ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk. SKRIPSI Program Studi Akuntansi NAMA : WAHYU NIM : 43205010155 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009 ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk. SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperolrh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi NAMA : WAHYU NIM : 43205010155 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009 LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Wahyu NIM : 43205010155 Program Studi : Akuntansi ( S-1 ) Judul Skripsi : Analisis Revenue Sharing Bagi Hasil Mudharabah dan Profit Sharing Pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Tanggal Ujian Skripsi : 24 Agustus 2009 Disahkan Oleh : Pembimbing ( Hari Setiyawati,SE,Ak.,M.Si ) Tanggal : Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi S1, ( Dra. Yuli Harwani, SE, MM ) ( Nurul Hidayah,SE,Ak,M.Si ) Tanggal: Tanggal: i LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI SKRIPSI ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk. Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Wahyu NIM : 43205010155 Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 24 Agustus 2009 Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji, ( Hari Setiyawati,SE,Ak.,M.Si ) Anggota Penguji I, ( Ratna Mappanyuki,SE,Ak.,M.Si ) Anggota Penguji II, ( Syarhil Djaddang,SE,Ak.,Msi ) ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum WR. WB. Alhamdulillah dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat taufik dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa Universitas Mercu Buana dalam mengakhiri perkuliahan dan juga merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Srata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Adapun judul yang penulis pilih dalam skipsi ini adalah “ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk.”. Namun dalam penulisan skripsi ini penulis mengalami beberapa hambatan dan pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal, walaupun masih banyak kekurangan – kekurangan. Hal tersebut merupakan keterbatasan dari pengetahuan penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapet terselesaikan. Adapun ucapan terima kasih yaitu kepada : 1. Bapak H. Probosutedjo, selaku ketua Yayasan Menara Bakti Universitas Mercu Buana. 2. Bapak Prof. DR. Ir. Suharyadi, M.Si, selaku Rektor Universitas Mercu Buana. 3. Ibu Dra. Yuli Harwani, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. 4. Ibu Nurul Hidayah, SE. Ak. M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. iii 5. Ibu Hari Setiawati, SE. Ak. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Materi dan Teknis, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran yang berguna dalam penyusunan skripsi. 6. Untuk Papa dan Mamaku tercinta, yang selama ini telah banyak memberikan dorongan dan semangat dalam mengiringi penulis dengan doa kepada Allah SWT. Serta kakak – kakakku dan adikku tercinta yang selalu memberikan saran, nasihat dan perhatian yang tidak terkira. 7. Para Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana, yang telah memberikan ilmunya dan mendidik penulis sampai penulis lulus menjadi sarjana. 8. PT. Bank Syariah Mandiri, yang memberikan izin riset dan data – data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. 9. Untuk Uswatun Hasanah dan sahabat – sahabatku, Oki, bowo, achonk, rico, bani, iyan, obet, crew bulux coffe yang selalu bersama selama dalam perkuliahan. Untuk teman – teman angkatan 2004,2005 dan 2006 akuntansi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Harapan penulis semoga bantuan yang diberikan tersebut mendapat imbalan yang tak terhingga dari Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari sempurna.. Dan akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembacanya. Segala kritik dan saran akan penulis terima dengan hati terbuka demi kesempurnaan skripsi ini. Wasalamual’aikum WR. WB. Jakarta, 12 Agustus 2009 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman JUDUL SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. i KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii DAFTAR ISI......................................................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... viii ABSTRAK............................................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar balakang............................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah.................................................................................... 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................................ 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah............................................................................................... 5 1. Pengertian Bank Syariah....................................................................... 5 2. Fungsi dan Peran Bank Syariah............................................................ 6 3. Tujuan Bank Syariah............................................................................. 6 4. Perbedaan Bank Syariah dengan bank Konvensional.......................... 8 B. Bagi hasil……………………………………………………………….. 8 1. Pengertian Bagi Hasil………………………………………………. 8 2. Jenis- jenis akad Bagi Hasil………………………………………… 11 3. Pendapatan Bagi Hasil……………………………………………… 12 C. Mudharabah............................................................................................... 13 v 1. Pengertian Mudharabah........................................................................ 13 2. Jenis – Jenis Mudharabah..................................................................... 14 3. Aplikasi dalam perbankan..................................................................... 14 4. Manfaat Pembiayaan Mudharabah........................................................ 15 5. Resiko Pembiayaan Mudharabah........................................................... 15 6. Pengakuan dan pengukuran Akuntansi Mudharabah menurut PSAK No.59.......................................................................................... 