ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN

advertisement
ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN
PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk.
SKRIPSI
Program Studi Akuntansi
NAMA
: WAHYU
NIM
: 43205010155
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN
PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk.
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperolrh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi
NAMA
: WAHYU
NIM
: 43205010155
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Wahyu
NIM
: 43205010155
Program Studi
: Akuntansi ( S-1 )
Judul Skripsi
: Analisis Revenue Sharing Bagi Hasil Mudharabah dan
Profit Sharing Pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk.
Tanggal Ujian Skripsi : 24 Agustus 2009
Disahkan Oleh :
Pembimbing
( Hari Setiyawati,SE,Ak.,M.Si )
Tanggal :
Dekan Fakultas Ekonomi
Ketua Program Studi Akuntansi S1,
( Dra. Yuli Harwani, SE, MM )
( Nurul Hidayah,SE,Ak,M.Si )
Tanggal:
Tanggal:
i
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
SKRIPSI
ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN
PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk.
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama
: Wahyu
NIM
: 43205010155
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 24 Agustus 2009
Susunan Dewan Penguji
Ketua Penguji,
( Hari Setiyawati,SE,Ak.,M.Si )
Anggota Penguji I,
( Ratna Mappanyuki,SE,Ak.,M.Si )
Anggota Penguji II,
( Syarhil Djaddang,SE,Ak.,Msi )
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum WR. WB.
Alhamdulillah dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat
taufik dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa
Universitas Mercu Buana dalam mengakhiri perkuliahan dan juga merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan program Srata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Adapun judul yang penulis pilih dalam skipsi ini adalah “ANALISIS REVENUE
SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIT SHARING PADA PT.
BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk.”.
Namun dalam penulisan skripsi ini penulis mengalami beberapa hambatan dan pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal, walaupun masih banyak
kekurangan – kekurangan. Hal tersebut merupakan keterbatasan dari pengetahuan penulis.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapet terselesaikan. Adapun ucapan terima kasih yaitu
kepada :
1. Bapak H. Probosutedjo, selaku ketua Yayasan Menara Bakti Universitas Mercu
Buana.
2. Bapak Prof. DR. Ir. Suharyadi, M.Si, selaku Rektor Universitas Mercu Buana.
3. Ibu Dra. Yuli Harwani, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu
Buana.
4. Ibu Nurul Hidayah, SE. Ak. M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Mercu Buana.
iii
5. Ibu Hari Setiawati, SE. Ak. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Materi dan Teknis, yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran
yang berguna dalam penyusunan skripsi.
6. Untuk Papa dan Mamaku tercinta, yang selama ini telah banyak memberikan
dorongan dan semangat dalam mengiringi penulis dengan doa kepada Allah SWT.
Serta kakak – kakakku dan adikku tercinta yang selalu memberikan saran, nasihat dan
perhatian yang tidak terkira.
7. Para Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana, yang telah memberikan
ilmunya dan mendidik penulis sampai penulis lulus menjadi sarjana.
8. PT. Bank Syariah Mandiri, yang memberikan izin riset dan data – data yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Untuk Uswatun Hasanah dan sahabat – sahabatku, Oki, bowo, achonk, rico, bani,
iyan, obet, crew bulux coffe yang selalu bersama selama dalam perkuliahan. Untuk
teman – teman angkatan 2004,2005 dan 2006 akuntansi yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi pada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Harapan penulis semoga bantuan yang diberikan tersebut mendapat imbalan yang tak
terhingga dari Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari sempurna..
Dan akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri maupun pembacanya. Segala kritik dan saran akan penulis terima dengan hati terbuka
demi kesempurnaan skripsi ini.
Wasalamual’aikum WR. WB.
Jakarta, 12 Agustus 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................
iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL.................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
viii
ABSTRAK.............................................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar balakang.............................................................................................
1
B. Perumusan Masalah....................................................................................
3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah...............................................................................................
5
1. Pengertian Bank Syariah.......................................................................
5
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah............................................................
6
3. Tujuan Bank Syariah.............................................................................
6
4. Perbedaan Bank Syariah dengan bank Konvensional..........................
8
B. Bagi hasil………………………………………………………………..
8
1. Pengertian Bagi Hasil……………………………………………….
8
2. Jenis- jenis akad Bagi Hasil…………………………………………
11
3. Pendapatan Bagi Hasil………………………………………………
12
C. Mudharabah...............................................................................................
13
v
1. Pengertian Mudharabah........................................................................ 13
2. Jenis – Jenis Mudharabah..................................................................... 14
3. Aplikasi dalam perbankan..................................................................... 14
4. Manfaat Pembiayaan Mudharabah........................................................ 15
5. Resiko Pembiayaan Mudharabah........................................................... 15
6. Pengakuan dan pengukuran Akuntansi Mudharabah menurut
PSAK No.59.......................................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan .................................................................... 20
B. Metode penelitian ....................................................................................... 24
C. Metode Pengumpulan Data......................................................................... 25
D. Definisi Operasional Variabel...................................................................... 25
E. Metode Analisis Data.................................................................................... 26
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bagi hasil Mudharabah................................................................................. 27
B. Penerapan akntansi Pembiayaan Mudharabah pada
PT. Bank syariah Mandiri
………………………………………….. 30
C. Perbandingan Revenue Sharing dengan Profit Sharing pada
PT. Bank Syariah Mandiri……………………………………………….
39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................. 45
B. Saran........................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 :
Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional………………….
Tabel 2.2 :
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil.…………………………….. 12
vii
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Stuktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri………………… 47
Lampiran 2
: Laporan Keuangan Neraca dan Laba Rugi……………………. 48
viii
ANALISIS REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN
PROFIT SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk.
ABSTRAKSI
Bank Islam dalam beroperasi berbeda dengan Bank Konvensional, Bank islam
beroperasiatas dasar prinsip syariah yaitu berdasarkan system bagi hasil. Dimana dalam
perhitunganpendapatan bagi hasil menggunakan dua metode yaitu metode Revenue Sharing
dan Profit Sharing. PT. Bank Syariah Mandiri dalam perhitungannya menggunakan prinsip
Revenue Sharing. Tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui perhitungan
pendapatan bagi hasil anatara kedua metode tersebut dan bagaimana perbandingan dari
hasil pendapatanbagi hasil anatara kedua metode tersebut pada PT. Bank Syariah Mandiri.
