis dan parasimpatis yang bekerja secara
antagonis. Secara umum
sistem parasimpatis predominan saat istirahat dengan
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah , sedangkan simpatis meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah saat aktivitas, yang berkaitan dengan respon ― flight
and fight‖.18 Sejumlah penelitian eksperimental dan klinik menunjukkan bahwa
adanya ketidakimbangan dari fungsi otonom berkaitan dengan prognosis yang tidak
baik. Secara spesifik, peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan parasimpatis
berkaitan dengan peningkatan risiko mati mendadak dan kerentanan terhadap aritmia
ventrikel.19
Fungsi otonom dapat diukur secara langsung dengan metode invasive seperti
pengukuran aktivitas sarat simpatis otot/ muscle symphatetic activity (MSNA) dan
non invasive dengan mengukur variabilitas denyut jantung /Heart Rate Variability
(HRV).20 Pengukuran secara tidak langsung dapat dengan mengukur denyut jantung
saat istirahat dan saat pemulihan / Heart Rate Recovery (HRR) baik dengan tes
treadmill ataupun dengan submaksimal yaitu uji jalan 6 menit/ 6 minute walk test
(6MWT).
21
Denyut jantung saat pemulihan atau HRR, merupakan indikator klinik
yang sederhana, mudah dikerjakan dan terbukti merupakan prediktor kuat terhadap
kematian berbagai sebab.
22
Heart Rate Recovery menggambarkan reaktivasi tonus
parasimpatis pasca latihan fisik.19
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
23
2.2.1. Fungsi otonom jantung pasca BPAK
Walaupun dikatakan fungsi otonom jantung penting dalam stratifikasi risiko
pada penyakit jantung namun penelitian yang mempelajari pengaruh BPAK terhadap
fungsi otonom jantung masih sedikit. Penelitian yang ada memperlihatkan adanya
gangguan fungsi otonom pasca BPAK.5 Ketidakimbangan fungsi otonom jantung
meningkatkan risiko terjadinya aritmia ventrikel dan kematian mendadak pada pasien
dengan penyakit jantung koroner dan pasca infark miokard.8 Pada kondisi ini terjadi
peningkatan tonus simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis, kombinasi yang
meningkatkan beban kerja jantung dan
dan kebutuhan oksigen, meningkatkan
kejadian iskemik dan menyebabkan modifikasi pada aliran ion yang melalui
membran sel yang menyebabkan instabilitas sel miosit. 1,8
Mekanisme yang diduga berpengaruh adalah kerusakan serat otonom saat
tindakan operasi, walau tidak terbukti pada penelitian dengan hewan coba. 23,24 Begitu
pula tindakan kardioplegia dan hipotermia saat operasi walau belum pernah
dibuktikan.
24
Penelitian lain yang mengukur fungsi otonom pasca BPAK tidak
mendapatkan perbedaan antara operasi secara off pump dengan on pump.25 Saat ini
adanya inflamasi sistemik, kondisi yang terjadi pasca BPAK diduga juga dapat
menurunkan modulasi otonom denyut jantung. 26
Dari penelitian oleh Bauernschmitt didapatkan bahwa fungsi saraf otonom
terganggu pasca operasi, namun 20 jam pasca operasi tonus simpatis akan kembali
pulih sedangkan fungsi saraf parasimpatis masih terganggu.
parasimpatis paling rendah hari ke 3 – 6 pasca operasi
sebelum operasi setelah 30 – 60 hari.
1
10
Fungsi saraf
dan akan kembali ke fungsi
1, 10
2.2.2. Heart rate recovery
Latihan fisik berkaitan dengan peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan
parasimpatis.
19
Denyut jantung pemulihan atau HRR adalah parameter klinik yang
sederhana dan mudah dikerjakan yang terbukti merupakan prediktor kuat terhadap
kematian karena berbagai sebab pada bermacam populasi termasuk pasien gagal
jantung dan penyakit jantung koroner.
27
Pemulihan pasca latihan fisik yang meliputi
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
24
reaktivasi sistem parasimpatis dan deaktivasi dari sistem simpatis akan menyebabkan
penurunan denyut jantung. 28
Angka mortalitas pada nilai HRR yang abnormal sekitar 10 % dibandingkan 4
% pada yang normal.28 Secara definisi HRR adalah perbedaan antara denyut jantung
maksimal dengan satu hingga dua menit setelah berhenti latihan fisik yang
menggambarkan reaktivasi tonus parasimpatis.
dipengaruhi oleh tonus simpatis.
27
5,19
Untuk menit selanjutnya HRR
Nilai yang rendah menunjukkan respon
4
parasimpatis yang rendah. Nilai normal dari HRR yang dipakai adalah penurunan
lebih dari 12 denyut permenit dari nilai denyut jantung maksimal pada menit pertama
dan lebih dari 22 menit pada menit kedua.5,29
Abnormalitas HRR yang terjadi menunjukkan terdapatnya disfungsi otonom
atau kegagalan sistem kardiovaskular untuk memberikan respons yang normal pasca
latihan. Pada satu analisis univariat didapatkan bahwa penurunan denyut nadi 12 kali
permenit atau kurang pada satu menit pasca puncak latihan berhubungan dengan
risiko relatif sebesar empat kali terjadinya kematian oleh berbagai penyebab dalam 6
tahun.29 Heart rate recovery kurang dari 22 menit dalam menit kedua menunjukkan
kelompok pasien dengan resiko mortalitas yang tinggi baik dengan analisis univariat
maupun multivariat. 27,29
Imai dkk, pada penelitian pasien dengan gagal jantung mendapatkan bahwa
HRR dalam 30 detik pertama dimediasi pertama kali oleh reaktivasi parasimpatis.30
Kannankeril dkk meneliti denyut jantung individu sehat saat puncak latihan dan
pemulihan pada kondisi fisiologis normal dan mendapatkan bahwa pada puncak
latihan tetap terdapat sedikit pengaruh tonus parasimpatis yang akan meningkat
dengan cepat pada menit awal fase pemulihan hingga menit ke empat, setelah itu efek
parasimpatis menetap.31
Peran withdrawal tonus simpatis
diteliti oleh Sundaram dkk, terhadap 28
subyek sehat dengan mengukur HRR pasca latihan submaksimal pasca pemberian
penghambat beta adrenergik dan mendapatkan bahwa HRR menit pertama tidak
berhubungan dengan hambatan terhadap beta adrenergik dan HRR lebih dipengaruhi
reaktivasi parasimpatis.32
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
25
Terdapat beberapa faktor yang sudah diketahui dapat mempengaruhi HRR
diantaranya adalah usia, adanya penyakit jantung koroner, diabetes mellitus,33
inaktifitas, kondisi psikologis dan status merokok 28 sedangkan obat penghambat beta
ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap HRR.19
