HUBUNGAN STRES DENGAN HIPERTENSI ANGGOTA POLRI DI

advertisement
HUBUNGAN STRES DENGAN HIPERTENSI ANGGOTA
POLRI DI SEKOLAH POLISI NEGARA
SELOPAMIORO YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
AHMAD KHAIRUDIN
201110201143
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015
HUBUNGAN STRES DENGAN HIPERTENSI ANGGOTA
POLRI DI SEKOLAH POLISI NEGARA
SELOPAMIORO YOGYAKARTA
Ahmad Khairudin & Dwi Prihatiningsih
STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
Email : [email protected]
Abstract : This study aims at finding correlation between stress and
hypertension of POLRI members at Police Academy Selopamioro
Yogyakarta. This study was correlational analitic research design
by using cross sectional approach. The sample of the data were
taken by using purposive sampling which amount of 18 participants
which fulfilling inclusive criterion. In analyzing both variables
used Kendall Tau. The result shows that p was 0.040 (0.040 < 0.05)
with coefficient correlation of 0.464. There is correlation between
stress and hypertension towards POLRI members at State Police
Academy Selopamioro Yogyakarta.
Keywords
: Stress, hypertension, POLRI members
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada anggota
POLRI di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta POLDA
DIY. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi analitik design
dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel yang digunakan
adalah purposive sampling, dengan sampel 18 responden yang
memenuhi kriteria inklusi. Untuk menganalisis hubungan dua
variabel digunakan uji Kendall Tau. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa didapatkan hasil uji statistik nilai p-value, 0,040 lebih kecil
daripada 0,05 (0,040<0,05). Dengan koefisien korelasi 0,464. Maka
dapat disimpilkan ada hubungan stres dengan hipertensi anggota
POLRI di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta.
Kata Kunci
: Stres, Hipertensi, anggota POLRI
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia karena tingginya
prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular World
Health Organization (WHO, 2007). Menurut American Heart Association (AHA), di
Amerika tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan
28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi
hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% yang menjalani
pengobatan (Muhammadun, 2010). Menurut WHO dan the International Society of
Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta
di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009).
Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke
dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Departemen
Kesehatan, 2010).
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi terdiri dari dua hal yaitu faktor yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah diantaranya adalah
genetika, umur, jenis kelamin, serta ras atau suku bangsa, sedangkan faktor yang dapat
diubah diantaranya obesitas, konsumsi garam, konsumsi rokok, konsumsi kopi, konsumsi
alkohol, olahraga, serta stres (AHA, 2014; Brunner dan Suddarth, 2001).
Salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi adalah stres dimana stres yang terjadi
sangat memberikan efek negatif terhadap tubuh. Pada saat terjadi stres, tubuh bereaksi
dengan mengeluarkan hormon stres berupa adrenalin dan kortisol. Hormon ini
mengakibatkan jantung berdenyut dengan lebih kencang dan menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah (AHA,
2014; Brunner dan Suddarth, 2001).
Dampak stres terutama dalam pekerjaan terhadap terjadinya hipertensi juga telah
diteliti oleh Markovits et al. (2004). Penelitian ini merupakan prospective cohort study yang
bertujuan untuk mengetahui dampak tekanan dalam pekerjaan terhadap terjadinya hipertensi.
Penelitian selama 8 tahun ini meneliti sampel sebanyak 3,200 karyawan dengan tekanan
darah normal (normotensi) yang berumur antara 20 dan 32 tahun pada tahun 1987–1988 dan
diikuti selama 8 tahun. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tekanan dalam pekerjaan
berhubungan dengan terjadinya hipertensi (Markovitz et al. 2004).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah seorang petugas
kesehatan poliklinik yang bertugas di lingkungan Sekolah Polisi Negara
Selopamioro
Yogyakarta terdapat 106 anggota POLRI. Dan dari data pemeriksaan buku medis 3 bulan
terakhir terdapat 32 orang (30%) yang menderita hipertensi dengan rata-rata tekanan darah
150/100 mmHg sampai dengan 180/110 mmHg. Dari data kesehatan Sekolah Polisi Negara
tersebut maka akan diambil responden yang mengalami hipertensi, dengan kriteria usia antara
35-58 tahun, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, tidak mengkonsumsi alkohol,
dan yang mempunyai indeks masa tubuh (IMT) ≤ 25 kg/m2 .
