Catatan untuk Khotbah 12 Juli 2009 Pengkhotbah: Pdt. Budy Setiawan Nats Alkitab: ................... Ringkasan Khotbah 5 Juli 2009 Nats Alkitab: Matius 24:15-28 / Siksaan yang berat dan mesias-mesias palsu Pengkhotbah: Pdt. Budy Setiawan Ringkasan dan audio dari khotbah minggu-minggu yang lalu tersedia di website www.mriimelbourne.org Minggu lalu pembahasan kita diakhiri dengan Matius 24:14 yang berkata: "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." Dr. Ladd, seorang teolog Perjanjian Baru berkata demikian tentang ayat ini: "Perhaps the most important single verse in the word of God for God's people today is the text: Matthew 24:14." Mengapa demikian? Karena ini merupakan salah satu alasan yang paling penting mengapa gereja ada. Inilah alasan mengapa gereja hadir di tengah-tengah dunia ini. Maka salah satu yang paling penting yang harus kita kerjakan adalah memberitakan Injil ke seluruh dunia. Gereja hadir di tengah-tengah dunia ini untuk memberitakan Injil. Apabila gereja tidak lagi memberitakan Injil, maka gereja boleh berhenti menjadi gereja. Inilah the reason for our existence. Salah satu tujuan mengapa kita hadir di tengah-tengah dunia ini yaitu untuk memberi kesaksian dan memberitakan Injil. Kita harus sadar bahwa life as a Christian is a war di tengah-tengah dunia ini. Rasul Paulus banyak sekali memberikan kepada kita contoh dan gambaran-gambaran yang seperti demikian bahwa hidup Kristen di tengah-tengah dunia ini adalah seperti perang. Bahkan perang yang lebih sengit dibandingkan dengan perang dunia yang pertama dan kedua. Tetapi sesungguhnya kita jarang sekali menyadari bahwa hidup kita adalah peperangan rohani. Salah satu cuplikan di dalam buku C.S. Lewis yang berjudul The Screwtape Letters adalah sebagai berikut: Suatu kali, Screwtape (jendralnya iblis) sedang berbicara dengan bawahannya Wormwood (kopralnya iblis). Dia berkata seperti ini: "Jangan kita berharap terlalu banyak dari perang (menuju kepada perang dunia kedua) karena perang tidak akan menghancurkan iman orang Kristen sejati. Maka sebenarnya peperangan secara fisik akan membuat orang-orang lebih serius tentang hidup, lebih memikirkan tentang kematian, lebih memikirkan tentang kekekalan. How disastrous for us kalau orang-orang mulai memikirkan dengan serius tentang hidup, kematian dan kekalan. Salah satu senjata kita yang paling ampuh, kepuasan hidup duniawi, menjadi tidak berguna. Di dalam perang tidak ada seorangpun yang percaya bahwa dia akan hidup selamanya." Di dalam kalimat ini kita boleh mengerti bahwa peperangan sejati yang sesungguhnya kita alami sebagai orang-orang Kristen bukanlah peperangan secara fisik, melainkan peperangan rohani. Bukan melawan darah dan daging, melainkan melawan pemerintah-pemerintah dan kuasa gelap yang mencengkeram seluruh hidup manusia. John Piper mengatakan bahwa: "Sampai kita sadar bahwa hidup kita sebagai orang Kristen di tengah-tengah dunia ini adalah suatu peperangan rohani, maka kita tidak mungkin mengerti apa artinya berdoa. Mengapa? Karena doa bukanlah dipakai sebagai domestic intercom untuk membuat hidup kita lebih mudah dan lancar. Tuhan memberikan doa adalah seperti walkie talkie perang. Ini adalah seperti Kristus berdasarkan perintah dari jendral di pusat, memanggil kita anak buahnya untuk merebut suatu daerah dan kita diperintahkan untuk pergi melaksanakan misi tersebut. Apabila kita setia di dalam seluruh apa yang ditugaskan kepada kita, maka kita akan menjadi begitu dekat dengan jendral di pusat karena kita diberikan walkie talkie. Setiap waktu kita boleh