2.2.3. Uji jalan 6 menit/ 6 minute walk test (6MWT)
Uji jalan 6 menit pertamakali digunakan oleh dokter spesialis paru untuk
mengevaluasi pasien dengan penyakit paru seperti Penyakit Paru Obstrukstif Kronik
(PPOK) dan gagal nafas,
34
kemudian oleh dokter spesialis jantung untuk
mengevaluasi kapasitas fungsional, efek terapi dan stratifikasi prognostik pasien
dengan gagal jantung. 35
Uji jalan 6 menit merupakan tes submaksimal, mengukur jarak yang ditempuh
pasien dengan berjalan diatas permukaan yang rata selama 6 menit.
36
Meskipun
6MWT umumnya digunakan untuk menilai status fungsional pasien dengan penyakit
paru berat, namun penelitian belakangan ini mulai melakukannya pada rehabilitasi
jantung dan dapat
memprediksi morbiditas dan mortalitas.21 Uji jalan 6 menit
merupakan metode yang murah, cepat, aman dan ditoleransi dengan baik oleh pasien
pasca BPAK pada fase awal rehabilitasi jantung.
36
Penelitian oleh Robert E dkk.
mendapatkan bahwa 6 MWT dibandingkan dengan tes treadmil merupakan alat yang
valid dalam menilai HRR. 37
2.3
PENGARUH
LATIHAN
FISIK
TERHADAP
FUNGSI
OTONOM
JANTUNG
Latihan fisik dipercaya dapat mempengaruhi kontrol simpatovagal jantung
dengan meningkatkan efek parasimpatis.8 Pada satu penelitian kohort prospektif
diperlihatkan peningkatan efek parasimpatis dan aktivasi adrenergik yang menurun
pada pasien PJK pasca program rehabilitasi jantung. 8
Fungsi otonom jantung dipengaruhi oleh latihan fisik. Pada saat latihan fisik
terjadi peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis yang
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
26
menyebabkan peningkatan denyut jantung. Pada periode pemulihan terdapat
perubahan dinamis dari tonus otonom yang ditandai dengan penurunan denyut
jantung secara bertahap ke nilai awal. Hal ini disebabkan kombinasi dari penurunan
aktivasi simpatis dan reaktivasi parasimpatis. 19,20
Denyut jantung dikontrol terutama oleh aktivitas langsung sistem saraf
otonom melalui kerja simpatis dan parasimpatis pada sinus nodal, terutama aktivitas
parasimpatis saat istirahat yang secara progresif dihambat saat mulai latihan fisik dan
simpatis yang makin meningkat sesuai dengan intensitas latihan yang dapat dilihat
pada gambar 1.13 Terdapat perbedaan mekanisme yang berpengaruh terhadap denyut
jantung pada setiap tahap latihan fisik. Pada detik awal latihan fisik, denyut jantung
meningkat diakibatkan hambatan terhadap tonus parasimpatis, tanpa ada peran dari
simpatis.35 Peningkatan denyut jantung saat latihan fisik, kemungkinan disebabkan
perubahan keseimbangan parasimpatis–simpatis atau adaptasi intrinsik seperti
perubahan pada sistem konduksi atrioventrikular. 27
Gambar 1. Aktivitas saraf otonom saat latihan fisik dan pemulihan
Dikutip dari 13
2.3.1.Pengaruh latihan fisik terhadap heart rate recovery
Abnormalitas HRR setelah latihan fisik merupakan suatu faktor yang dapat
dimodifikasi. Pada penelitian retrospektif yang meneliti HRR pada 55 pasien yang
berpartisipasi dalam fase II rehabilitasi jantung, aktivitas ini memperbaiki survival
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
27
pada pasien pasca MI. Heart rate recovery dianalisa sebelum dan setelah
menyelesaikan fase II rehabilitasi jantung dan mendapatkan denyut jantung yang
secara signifikan lebih rendah dibanding sebelum rehabilitasi dan mendapatkan
perbaikan 26 % HRR pada menit pertama pasca latihan
(15.4 denyut/min pre-
rehabilitasi vs. 19.4 denyut/ min pasca-rehabilitasi; p < 0.001). 19
Penelitian lain oleh Tsai dkk mengamati bahwa nilai rerata HRR setelah satu
menit meningkat dari
4,15±3,74
menjadi 16,38±6,32 kali permenit pada
pengamatan terhadap kelompok rehabilitasi jantung.
mendapatkan
29
Penelitian Tiukinhoy dkk
HRR meningkat 18 kali permenit lebih cepat pada menit pertama
pemulihan setelah dilakukan rehabilitasi 12 minggu pada pasien setelah kejadian
kardiovaskular.22 Penelitian terhadap pasien dengan PJK menunjukkan adanya
perbaikan dari nilai HRR pasca 12 minggu rehabilitasi jantung. 38
Berbagai penelitian tersebut diatas memperlihatkan bahwa latihan fisik rutin
pada rehabilitasi jantung
dapat memperbaiki fungsi parasimpatis yaitu dengan
menurunkan denyut jantung istirahat dan peningkatan HRR yang menggambarkan
peningkatan tonus parasimpatis yang pada akhirnya berperan terhadap penurunan
mortalitas.
2.3.2. Pengaruh frekuensi latihan fisik terhadap heart rate recovery
Dari literatur, belum ada penelitian yang membahas mengenai pengaruh
perbedaan frekuensi latihan fisik pada pasien pasca BPAK yang menjalani
rehabilitasi jantung fase II terhadap HRR. Penelitian tentang frekuensi latihan fisik
hanya membahas tentang pengaruhnya terhadap kapasitas fungsional. Diantaranya
penelitian Worcester dkk. membandingkan latihan dengan intensitas rendah dan
intensitas tinggi serta membandingkan frekuensi latihan tiga kali seminggu dengan
dua kali seminggu terhadap kapasitas fungsional dengan hasil penelitian yang tidak
bermakna.39 Penelitian lain dengan uji klinik random yang secara khusus meneliti
manfaat frekuensi latihan yang dilakukan kurang dari tiga kali seminggu
dibandingkan dengan lebih dari tiga kali seminggu terhadap kapasitas fungsional
mendapatkan hasil yang sama. 40
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
28
Penelitian uji klinik yang membandingkan latihan fisik tiga kali seminggu
dalam perawatan di rumah sakit dengan latihan fisik satu kali seminggu terjadi
peningkatan kapasitas fungsional yang tidak berbeda bermakna diantara kedua grup.41
Penelitian oleh Pollock dkk yang membandingkan efek frekuensi latihan dua kali
seminggu dengan empat kali seminggu terhadap kapasitas fungsional dan fungsi
kardiovaskular mendapatkan hasil yang lebih baik pada latihan fisik 4 kali seminggu
dibandingkan 2 kali seminggu yang lebih sering.14
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
29
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP
DAN ALUR PENELITIAN
3.1.
Kerangka Teori
BPAK
DISFUNGSI SARAF
OTONOM
TONUS
PARASIMPATIS ↓
PREDIKTOR
MORTALIT
↓HRR
AS
LATIHAN FISIK
TONUS
PARASIMPATIS ↑
JENIS
INTENSITAS
FREKUENSI
HR
EXERCISE
HR
RECOVERY
Faktor –faktor yang
mempengaruhi HRR