Sistem Bagi Hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank dengan
penyimpanan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Berdasarkan dari
hasil penelitian yang penulis peroleh, pendapatan bagi hasil antara metode Revenue Sharing
dengan Profit Sharing terjadi penurunan. Penurunan pendapatan margin dan bagi hasil
dikarenakan biaya pengolahan dana pihak ketiga ditanggung bersama antara pemilik dana
dan pengelola dana..
Metode revenue sharing dinilai lebih baik dibandingkan dengan prinsip profit
sharing. Maka hasil dari prinsip revenue sharing dapat memberikan keuntungan yang lebih
besar untuk nasabah. Atas dasar prinsip yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri
yaitu prinsip revenue sharing, maka PT. Bank Syariah Mandiri mampu untuk bersaing
dengan Bank Konvensional. Karena nilai yang diterima dapat membagi keuntungan yang
besar untuk nasabah.
Kata kunci : Bagi Hasil Mudharabah, PSAK No.59.
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor perbankan merupakan media terpenting dalam perekonomian
karena bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara
keuangan
(financial
Intermediaries).
Sebagai
Financial
Intermediaries bank bank berfungsi menyalurkan dana dari pihak yang
berkelebihan dan (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan
dana atau kekurangan dana (defisit unit) pada waktu yang di tentukan.
Sebagai lembaga penghimpun dana pada umunya bank menciptakan
produk-produk pendanaan seperti Giro,Tabungan, Deposito dan lain
sebagainya untuk di salurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan fasilitas
pembiayaan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Kegiatan sebagai perantara
keuangan bagi sebagian besar bank masih di andalkan sebagai salah satu
sumber pendapatan yang terbesar.
Semakin pesatnya perkembangan dan pertumbuhan bisnis dunia
perbankan,
membuat
persaingan
antar
bank
semakin
ketat
dalam
memghimpun dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat
menjadi semakun penting bagi sebuah bank dikaitkan dengan fungsi bank
dalam memberi kredit. Keadaan ini membuat setiap bank mengerahkan segala
kemampuannya , terutama melalui strategi usahanya untuk menghimpun dana
dari masyarakat sebesar-besarnya.
1
2
Penduduk indonesia yang jumlahnya lebih dari 250 juta jiwa akan
memberikan sumber dana yang besar bila dapat dikerahkan secara optimal.
Sebagian besar penduduk indonesia adalah muslim atau mayoritas beragama
islam. Ini merupakan potensi yang sangat besar dalam mendukung
pembangunan ekonomi nasional khususnya pengerahan dana dalam bisnis
perbankan. Keadaan ini sangat penting artinya bagi kelangsungan bank. Bank
berlomba menawarkan produknya baik berupa produk penyaluran dana
(kredit) dan pengerahan dana seperti tabungan, deposito, dan giro dengan
tingkat suku bunga yang tinggi dan hadiah-hadiah yang menarik.
Perbankan syariah dalam memberikan imbalan jasa atas dana yang
telah dihimpun dari masyarakat bukan dalam bentuk persentase bunga tetapi
memberikan keuntungan berdasarkan sisitem bagi hasil yaitu keuntungan yang
diberikan kepada nasabah sesuai dengan nisbah atau porsi yang telah
ditetapkan oleh bank. Keuntungan yang diperoleh berdasarkan pada hasil
penyaluran dana (kredit) kepada masyarakat. Bank yang menggunakan konsep
bagi hasil dengan berdasarkan syariah islam adalah PT. Bank Syariah Mandiri
Tbk.
PT.
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi
operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang
menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif
jasa perbankan di Indonesia.
3
Salah satu produk pembiayaan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri
adalah Mudharabah yaitu perjanjian (akad) antara penanaman dana (Bank)
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumya.
Berdasarkan keadaan tersebut permasalahan ini
menjadi menarik,
maka penulis bermaksud untuk meneliti dan memahami dalam permasalahan
ini dan di tuangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul ”ANALISIS
REVENUE SHARING BAGI HASIL MUDHARABAH DAN PROFIR
SHARING PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI Tbk.”
B. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah bagi hasil mudharabah yang diterapkan Bank Syariah Mandiri
telah sesuai dengan PSAK No.59 Tentang Akuntansi Perbankan
Syariah ?
2. Bagaimana
perbandingan revenue sharing bagi hasil mudharabah
dengan metode profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk ?
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis revenue sharing
bagi hasil mudharabah dan profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri
Tbk.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi penulis
Merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan di bidang
perbankan, khususnya Bank Syariah.
b. Bagi perusahaan
Memberikan masukan yang positif bagi perusahaan dan sebagai
acuan evaluasi bagi perusahaan guna menentukan kebijakan yang
akan datang.
c. Bagi pihak lain
Dapat menjadi bahan pelengkap data dan informasi mengenai Bank
Syariah.
5
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Perbankan Syariah
Pengertian bank syariah menurut Muhammad (2002 : 1) adalah
“lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam”.
Perbankan
syariah
adalah
suatu
sistem
perbankan
yang
dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan
sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut
maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta
larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram.
Salah satu fungsi dari perbankan syariah sebagai lembaga
keuangan adalah menghimpun dana masyarakat. Sistem perbankan syariah
merupakan sistem perbankan yang paling baik untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang berkeadilan karena sistem
syariah dilaksanakan atas prinsip kebersamaan.
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Menurut Heri (2003 : 39), fungsi dan peran bank syariah yang
diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang
5
6
dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
Financial for Islamic Institution), sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah yang mengelola investasi dana
nasabah
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilkinya maupun dana nasabah yang dipercayakan
kepadanya
c. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank
syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan
perbankan sebagaimana lazimnya
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada
entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban
untuk
mengeluarkan
dan
mengelola
(menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya.
3. Tujuan Bank Syariah
Menurut (Zainul 2003), dalam perbankan konvensional terdapat
kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh syariat Islam seperti menerima dan
membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan
barang-barang dilarang menurut syariat Islam seperti minuman keras.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait dengan
prinsip utama berupa :
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi
b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah
c. Memberikan zakat.