Selain itu, hasil wawancara dengan Kepala Urusan Kesehatan Sekolah Polisi Negara
Selopamioro Yogyakarta ditemukan bahwa terdapat beberapa kondisi psikososial yang
berpotensi untuk menimbulkan stres pada sebagian anggota POLRI. Yang ditandai dengan
mudah marah, insomnia, sakit kepala dan masih banyak keluhan lain, beban pekerjaan yang
berat, jauh dari keluarga yang membuat intensitas bertemu dengan keluarga rendah. Dari
uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Stres Dengan Hipertensi Anggota
Kepolisian Di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode korelasi analitik design dengan pendekatan cross
sectional, dimana variabel – variabel stres yang termasuk faktor resiko dan variabel –
variabel
hipertensi
yang
termasuk
efek
diobservasi
pada
waktu
yang
sama
(Notoatmojo,2012).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat stres, sedangkan variabel terikatnya
adalah kejadian hipertensi dan variabel pengganggunya usia, jenis kelamin, asupan garam,
obesitas, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota
kepolisian SPN Selopamioro Yogyakarta, yang menderita hipertensi sejumlah 27 responden.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu
(Wasis, 2008). Jumlah sampel ditentukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan mengambil sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri. Berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).
Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk stres yang terdiri dari 23 item
pertanyaan yang setiap itemnya mempunyai nilai yang berbeda. Untuk kisi-kisi instrument
stress terdiri dari fisik, perilaku, pikiran dan emosi. Sedangkan untuk pengumpulan data
tekanan darah dilakukan dengan alat tensi meter air raksa.
Analisa data dalam penelitian menggunakan uji kendall’s tau untuk dua variabel yang
kedua-duanya berskala ordinal (Sugiyono, 2012). Pengujian dilakukan dengan menggunaan
komputerisasi. Uji signifikan dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai p dengan
kriteria : P ≤ 0,05 : Ho ditolak sedangkan P > 0,05 : Ho diterima. Kemudian untuk
mengetahui kekuatan hubungan diintrepretasikan dengan tabel :
Interval koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199
Sangat rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2012)
HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISA DATA
1. Karakterstik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Hasil penelitian karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan anggota POLRI SPN Selopamioro.
Batasan Karakteristik
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1. Umur
35 - 40 Tahun
41 - 46 Tahun
47 - 52 Tahun
53 - 58 Tahun
2. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
3. Tingkat Pendidikan
SMA
S1
3
1
2
12
16,7
5,6
11,1
66,7
17
1
94,4
5,6
14
4
77,8
22,2
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan umur
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 53 - 58 sebanyak 12 orang
(66,7%), sedangkan sebagian kecil berumur 41-46 sebanyak 1 orang (5,6%).
Berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden pendidikan SMA
sebanyak 14 orang (77,8%), sedangkan sebagian kecil pendidikan S1 sebanyak 4 orang
(22,2%). Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin laki - laki sebanyak 17 orang (94,4%), sedangkan sebagian kecil
berjenis kelamin perempuan sebanyak 1 orang (5,6%).
2. Tingkat Stres Anggota POLRI
Hasil penelitian tingkat stres dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2 Tingkat stres anggota POLRI SPN Selopamioro
Frekuensi
(f)
3
7
8
18
Tingkat stres
Tingkat Stres Rendah
Tingkat Stres Sedang
Tingkat Stres Tinggi
Total
Persentase
(%)
16.7
38.9
44.4
100.0
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tingkat stres mayoritas memiliki kategori
tinggi sebanyak 8 orang (44.4%), sedangkan paling sedikit kategori rendah sebanyak 3
orang (16,7%).