Usia
Gender
Diabetes Melitus
Status Merokok
Obat-obatan
Inaktivitas
Psikologis
Kondisi
psikologis



Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
30
3.2
Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Frekuensi latihan fisik pasien pasca BPAK
yang menjalani fase II rehabilitasi jantung
Peningkatan HRR
Variabel perancu
Usia
Gender
Diabetes Melitus
Inaktivitas
Psikologis
Status merokok
Obat-obatan
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
31
3.3
Alur Penelitian
Pasien pasca Bedah Pintas Arteri
Koroner yang akan menjalani
rehabilitasi jantung fase II
Kriteria inklusi dan
eksklusi
Data demografi
Data klinis
6 Minute Walk Test
Data hemodinamik
Latihan fisik selama 12 kali
pertemuan
3 kali seminggu
5 kali seminggu
6 Minute Walk Test
Data hemodinamik
(HR istirahat, HR maksimal, HRR)
Peningkatan HRR
pre dan pasca rehabilitasi
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
32
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi observasional secara potong lintang Pada
penelitian ini data diambil secara prospektif.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
Jakarta, mulai Juli sampai Oktober 2013.
4.3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah pasien pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK)
yang menjalani rehabilitasi jantung fase II di Divisi Prevensi dan Rehabilitasi
pada Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta
4.4 Besar sampel
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel
perbandingan 2 rerata yaitu :
Z  Z S
n1  n2  2

 X1  X2  
2
Indeks kepercayaan (alpha) pada penelitian ini adalah 95% dengan Zalpha =
1,645. Kekuatan penelitian adalah sebesar 90% sehingga Zbeta =1,282. Karena
pada penelitian ini akan dianalisis 1 variabel dependen, maka perhitungan besar
sampel dilakukan dengan hasil sesuai matriks berikut ini :
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
33
Variabel
n1
SD1
n2
SD2
SD
gabungan
x1-x2
Besar
estimasi
sample
Referensi
peneliti
10
8,96
9
7,89
8,4
6
34
Pollock42
Untuk estimasi drop out atau data tidak lengkap sebanyak 10% maka jumlah
sampel yang dibutuhkan untuk tiap kelompok adalah 38 orang masing-masing
untuk kelompok 3 kali dan 5 kali seminggu. Jumlah total sampel 76 orang.
4.5. Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria Penerimaan
 Semua pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi kardiovaskular fase II
 Semua pasien dapat melakukan 6 minute walk test sendiri tanpa perlu bantuan
orang lain untuk berjalan
Kriteria Penolakan

Pasien pasca BPAK yang disertai operasi katup

Pasien dengan kontra indikasi rehabilitasi jantung (angina, TD sistolik > 200
mHg, TD diastolik > 110 mmHg, decompensated heart failure, TAVB)

Pasien yang menolak ikut penelitian
4.6. Identifikasi Variabel
Variabel Bebas :

Frekuensi latihan fisik
Variabel Terikat :

Peningkatan heart rate recovery pasca latihan
Variabel Perancu :
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
34

Data demografis: usia, jenis kelamin, BMI

Data klinis :
Kondisi psikologis, faktor risiko (diabetes melitus, hipertensi, merokok,
dislipidemia, riwayat keluarga), kebiasaan olahraga, obat – obatan yang biasa di
minum, riwayat sindom koroner akut, fungsi ventrikel kiri, jenis operasi (on
pump atau off pump).
4.7. Cara Kerja

Dilakukan pengambilan data dasar pada pasien, termasuk adanya
keluhan
saat akan menjalani rehabilitasi jantung. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk
melihat ada tidaknya kontra indikasi rehabilitasi jantung

Dilakukan pembagian kelompok berdasarkan frekuensi latihan tiap minggu,
Kelompok I : 3 kali/minggu, kelompok II : 5 kali /minggu dengan total 12
kali latihan fisik.

Pada kedua kelompok dilakukan 6 minute walk test awal, yaitu berjalan
sepanjang koridor yang telah ditentukan pada ruang rehabilitasi jantung
PJNHK, selama 6 menit. Sebelum memulai diambil data hemodinamik awal
dan dipasang telemeter pada setiap sampel. Setelah 6 menit, sampel diminta
berhenti. Denyut jantung maksimal dan 1 menit pemulihan akan dicatat.