7
Sedangkan menurut Warkum (2004 : 17), Bank syariah
mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat
secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan
perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenisjenis usaha / perdagangan lain yang mengandung unsur gharar
(tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut dilarang dalam
Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi umat
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan
jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar
tidak terjadi kesenajangan yang amat besar antara pemilik
modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana
(orang miskin)
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan
membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada
kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang
produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha
(berwirausaha)
d. Untuk membantu menanggulani (mengentaskan) masalah
kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama
dari negara-negara yang sedang berkembang
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan aktifitasaktifitas bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan
inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan
persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan,
khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga
keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik
dari dalam maupun luar negeri
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap
bank non-syariah (konvensional) yang menyebabkan uamt
Islam berada dalam kekuasan bank, sehingga umat Islam tidak
bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama di
bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensial
Secara teknis, menabung di Bank Syariah dengan yang berlaku di
Bank Konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena Bank
Syariah maupun Bank Konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis
8
perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam terdapat
beberapa perbedaan diantara keduanya.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Islam
Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi yang Aspek investasi halal tidak menjadi
halal saja
pertimbangan utama
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual Memakai perangkat bunga
beli dan sewa
3. Profit dan falah oriented
Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
bentuk hubungan kemitraan
hubungan debitor-kreditor
5. Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat Dewan Pengawas
harus sesuai dengan fatwah Dewan
Pengawas Syariah
Sumber: Bank Syariah dari Teori ke PraktiK
B. Bagi Hasil
1. Pengertian Bagi Hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi
hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang
9
ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang
berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu
pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil
antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan
harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing
pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam
perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu:
a. Profit Sharing
Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan
kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah
profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai
pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima
atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Sistem profit and loss sharing
dalam pelaksanaannya
merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal
(Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan
kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat
kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan
akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal
10
perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal
investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola
modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja
yang telah dilakukannya.
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan
dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih
dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses
usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya
usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan
dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya
menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan
bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas
pengurangan total cost terhadap total revenue.
b. Revenue Sharing
Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang
diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam
bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak
lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva
produktif dengan hasil penerimaan bank.
Perbankan
Syari'ah
memperkenalkan
sistem
pada
masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil
11
yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa
dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan
yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue
sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung
berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam
menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank.
2. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil
Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah
secara umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah,
Mudharabah, Muzara’ah dan Musaqah. Namun, pada penerapannya
prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil,
pada umumnya bank
syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad Musyarakah dan
Mudharabah.
a. Musyarakah (Joint Venture Profit & Loss Sharing)
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
12
b. Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Mudharabah Adalah suatu pernyataan yang mengandung
pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain
agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi
antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung
oleh pemilik modal.
Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam
perbankan syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah:
1. Tabungan Mudharabah.
Yaitu, simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian.
2. Deposito Mudharabah.
Yaitu, merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo),
dengan mendapat imbalan bagi hasil.
3. Pendapatan Bagi Hasil
Bagi hasil akan memperoleh pendapatan dari berbagai pembiayaan
yang disalurkan kepada nasabah. Berikut adalah perbedaan bunga dan bagi
hasil menurut Iwan Triyuwono dan As’udi (2003 : 43) yaitu :
13
Table.2.2
Perbedaan bunga dan bagi hasil
Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga pada akad dengan Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil
asumsi harus selalu untung
dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan rugi
Besarnya
pada
persentase
jumlah
berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil tergantung pada
modal
yang jumlah keuntungan yang diperoleh
dipinjamkan
Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek
yang dijanjikan tanpa pertimbangan yang
dijalankan.
apakah proyek yang dijalankan oleh kerugian,
pihak nasabah untung/rugi
maka
Bila
usaha
kerugian
mengalami
tersebut
akan
ditanggung bersama.
Jumlah pembayaran tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
sekalipun
berlipat
jumlah
atau
keuntungan dengan peningkatan jumlah pandapatan
keadaan
ekonomi
sedang berkembang
Eksitensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
tidak dikecam) oleh semua agama hasil
termasuk islam
Sumber: Bank Syariah dari Teori ke Praktik
14
C. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Memurut Muhamad Syafi`I Antonio ( 2002:95 ) mengemukakan
pengertian bagi hasil mudarabah sebagai berikut:
Mudarabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama ( Shahibul maal ) menyediakan (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola.
Definisi bagi hasil mudarabah menurut Muhammad (2004: 188)
pengertian bagi hasil mudharabah adalah sebagai berikut :
“Mudarabah adalah perjanjian antara penanaman dana dan pengelola dan
untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumya”
2. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum bagi hasil mudharabah terbagi manjadi dua jenis
menurut Muhammad Syafi`I Antonio (2002:97) adalah sebagai berikut :
a. Mudharabah muthalaqah adalah bentuk kerjasama antara pihak
pertama (shahibul maal) dan mudharb (pengelola modal/pengusaha)
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi,
jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
b. Mudarabah
muqayyah
atau
disebut
juga
istilah
restricted
mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari
15
mudharabah muthlaqah. Dimana si mudharib (pengelola modal)
dibatasi dengan jenis usaha, waktu dan tempat usaha.
3.
Aplikasi dalam Perbankan
Bagi hasil mudharabh biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pandanaan. Menurut Muhammad Syafi`i Antonio
(2002:97) sisi penghimpunan dana, bagi jasil mudharabh diterapkan pada :
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan sebagainya.
b. Deposito spesial (special investment) dimana yang dititipkan nasabah
khusus untuk bisnis tertentu.
Adapun sisi pembiayaan menurut Muhamad Syafi`I Antinio
(2002:97), bagi hasil mudharabah diterapkan untuk :
a. Pembiayaan modal kerja seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus dengan penyalurran yang khusus dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh sahibul maal.
4. Manfaat Bagi Hasil Mudharabah
Manfaat dari bagi hasil mudharabah menurut Muhamad
Syafi`i Antinio(2002:97) adalah sebagai berikut :
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau
usaha bank sehingga tidak akan pernah mengalami negative spread.