3. Kejadian Hipertensi
Hasil penelitian kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Kejadian Hipertensi anggota POLRI SPN Selopamioro
Kejadian Hipertensi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Hipertensi Berat
1
5,6
Hipertensi Sedang
9
50
Hipertensi Ringan
8
44,4
Total
18
100
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pada kejadian hipertensi mayoritas memiliki
kategori hipertensi sedang sebanyak 9 orang (50%), sedangkan paling sedikit kategori
hipertensi berat sebanyak 1 orang (5.6%).
4. Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada anggota POLRI di Sekolah
Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta
Tabulasi silang hasil penelitian tingkat stres dengan kejadian hipertensi dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4 Tabulasi silang hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada anggota
POLRI di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta.
Kejadian
Hipertensi
Tingkat
Stres
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Hipertensi
Berat
F
%
0
0
1
1
0%
0%
5,6%
5,6%
Total
Sedang
F
0
4
5
9
Ringan
%
0%
22,2%
27,8%
50 %
F
3
3
2
8
%
16,7%
16,7%
11,1%
44,4%
F
3
7
8
18
%
16,7%
38,9%
44,4%
100%
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat mayoritas tingkat stres pada kategori tinggi
mempengaruhi kejadian hipertensi dalam kategori sedang sebanyak 5 orang (27,8%) dan
sebagian kecil tingkat stres pada kategori tinggi mempengaruhi kejadian hipertensi dalam
kategori berat sebanyak 1 orang (5,6%).
Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan
kejadian hipertensi dapat dilihat pada uji Kendal Tau pada tabel berikut :
Tabel 5 Korelasi Kendall's tau pada Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
Hipertensi
Korelasi Kendall's tau
Interpretasi
Koefisien Korelasi
0,464
Sedang
p-value
(Sumber: Primer, 2015)
0, 040
Ada hubungan
Korelasi Kendall's tau digunakan untuk mencari hubungan tingkat stres dengan
kejadian hipertensi tingkat kepercayaan dalam penelitian adalah 95% pada α = 0,05.
Hasil penelitian ini didapat ρ value sebesar 0,040≤0,05, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, yang berarti terdapat hubungan tingkat stress dengan kejadian hipertensi pada
anggota POLRI di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta.
Pembahasan
Tingkat stres anggota POLRI di Sekolah Polisi Negara selopamioro Yogyakarta
POLDA DIY.
Tingkat stres mayoritas memiliki kategori tinggi sebanyak 8 orang (44.4%), sedangkan
paling sedikit kategori rendah sebanyak 3 orang (16,7%). Sehingga dapat disimpulkan paling
banyak tingkat stres tinggi yang dialami oleh anggota POLRI di SPN Selopamioro.
Hasil ini hampir sama dengan penelitian Siswoyo (2003) tentang pengaruh diet dan
stresor psikososial terhadap tekanan darah. Hasil penelitian Siswoyo mengatakan bahwa
orang yang mengalami stressor psikososial tekanan darahnya rata-rata tinggi (146,17 mmHg)
dengan nilai (p value=0,000). Variabel yang mempengaruhi tekanan darah paling tinggi
adalah stres psikososial (46,7%) selain itu terdapat variabel lain yang mempengaruhi tekanan
darah yaitu : Tingkat Konsumsi Lemak, dan Konsumsi Natrium.
Menurut Rasmun (2004) sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh, sumber stres
dapat berupa biologik/fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spiritual, terjadinya stres
karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman
sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan
kesehatan fisik dan psikologis. Stres pada anggota POLRI dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori sebagai berikut : pertama faktor dari luar departemen polisi (yang meliputi
keputusan pengadilan yang tak menguntungkan bagi POLRI, ketiadaan dukungan
masyarakat, dan potensi kekerasan warga bahkan ketika berhadapan dengan penyelidikan
lalu-lintas rutin atau pertengkaran rumah tangga), kedua faktor internal (yang meliputi gaji
rendah, kemajuan karir yang terbatas, pengembangan atau perangsang profesional yang kecil,
dan ketiadaan dukungan administratif) dan yang ketiga faktor penyebab stres yang berasal
pada peran polisi itu sendiri (perputaran shift, kerja administratif
(Murtiningrum, 2005).
yang berlebihan)
Hasil penelitian didapat juga tingkat stres pada kategori rendah sebanyak 3 orang
(16,7%). Dilihat dari tabulasi silang yang berada dilampiran bahwa hal tersebut terjadi pada
responden dengan rentang umur 53 -58 tahun, yang mengalami tingkat stres rendah.