Dilakukan latihan fisik, kombinasi antara latihan aerobik dan resistensi,
dengan berjalan, bersepeda dan treadmil. Setiap latihan diawali dengan 10
menit pemanasan, baru dilanjutkan dengan latihan fisik selama 60 menit dan
diakhiri dengan pendinginan 10 menit. Berdasarkan kondisi klinis , intensitas
latihan fisik diberikan 60-85 % dari maksimum HR, dan akan dinaikkan
bertahap.

Dilakukan latihan fisik
3 kali seminggu untuk kelompok I dan 5 kali
seminggu untuk kelompok II

Dilakukan 6 minute walk test kedua setelah 12 kali latihan pada kedua
kelompok. Sebelum memulai diambil data hemodinamik awal dan dipasang
telemeter pada setiap sampel. Setelah 6 menit, sampel diminta berhenti.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
35
Denyut jantung maksimal dan 1 menit pemulihan dan peningkatan HRR dari
fse awal akan dicatat, begitu pula data hemodinamik lain seperti tekanan
darah.

Dilakukan analisa statistik untuk melihat peningkatan HRR pada kedua
kelompok

Dilakukan analisa statistik untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan
dengan peningkatan HRR
4.8 Analisa statistik
 Uji Kolmogorov - Smirnov untuk melihat normalitas distribusi data. Mean ± SD
atau median (minimal-maksimal) untuk data kontinu dan proporsi untuk data
kategorik. Dilakukan uji analisis korelasi menggunakan uji t – test tidak
berpasangan dan analisa regresi linier untuk melihat hubungan antara variabel.
4.9. Definisi Operasional
4.9.1 Rehabilitasi jantung
Sejumlah intervensi yang diperlukan dalam upaya mengembalikan kondisi
penderita sebaik mungkin secara fisik, psikologis dan sosial sehingga penderita
penyakit jantung kronis atau akut paska perawatan dengan usaha sendiri
mampu pulih dan kembali kepada lingkungannya secara memadai.
4.9.2 Denyut Jantung Pemulihan / Heart Rate Recovery :
Penurunan denyut jantung dari puncak latihan ke saat pemulihan pada menit
pertama. Dikatakan normal bila nilai HRR > 12 bpm.
4.9.3 Uji jalan 6 menit/6 minute walk test :
Uji jalan submaksimal yang mengukur jarak yang ditempuh pasien dengan
berjalan diatas permukaan rata dan
keras dalam waktu 6 menit yang
menggambarkan kapasitas fungsional
4.9.4 Fraksi ejeksi ventrikel kiri
Subjek dengan fungsi ventrikel kiri yang baik bila memiliki fraksi ejeksi
ventrikel kiri > 45%, dan menurun bila < 45%.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
36
4.9.4
Hipertensi
Subjek dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg dan atau mendapat terapi antihipertensi.
4.9.5
Diabetes Melitus
Subjek dengan glukosa darah puasa >126 mg/dl atau gla darah 2 jam
Pasca prandial > 200 mg/dl dan atau mendapat terapi anti diabetes.
4.9.6
Merokok
Subjek yang pernah merokok atau masih aktif merokok.
4.9.7
Dislipidemia
Subjek dengan kadar kolesterol total > 200 mg/dl dan atau kadar
Kolesterol LDL > 160 mg/dl dan atau kadar kolesterol HDL,40 mg/dl
dan atau kadar trigilserida > 200 mg/dl dan atau mendapat terapi untuk
dislipidemia.
4.9.8
Inaktivitas
Subyek dikatakan inaktivitas bila tidak pernah berolahraga sebelumnya
(sedentary life style)
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
37
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Karakteristik Dasar dan Klinis
Penelitian ini mengikutsertakan 100 subyek, yang terbagi dalam 2 kelompok.
Kelompok 3 kali latihan dalam seminggu (kelompok I) 40 subyek dan kelompok 5
kali latihan dalam seminggu (kelompok II) sebanyak 60 subyek. Data demografi dan
karakteristik ditampilkan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data karakteristik dasar dan klinis subyek penelitian
Variabel
Kelompok I
Kelompok II
(n=40)
(n=60)
58,63 + 7,66
56,57 + 6
0,157
37 (92%)
51 (85%)
0,245
3 (8%)
9 (15%)
24,99 + 3,33
24,91 + 2,96
0,905
Obesitas
13 (33%)
16 (27%)
0,534
Diabetes Melitus
12 (30%)
26(44%)
0,176
Hipertensi
23 (58%)
38 (63%)
0,565
Dislipidemia
32(80%)
42 (70%)
0,258
Riwayat Keluarga
5 (13%)
14 (23%)
0,162
Inaktivitas
13 (33%)
21 (35%)
0,798
Psikologis
14 (35%)
18 (30%)
0,604
Merokok
23 (58%)
36 (60%)
0,806
Riwayat infark
19 (48%)
28 (47%)
0,936
CABG (on pump)
30 (75%)
56 (93%)
0,09
ACE Inhibitor
34(85%)
39 (65%)
0,019
Beta Blocker
35 (88%)
55 (92%)
0,501
Usia (tahun)
p value
Gender
Laki laki
Perempuan
BMI
CCB
9 (23%)
14 (23%)
0,924
LVEF (%)
52,37 + 15,8
53 + 13,88
0,826
CPB (menit)
69,5 + 62,6
90,2 + 42
0,09
AoX (menit)
43,5 + 41,9
58,3 + 32
0,09
Keterangan : data numerik ditampilkan sebagai rerata + standar deviasi, Data kategorik dtampilkan dalam
persentase. BMI Body Mass Index; CABG Coronary artery bypass grafting; ACEI Angiotensin Converting
Enzyme; CCB Calcium Channel Blocker; LVEF Left ventricular ejection fraction; CPB cardiopulmonary bypass
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
38
Rerata usia pasien yang ikut dalam penelitian ini adalah 58,63 + 7,66 tahun
(kelompok I) dan 56,57 + 60 tahun (kelompok II) tidak berbeda bermakna antara
kedua kelompok (p = 0,157). Sebagian besar adalah laki-laki (88 %). Faktor risiko
seperti diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, riwayat keluarga, merokok dan
obesitas tidak berbeda bermakna di kedua kelompok. Begitu pula riwayat infark
miokard. Rerata fungsi fraksi ejeksi ventrikel kiri hampir sama pada kedua kelompok,