16
c. Pengembalian pkok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau
arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati(prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan, karena keuntungan
yang kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Resiko Bagi hasil Mudharabah
Resiko bagi hasil mudharabah menurut Muhamad Syafi`i
Antinio(2002:98) adalah sebagi berikut :
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak;
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
c. Penyembuyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur.
6. Pengakuan dan pengukuran akuntansi mudharabah menurut PSAK No.59
Sesuai dengan hukum syariah, modal harus diketahui baik dari segi
kuantitas maupun kualitas, dan hal ini akan merupakan hal besar dari
penilaian, dimana keuangan mudharabah disajikan dalam pembukuan
bank. Kemudian ketentuan pemberian modal harus disepakati yakni
pemberian dalam bentuk tunai. Sesuai dengan kebijakan saat ini,
modalbisa diberikan dalam bentuk aset perniagaan dan dalam nilai aset
tersebut pada saat pengadaan kontrak tersebut senila/sama dengan modal
yang akan diberikan dalam mudharabah. Ketentuan tersebut juga
17
merupakan dasar dalam penentuan jumlah modal mudharabah pada saat
pengadaan kontrak. Modal bisa juga diberikan dalam bentuk aset non kas
yang siap digunakan dan pada saat pengadaan kontrak dalam modal
mudharabah, nilai pasar aset tersebut sesuai dengan realita yang ada.
Dalam hukum Syariah, ketetapan modal yang harus dibayar atau
diserahkan kepada mudharib sesuai dengan kebijakan persyaratan yang
telah ditentukan, bahwa dalam pembayaran akan dicairkan tanpa
penyesuaian akuisisi (perolehan) aktuanya. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga agar danaa mudharabah tidak diambil begitu saja tanpa adanya
persetujuan dari bank. Ada dua alasan yang tidak bisa digunakan dalam
penilaian aset non kas yang akan diterima oleh Bank Islam sebagai modal
adalah :
a. Ketentuan nilai yang telah disepakati oleh semua pihak, tentang
penilaian aset non-moneter yang akan diakui akuntansi keuangan.
b. Penerapan nilai tersebut yang disepakati bersama oleh para pihak dari
kontrak untuk menilai aset non-moneter akan menjurus kapada
penerapan konsep kejujuran representasional.
Dasar penghitungan biaya secara historis telah digunakan dalam
pengukuran modal mudharabah yang disediakan oleh bank tersebut setelah
penandatanganan kontrak yang merupakan salah satu dari persyaratan
kaidah atau peraturan syariah mudharabah sehubung dengan spesipikasi
modal dan pemeliharaan dari modal yang ditetapkan sampai waktu
diketahui keuntungan. Keuntungan adalah sejumlah pandapatan dari hasil
18
pengelolaan modal mudharabah. Keuntungan ini juga harus sesuai dengan
ciri-ciri pengukuran akuntansi.
Pengukuran dan pangakuan akuntansi bagi hasil mudharabah, telah
dijelaskan pada PSAK 59 tentang akuntansi Perbankan Syariah, paragraf
14 sapai dengan 17 sebagi berikut :
1. Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagi berikut :
(pr 14).
(a) Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran
kas atau penyerahaan aktiva non-kas kepada pengelola
dana (mudharib); dan
(b) Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap
diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahaan.
2. Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut :
(pr 15).
(a) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur
sejumlah
uang
yang
diberikan
bank
pada
saat
pembayaran;
(b) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non-kas :
(i)
Diukur sebesar nilai wajar aktiva non-kas pada saat
penyerahan; dan
(ii)
Selisih antara nilai dan nilai buku aktiva non-kas
diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank; dan
19
(c) Beban yang terjadi sehubung dengan mudharabah tidak
dapat diakui sebagai bagian pembiayaan mudharabah
kecuali telah disepakati bersama.
3. Setiap pembayaran kembali atas pembayaran mudharabah oleh
pengelola dana (mudharib) mengurangi saldo pembiayaan
mudharabah. (pr 16).
4. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum
dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya
tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak mudharib, maka
rugi tersebut mengurngi saldo pembiayaan mudharabah dan
diakui sebagai kerugian bank. (pr 17).
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT.Bank Syariah Mandiri
1. Lokasi Perusahaan
Kantor pusat PT.Bank Syariah Mandiri berlokasi dijalan M.H.
Thamrin No.5 Jakarta. Dengan kantor layanan sebanyak 328 kantor, yang
tersebar di 24 provinsi di seluruh Indonesia.
2. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam
perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan
Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan
pemerintah
Indonesia
merestrukturisasi
dan
terpaksa
mengambil
merekapitalisasi
sebagian
tindakan
untuk
bank-bank
di
Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan
November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi
tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut
memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau
dengan membuka cabang khusus syariah.
20
21
PT. Bank Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan
PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan
berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada
akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan
modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara,
Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank
Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT.
Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah
Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung
sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti
menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri
(Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan
merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi
PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani
M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta
No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT.
Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah
Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah
22
memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila
Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999,
Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila
Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri.
Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari
para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen
PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank
syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero).
PT.
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang
melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah
Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
3. Visi dan Misi serta Budaya PT. Bank Syariah Mandiri
a. Visi
Menjadikan Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha
b. Misi
23
1) Mewujudkan
pertumbuhan
dan
keuntungan
yang
berkesinambungan.
2) Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
3) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam
lingkungan kerja yang sehat.
4) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
5) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan
yang sehat.
c. Budaya Perusahaan
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran
pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan
yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh
pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank
Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat
“ETHIC”.
1) Excellence
Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang
terpadu dan berkesinambungan.
2) Teamwork
Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
3) Humanity
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.
24
4) Integrity
Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.
5) Customer Focus
Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk
menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang
terpercaya dan menguntungkan.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode deskriptif. Pemilihan ini sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk membuat deskripsi secara sisitematis
mengenai revenue sharing bagi hasil hasil mudharabah profitabilitas dan
profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk.
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara penelitian langsung ke
PT. Bank Syariah Mandiri. Data yang diperoleh adalah data primer dan
sekunder, berupa wawancara dan laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.
25
2. Penelitian Kepustakaan (library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data yang
bersifat teoritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian.
Cara mengumpulan data ini dari kepustakaan yang berupa buku,
artikel, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan skripsi ini.