Kejadian hipertensi di Sekolah polisi Negara Selopamioro POLDA DIY
Kejadian hipertensi mayoritas memiliki kategori hipertensi sedang sebanyak 9 orang
(50%), sedangkan paling sedikit kategori hipertensi berat sebanyak 1 orang (5.6%). Hal ini
sesuai dengan penelitian Zuraidah (2012) yang menyatakan bahwa hipertensi sedang lebih
tinggi (59,4%) dan kategori hipertensi berat (40,6%) yang dikarenakan oleh stres (panik).
Terdapat responden yang memiliki hipertensi berat hal ini dapat terjadi karena
pengaruh pekerjaan yang memicu hipertensi, dilihat dari karakteristik responden berdasarkan
umur dapat dilihat sebagian besar responden berumur 53 - 58 sebanyak 12 orang (66,7%),
Hal ini sesuai dengan teori Beevers
(2002) bahwa dengan bertambahnya umur, risiko
terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun
paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan
alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai
faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kurnia (2007), yang mengatakan
bahwa dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun
hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35
tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah
dan hormon.
Hasil penelitian menunjukkan 50% mengalami kejadian hipertensi kategori ringan,
hal demikian juga dapat dilihat dari karakteristik responden bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin laki –laki sebanyak 26 orang (86,7%). Hal ini sesuai dengan teori prevalensi
penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria daripada kaum wanita, hal ini
disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria, dan pada saat mengatasi masalah pria
cenderung untuk emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok sehingga tekanan darahnya
dapat meningkat. Sedangkan pada wanita dalam mengatasi, masih dapat mengatasinya
dengan tenang dan lebih stabil (Beeverz, 2002).
Kejadian hipertensi pada penelitian ini relevan dengan penelitan Markovitz et al.
(2004) yang bertujuan untuk mengetahui dampak tekanan dalam pekerjaan terhadap
terjadinya hipertensi. Sampel sebanyak 3,200 karyawan dengan tekanan darah normal, Hasil
penelitian ini menemukan bahwa tekanan dalam pekerjaan berhubungan dengan terjadinya
hipertensi,
Hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada anggota POLRI di Sekolah
Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta POLDA DIY.
Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensitingkat kepercayaan dalam
penelitian adalah 95% pada α = 0,05. Hasil penelitian ini didapat ρ value sebesar 0,040≤0,05,
maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti terdapat hubungan tingkat stres dengan
kejadian hipertensi pada anggota POLRI di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Markovitz (2004) yang menemukan
bahwa tekanan dalam pekerjaan berhubungan dengan terjadinya hipertensi.
Hasil ini sesuai dengan teori Brunner dan Suddarth (2001). Salah satu faktor resiko
terjadinya hipertensi adalah stres. Stres yang terjadi sangat memberikan efek negatif terhadap
tubuh. Pada saat seseorang mengalami stres, tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan
hormon stres berupa hormon adrenalin dan kortisol. Peningkatan hormon adrenalin
mengakibatkan jantung berdenyut lebih kencang atau cepat sedangkan hormon kortisol
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Sehingga saat terjadi vasokontriksi pembuluh
darah dan jantung berdenyut cepat akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Beevers (2002) yang mengatakan bahwa faktor
resiko hipertensi yang dapat dirubah salah satunya adalah stres. Stres bisa bersifat fisik
maupun mental, yang menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari–hari dan
mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat, kelenjar seperti tiroid dan
adrenalin juga akan bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak
terhadap darah akan meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan
darah.
Hasil penelitian berdasarkan tabulasi silang mayoritas kejadian hipertensi dalam
kategori sedang sebanyak 5 orang (27,8%) dan sebagian kecil tingkat stres pada kategori
tinggi mempengaruhi kejadian hipertensi dalam kategori berat sebanyak 1 orang(5,6%).