tidak bermakna secara statistik (p=0,826).
Pada penelitian ini kelompok I menjalani BPAK secara on pump sebanyak 75%
dan kelompok II sebanyak 93% yang tidak bermakna secara statistik (p =0,09). Untuk
obat-obatan yang digunakan, penggunaan ACEI lebih sering pada kelompok I dan
berbeda bermakna secara statistik ( p = 0,019) namun untuk terapi lain hampir sama
pada kedua kelompok. Tabel 5.2 menampilkan indikator kardiovaskular yaitu tekanan
darah, denyut jantung, HRR dan termasuk jarak tempuh 6 MWT pada awal dan akhir
fase II kedua kelompok.
Tabel 5.2. Indikator kardiovaskular sebelum dan setelah rehabilitasi jantung fase II
Variabel
kelompok I
kelompok II
(n=40)
(n=60)
TD Sistolik1 istirahat (mmHg)
115,15 + 12,45
111,55 + 12,01
0,151
TD Sistolik1 pasca latihan (mmHg)
125,90 + 16,46
125,67 + 17,08
0,946
TD Diastolik1 istirahat (mmHg)
70,15 + 8,99
67,12 + 9,51
0,114
TD Diastolik1 pasca latihan (mmHg)
72,90 + 9,22
74,67 + 11,06
0,406
HR1 istirahat (bpm)
79,25 + 12,51
82,77 + 11,95
0,160
HR1 maksimal (bpm)
95,28 + 13,26
98,10 + 12,65
0,286
HRR1 (bpm)
6,58 + 3,34
5,83 + 3,163
0,264
Jarak (meter)
307,78 + 71,43
322,4 + 74,9
0,322
TD Sistolik2 istirahat (mmHg)
117,73 +12,87
118,15 + 12
0,867
TD Sistolik2 pasca latihan (mmHg)
135,43 + 20,8
135 + 15,8
0,915
TD Diastolik2 istirahat (mmHg)
71,15 + 9,36
71,6 + 10
0,822
TD Diastolik2 pasca latihan (mmHg)
77,08 + 12,6
77,5 + 11,32
0,861
HR2 istirahat (bpm)
Nilai p
78,7 + 15,89
82,75 + 10,73
0,131
101, 73 +15,836
109,0 + 12,5
0,005
HRR2 (bpm)
12,53 + 2,6
14,78 + 3,9
0,020
Peningkatan HRR
5,95+ 2,43
9,07 + 3,09
<0,001
HR2 maksimal (bpm)
Jarak (meter)
417.13 + 85
411.65 + 72.5
Keterangan : data numerik disajikan sebagai rerata + standar deviasi
0,731
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
39
Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara tekanan darah dan denyut
jantung pre dan pasca latihan pada awal fase II pada kedua kelompok. Kelompok I
memang memiliki nilai tekanan darah sistolik dan diastolik serta denyut jantung
istirahat yang lebih tinggi daripada kelompok II, namun tidak ada perbedaan yang
bermakna secara statistik. Hasil HRR yang abnormal yaitu dibawah 12 denyut
permenit
pada awal fase II didapatkan pada kedua kelompok, namun tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna (6,58 + 3,34 dan 5,83 + 3,16 bpm dengan nilai
p =0,264).
Setelah menjalani 12 kali latihan rehabilitasi jantung dengan intensitas yang
ditingkatkan sesuai dengan kemampuan pasien, kedua kelompok memperlihatkan
perbaikan yang signifikan pada denyut jantung maksimal dan HRR. Peningkatan
denyut jantung maksimal berbeda secara bermakna antara kedua kelompok
(p=0,005).
Nilai rerata HRR lebih tinggi pada kelompok II (14,78 + 3,9) bila
dibandingkan kelompok I (12,53 + 2,6) pada akhir fase II ( p=0,02).
4.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR
Dari penelitian yang ada sebelumnya dikatakan bahwa HRR dipengaruhi oleh
usia, gender, diabetes melitus (kadar gula darah puasa), status merokok, status
psikologis dan obat-obatan. Pada penelitian ini normalitas sebaran data diuji dengan
uji Kolmogorov Smirnov dan didapatkan hasil p > 0,05, (sebaran data normal).
Setelah dilakukan analisis bivariat terhadap faktor yang dianggap berhubungan
dengan HRR, didapatkan hasil seperti dalam tabel 5.3.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
40
Tabel 5.3. Faktor –faktor yang berhubungan dengan peningkatan HRR
Variabel
mean + SD
95 % IK
nilai p
Lower
Upper
Gender (laki-laki)
7,81 + 3,325
-2.088
1.869
0,912
DM
8,21 + 3,322
-0,689
1,948
0,345
Inaktivitas
7,88 + 3,331
-1,263
1,452
0,890
Psikologis
7,25 + 3,23
-2,20
0,53
0,227
Merokok
7,64 + 3,289
-1,734
0,875
0,515
Riwayat MI
8,09 + 3,184
-0,784
1,785
0,441
CABG (on pump)
7,99 + 3,039
-0,635
3,040
0,197
ACE inhibitor
7,53 + 3,074
-2,491
0,374
0,146
Frekuensi latihan
9,07 + 3,097
-4,271
-1,962
0,001
Keterangan : DM Diabetes Melitus, CABG Coronary artery bypass grafting; ACEI Angiotensin Converting
Enzyme
Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara frekuensi
latihan dengan peningkatan HRR, dengan hasil yang bermakna (p = 0,001). Hasil
karakteristik dasar dan analisis bivariat faktor yang berhubungan dengan HRR,
dengan nilai p < 0, 25
dianalisa dengan analisa multivariat dan didapatkan hasil
yang bermakna pada frekuensi latihan. Hal ini ditunjukkan pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Hubungan faktor yang mempengaruhi HRR dengan peningkatan HRR
Variabel
koefisien B
95% IK
Lower
Upper
nilai p
Usia
-0.011
-0,101
0,111
0,927
Gender
-0.047
-2,46
1,624
0,660
DM
-0.011
-1,48
1,331
0,916
Psikologis
0,158
-0,443
2,652
0,159
CABG (on pump)
-0,098
-3,555
1,960
0,585
Aortic cross clamp
-0,522
-0,093
0,002
0,060
CPB
0,360
-0,016
0,060
0,246
ACEI
0,017
-1,406
1,646
0,876
1,639
4,734
<0,001
Frekuensi latihan
0,486
Variabel terikat : peningkatan HRR
Keterangan : DM Diabetes Melitus, CABG Coronary artery bypass grafting; ACEI Angiotensin Converting
Enzyme; CPB cardiopulmonary bypass; AoX Aortic crossclamping
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
41
Setelah dilakukan analisis multivariat regresi linier terhadap faktor yang
mempengaruhi peningkatan HRR, ternyata variabel independen yang bermakna