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan .................................................................... 20 B. Metode penelitian ....................................................................................... 24 C. Metode Pengumpulan Data......................................................................... 25 D. Definisi Operasional Variabel...................................................................... 25 E. Metode Analisis Data.................................................................................... 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bagi hasil Mudharabah................................................................................. 27 B. Penerapan akntansi Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank syariah Mandiri ………………………………………….. 30 C. Perbandingan Revenue Sharing dengan Profit Sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri………………………………………………. 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................................. 45 B. Saran........................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional…………………. Tabel 2.2 : Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil.…………………………….. 12 vii 8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Stuktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri………………… 47 Lampiran 2 : Laporan Keuangan Neraca dan Laba Rugi……………………. 48 viii ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk. ABSTRAKSI Bank Islam dalam beroperasi berbeda dengan Bank Konvensional, Bank islam beroperasiatas dasar prinsip syariah yaitu berdasarkan system bagi hasil. Dimana dalam perhitunganpendapatan bagi hasil menggunakan dua metode yaitu metode Revenue Sharing dan Profit Sharing. PT. Bank Syariah Mandiri dalam perhitungannya menggunakan prinsip Revenue Sharing. Tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui perhitungan pendapatan bagi hasil anatara kedua metode tersebut dan bagaimana perbandingan dari hasil pendapatanbagi hasil anatara kedua metode tersebut pada PT. Bank Syariah Mandiri. Sistem Bagi Hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank dengan penyimpanan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis peroleh, pendapatan bagi hasil antara metode Revenue Sharing dengan Profit Sharing terjadi penurunan. Penurunan pendapatan margin dan bagi hasil dikarenakan biaya pengolahan dana pihak ketiga ditanggung bersama antara pemilik dana dan pengelola dana.. Metode revenue sharing dinilai lebih baik dibandingkan dengan prinsip profit sharing. Maka hasil dari prinsip revenue sharing dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk nasabah. Atas dasar prinsip yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri yaitu prinsip revenue sharing, maka PT. Bank Syariah Mandiri mampu untuk bersaing dengan Bank Konvensional. Karena nilai yang diterima dapat membagi keuntungan yang besar untuk nasabah. Kata kunci : Bagi Hasil Mudharabah, PSAK No.59. ix 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan media terpenting dalam perekonomian karena bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial Intermediaries). Sebagai Financial Intermediaries bank bank berfungsi menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dan (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (defisit unit) pada waktu yang di tentukan. Sebagai lembaga penghimpun dana pada umunya bank menciptakan produk-produk pendanaan seperti Giro,Tabungan, Deposito dan lain sebagainya untuk di salurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan fasilitas pembiayaan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Kegiatan sebagai perantara keuangan bagi sebagian besar bank masih di andalkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang terbesar. Semakin pesatnya perkembangan dan pertumbuhan bisnis dunia perbankan, membuat persaingan antar bank semakin ketat dalam memghimpun dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat menjadi semakun penting bagi sebuah bank dikaitkan dengan fungsi bank dalam memberi kredit. Keadaan ini membuat setiap bank mengerahkan segala kemampuannya , terutama melalui strategi usahanya untuk menghimpun dana dari masyarakat sebesar-besarnya. 1 2 Penduduk indonesia yang jumlahnya lebih dari 250 juta jiwa akan memberikan sumber dana yang besar bila dapat dikerahkan secara optimal. Sebagian besar penduduk indonesia adalah muslim atau mayoritas beragama islam. Ini merupakan potensi yang sangat besar dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional khususnya pengerahan dana dalam bisnis perbankan. Keadaan ini sangat penting artinya bagi kelangsungan bank. Bank berlomba menawarkan produknya baik berupa produk penyaluran dana (kredit) dan pengerahan dana seperti tabungan, deposito, dan giro dengan tingkat suku bunga yang tinggi dan hadiah-hadiah yang menarik. Perbankan syariah dalam memberikan imbalan jasa atas dana yang telah dihimpun dari masyarakat bukan dalam bentuk persentase bunga tetapi memberikan keuntungan berdasarkan sisitem bagi hasil yaitu keuntungan yang diberikan kepada nasabah sesuai dengan nisbah atau porsi yang telah ditetapkan oleh bank. Keuntungan yang diperoleh berdasarkan pada hasil penyaluran dana (kredit) kepada masyarakat. Bank yang menggunakan konsep bagi hasil dengan berdasarkan syariah islam adalah PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia. 3 Salah satu produk pembiayaan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri adalah Mudharabah yaitu perjanjian (akad) antara penanaman dana (Bank) dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumya. Berdasarkan keadaan tersebut permasalahan ini menjadi menarik, maka penulis bermaksud untuk meneliti dan memahami dalam permasalahan ini dan di tuangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul ”ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIR SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI Tbk.” B. Perumusan Masalah Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah bagi hasil mudharabah yang diterapkan Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan PSAK No.59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah ? 