D. Definisi Operasional Variabel
Berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam skripsi ini, maka
penulis menjabarkan definisi dari variabel yang akan diteliti yaitu:
1. Revenue sharing bagi hasil mudharabah
Revenue
sharing
adalah hasil yang diterima oleh bank dari
penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu
penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau
angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank.
2. Profit sharing bagi hasil
Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada
hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada
perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss
sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara
untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang
telah dilakukan.
26
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisa data-data
yang telah diperoleh, dihimpun, dan diolah dengan menggunakan metode
analisis deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif.
Metode analisis deskriptif kualitatif adalah metode analisis dengan
membandingkan keadaan dan data-data perusahaan yang ada baik itu
berupa data primer yaitu data yang berasal dari wawancara dan
pengamatan langsung ke lapangan atau perusahaan dan data sekunder
yaitu data-data yang berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi,
laporan keuangan dan data pendukung lainnya yang relevan, dengan
ukuran kualitas yang digunakan dalam hal ini adalah mengacu kepada
PSAK No. 59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah. Sedangkan metode
analisis deskriptif kuantitatif adalah metode analisis menggunakan angkaangka yaitu menghitung revenue sharing dan profit sharing lalu
menbandingkan nya.
27
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bagi Hasil Mudharabah
1. Bagi Hasil Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100%
modal dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang
terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
menciptakan laba optimal.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam
perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu:
c. Profit Sharing
Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan
kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
27
28
tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah
profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai
pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima
atas hasil usaha yang telah dilakukan.
Sistem profit and loss sharing
dalam pelaksanaannya
merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal
(Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan
kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat
kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan
akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal
perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal
investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola
modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja
yang telah dilakukannya.
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan
dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih
dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses
usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya
usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan
dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya
menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan
29
bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas
pengurangan total cost terhadap total revenue.
d. Revenue Sharing
Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang
diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam
bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak
lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva
produktif dengan hasil penerimaan bank.
Perbankan
Syari'ah
memperkenalkan
sistem
pada
masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil
yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa
dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan
yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue
sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung
berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam
menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank.
Mudharabah merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan islam
untuk memobilitasi dana masyarakat dan untuk menyediakan berbagai
fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan, bagi para pengusaha.
30
Mudharabah adalah suatu transaksi yang melibatkan sekurang-kurangnya
2 (dua) sifat, yaitu :
a. Pihak yang memiliki dan menyediakan modal guna membiayai proyek
atau usaha yang memerlukan pembiayaan ; pihak tersebut dinamakan
shahib Al-mal (shahibul mal) atau Rabb Al-mal.
b. Pihak pengusaha yang memerlukan modal dan menjalankan proyek
atau usaha yang dibiayai dengan modal dari shahib Al-mal (shahibul
Al-mal); pihak tersebut dinamakan Mudharib.
B. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Syariah
Mandiri
a. Penanganan akuntansi mudharabah
Modal ialah sejumlah uang atau asset yang diberikan oleh penyedia
dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
1. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
2. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk asset, maka asset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
3. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada
mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
31
Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal. Syarat keuntungan tersebut harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh diisyaratkan
hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk
prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan
nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah,
dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali
diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan.
b. Pengukuran Modal Mudharabah
Pengukuran Mudharabah yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri
adalah sebagai berikut:
1. Pada saat pengadaan kontrak
a. Bank memberikan modal mudharabah dalam bentuk tunai, maka
jumlah akan diukur dengan jumlah yang harus dibayar sesuai dengan
Mudharib.
b. Bila Bank memberikan modal dalam bentuk asset niaga, maka akan
diukur dengan nilai setara dengan nilai yang disepakati antara bank
dan mudharib, dan jika sesuai dengan penilaian realti terjadi
32
perbedaan antara nilai yang dianggap setara dengan nilai bukunya,
maka akan disahkan sebagai keuntungan atas kerugian dari bank
tersebut.
c. Modal tersebut asset nonmeneter untuk pemanfaatan asset itu akan
diukur pada nilai yang setara jika hasil taksiran tersebut berbeda
antara nilai setara dengan nilai buku, maka akan disahkan
keuntungan atau kerugian dari bank itu sendiri.
d. Pengeluaran untuk prosedur pengadaan kontrak yang dibayarkan
satu/dua belah pihak tidak dianggap sebagai modal mudhharabah
kecuali disepakati bersama.
2. Setelah pengadaan kontrak pada akhir jangka waktu transaksi
keuangan;
a. Modal Mudharabah akan dinilai setelah pengadaan kontrak;
b. Bila sebagian modal mudharabah hilang sebelumnya dimulai
pekerjaan karena rusak atau sebab-sebab lainnya tanpa pelanggaran
tau mudharib; maka kan dikurangkan dari modal mudharabah dan
kerugian tersebut akan diberlakukan sebagai utng jatuh tempo
dipihak mudharib.
c. Perlakukan akuntansi pembiayaan mudharabah menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59.
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59
paragraf 29-31 disebut :
33
bahwa dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidak terikat
pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, investasi tidak terikat diukurr sebesar nilai tercatat. Bagi
hasil investasi tidak terikat dialokasikan kepada bank dan pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang disepakati. Bagi hasil mudharabah dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu profit sharing dan
revenue sharing.
Investasi terikat adalah investasi yang terikat yang bersumber dari
pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank
sebgai manajer investasi berdasarkan mudharabah muqayyadah atau
sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan merupakan aktiva maupun
kewajiban bank karena bank tidak mempunyai hak untuk menggunakan
atau mengeluarkan investasi tersebut serta bank tidak memiliki
kewajiban mengambilkan atau menanggung resiko investasi.
1. Pengakuan dan pembiayaan mudharabah
a.Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana; dan
b. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui
setiap pembayaran atau penyerahan.
Pengakuan modal mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri
telah sesuai dengan penerapan PSAK No.59 paragraf 14 karena pasal
tersebut menyatakan bahawa pembiayaan mudharabah diakui pada
saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada
34
pengelola dana dan pembiayaan mudharabah yang diberikan secara
bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan.
Pengakuan modal mudharabah pada Bank Syariah mandiri dengan
pengakuan modal mudharabah yang diatur dalam PSAK No.59
paragraf 14 mengalami kmesesuaian, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengakuan modal mudharabah pada Bank syariah Mandiri
telah sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 14.