adalah frekuensi latihan (tabel 5.5)
Tabel 5.5 Hubungan antara frekuensi latihan dengan peningkatan HRR
Variabel
Frekuensi latihan
Crude koefisien B HRR
Adjusted koefisien B * HRR
3,2
2,9
95 % IK(1,96-4,27)
95% IK(1,533-4,40)
p < 0,001
P < 0,001
Keterangan : diadjusted terhadap usia, gender, CABG, AoX dan faktor psikologis
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
42
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil hubungan yang bermakna (p < 0,001)
antara frekuensi latihan fisik dengan peningkatan HRR. Frekuensi latihan 5 kali
dalam seminggu yang dilakukan pasien pasca BPAK pada rehabilitasi jantung fase II
meningkatkan HRR dengan peningkatan yang bermakna secara statistik dibandingkan
latihan 3 kali seminggu. Faktor –faktor lain yang pada penelitian terdahulu
mempengaruhi HRR, pada penelitian ini ternyata tidak memiliki hubungan yang
bermakna.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh usia terhadap
HRR, makin bertambah usia, HRR akan makin menurun. Pada penelitian ini rerata
usia tiap kelompok hampir sama dan tidak berbeda bermakna secara statistik,
sehingga pada uji statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia dan
HRR. 42
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa gender berpengaruh terhadap
peningkatan HRR,
42
perempuan dikatakan memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan laki-laki sedangkan pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan
bermakna, kemungkinan karena pada penelitian ini jumlah sampel perempuan hanya
sedikit (12 orang).
Diabetes melitus berkaitan dengan fungsi otonom yang abnormal dan
peningkatan mortalitas. Nilai HRR yang abnormal setelah latihan fisik merupakan
salah satu hasil pengukuran disfungsi otonom secara tidak langsung, juga berkaitan
dengan mortaitas yang meningkat.5 Terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh
diabetes melitus terhadap HRR, pada penelitian oleh Nonaka dkk didapatkan bahwa
diabetes melitus merupakan prediktor independen terhadap abnormalitas HRR (p =
0,009). 34,43
Penelitian lain mendapatkan bahwa kadar gula darah puasa yang tinggi
berkaitan dengan abnormalitas HRR (p<0,01).
44
Cohen dkk juga mendapatkan kadar
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
43
gula darah puasa memiliki hubungan yang kuat terhadap nilai HRR pasca latihan fisik
yang abnormal, termasuk pada kondisi nondiabetik.
45
Begitu pula studi Framingham
yang memperlihatkan bahwa nilai HRR yang rendah didapatkan pada pasien
diabetes.46
Pada keadaan kadar glukosa yang abnormal akan terjadi gangguan autonom
pada jantung,
pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara
diabetes melitus dengan HRR. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa data diabetes
melitus diambil dari data riwayat penyakit saja tanpa melihat kadar glukosa plasma.
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik
antara perokok dengan bukan perokok, baik laki-laki maupun perempuan. Pada
penelitian oleh Papathanasiou dkk dikatakan bahwa merokok aktif hanya
mempengaruhi HRR pada perempuan yang merokok dibandingkan tidak merokok.47
Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini dari sampel perempuan hanya 1
orang yang merupakan perokok.
Penggunaan obat seperti penyekat beta tidak mempengaruhi HRR dan hal ini
sesuai dengan yang didapatkan pada penelitian ini. Tidak didapatkan hubungan yang
bermakna antara penggunaan penyekat beta dengan nilai HRR.48
Pemberian ACE
inhibitor dikatakan dapat meningkatkan aktivitas parasimpatis melalui efek sentral
dan perifer.49 Pada analisa multivariat peningkatan HRR dengan ACE inhibitor dan
frekuensi latihan tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara penggunaan
ACEI dengan peningkatan HRR.
Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian ini adalah penelitian pertama yang
meneliti tentang pengaruh frekuensi latihan terhadap pasien pasca bedah pintas arteri
koroner dalam rehabilitasi jantung fase II terhadap peningkatan HRR. Hasil yang
bermakna pada penelitian ini disebabkan bahwa intensitas latihan fisik yang makin
sering akan makin meningkatkan reflek vasovagal.
Penelitian yang membahas pengaruh latihan fisik terhadap peningkatan HRR
sudah cukup banyak, namun populasi yang diteliti berbeda. Pada penelitian ini
didapatkan peningkatan HRR + 5,95 bpm (kelompok I) dan + 9,07 bpm (kelompok
II) dengan p<0,001. Penelitian terdahulu yang meneliti peningkatan HRR pasca
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
44
rehabilitasi jantung mendapatkan perbaikan 26 % HRR pada menit pertama pasca
latihan (15.4 denyut/min pre-rehabilitasi vs. 19.4 denyut/ min pasca-rehabilitasi; p <
0.001).
19
Begitu pula penelitian oleh Tsai dkk mendapatkan bahwa nilai rerata HRR
setelah satu menit meningkat dari 4,15±3,74 menjadi 16,38±6,32 kali permenit pada
pengamatan terhadap kelompok rehabilitasi jantung.29 Penelitian Tiukinhoy dkk
mendapatkan
HRR meningkat 18 kali permenit lebih cepat pada menit pertama
pemulihan setelah dilakukan rehabilitasi 12 minggu pada pasien setelah kejadian
kardiovaskular.22 Pada penelitian ini populasi yang diteliti adalah pasien pasca
BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II.