2. Bagaimana perbandingan revenue sharing bagi hasil mudharabah dengan metode profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk ? 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis revenue sharing bagi hasil mudharabah dan profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi penulis Merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan di bidang perbankan, khususnya Bank Syariah. b. Bagi perusahaan Memberikan masukan yang positif bagi perusahaan dan sebagai acuan evaluasi bagi perusahaan guna menentukan kebijakan yang akan datang. c. Bagi pihak lain Dapat menjadi bahan pelengkap data dan informasi mengenai Bank Syariah. 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Perbankan Syariah Pengertian bank syariah menurut Muhammad (2002 : 1) adalah “lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam”. Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram. Salah satu fungsi dari perbankan syariah sebagai lembaga keuangan adalah menghimpun dana masyarakat. Sistem perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang paling baik untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang berkeadilan karena sistem syariah dilaksanakan atas prinsip kebersamaan. 2. Fungsi dan Peran Bank Syariah Menurut Heri (2003 : 39), fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang 5 6 dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization Financial for Islamic Institution), sebagai berikut: a. Manajer investasi, bank syariah yang mengelola investasi dana nasabah b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilkinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya c. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. 3. Tujuan Bank Syariah Menurut (Zainul 2003), dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh syariat Islam seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan barang-barang dilarang menurut syariat Islam seperti minuman keras. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait dengan prinsip utama berupa : a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah c. Memberikan zakat. 7 Sedangkan menurut Warkum (2004 : 17), Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut : a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenisjenis usaha / perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenajangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin) c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha) d. Untuk membantu menanggulani (mengentaskan) masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan aktifitasaktifitas bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah (konvensional) yang menyebabkan uamt Islam berada dalam kekuasan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya. 4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensial Secara teknis, menabung di Bank Syariah dengan yang berlaku di Bank Konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena Bank Syariah maupun Bank Konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis 8 perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam terdapat beberapa perbedaan diantara keduanya. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Islam Bank Konvensional 1. Melakukan investasi-investasi yang Aspek investasi halal tidak menjadi halal saja pertimbangan utama 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual Memakai perangkat bunga beli dan sewa 3. Profit dan falah oriented Profit oriented 4. Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah dalam bentuk bentuk hubungan kemitraan hubungan debitor-kreditor 5. Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat Dewan Pengawas harus sesuai dengan fatwah Dewan Pengawas Syariah Sumber: Bank Syariah dari Teori ke PraktiK B. Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang 9 ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu: a. Profit Sharing Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal 10 perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya. Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue. b. Revenue Sharing Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil 11 yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank. 2. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah secara umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad Musyarakah dan Mudharabah. a. Musyarakah (Joint Venture Profit & Loss Sharing) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 12 b. Mudharabah (Trustee Profit Sharing) Mudharabah Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam perbankan syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah: 1. Tabungan Mudharabah. Yaitu, simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian. 2. Deposito Mudharabah. Yaitu, merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi hasil. 3. Pendapatan Bagi Hasil Bagi hasil akan memperoleh pendapatan dari berbagai pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah. Berikut adalah perbedaan bunga dan bagi hasil menurut Iwan Triyuwono dan As’udi (2003 : 43) yaitu : 13 Table.2.2 Perbedaan bunga dan bagi hasil Bunga Bagi Hasil Penentuan bunga pada akad dengan Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil asumsi harus selalu untung dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan rugi Besarnya pada persentase jumlah berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil tergantung pada modal yang jumlah keuntungan yang diperoleh dipinjamkan Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijanjikan tanpa pertimbangan yang dijalankan. apakah proyek yang dijalankan oleh kerugian, pihak nasabah untung/rugi maka Bila usaha kerugian mengalami tersebut akan ditanggung bersama. Jumlah pembayaran tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai sekalipun berlipat jumlah atau keuntungan dengan peningkatan jumlah pandapatan keadaan ekonomi sedang berkembang Eksitensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi tidak dikecam) oleh semua agama hasil termasuk islam Sumber: Bank Syariah dari Teori ke Praktik 14 C. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Memurut Muhamad Syafi`I Antonio ( 2002:95 ) mengemukakan pengertian bagi hasil mudarabah sebagai berikut: Mudarabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama ( Shahibul maal ) menyediakan (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Definisi bagi hasil mudarabah menurut Muhammad (2004: 188) pengertian bagi hasil mudharabah adalah sebagai berikut : “Mudarabah adalah perjanjian antara penanaman dana dan pengelola dan untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumya” 2. Jenis-jenis Mudharabah Secara umum bagi hasil mudharabah terbagi manjadi dua jenis menurut Muhammad Syafi`I Antonio (2002:97) adalah sebagai berikut : a. Mudharabah muthalaqah adalah bentuk kerjasama antara pihak pertama (shahibul maal) dan mudharb (pengelola modal/pengusaha) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi, jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. b. Mudarabah muqayyah atau disebut juga istilah restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari 15 mudharabah muthlaqah. Dimana si mudharib (pengelola modal) dibatasi dengan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. 3. Aplikasi dalam Perbankan Bagi hasil mudharabh biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pandanaan. Menurut Muhammad Syafi`i Antonio (2002:97) sisi penghimpunan dana, bagi jasil mudharabh diterapkan pada : a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan sebagainya. b. Deposito spesial (special investment) dimana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu. Adapun sisi pembiayaan menurut Muhamad Syafi`I Antinio (2002:97), bagi hasil mudharabah diterapkan untuk : a. Pembiayaan modal kerja seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus dengan penyalurran yang khusus dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh sahibul maal. 4. Manfaat Bagi Hasil Mudharabah Manfaat dari bagi hasil mudharabah menurut Muhamad Syafi`i Antinio(2002:97) adalah sebagai berikut : a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau usaha bank sehingga tidak akan pernah mengalami negative spread. 16 c. Pengembalian pkok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati(prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan, karena keuntungan yang kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Resiko Bagi hasil Mudharabah Resiko bagi hasil mudharabah menurut Muhamad Syafi`i Antinio(2002:98) adalah sebagi berikut : a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak; b. Lalai dan kesalahan yang disengaja; c. Penyembuyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. 6. Pengakuan dan pengukuran akuntansi mudharabah menurut PSAK No.59 Sesuai dengan hukum syariah, modal harus diketahui baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dan hal ini akan merupakan hal besar dari penilaian, dimana keuangan mudharabah disajikan dalam pembukuan bank. Kemudian ketentuan pemberian modal harus disepakati yakni pemberian dalam bentuk tunai. Sesuai dengan kebijakan saat ini, modalbisa diberikan dalam bentuk aset perniagaan dan dalam nilai aset tersebut pada saat pengadaan kontrak tersebut senila/sama dengan modal yang akan diberikan dalam mudharabah. Ketentuan tersebut juga 17 merupakan dasar dalam penentuan jumlah modal mudharabah pada saat pengadaan kontrak. Modal bisa juga diberikan dalam bentuk aset non kas yang siap digunakan dan pada saat pengadaan kontrak dalam modal mudharabah, nilai pasar aset tersebut sesuai dengan realita yang ada. Dalam hukum Syariah, ketetapan modal yang harus dibayar atau diserahkan kepada mudharib sesuai dengan kebijakan persyaratan yang telah ditentukan, bahwa dalam pembayaran akan dicairkan tanpa penyesuaian akuisisi (perolehan) aktuanya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar danaa mudharabah tidak diambil begitu saja tanpa adanya persetujuan dari bank. Ada dua alasan yang tidak bisa digunakan dalam penilaian aset non kas yang akan diterima oleh Bank Islam sebagai modal adalah : a. Ketentuan nilai yang telah disepakati oleh semua pihak, tentang penilaian aset non-moneter yang akan diakui akuntansi keuangan. b. Penerapan nilai tersebut yang disepakati bersama oleh para pihak dari kontrak untuk menilai aset non-moneter akan menjurus kapada penerapan konsep kejujuran representasional. Dasar penghitungan biaya secara historis telah digunakan dalam pengukuran modal mudharabah yang disediakan oleh bank tersebut setelah penandatanganan kontrak yang merupakan salah satu dari persyaratan kaidah atau peraturan syariah mudharabah sehubung dengan spesipikasi modal dan pemeliharaan dari modal yang ditetapkan sampai waktu diketahui keuntungan. Keuntungan adalah sejumlah pandapatan dari hasil 18 pengelolaan modal mudharabah. Keuntungan ini juga harus sesuai dengan ciri-ciri pengukuran akuntansi. Pengukuran dan pangakuan akuntansi bagi hasil mudharabah, telah dijelaskan pada PSAK 59 tentang akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 14 sapai dengan 17 sebagi berikut : 1. Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagi berikut : (pr 14). (a) Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahaan aktiva non-kas kepada pengelola dana (mudharib); dan (b) Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahaan. 2. Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut : (pr 15). (a) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran; (b) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non-kas : (i) Diukur sebesar nilai wajar aktiva non-kas pada saat penyerahan; dan (ii) Selisih antara nilai dan nilai buku aktiva non-kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank; dan 19 (c) Beban yang terjadi sehubung dengan mudharabah tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan mudharabah kecuali telah disepakati bersama. 3. Setiap pembayaran kembali atas pembayaran mudharabah oleh pengelola dana (mudharib) mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. (pr 16). 4. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak mudharib, maka rugi tersebut mengurngi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. (pr 17). 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT.Bank Syariah Mandiri 1. Lokasi Perusahaan Kantor pusat PT.Bank Syariah Mandiri berlokasi dijalan M.H. Thamrin No.5 Jakarta. Dengan kantor layanan sebanyak 328 kantor, yang tersebar di 24 provinsi di seluruh Indonesia. 2. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Bank Syariah Mandiri Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia merestrukturisasi dan terpaksa mengambil merekapitalisasi sebagian tindakan untuk bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. 20 21 PT. Bank Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero). PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah 22 memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero). PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia. 3. Visi dan Misi serta Budaya PT. Bank Syariah Mandiri a. Visi Menjadikan Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha b. Misi 23 1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan. 2) Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. 3) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat. 4) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. 5) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. c. Budaya Perusahaan Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC”. 1) Excellence Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan. 2) Teamwork Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. 3) Humanity Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius. 24 4) Integrity Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji. 5) Customer Focus Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Pemilihan ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk membuat deskripsi secara sisitematis mengenai revenue sharing bagi hasil hasil mudharabah profitabilitas dan profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. C. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan dilakukan dengan cara penelitian langsung ke PT. Bank Syariah Mandiri. Data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder, berupa wawancara dan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. 25 2. Penelitian Kepustakaan (library Research) Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian. Cara mengumpulan data ini dari kepustakaan yang berupa buku, artikel, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan skripsi ini. D. Definisi Operasional Variabel Berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam skripsi ini, maka penulis menjabarkan definisi dari variabel yang akan diteliti yaitu: 1. Revenue sharing bagi hasil mudharabah Revenue sharing adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. 2. Profit sharing bagi hasil Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. 26 E. Metode Analisis Data Metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisa data-data yang telah diperoleh, dihimpun, dan diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif adalah metode analisis dengan membandingkan keadaan dan data-data perusahaan yang ada baik itu berupa data primer yaitu data yang berasal dari wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan atau perusahaan dan data sekunder yaitu data-data yang berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan dan data pendukung lainnya yang relevan, dengan ukuran kualitas yang digunakan dalam hal ini adalah mengacu kepada PSAK No. 59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah. Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah metode analisis menggunakan angkaangka yaitu menghitung revenue sharing dan profit sharing lalu menbandingkan nya. 27 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bagi Hasil Mudharabah 1. Bagi Hasil Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100% modal dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal. Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu: c. Profit Sharing Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan 27 28 tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya. Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan 29 bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue. d. Revenue Sharing Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank. Mudharabah merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan islam untuk memobilitasi dana masyarakat dan untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan, bagi para pengusaha. 30 Mudharabah adalah suatu transaksi yang melibatkan sekurang-kurangnya 2 (dua) sifat, yaitu : a. Pihak yang memiliki dan menyediakan modal guna membiayai proyek atau usaha yang memerlukan pembiayaan ; pihak tersebut dinamakan shahib Al-mal (shahibul mal) atau Rabb Al-mal. b. Pihak pengusaha yang memerlukan modal dan menjalankan proyek atau usaha yang dibiayai dengan modal dari shahib Al-mal (shahibul Al-mal); pihak tersebut dinamakan Mudharib. B. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri a. Penanganan akuntansi mudharabah Modal ialah sejumlah uang atau asset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut: 1. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya. 2. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk asset, maka asset tersebut harus dinilai pada waktu akad. 3. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad. 31 Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan tersebut harus dipenuhi sebagai berikut: a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh diisyaratkan hanya untuk satu pihak. b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. b. Pengukuran Modal Mudharabah Pengukuran Mudharabah yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut: 1. Pada saat pengadaan kontrak a. Bank memberikan modal mudharabah dalam bentuk tunai, maka jumlah akan diukur dengan jumlah yang harus dibayar sesuai dengan Mudharib. b. Bila Bank memberikan modal dalam bentuk asset niaga, maka akan diukur dengan nilai setara dengan nilai yang disepakati antara bank dan mudharib, dan jika sesuai dengan penilaian realti terjadi 32 perbedaan antara nilai yang dianggap setara dengan nilai bukunya, maka akan disahkan sebagai keuntungan atas kerugian dari bank tersebut. c. Modal tersebut asset nonmeneter untuk pemanfaatan asset itu akan diukur pada nilai yang setara jika hasil taksiran tersebut berbeda antara nilai setara dengan nilai buku, maka akan disahkan keuntungan atau kerugian dari bank itu sendiri. d. Pengeluaran untuk prosedur pengadaan kontrak yang dibayarkan satu/dua belah pihak tidak dianggap sebagai modal mudhharabah kecuali disepakati bersama. 