Hal diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Siswoyo (2003) yang meneliti
tentang pengaruh diet dan stressor psikososial terhadap tekanan darah pada lansia.Hasil
survey ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah
usila adalah stresor psikososial. Begitu pula dengan penelitian Prabowo (2005) yang
menunjukkan bahwa stres berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Prabowo (2005) Hubungan Stres
dengan Kejadian Hipertensi Pada pasien Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta. Hasil
uji Chi square dengan derajat kemaknaan 5% menunjukkan ada hubungan bermakna antara
stres dan dengan kejadian hipertensi (p= 0,0001). Relevan dikarenakan penelitian yang
bertujuan mencari hubungan stress dengan kejadian hipertensi dapat dibuktikan peneliti
namun pada pasien rumah sakit yang berbeda.
Keeratan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi di SPN
Selopamioro Yogyakarta.
Keeratan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penelitian ini
didapatkan nilai koefisien korelasi 0,464 yang berarti tingkat keeratannya adalah sedang.
Hasil ini sesuai dengan teori Brunner dan Suddarth (2001). Salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi adalah stres. Stres yang terjadi sangat memberikan efek negatif terhadap
tubuh. Pada saat seseorang mengalami stres, tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan
hormon stress berupa hormon adrenalin dan kortisol. Peningkatan hormon adrenalin
mengakibatkan jantung berdenyut lebih kencang atau cepat sedangkan hormon kortisol
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Sehingga saat terjadi vasokontriksi pembuluh
darah dan jantung berdenyut cepat akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Prabowo (2005) yang menemukan
Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensi Pada pasien Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Oen
Surakarto, dengan nilai interval koefisien 0,554 yang berarti nilai tingkat keeratan
hubungannya adalah stres.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat stres anggota POLRI di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta POLDA
DIY, hasil penelitian pada tingkat stres mayoritas memiliki kategori tinggi sebanyak 8
orang (44,4%), sedangkan paling sedikit kategori rendah sebanyak 3 orang (16,7%).
2. Kejadian hipertensi di Sekolah polisi Negara Selopamioro POLDA DIY, Kejadian
hipertensi mayoritas memiliki kategori hipertensi sedang sebanyak 9 orang (50%),
sedangkan paling sedikit kategori hipertensi berat sebanyak 1 orang (5,6%).
3. Terdapat hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada anggota POLRI di
Sekolah Polisi Negara Selopamioro Yogyakarta.
4. Keeratan hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi di Sekolah Polisi Negara
Selopamioro Yogyakarta dalam kategori sedang yaitu dengan koefisien korelasi 0.464.
Saran
1. Bagi Kepala SPN Selopamioro Yogyakarta
Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan untuk menentukan kebijakan dalam
membuat program untuk menurunkan stres dalam menangani hipertensi pada anggota
POLRI di SPN Selopamioro dengan mengatur jadwal kerja, menyarankan setiap anggota
POLRI untuk berhenti merokok, mengadakan pengobatan bagi penderita hipertensi, dan
menyadarkan tentang bahaya hipertensi.
2. Bagi anggota POLRI di SPN Selopamioro Yogyakarta
Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi anggota POLRI mengenai stress
sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi, sehingga angka
kejadian hipertensi bisa ditekan dengan cara menangani stres dan berhenti merokok.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Hasil penelitian dapat sebagai sumber rujukan untuk melakukan studi tentang kejadian
hipertensi atau melakukan intervensi terhadap responden agar dapat terhindar dari
kejadian hipertensi.
b. Diharapkan peneliti selanjutnya mengendalikan variabel pengganggu tentang
merokok dengan mengambil responden yang tidak merokok.
DAFTAR RUJUKAN
Aden, 2010. Manfaat dan Khasiat Madu Keajaiban Sang Arsitek Alam, Hanggar Kreator:
Yogyakarta.