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
45
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Latihan fisik yang dilakukan lima kali seminggu berhubungan dengan peningkatan
HRR yang bermakna dibandingkan tiga kali seminggu pada pasien pasca BPAK yang
menjalani rehabilitasi jantung fase II (RR 2,9, 95% IK 1,53-4,40, p <0,001), .
7.2 SARAN
1. Pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung fase II sebaiknya
melakukan latihan fisik secara intensif (5 kali dalam seminggu) dibandingkan 3
kali seminggu.
2. Dilakukan penelitian lanjutan yang akan melihat efek jangka panjang pada
perbedaan frekuensi latihan fisik terhadap HRR
Universitas Indonesia
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
xlvi
DAFTAR REFERENSI
1. Soares PP, Moreno AM, Cravo SL, Nobrega CL. Coronary artery bypass surgery and
longitudinal evaluation of the autonomic cardiovascular function. Critical Care
2005;9:124-131
2. Taylor RS, Brown A, Ebrahim S, Jolliffe J, Noorani H, Rees K. Exercise-based
rehabilitation for patients with coronary heart disease: systematic review and metaanalysis of randomized controlled trials. Am J Med 2004;116:682– 692
3. Gao G, Grunkemeier GL, Furnary AP, Starr A. Long term survival of patient after
coronary artery bypass graft surgery: comparison of the pre stent and pasca stent eras.
Ann Thorac Surg 2006;82:806-10
4. Angka kematian pasca BPAK dalam perawatan RS. Rekam medis Pusat Jantung
Nasional harapan Kita 2012
5. Cole CR, Blackstone EH, Pashkow FJ, Snader CE, Lauer MS. Heart rate recovery
immediately after exercise as a predictor of mortality. N Engl J Med 1999;341:13511357
6. Balady GJ, Wiliams MA, Ades PA, Bittner V, Comoss P, Foody JM etal. Core
component of cardiac rehabilitation/secondary prevention program: 2007 update: A
scientific statement from the American Heart Association Exercise, cardiac
rehabilitation, and prevention committee, the council on clinical cardiology; the
councils on cardiovascular nursing, epidemiology and prevention, and nutrition,
physical activity, and metabolism; and the American Association of Cardiovascular
and Pulmonary Rehabilitation. Circulation 2007;115:2675-2682
7. Leon S, Franklin BA, Costa F, Balady GJ, Berra KA, Steward KJ, et al. Cardiac
rehabilitation and secondary prevention of coronary heart disease: an American Heart
Association scientific statement from the Council on Cardiology (subcommittee on
Exercise, Cardiac rehabilitation, and Prevention) and the Council on Nutrution,
Physical Activity and Metabolism (Subcommittee on Physical Activity), in
collaboration with the American Association of Cardiovascular and Pulmonary
Rehabilitation. Circulation 2005;111:369-376
8. Laing ST, Gluckman TJ, Weinberg KM, Lahiri MK, Ng J, Goldberger JJ. Autonomic
effects of exercise-based cardiac rehabilitation. J Cardiopulm Rehabil Prev
2011;31:87-91
9. Okutucu S, Karakulak UN, Aytemir K, Oto A. Heart rate recovery: a practical clinical
indicator of abnormal cardiac autonomic function. Expert Rev Cardiovasc Ther
2011;11: 1417-1430
10. Bauernschmitt R, Malberg H, Wessel N, Kopp B, Schirmbeck EU, Lange R.
Impairment of cardiovascular autonomic patients early after cardiac surgery. Eur J
Cardiothorac Surg 2004;25:320-326
11. Krieger EM, Silva GJ, Negrao CE. Effects of exercise training on baroreflex control
of the cardiovascular system. Ann New York Aca Scien 2001:328-347
12. Rosenwikel ET, Bloomfield DM, Arwady MA, Goldsmith RL. Exercise and
autonomic function in health and cardiovascular disease. Cardiol Clin 2001 Aug
;19:369-87.
13. Venkatesh N, Dhandapani AG. Cardiac rehabilitation and exercise training- challenges
and future direction. Jour of Med 2006;1:28-32
14. Pollock ML, Cureton TK, Greninger L. Effects of frequency of training in working
capacity, cardiovascular function and body composition of adult men. Med and
Science in Sport 1969; 1:70-74
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
xlvii
15. Heran BS, Chen JMH, Ebrahim S, Moxham T, Oldridge N, Rees K. Exercise based
cardiac rehabilitationfor coronary heart disease (review). The Cochrane
Collaboration. Wiley and son’s. 2011
16. Buch AN, Coote JH, Townend JN. Mortality, cardiac parasimpatis control and physical
training- what’s the link ? Experimental Physiology 2002 ;87:423-435.
17. Froelicher VF, Myers J. Manual of exercise testing, third edition 2007. Philadelphia,
Mosby Inc.
18. Carnethon MR, Craft L. Autonomic regulation of the association between exercise
and diabetes. Exerc Sport Sci Re 2008;36(1): 12-18
19. Lahiri MK, Kannankeril PJ, Goldberger JJ. Assesment of autonomic function in
cardiovascular disease. Jour of Am Coll of Cardiol 2008; 51:1725-1731.
20. Nishima EO, Cole CR, Blackstone E, Pashkow FJ, Lauer MS. Heart rate recovery and
treatmil exercise score as a predictors of mortality in patients referred for exercise
ECG. JAMA 2000; 284:1392-1398.
21. Roberts E, Li FK, Sykes K. Validity of the 6 MWT for assessing heart rate recovery
after an exercised based cardiac rehabilitation programme. Physiotherapy
2006;2:116-121
22. Tiukinhoy S, Beohar N, Hsie M. Improvement of heart rate recovery after cardiac
rehabilitation. J Cardiolpulm Rehabil 2003;23:84-87