2. Setelah pengadaan kontrak pada akhir jangka waktu transaksi keuangan; a. Modal Mudharabah akan dinilai setelah pengadaan kontrak; b. Bila sebagian modal mudharabah hilang sebelumnya dimulai pekerjaan karena rusak atau sebab-sebab lainnya tanpa pelanggaran tau mudharib; maka kan dikurangkan dari modal mudharabah dan kerugian tersebut akan diberlakukan sebagai utng jatuh tempo dipihak mudharib. c. Perlakukan akuntansi pembiayaan mudharabah menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59. Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59 paragraf 29-31 disebut : 33 bahwa dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidak terikat pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, investasi tidak terikat diukurr sebesar nilai tercatat. Bagi hasil investasi tidak terikat dialokasikan kepada bank dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu profit sharing dan revenue sharing. Investasi terikat adalah investasi yang terikat yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebgai manajer investasi berdasarkan mudharabah muqayyadah atau sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan merupakan aktiva maupun kewajiban bank karena bank tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut serta bank tidak memiliki kewajiban mengambilkan atau menanggung resiko investasi. 1. Pengakuan dan pembiayaan mudharabah a.Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana; dan b. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui setiap pembayaran atau penyerahan. Pengakuan modal mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan penerapan PSAK No.59 paragraf 14 karena pasal tersebut menyatakan bahawa pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada 34 pengelola dana dan pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan. Pengakuan modal mudharabah pada Bank Syariah mandiri dengan pengakuan modal mudharabah yang diatur dalam PSAK No.59 paragraf 14 mengalami kmesesuaian, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengakuan modal mudharabah pada Bank syariah Mandiri telah sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 14. 2. Pengukuran pembiayaan mudharabah a.Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran; b. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non kas: 1. Diukur sebesar nilai wajar aktiva non kas pada saat penyerahan; dan 2. Selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas diakui sebagai keuntungan dan kerugian bank; dan 3. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui sebagai bagian pembayaran kecuali telah disepakati bersama. Pengukuran modal mudharabah PT. Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 15. Isi pasal tersebut mengatur tentang pengukuran pembiayaan mudharabah antara lain: pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran, pembiayaan mudharabah dalam bentuk 35 nonkas di ukur sebesar nilai wajar aktiva nonkas pada saat penyerahan, selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas di akui sebagai keuntungan dan kerugian bank; dan beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakuisebgai bagian pembiayaan mudharabah kecualai telah disepakati bersama. Pengukuran pembiayaan mudharabah PT. Bank Syariah Mandiri dengan pengukuran pembiayaan mudharabah yang diatur dalam PSAK No. 59 paragraf 15 mengalami kesesuaian, sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa pengukuran modal mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 15. Setiap pembayaran kembali atas pembayaran mudharabah oleh pengelola dana mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan di akui sebagai kerugian bank. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk nonkas maka kegiatan usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang tersebut diterima oleh pengelola dana dalam kondisi siap dipergunakan. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. Apabila pembiayaan diberkan dalam bentuk nonkas dan barang tersebut mengalami penurunan nilai 36 pada saat atu setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha, maka rugi tersebut tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasi. 3. Pengakuan laba atau rugi mudharabah Apabila pembayaran mudharabah melewati satu periode pelaporan: a.Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; dan b. Rugi yang terjadi dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. Pada laba dan rugi mudharabah pada Bank Syariah Mandiri dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank. Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan dari aktiva yang produktif lainnya yang akan akan dibagikan kepada nasabah penyimpan dana pada bank, dihitung secara proporsional sesuai dengan alokasi dana nasabah yang dipakai dalam pembiayaan yang diberikan dan dari aktiva produktif lainnya yang disalurkan. Pendapatan margin dan bagi hasil dari pembiayaan yang diberikan dan aktiva produktif lainnya yang memadai dana bank, seluruhnya menjadi milik bank. Setelah dijurnal maka data-data dari segala hal yang berkaitan dengan mudharabah seperti: Jumlah pembiayaan yang akan diberikan, kumulatif besarnya pelunasan atau cicilan pembiayaan dalam jangka waktu yang 37 telah ditetapkan dikurangi penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) disajikan kedalam laporan keuangan : neraca, laba-rugi dan cash flow. Pengakuan laba dan rugi mudharabah telah sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 23-28 yang isinya antara lain: Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurangan pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana. Berikut