2. Pengukuran pembiayaan mudharabah
a.Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang
yang diberikan bank pada saat pembayaran;
b. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non kas:
1.
Diukur sebesar nilai wajar aktiva non kas pada saat
penyerahan; dan
2. Selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas diakui
sebagai keuntungan dan kerugian bank; dan
3. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak
dapat diakui sebagai bagian pembayaran kecuali telah
disepakati bersama.
Pengukuran modal mudharabah PT. Bank Syariah Mandiri telah
sesuai dengan PSAK No. 59 paragraf 15. Isi pasal tersebut mengatur
tentang pengukuran pembiayaan mudharabah antara lain: pembiayaan
mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan
bank pada saat pembayaran, pembiayaan mudharabah dalam bentuk
35
nonkas di ukur sebesar nilai wajar aktiva nonkas pada saat penyerahan,
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas di akui sebagai
keuntungan dan kerugian bank; dan beban yang terjadi sehubungan
dengan mudharabah tidak dapat diakuisebgai bagian pembiayaan
mudharabah kecualai telah disepakati bersama. Pengukuran pembiayaan
mudharabah PT. Bank Syariah Mandiri dengan pengukuran pembiayaan
mudharabah yang diatur dalam PSAK No. 59 paragraf 15 mengalami
kesesuaian, sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa pengukuran
modal mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan
PSAK No. 59 paragraf 15.
Setiap pembayaran kembali atas pembayaran mudharabah oleh
pengelola dana mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. Apabila
sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha
karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau
kesalahan pihak pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo
pembiayaan mudharabah dan di akui sebagai kerugian bank. Apabila
pembiayaan diberikan dalam bentuk nonkas maka kegiatan usaha
mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang tersebut diterima oleh
pengelola dana dalam kondisi siap dipergunakan. Apabila sebagian
pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan
pengelola dana,
maka rugi tersebut
diperhitungkan pada saat bagi hasil. Apabila pembiayaan diberkan
dalam bentuk nonkas dan barang tersebut mengalami penurunan nilai
36
pada saat atu setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan
usaha, maka rugi tersebut tidak langsung mengurangi jumlah
pembiayaan namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasi.
3. Pengakuan laba atau rugi mudharabah
Apabila pembayaran mudharabah melewati satu periode pelaporan:
a.Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak
bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; dan
b. Rugi yang terjadi dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
Pada laba dan rugi mudharabah pada Bank Syariah Mandiri
dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola
dana yang diterima oleh bank. Jumlah pendapatan margin dan
bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan dari aktiva yang
produktif lainnya yang akan akan dibagikan kepada nasabah
penyimpan dana pada bank, dihitung secara proporsional sesuai
dengan alokasi dana nasabah yang dipakai dalam pembiayaan
yang diberikan dan dari aktiva produktif lainnya yang disalurkan.
Pendapatan margin dan bagi hasil dari pembiayaan yang
diberikan dan aktiva produktif lainnya yang memadai dana bank,
seluruhnya menjadi milik bank. Setelah dijurnal maka data-data
dari segala hal yang berkaitan dengan mudharabah seperti:
Jumlah pembiayaan yang akan diberikan, kumulatif besarnya
pelunasan atau cicilan pembiayaan dalam jangka waktu yang
37
telah ditetapkan dikurangi penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) disajikan kedalam laporan keuangan : neraca,
laba-rugi dan cash flow.
Pengakuan laba dan rugi mudharabah telah sesuai dengan
PSAK No. 59 paragraf 23-28 yang isinya antara lain:
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue
sharing).
Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
dana
mudharabah.
Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan
pengelolaan mudharabah.
Rugi
pembiayaan
mudharabah
yang
diakibatkan
penghentian mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui
sebagai pengurangan pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan
yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana
dibebankan pada pengelola dana. Bagian laba bank yang tidak
dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah selesai
atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada pengelola dana.
Berikut pencatatan akuntansi bagi hasil (pembiayaan) Mudharabah
PT. Bank Syariah Mandiri :
38
PT. Bank Syariah mandiri ( Shahibul maal ) menyetujui
pembiayaan modal kerja untuk PT. Ancol Terang dengan
menggunakan akad mudharabah sebesar Rp. 64.8000.000,- dalam
bentuk tunai dengan jangka waktu 36 bulan, nisbah bagi hasil 60
untuk BSM dan 40 untuk nasabah, biaya administrasi 1% dari
plafond yang harus dibayar sebelum pencairan pembiayaan dan
dengan
proyeksi
keuntungan
Rp.
3.000.000,-
perbulan,
pengembalian modal diangsur perbulan.
Dari taransaksi diatas maka pencatatannya adalah sebagai berikut :
1. Pada saat PT. Ancol Terang membayar administrasi sebesar
1% dari plafond :
Kas/ rekening PT. Ancol Terang
Rp. 648.000
Pendapatan
dari
biaya
administrasi
atas
Pembiayaan Mudharabah PT.
ancol Terang
Rp.
648.000
Perhitungan : Akad mudharabah x Biaya administrasi
= Rp. 64.800.000 x 1%
= Rp. 648.000
Pengenaan biaya administrasi ini telah disepakati oleh pengelola
dana dimuka. Dalam hal ini, pihak bank mengakui biaya
administrasi yang dibayarkan oleh nasabah sebagai pendapatan
39
bank. Penerapan akuntasi pengenaan biaya dalam pembiayaan
mudharabah telah sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 15.
2. Pada saat Bank Syariah Mandiri mencairkan pembiayaan :
Pembiayaan Mudharabah PT. Ancol Rp. 64.800.000
terang
Kas
Rp. 64.800.000
Pencairan pembayaran ini telah sesuai dengan PSAK No.59
paragraf 15 dimana pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas
diukur
sejumlah
uang
yang
diberikan
bank
pada
saat
pembayaran.
3. Pada saat BSM mendapatkan keuntungan pertama :
Kas/ rekening
Pendapatan
Mudharabah
Terang
Rp.
bagi
PT.
hasil 1.800.000
ancol
Rp.
