BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intestinum merupakan organ saluran pencernaan yang berperan sangat penting dalam sistem pencernaan mamal yaitu sebagai pusat penyerapan nutrien (Marieb dan Hoehn, 2013). Intestinum dibedakan menjadi dua bagian yaitu intestinum tenue (usus kecil) dan intestinum crassum (usus besar). Kedua bagian intestinum ini, masing – masing dapat dibedakan kembali menjadi bagian yang lebih pendek untuk melaksanakan proses berbeda dalam bekerja sebagai organ pencernaan. Keberadaan bagian – bagian intestinum tenue dan intestinum crassum berbeda pada masing – masing spesies. Secara umum, anatomi saluran pencernaan dipengaruhi oleh adaptasi, jenis makanan, frekuensi asupan makanan, kebutuhan cadangan makanan, serta ukuran dan bentuk tubuh (Kararli, 1995). Kelelawar merupakan anggota dari kelas mammalia yang termasuk ke dalam ordo Chiroptera, yang berarti hand-wing atau sayap tangan (Graham, 1994). Ordo ini terbagi ke dalam dua subordo, yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera (Koopman, 1993). Megachiroptera terdiri atas kelelawar – kelelawar pemakan buah, sedangkan Microchiroptera berupa kelelawar yang umumnya pemakan serangga dan lainnya pemakan mamal kecil, ikan, dan darah (Medellin et al., 2000 dalam Kartika, 2008). Di Indonesia, penelitian tentang kelelawar masih sangat jarang dilakukan. Hal ini menyebabkan kurangnya dukungan terhadap konservasi kelelawar akibat sedikitnya informasi tentang fungsi dan peran kelelawar bagi manusia. Kelelawar Miniopterus schreibersii dan Rhinolophus pusillus dapat ditemukan pada Goa Jepang, Sleman, Yogyakarta (Hermawan, 2011). Kelelawar Miniopterus schreibersii dan Rhinolophus pusillus merupakan insektivora yang termasuk ke dalam subordo Microchiroptera. Anggota subordo ini memiliki kemampuan khusus yang dikenal dengan echolokasi. Kemampuan tersebut mendukung kelelawar insectivora dalam memperoleh makanan pada vegetasi pohon, daerah perarian, permukaan tanah, serta penangkapan ketika terbang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Whittaker Jr. dan Yom-Tov (2002), yang meneliti diet kelelawar insektivora, ditemukan kemelimpahan jenis insekta yang menjadi pakan tiga jenis kelelawar pada ordo yang sama. Pada penelitian tersebut juga diketahui adanya beberapa jenis insekta yang hanya ditemukan pada satu jenis kelelawar. 1 Hal ini menunjukkan adanya perbedaan jenis insekta yang menjadi pakan masing – masing jenis kelelawar. Penelitian struktur histologis kelelawar Miniopterus schreibersii dan Rhinolophus pusillus masih sedikit dilakukan. Kedua jenis kelelawar ini dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, yaitu Miniopterus schreibersii memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Rhinolophus pusillus. Ukuran ini dimungkinkan memperlihatkan adanya perbedaan pada jenis insekta yang menjadi pakan kedua jenis kelelawar. Oleh karena itu, penelitian pada struktur histologis intestinum kelelawar kedua jenis kelelawar tersebut perlu untuk dilakukan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apakah terdapat perbedaan struktur histologis intestinum tenue dan intestinum crassum pada kelelawar Miniopterus schreibersii dan Rhinolophus pusillus? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mempelajari struktur histologis intestinum tenue dan intestinum crassum pada kelelawar Miniopterus schreibersii dan Rhinolophus pusillus. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang anatomi kelelawar, khususnya pada anatomi organ pencernaan. Informasi baru tentang kelelawar sangat diperlukan untuk mengetahui lebih jauh tentang fungsi dan peran kelelawar bagi ekosistem dan juga bagi manusia. Diharapkan penelitian ini dapat mendukung penelitian lain tentang kelelawar sehingga konservasi terhadap kelelawar, yang semakin menurun jumlahnya, dapat ditingkatkan. 2