Adi W. Gunawan. (2006). Genius Learning strategy. Jakarta: PT. Gramedia
AHA, 2014. „Stress and Blood Pressure‟, Website American Heart Association, diakses pada
23
Januari
2013,
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/PreventionTreatm
entofHighBloodPressure/Stress-and-Blood-Pressure_UCM_301883_Article.jsp
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta:
Jakarta.
Bararah, 2010, Mengukur tekanan Darah yang Benar, diakses tanggal 16 November
2014,http://health.detik.com/read/2010/07/12/160040/1397639/766/mengukurtekanan-darah-yang-benar
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2. Jakarta:
EGC.
Beevers, D.G. (2002). Tekanan Darah. Dian Rakyat : Jakarta
Departemen Kesehatan. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Bidang
Biomedis. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2010.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Rencana dan Strategi 2005-2009. Jakarta : Depkes RI
Ganong, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Guiton, 1995. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran:
Jakarta
Hardjana, A. M. 2002. Stres Tanpa Distres.Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika; Jakarta
Hutapea, P., dan Thoha, N. (2009). Kompetesi plus teori, desain, kasus, dan
penerapan untuk stress. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kurnia, R., 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap Di Bagian Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatera Barat Tahun 2002-2006.
Skripsi Mahasiswa FKM USU.Medan
Looker Terry dan Olga Gregson. 2005. Managing Stress. BACA: Yogyakarta.
Mahdiana, 2010. Mencegah Penyakt Kronis Sejak Dini, Tora Book: Yogyakarta
Markum, 2009, Pengaruh Pola Tekanan Darah dalam 24 Jam Terhadap Morbidiliras dan
Mortalitas
Kardiovaskuler,
diakses
pada
11
November
2014.
http://www.jantunghipertensi.com/hipertensi/66.html
Markovitz, J.H, Matthews K.A, Whooley M, Lewis C.E, Kurt J. Greenlund, K.J,
(2004),„Increases in job strain are associated with incident hypertension in the
CARDIA study‟, Annuals of Behavioral Medicine, Volume 28, Issue 1, pp 4-9.
Marliani L dan Tantan S, 2007 . 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo, Gramedia
Murtiningrum. (2005). Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga terhadap stres kerja
dengan dukungan sosial sebagai variabel moderasi. Semarang : Fakultas Manajemen
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Martuti, 2009, Merawat dan menyembuhkan Hipertensi, Kreasi Wacana: Yogyakarta
Maryani dan Kristiana, 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella, Agro Media Pustaka: Tangerang
Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang
Pembunuh Sejati. Jogjakarta: In-Books
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoadmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta, 2008. Departemen Kesehatan RI Provinsi Yogyakarta
Rahajeng E dan Sulistyawati tuminah. 2009. Prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 59, Nomor: 12
Rasmun, 2004. Stress, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta: CV Sagung Seto
Zuraidah (2012). Analisis Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat di Kemuning Kota
Palembang. Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan
Riwikdo, H. (2009) Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan
SPSS. Pustaka Rihama: Yogyakarta
Setiawan Z. 2004. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa Tahun2004. Diakses
pada
27
November
2014,
http://www.fkm.ui.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=56 ,
Shadine, 2010, Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan Jantung, Keen
Book: Jakarta
Shimpsons, Sheldon G, 2005. Mayo clinic hipertensi, mengatasi tekanan darah tinggi.Jakarta
: PT. Intisari Mediatama
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif daN r & d, Alfabeta: Bandung
Susanto A, 2011, Hubungan Antara Stress Dengan Kejadian Hipertensi
Sungapan, Galur Kulon Progo. Jurnal Stikes Aisyiyah Yogyakarta.
Di Dusun 14
Udjianti, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Salemba Medika: Jakarta
Utami, 2009. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi, Argomedia Pustaka: Jakarta.
WHO. (2007). Hypertension Report.Geneva : WHO Technical Report Series
William. , 2007. Tekanan Darah Tinggi, Erlangga: Jakarta
Wirakusumah, E. 2004. Tips dan Solusi Gizi agar Tetap Sehat, Cantik dan bahagia, di masa
Menopause dengan Terapi Ekstrogen Alamin, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Download