menghubungi jendral yaitu Allah Bapa di surga. Dia akan memberikan pimpinan, pengarahan, Roh-Nya yang kudus dan bahkan menyertai kita dan kita boleh meminta pertolongan kepada-Nya setiap saat." Inilah salah satu fungsi doa. Doa pada waktu kita sadar bahwa hidup ini adalah peperangan rohani dan kita menghadapi musuh besar, dahsyat dan yang jauh lebih hebat dari kita. Maka kita sadar bahwa kita perlu berdoa. Kita sadar bahwa kita perlu bersandar kepada Tuhan. Kita sadar di tengah-tengah kelemahan dan ketidak berdayaan kita, kita perlu anugrah dan pertolongan Tuhan. Kepuasan hidup di dalam dunia ini menjadi salah satu senjata si setan untuk membuat kita tidak berperang. Kita tenang dan nikmat di tengah-tengah dunia ini maka kita mulai lupa. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan, Firman Tuhan yang telah kita baca dan dengar seharusnya menggelisahkan kita dan membuat kita untuk berani berjalan dan berjuang. Di tengah-tengah kelemahan, keterbatasan, kemalasan, kebodohan dan ketidakpedulian kita, apabila kita adalah anak Tuhan, Roh Kudus akan terus mengingatkan dan menggelisahkan hati kita. Implikasi dari kalimat ini adalah kita sebenarnya diajak untuk boleh memberitakan Injil ke seluruh dunia. Tetapi bukan berarti bahwa apabila kita tidak memberitakan Injil, maka Injil Tuhan tidak akan diberitakan ke seluruh dunia. Injil Kerajaan Surga tetap akan diberitakan ke seluruh dunia apakah kita ikut di dalamnya atau tidak. Baru setelah itu akan tiba kesudahannya. Apakah kesudahaannya Kristus datang kedua kalinya kepada kita (eskatologi general) atau kita yang datang kepada Tuhan (eskatologi personal)? Ini adalah pertanyaan yang benar-benar harus kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Kita terus diingatkan akan hal ini. Apa yang dapat kita bawa ke hadapan Tuhan setelah kita boleh bertemu Dia? Hari ini kita masuk ke ayat-ayat selanjutnya yaitu ayat 15 – 28 yang telah kita baca. Khotbah Tuhan Yesus yang sangat panjang ini (pasal 24 – 25) merupakan respons dari pertanyaan murid-murid yang terdapat pada ayat ke 3: “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” Pertanyaan ini muncul setelah prediksi dari Tuhan Yesus tentang runtuhnya Bait Allah: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” (ayat 2). Murid-murid mengaitkan antara runtuhnya Bait Allah dan hancurnya Yerusalem dengan akhir dari dunia ini (the end of the world). Ini adalah kesalahan orang-orang Yahudi dan murid-murid pada saat itu karena mereka belum benar-benar mengerti. Kaitannya di sini adalah kepastian kedatangan Kristus untuk kedua kali seperti Tuhan Yesus memprediksi kepastian runtuhnya Bait Allah dan Yerusalem pada tahun 70 AD. Tetapi ayat 1 – 14 yang minggu lalu kita bahas mengingatkan kita bahwa belum saatnya sekarang. Kalau itu terjadi, ketahuilah bahwa itu belum selesai (the end), melainkan baru permulaan daripada penderitaan menjelang jaman akhir. Hidup di dalam akhir jaman sekali lagi digambarkan seperti peperangan. Ayat 15 berkata: “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel – para pembaca hendaklah memperhatikannya.” Pembinasa keji ini apabila kita melihat terjemahan bahasa Indonesia lainnya dapat diterjemahkan sebagai abomination that causes desolation (kekejian yang membinasakan). Di dalam kitab Daniel kata ini muncul paling tidak sebanyak 4 kali. Daniel 11:31 mengatakan ada satu kekejian yang membinasakan. Ini menunjuk kepada satu peristiwa yang terjadi pada tahun 168 AD ketika Antiochus Epiphanes menguasai Bait Allah dan kemudian mendirikan patung Zeus (patung dewa orang Yunani) di dalam Baitnya Allah Yahwe itu. Setelah itu, dia mempersembahkan babi di atas mezbah Allah. Ini adalah satu peristiwa yang benar-benar menghina. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa peristiwa yang seperti ini mungkin akan terjadi lagi, bahkan pasti akan terjadi lagi. Apabila ini terjadi, maka ini adalah sesuatu yang urgent dan tidak ada hal apalagi yang dapat kita lakukan - orang Yudea harus lari ke pegunungan (ayat 16); orang yang sedang di peranginan janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya (ayat 17). Apa kaitannya antara kehancuran Bait Allah dan Yerusalem dengan kita? Kita diingatkan sekali lagi akan kepastian kedatangan Anak Manusia dan kesudahan dunia seperti kepastian dan sudah terjadi akan runtuhnya Yerusalem dan hancurnya Bait Allah. Kita hidup di jaman yang terakhir. Biarlah sense of urgency yang demikian (tidak ada waktu lagi) ada di dalam diri kita. Ketika berperang, orang tidak ada waktu lagi untuk mengurusi hal-hal yang bersifat sepele. Ketika kita bekerja bersama-sama mengerjakan akan pemberitaan Injil dan pekerjaan Tuhan yang Tuhan percayakan, maka kita boleh ada sense of urgency bersama-sama. Kita akan berdoa bersama-sama. Kita akan sungguh-sungguh boleh memfokuskan perhatian dan hati kita di dalam pekerjaan Tuhan. Di abad ke 20 Cornelius Van Til mengatakan satu kalimat bahwa common grace menjelang akhir dari jaman akhir ini semakin hari akan semakin ditarik oleh Tuhan sedikit demi sedikit sehingga semakin hari manusia menjadi semakin jahat dan dunia menjadi semakin rusak. Ini merupakan suatu pengamatan yang baik dan sesuai dengan apa yang Firman Tuhan katakan. Common grace di dalam kitab Roma menyatakan anugrah Tuhan yang umum yang diberikan kepada semua manusia, tetapi dapat juga dimengerti sebagai Tuhan menahan segala kejahatan manusia. Hati manusia dan dunia yang sudah berdosa tidak menjadi serusak-rusaknya karena ada anugrah Tuhan yang menahan kejahatan. Unprecedented merupakan satu kata yang terus muncul di koran-koran baik itu dalam hal ekonomi, politik, climate, dsb. Unprecedented – tidak pernah terjadi sebelumnya dan sekarang terjadi. Saya rasa kalimat ini akan muncul terus ke depan karena akan lebih rusak lagi dunia ini. Tetapi disini juga ada penghiburan yang Tuhan ajarkan kepada kita. "Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat." (ayat 22). Ini menjadi penghiburan bagi kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita tahu bahwa kita termasuk di dalam umat pilihan yaitu orang-orang yang percaya kepada Kristus, mengalami lahir baru, dibenarkan di dalam Kristus dan menerima karya keselamatanNya. Ini menjadi fokus dari pekerjaan Tuhan. Ia adalah Tuhan atas sejarah. Ia adalah Tuhan atas seluruh alam semesta. Ia adalah Tuhan yang akan mengakhiri segala sesuatu dan pusat dari sejarah itu adalah umat pilihan-Nya. Umat pilihan-Nya itu adalah seperti biji mata Allah yang Tuhan pelihara. Biji mata apabila kemasukan debu sekecil apapun maka kita akan langsung berkedip dan mengeluarkan air mata untuk mengeluarkan debu yang kecil itu. Demikianlah Tuhan memelihara umat-Nya. Di tengah-tengah peperangan ini kita boleh menyadari bahwa Tuhan sedang berkarya dan memanggil umat pilihan-Nya. Apabila kita adalah orang-orang yang sudah mengalami karya keselamatan dan anugrah Tuhan, maka Tuhan juga ingin menarik lagi domba-domba milik-Nya yang masih di luar sana. Domba-domba milikNya yang harus mendengar suara Tuhan dan mereka akan masuk juga menjadi satu kawanan domba umat gembalaan Tuhan. Inilah tugas yang harus kita kerjakan