pencatatan akuntansi bagi hasil (pembiayaan) Mudharabah PT. Bank Syariah Mandiri : 38 PT. Bank Syariah mandiri ( Shahibul maal ) menyetujui pembiayaan modal kerja untuk PT. Ancol Terang dengan menggunakan akad mudharabah sebesar Rp. 64.8000.000,- dalam bentuk tunai dengan jangka waktu 36 bulan, nisbah bagi hasil 60 untuk BSM dan 40 untuk nasabah, biaya administrasi 1% dari plafond yang harus dibayar sebelum pencairan pembiayaan dan dengan proyeksi keuntungan Rp. 3.000.000,- perbulan, pengembalian modal diangsur perbulan. Dari taransaksi diatas maka pencatatannya adalah sebagai berikut : 1. Pada saat PT. Ancol Terang membayar administrasi sebesar 1% dari plafond : Kas/ rekening PT. Ancol Terang Rp. 648.000 Pendapatan dari biaya administrasi atas Pembiayaan Mudharabah PT. ancol Terang Rp. 648.000 Perhitungan : Akad mudharabah x Biaya administrasi = Rp. 64.800.000 x 1% = Rp. 648.000 Pengenaan biaya administrasi ini telah disepakati oleh pengelola dana dimuka. Dalam hal ini, pihak bank mengakui biaya administrasi yang dibayarkan oleh nasabah sebagai pendapatan 39 bank. Penerapan akuntasi pengenaan biaya dalam pembiayaan mudharabah telah sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 15. 2. Pada saat Bank Syariah Mandiri mencairkan pembiayaan : Pembiayaan Mudharabah PT. Ancol Rp. 64.800.000 terang Kas Rp. 64.800.000 Pencairan pembayaran ini telah sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 15 dimana pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran. 3. Pada saat BSM mendapatkan keuntungan pertama : Kas/ rekening Pendapatan Mudharabah Terang Rp. bagi PT. hasil 1.800.000 ancol Rp. 1.800.000 Perhitungan : Bank : Mudharib = 60% : 40% Rumus = Nisbah x Revenue sharing Bank = 60% x Rp. 3.000.000 = Rp. 1.800.000 Mudharib = 40% x Rp. 3.000.000 = Rp. 1.200.000 40 Penerapan akuntansi saat penerimaan pendapatan yang diperoleh dari laba pembiayaan mudharabah berdasarkan pendapatan usaha pengelola dana ( revenue sharing ) telah sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 23. Informasi laba pembiayaan mudharabah diperoleh pihak Bank Syariah Mndiri melalui laporan bagi hasil bagi pengelola dana, perolehan informasi laba tersebut tidak bertentangan dengan PSAK No.59 paragaraf 24. 4. Pada saat PT. Ancol Terang membayar angsuran ke-1( s/d tahun ke-3 ) untuk pengembalian modal sebesar Rp. 1.800.000 : Kas/ rekening PT. Ancol Terang Rp. Pembiayaan Mudharabah PT. 1.800.000 ancol Terang Rp. 1.800.000 Pengembalian akuntansi pada saat pengembalian modal sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 16. C. Perbandingan Revenue Sharing Bagi Hasil Mudharabah dengan Profit Sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri. Perbedaan antara sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah tidak diterpakannya bunga sebagai pranata beroperasinya sisitem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi islam, bunga dapat dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah 41 islamiah. Sebagai gantinya , sistem ekonomi islam menggantinya dengan pranata “bagi hasil” yang dihalalkan oleh syariah islamiahberdasarkan AlQuran dan Al Hadits. Dalam praktiknya, ketentuan bagi hasil usaha harus ditentukan dimuka atau pada awal akad/kontrak usaha disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad. Porsi bagi hasil biasanya ditentukan dengan suatu perbandingan, misalnya 60 : 40 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan didistribusikan sebesar 60% didistribusikan kepada pengelola dana (mudharib) dan 40% didistribusikan kepada pemilik dana/investor (shahibul maal). 1. Menghitung saldo rata-rata dari sumber dana bank. Giro Wadiah : Rp. 60.000 Tabungan Mudharabah : Rp. 150.000 Deposito Mudharabah 1 bulan : Rp. 50.000 Deposito Mudharabah 3 bulan : Rp. 40.000 Deposito Mudharabah 6 bulan : Rp. 175.000 Deposito Mudharabah 12 bulan : Rp. 75.000 Total Sumber Dana : Rp. 550.000 2. Menghitung rata-rata pelemparan dana yang dilakukan oleh bank dalam sebulan, kemudian menghitung jumlah total pelemparan dana baik dalam bentuk pembiayaan bagi hasil, jual beli maupun SBPU. Jumlah posisi rata-rata pelemparan dana dari hasil perhitungan diatas adalah : 42 Pembiayaan : Rp. 480.000 SBPU : Rp. 100.000 3. Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah, dengan menghitung jumlah dari : Pendapatan Pembiayaan : Rp. 8.000 Pendapatan SBPU : Rp. 2.000 Dalam menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Membandingkan antara Total Aktiva Produktif dengan Total Dana Pihak III, dalam hal ini Total Aktiva Produktif > Total Dana Pihak III. Total dana Pihak III Rp. 550.000 semua digunakan sebagai sumber dana aktiva produktif. Dengan rincian Rp. 480.000 dialokasikan kedalam pembiayaan dan Rp. 70.000 kedalam SBPU b. Menghitung porsi pendapatan yang dibagikan dari masingmasing jenis aktiva produktif berdasarkan alokasi sumber dana diatas. Pembiayaan : (480.000/480.000) x 8.000 = 8.000 SBPU : (70.000/100.000) x 2.000 Jumlah total pendapatan di bagikan = 1.400 + 9.400 4. Perhitungan bagi hasil nasabah a.Menghitung jumlah pendapatan dibagikan untuk masing-masing dana 43 Tabungan : (150.000/550.000) x 9.400 = 2.564 Deposito 1 bulan : (50.000/550.000) x 9.400 = 855 Deposito 3 bulan : (40.000/550.000) x 9.400 = 684 Deposito 6 bulan : (175.000/550.000) x 9.400 = 2.991 Deposito 12 bulan : (75.000/550.000) x 9.400 = 1.282 b. Menghitung pendapatan bagi hasil yang akan dibayarkan kepada masing-masing jenis dana sesuai dengan kesepakatan nisbah Tabungan : 45/100 x 2.564 = 1.154 Deposito 1 bulan : 65/100 x 855 = 556 Deposito 3 bulan : 66/100 x 684 = 451 Deposito 6 bulan : 66/100 x 2.991 = 1.974 Deposito 12 bulan : 67/100 x 1.282 = 859 c.Menghitung ekuivalen rate untuk masing-masing jenis sumber dana untuk jangka waktu 31 hari Tabungan : (1.154/150.000) x 365/31 x 100% = 9.06% Deposito 1 bulan : (556/50.000) x 365/31 x 100% = 13.09% Deposito 3 bulan: (451/40.000) x 365/31 x 100% = 13.28% Deposito 6 bulan : (1.974/175.000) x 365/31 x 100% = 13.28% Deposito 12 bulan : (859/75.000) x 36/31 x 100%= 13.49% Pada umumnya bank-bank syariah di Indonesia dalam perhitungan bagi hasilnya menggunakan sistem bobot pada setiap dana investasi, dengan mengalikan prosentase bobot tersebut dengan saldo rata-rata. Semakin labil investasi tersebut semakin 44 kecil bobot yang dikenakan, dan semakin stabil investasi maka semakin besar bobot yang dikenakan pada investasi tersebut, hal ini diterapkan sebagai bentuk dari pengamanan risiko pada setiap dana invesatasi. Bobot akan mempengaruhi besarnya bagi hasil yang akan didistribusikan sehingga akan berdampak pada bagi hasil yang akan diterima oleh pemilik dana. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan sistem revenue sharing yang menggunakan bobot pada tabel diatas. 5. Profit Sharing Bagi hasil menurut prinsip profit sharing pada dasarnya hamper sama dengan revenue sharing. Dalam profit sharing hasil yang akan dibagi adalah profit yaitu operating revenue dari pembiayaan, missal nya 30% dari operating revenue. Disamping itu, nisbah atau ratio bagi hasil biasanya lebih besar bagi deposan. Untuk selanjutnya proses bagi hasil berdasarkan revenue sharing Berikut ini perhitungan laba/rugi pengelola dana mudharabah tahun 2007: Penjualan Rp 1.000.000,00 Harga Pokok penjualan Rp 600.000,00 Laba Kotor Rp 400.000,00 Biaya-biaya Rp 300.000,00 Laba (rugi) bersih Rp 100.000,00 45 Metode bagi hasil a) Bila profit sharing, dengan nisbah Bank Syariah Mandiri ; pengelola = 40:60 maka bagi hasil untuk : Bank Syariah Msndiri : 40% x Rp 100.000,00= Rp 40.000,00 Pengelola : 60% x Rp 100.000,00 = Rp 60.000,00 b) Bila metode revenue sharing, nisbah bank syariah mandiri: pengelola = 4 : 96 maka bagi hasilnya : Bank Syariah Mandiri : 4% x Rp 1.000.000,00 = Rp 40.000,00 Pengelola : 96% x Rp 1.000.000,00 = Rp 960.000,00 Dalam perhitungan laba/rugi pengelola dana mudharabah tahun 2007 terlihat aplikasi keduanya ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing. Pada profit sharing, semua pihak yang terlibat dalam akad akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan laba yang diperoleha tau bahkan tidak mendapatkan laba apabila pengelola dana mengalami kerugian yang normal. Disini unsur keadilan dalam berusaha betul-betul diterapkan. Apabila pengelola dana mendapatkan laba besar, sedangkan kalau labanya kecil maka pemilik dana juga mendapatkan bagai hasil dalam jumlah yang kecil pula. Kalau hanya dilihat dari aspek ekonomi saja maka profit sharing mempunyai kelemahan dibandingkan dengan prinsip bunga. Untuk mengurangi risiko ditolaknya calon investor yang akan menginvestasikan dananya maka pengelola dana dapat memberikan porsi bagi hasil lebih besar dibandingkan dengan porsi bagi hasil menurut revenue sharing. 46 Dalam revenue sharing, kedua belah pihak akan selalu mendapatkan bagi hasil, karena bagi hasil dihitung dari pendapatan pengelola dana. Sepanjang pengelola dana memperoleh revenue maka pemilik dana akan mendapatkan distribusi bagi hasil. Dari uraian diatas terlihat bahwa profit sharing merupakan pendapatan usaha dikurangi dengan bbeban usah untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut, sedangkan revenue sharing merupakan pendapatan usha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Maka hasilnya revenue sharing dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk nasabah. Atas dasar prinsip yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri yaitu prinsip revenue sharing, maka PT. Bank Syariah Mandiri mampu untuk bersaing dengan Bank Konvensional. Karena nilai yang diterima dapat membagi keuntungan yang besar untuk nasabah. 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya atas analisis Revenue sharing bagi hasil mudharabah dan profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri, maka kesimpulan yang didapat penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagi Hasil Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. 2. Bagi hasil mudharabah yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri sesuai dengan PSAK No.59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah dalam akuntansi pembiayaan mudharabah. 3. Hasil analisis antara perbandingan revenue sharing bagi hasil mudharabah dan profit sharing pada Bank Syariah mandiri adalah dengan metode revenue sharing dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk nasabah dibandingkan dengan profit sharing. Atas dasar prinsip yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri yaitu prinsip revenue sharing, maka PT. Bank Syariah Mandiri mampu untuk bersaing dengan Bank Konvensional. Karena nilai yang diterima dapat membagi keuntungan yang besar untuk nasabah. 48 B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian analisis pendapatan bagi hasil mudharabah terhadap profitabilitas diatas, maka saran – saran yang dapat di berikan penulis adalah: 1. PSAK No. 59 sebagai pedoman dalam perlakuan akuntansi bank syariah dalam prakteknya harus tetap dijadikan standar dalam operasional PT. Bank Syariah Mandiri. 2. Melakukan sosialisasi melalui seminar, workshop, dan pelatihan mengenai Perbankan Syariah khususnya untuk produk pembiayaan mudharabah dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat. 49 DAFTAR PUSTAKA Al – Qur’an Al – Karim. Surat Shad / 38 : 24, Surat Annisa / 4 : 12, Surat Al – Baqarah / 2 : 282. Antonio Syafi’I. 2002. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute, Jakarta. Antonio Syafi’I. 2004. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta. Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah, DSN MUI dan Bank Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah, IAI, Jakarta. Lapoliwa dan Kuswandi. 2002. Akuntansi Perbankan, Jilid 1, Edisi ke-6 IBI, Jakarta. Muhamad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, UPP AMK YKPN, Yogyakarta. Muhammad,wiroso dan harahap. 2005. Akuntansi perbankan Syariah, LPFE USAKTI, Jakarta. Triyuwono dan As’udi. 2002. Akuntansi Syariah, Salemba Empat, Jakarta Weaygant , Kieso and Warfield. 2002. Accounting Principles, Tenth Edition, John Wiley and Sons Inc. Wiyono slamet. 2005. Cara mudah memahami akuntansi perbankan syariah, Grasindo, Jakarata www.syariahmandiri.co.id