23. Ghashghaei FE, Sadeghi M, Maransi SM, Ghashgghaei SE. Exercise-based cardiac
rehabilitation improves hemodynamic responses after coronary artery bypass graft
surgery. ARYA Atheroscler 2012;7:151-156
24. Murphy DA, Armour JA. Influences of cardiopulmonary bypass, temperature,
cardioplegia, and topical hypothermia on cardiac innervation. J thorac Cardiovasc
Surg 1992;103:1192-1199
25. Lakusic N, Slunjak U, Baboski F. Heart rate variability after off-pump versus onpump coronary artery bypass graft surgery. Cardiology Research and Practice
2009;1: 1-4
26. Furtado HT, Gomes RV, Campos LA, Tura B, Bozza PT. Circulating levels of
macrophage migration inhibitory factor are associated with mild pulmonary
dysfunction after cardiopulmonary bypass. Shock 2004;22:533-537
27. Javorka M, Zila I, Balharek, Javorka K. Heart rate recovery after exercise: relations to
heart rate variability and complexity. Braz J Med Biol Res 2002;35:991-1000
28. Freeman JV, Dewey FE, Hadley DM, Myers J. Autonomic nervous system interaction
with the cardiovascular system during exercise. Progress in Cardiovasc Dis
2006;48:342-362
29. Tsai SW, Lin YW, Wu SK. The effect of cardiac rehabilitation on recovery of heart
rate over one minute after exercise in patient with coronary artery bypass graft
surgery. Clin Rehabil 2005;19:843-849
30. Imai K, Sato H, Hori M, et al. Vagally mediated heart rate recovery after exercise is
accelerated in athletes but blunted in patients with chronic heart failure. J Am Coll
Cardiol 1994; 24:1529–35.
31. Kannankeril P, Le F, Kadish A, Goldberger J. Parasympathetic effects on heart rate
recovery after exercise. J Investig Med 2004; 52: 394 – 401.
32. Sundaram S, Shoushtari C, Carnethon M, Kadish A, Goldberger J. Autonomic and
nonautonomic determinants of heart rate recovery. Heart Rhythm 2004;1 : 100 –111.
33. Gerritsen J, Dekker JM, Voorde BJ, Bertelsmann FW, Kostense PJ, Stehouwer CD.
Glucose tolerance and other determinants of cardiovascular autonomis function: the
Hoorn study. Diabetologica 2000;43:561-570
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
xlviii
34. Goldberger JJ, Le FK, Lahiri M, Kannankeril PJ, Kadish AH. Assesement of
parasympatic reactivation after exercise Am J Physiol Heart Circ Physiol 2006; 290:
2446 –2452.
35. Steele B. Timed walking tests of exercise capacity in chronic cardiopulmonary illness.
J Cardiopulm Rehabil 1996; 16:25—33.
36. Du HY, Newton RJ, Salamonson Y. A review of the six minute walk test: it’s
implication as a self administered assessment tool. Euro Jour of cardiovasc Nursing
2009;8:2-8
37. Faggiano P, D’Aloia A, Gualeni A, Brentana L, Dei Cas L. The six-minute walking
test in chronic heart failure: Indications, interpretation and limitations from a review
of literature. Eur J Heart Fail 2004 ;6:687—91.
38. Hao SC, Chai A, Kliegfield P. Heart rate recovery respons to symptom limited
treadmill exercise after cardiac rehabilitation in patient with coronary artery disease
with and without recent events. Am J Cardiol 2002;90:763-765
39. Worcester MC, Hare DL, Oliver RG. Early programmes of high and low intensity
exercise training and quality of life after acute miocard infarction. BMJ
1993;307:1244-1255
40. Dressendofer RH, Franklin BA, Cameron JL. Exercise training frequency in early
pasca infarction cardiac rehabilitation: influence on aerobic conditioning. J
Cardiopulm Rehabil 1995;15:269-276
41. Kugler J, Dimsdale JE, Hartley LH. Hospital supervised vs home exercise in cardiac
rehabilitation: effects on aerobic fitness, anxiety and depression. Arch Physiol Med
Rehabil 1990;71:322-325
42. Kligfield P, Cormick A, Chai A, Jacobson A. Effect of age and gender on heart rate
recovery after submaximal exercise during cardiac rehabilitation in patients with
angina pectoris, recent acute myocardial infarction, or coronary bypass surgery. Am
Jour of cardiol 2003;92:600-603
43. Nonaka A, Shiotani H, Kitano K, Yokoyama M. Determinants of heart rate recovery
in patient with suspected coronary artery disease. Kobe J Med Sci 2007;53:93-98
44. Gayda M, Bourassa MG, Tardyf SC, Fortus A, Sureau M.Effect of fasting and /or
pascaprandial glucose on heart rate recovery in patient with coronary artery disease.
Diabetes and metabolism 2012;38:20-26
45. Cohen JA. Diabetic autonomic neuropathy is associated with an increased incidence
of strokes. Auton Neurosci 2003; 108: 73-78.
46. Singh JP, Larson MG, O'Donnell CJ, Wilson PF, Tsuji H, Lloyd-Jones DM, et al.
Association of hyperglycemia with reduced heart rate variability (The Framingham
Heart Study). Am J Cardiol 2000; 86(3): 309-12.
47. Papathanasiou G, Georgepollis D, Papageorgiov E, Zerva E, Michael L. Effects of
smoking on heart rate at rest and during exercise and on heart rate recovery in young
adults. Hellenic J Cardiol 2012;54:168-177
48. Karnik RS, Lewis W, Mile P, Baker L. The effect of beta blockade on heart rate
recovery following exercise stress echocardiography. Prev cardiol 2008;11:26-28
49. Ajayi, Adesuyi A, Campbell BC, Howie CA. Acute and chronic effects of the
converting enzyme inhibitors enalapril and lisinopril on reflex control of heart rate in
normotensive men.J Hypertens 1985;3:47-53
Pengaruh frekuensi…, Wenny Fitrina, FK UI, 2013
Download