di masa-masa akhir jaman yang Tuhan percayakan kepada kita. Di dalam jaman terakhir ini, akan muncul juga mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu (ayat 24). Terlebih lagi disini ditegaskan bahwa mereka akan datang dan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat sehingga sekiranya mungkin, mereka akan menyesatkan orang-orang pilihan juga. Inilah yang terus dikerjakan. Kita sering bertemu dengan orang-orang sesat yang terus mengetok pintupintu rumah. Tidakkah kita tergerak ketika saksi Yehovah dan mormon datang kepada kita? Mereka dengan giat memberitakan "injil" apa yang mereka percaya. Apa yang akan terjadi apabila mereka terus dengan giat bekerja sedangkan kita masih bermalas-malasan dan tidak melakukan apa-apa? Akan menjadi berbahaya sekali apabila kita tidak masuk ke dalam pekerjaan Tuhan dan giat melakukan apa yang Tuhan kerjakan. Mesias-mesias dan nabi-nabi palsu ini datang bukan hanya dengan perkataan, tetapi mereka datang dengan tanda-tanda mujizat dan tanda-tanda yang dahsyat. Ketika ini terjadi, apakah kita tidak menjadi gentar? Apakah kita mulai bingung? Apakah kita tidak menjadi mengikuti orang-orang yang melakukan mujizat itu? Sekali lagi kita harus perang. Apabila kita tidak berperang, ketika kita bertemu dengan orang yang demikian, kita akan mudah tergoncangkan. Mudah dibawa oleh mereka yang terus giat mengerjakan apa yang mereka percaya itu sebagai kebenaran. Sekali lagi kita melihat disini bahwa bukan hanya Tuhan yang dapat melakukan mujizat, tetapi iblispun dapat membuat mujizat. Ketika Musa melempar tongkat dan kemudian menjadi ular, maka orang-orang Firaunpun melempar tongkat dan kemudian juga menjadi ular. Ular yang dari tongkat Musa itu kemudian memakan ular yang dibuat oleh orang-orang Firaun. Kita diingatkan disini bahwa mujizat bukanlah hal yang terpenting di dalam kehidupan kita. Kita harus berhati-hati dan mengerti dimana tempat mujizat itu di dalam kehidupan kita. Tuhan dapat berkarya di dalam kedaulatan-Nya, tetapi biarlah kita tidak melihat mujizat sebagai sesuatu yang sangat penting. Ada banyak orang yang melihat mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus tetapi mereka tetap tidak percaya kepada Tuhan. Apabila mereka tidak percaya kepada Injil Tuhan, maka mereka pun tidak akan percaya kepada mujizat. Di dalam kebaktiankebaktian yang diadakan oleh GRII dan STEMI, fokusnya adalah pemberitaan Injil bukan kepada segala sesuatu yang bersifat spektakuler. Sesungguhnya mujizat yang terbesar adalah ketika orang yang mati di dalam dosa-dosanya kemudian boleh hidup kembali - dilepaskan dari cengkraman dosa, menerima anugrah Tuhan dan mengalami hidup yang baru. Inilah hidup kita di tengah-tengah jaman yang terakhir ini. Biarlah kita boleh mengingat akan banyak pengajaran yang salah, mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu. Kuncinya hanya satu. Ketika Mesias datang untuk kedua kalinya, maka tidak ada seorang pun yang perlu diberi tahu. Semua orang akan tahu. Pertanyaannya adalah ketika Kristus datang kedua kali atau kita datang kepada Dia, apakah kita siap untuk menghadap Dia? Apakah kita dapat mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tuhan? Apa yang dapat kita bawa ke hadapan Tuhan? Apakah seluruh hidup kita betul-betul menjadi kesaksian yang harum di hadapan Tuhan dan bagi orang-orang lain di sekeliling kita? Di dalam jaman akhir ini, biarlah kita berjaga-jaga, jangan gelisah dan tetap mengerjakan keselamatan kita (work out our salvations). Ringkasan oleh Linda Hartana | Diperiksa oleh Christian Tirtha