1.800.000
Perhitungan : Bank : Mudharib = 60% : 40%
Rumus
= Nisbah x Revenue sharing
Bank
= 60% x Rp. 3.000.000
= Rp. 1.800.000
Mudharib
= 40% x Rp. 3.000.000
= Rp. 1.200.000
40
Penerapan akuntansi saat penerimaan pendapatan yang diperoleh
dari laba pembiayaan mudharabah berdasarkan pendapatan usaha
pengelola dana ( revenue sharing ) telah sesuai dengan PSAK
No.59 paragraf 23. Informasi laba pembiayaan mudharabah
diperoleh pihak Bank Syariah Mndiri melalui laporan bagi hasil
bagi pengelola dana, perolehan informasi laba tersebut tidak
bertentangan dengan PSAK No.59 paragaraf 24.
4. Pada saat PT. Ancol Terang membayar angsuran ke-1( s/d
tahun ke-3 ) untuk pengembalian modal sebesar Rp. 1.800.000
:
Kas/ rekening PT. Ancol Terang
Rp.
Pembiayaan Mudharabah PT. 1.800.000
ancol Terang
Rp.
1.800.000
Pengembalian akuntansi pada saat pengembalian modal sesuai
dengan PSAK No.59 paragraf 16.
C. Perbandingan Revenue Sharing Bagi Hasil Mudharabah dengan Profit
Sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri.
Perbedaan antara sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi
lainnya adalah tidak diterpakannya bunga sebagai pranata beroperasinya
sisitem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi islam, bunga dapat
dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah
41
islamiah. Sebagai gantinya , sistem ekonomi islam menggantinya dengan
pranata “bagi hasil” yang dihalalkan oleh syariah islamiahberdasarkan
AlQuran dan Al Hadits. Dalam praktiknya, ketentuan bagi hasil usaha
harus ditentukan dimuka atau pada awal akad/kontrak usaha disepakati
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad. Porsi bagi hasil biasanya
ditentukan dengan suatu perbandingan, misalnya 60 : 40 yang berarti
bahwa atas hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan
didistribusikan sebesar 60% didistribusikan kepada pengelola dana
(mudharib) dan 40% didistribusikan kepada pemilik dana/investor
(shahibul maal).
1. Menghitung saldo rata-rata dari sumber dana bank.

Giro Wadiah
: Rp. 60.000

Tabungan Mudharabah
: Rp. 150.000

Deposito Mudharabah 1 bulan
: Rp. 50.000

Deposito Mudharabah 3 bulan
: Rp. 40.000

Deposito Mudharabah 6 bulan
: Rp. 175.000

Deposito Mudharabah 12 bulan
: Rp. 75.000
Total Sumber Dana
: Rp. 550.000
2. Menghitung rata-rata pelemparan dana yang dilakukan oleh bank
dalam sebulan, kemudian menghitung jumlah total pelemparan dana
baik dalam bentuk pembiayaan bagi hasil, jual beli maupun SBPU.
Jumlah posisi rata-rata pelemparan dana dari hasil perhitungan diatas
adalah :
42

Pembiayaan
: Rp. 480.000

SBPU
: Rp. 100.000
3. Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah,
dengan menghitung jumlah dari :

Pendapatan Pembiayaan
: Rp. 8.000

Pendapatan SBPU
: Rp. 2.000
Dalam menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada
nasabah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Membandingkan antara Total Aktiva Produktif dengan Total
Dana Pihak III, dalam hal ini Total Aktiva Produktif > Total
Dana Pihak III. Total dana Pihak III Rp. 550.000 semua
digunakan sebagai sumber dana aktiva produktif. Dengan rincian
Rp. 480.000 dialokasikan kedalam pembiayaan dan Rp. 70.000
kedalam SBPU
b. Menghitung porsi pendapatan yang dibagikan dari masingmasing jenis aktiva produktif berdasarkan alokasi sumber dana
diatas.
Pembiayaan
: (480.000/480.000) x 8.000 = 8.000
SBPU
: (70.000/100.000) x 2.000
Jumlah total pendapatan di bagikan
= 1.400 +
9.400
4. Perhitungan bagi hasil nasabah
a.Menghitung jumlah pendapatan dibagikan untuk masing-masing
dana
43
 Tabungan
: (150.000/550.000)
x 9.400 = 2.564
 Deposito 1 bulan : (50.000/550.000)
x 9.400 = 855
 Deposito 3 bulan : (40.000/550.000)
x 9.400 = 684
 Deposito 6 bulan : (175.000/550.000)
x 9.400 = 2.991
 Deposito 12 bulan : (75.000/550.000)
x 9.400 = 1.282
b. Menghitung pendapatan bagi hasil yang akan dibayarkan kepada
masing-masing jenis dana sesuai dengan kesepakatan nisbah
 Tabungan
: 45/100 x 2.564 = 1.154
 Deposito 1 bulan : 65/100 x 855 = 556
 Deposito 3 bulan : 66/100 x 684 = 451
 Deposito 6 bulan : 66/100 x 2.991 = 1.974
 Deposito 12 bulan : 67/100 x 1.282 = 859
c.Menghitung ekuivalen rate untuk masing-masing jenis sumber
dana untuk jangka waktu 31 hari
 Tabungan : (1.154/150.000) x 365/31 x 100% = 9.06%
 Deposito 1 bulan : (556/50.000) x 365/31 x 100% = 13.09%
 Deposito 3 bulan: (451/40.000) x 365/31 x 100% = 13.28%
 Deposito 6 bulan : (1.974/175.000) x 365/31 x 100% = 13.28%
 Deposito 12 bulan : (859/75.000) x 36/31 x 100%= 13.49%
Pada umumnya bank-bank syariah di Indonesia dalam
perhitungan bagi hasilnya menggunakan sistem bobot pada setiap
dana investasi, dengan mengalikan prosentase bobot tersebut
dengan saldo rata-rata. Semakin labil investasi tersebut semakin
44
kecil bobot yang dikenakan, dan semakin stabil investasi maka
semakin besar bobot yang dikenakan pada investasi tersebut, hal
ini diterapkan sebagai bentuk dari pengamanan risiko pada setiap
dana invesatasi. Bobot akan mempengaruhi besarnya bagi hasil
yang akan didistribusikan sehingga akan berdampak pada bagi
hasil yang akan diterima oleh pemilik dana. Hal ini dapat dilihat
dari perhitungan sistem revenue sharing yang menggunakan bobot
pada tabel diatas.
5.
Profit Sharing
Bagi hasil menurut prinsip profit sharing pada dasarnya hamper
sama dengan revenue sharing. Dalam profit sharing hasil yang
akan dibagi adalah profit yaitu operating revenue dari pembiayaan,
missal nya 30% dari operating revenue. Disamping itu, nisbah atau
ratio bagi hasil biasanya lebih besar bagi deposan. Untuk
selanjutnya proses bagi hasil berdasarkan revenue sharing
Berikut ini perhitungan laba/rugi pengelola dana mudharabah tahun
2007:
Penjualan
Rp 1.000.000,00
Harga Pokok penjualan
Rp
600.000,00
Laba Kotor
Rp
400.000,00
Biaya-biaya
Rp
300.000,00
Laba (rugi) bersih
Rp
100.000,00
45
Metode bagi hasil
a) Bila profit sharing, dengan nisbah Bank Syariah Mandiri ; pengelola =
40:60 maka bagi hasil untuk :
Bank Syariah Msndiri
: 40% x Rp 100.000,00= Rp 40.000,00
Pengelola
: 60% x Rp 100.000,00 = Rp 60.000,00
b) Bila metode revenue sharing, nisbah bank syariah mandiri: pengelola =
4 : 96 maka bagi hasilnya :
Bank Syariah Mandiri
: 4% x Rp 1.000.000,00 = Rp
40.000,00
Pengelola
: 96% x Rp 1.000.000,00 = Rp 960.000,00
Dalam perhitungan laba/rugi pengelola dana mudharabah tahun 2007
terlihat aplikasi keduanya ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing. Pada profit sharing, semua pihak yang terlibat dalam akad akan
mendapatkan bagi hasil sesuai dengan laba yang diperoleha tau bahkan tidak
mendapatkan laba apabila pengelola dana mengalami kerugian yang normal.
Disini unsur keadilan dalam berusaha betul-betul diterapkan. Apabila
pengelola dana mendapatkan laba besar, sedangkan kalau labanya kecil
maka pemilik dana juga mendapatkan bagai hasil dalam jumlah yang kecil
pula. Kalau hanya dilihat dari aspek ekonomi saja maka profit sharing
mempunyai kelemahan dibandingkan dengan prinsip bunga. Untuk
mengurangi risiko ditolaknya calon investor yang akan menginvestasikan
dananya maka pengelola dana dapat memberikan porsi bagi hasil lebih besar
dibandingkan dengan porsi bagi hasil menurut revenue sharing.
46
Dalam revenue sharing, kedua belah pihak akan selalu mendapatkan
bagi hasil, karena bagi hasil dihitung dari pendapatan pengelola dana.
Sepanjang pengelola dana memperoleh revenue maka pemilik dana akan
mendapatkan distribusi bagi hasil. Dari uraian diatas terlihat bahwa profit
sharing merupakan pendapatan usaha dikurangi dengan bbeban usah untuk
mendapatkan pendapatan usaha tersebut, sedangkan revenue sharing
merupakan pendapatan usha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk
mendapatkan pendapatan tersebut. Maka hasilnya revenue sharing dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar untuk nasabah. Atas dasar prinsip
yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri yaitu prinsip revenue
sharing, maka PT. Bank Syariah Mandiri mampu untuk bersaing dengan
Bank Konvensional. Karena nilai yang diterima dapat membagi keuntungan
yang besar untuk nasabah.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
penulis pada bab sebelumnya atas analisis Revenue sharing bagi hasil
mudharabah dan profit sharing pada PT. Bank Syariah Mandiri, maka
kesimpulan yang didapat penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagi Hasil Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal
kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang
diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
2. Bagi hasil mudharabah yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri sesuai
dengan PSAK No.59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah dalam
akuntansi pembiayaan mudharabah.
3. Hasil analisis antara perbandingan revenue sharing bagi hasil mudharabah
dan profit sharing pada Bank Syariah mandiri adalah dengan metode
revenue sharing dapat memberikan keuntungan yang lebih besar untuk
nasabah dibandingkan dengan profit sharing. Atas dasar prinsip yang
digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri yaitu prinsip revenue sharing,
maka PT. Bank Syariah Mandiri mampu untuk bersaing dengan Bank
Konvensional. Karena nilai yang diterima dapat membagi keuntungan yang
besar untuk nasabah.
48
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian analisis pendapatan bagi hasil
mudharabah terhadap profitabilitas diatas, maka saran – saran yang dapat di
berikan penulis adalah:
1. PSAK No. 59 sebagai pedoman dalam perlakuan akuntansi bank
syariah dalam prakteknya harus tetap dijadikan standar dalam
operasional PT. Bank Syariah Mandiri.
2. Melakukan sosialisasi melalui seminar, workshop, dan pelatihan
mengenai Perbankan Syariah khususnya untuk produk pembiayaan
mudharabah dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih
kepada masyarakat.
49
DAFTAR PUSTAKA
Al – Qur’an Al – Karim. Surat Shad / 38 : 24, Surat Annisa / 4 : 12, Surat Al –
Baqarah / 2 : 282.
Antonio Syafi’I. 2002. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute,
Jakarta.
Antonio Syafi’I. 2004. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta.
Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan syariah
Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah, DSN MUI dan Bank
Indonesia, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Bank Syariah, IAI, Jakarta.
Lapoliwa dan Kuswandi. 2002. Akuntansi Perbankan, Jilid 1, Edisi ke-6 IBI,
Jakarta.
Muhamad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, UPP AMK YKPN,
Yogyakarta.
Muhammad,wiroso dan harahap. 2005. Akuntansi perbankan Syariah, LPFE
USAKTI, Jakarta.
Triyuwono dan As’udi. 2002. Akuntansi Syariah, Salemba Empat, Jakarta
Weaygant , Kieso and Warfield. 2002. Accounting Principles, Tenth Edition, John
Wiley and Sons Inc.
Wiyono slamet. 2005. Cara mudah memahami akuntansi perbankan syariah,
Grasindo, Jakarata
www.syariahmandiri.co.id
Download