Kelapa Sawit di indonesia

advertisement
Kelapa
Sawit
Belanda 1848
INDONESIA
(kebun Raya Bogor)
1911
Budidaya sec.
komersiil
Adrien Hallet
Merintis usaha
Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh
Sejarah Kelapa Sawit
Varietas Kelapa Sawit Indonesia
Elaeis guineensis
Elaeis olifera
1. Varietas berdasarkan ketebalan
tempurung dan daging buah
2. Varietas berdasarkan warna kulit buah
3. Varietas Unggul
2
1
a.
b.
c.
d.
Dura
Pisifera
Tenera
Macro Carya
Varietas
Nigrescens
Warna
Buah Warna Buah Masak
Muda
Ungu
kehitam- Jingga kehitam-hitaman
hitaman
Virescens
Hijau
Jingga kemerahan, tetapi
ujung buah tetap hijau
Abescens
Keputih-putiahan
Kekuning-kuningan dan
ujungnya ungu kehitaman
Kelapa
Sawit
Indikasi
Nama
Deskripsi
D
x
PD x PD
x
PD
x
P D x P Dy x P D x P D x P D x P
PPKS 540 PPKS 718 PPKS 239 Simalungu Langkat Sungai
LaMe
Avros
Yangam
(High
(Big
(High CPO n
Pancur
bi
mesocarp) bunch)
& PKO)
(Dumpy)
28,1 ton
26,5
32
28,4
27,5
25-28
26-27
24-27
25-28
Rerata
produksi (ton
TBS/ha/tahun)
Rendemen
27,4%
minyak
23,9%
25,8%
26,5%
26,3%
23-26%
Produksi CPO 8,1
tuon/ha/tahn
Produksi PKO -
6,9
8,4
7,53
7,23
6,5-7,3
23-26% 23-26% 25-28
ton
TBS/ha/t
ahun
5,9-7
5,5-7
5,8-7,3
-
1,3 ton/ha
Rasio inti/buah 5,3 %
8,7 %
8,9 %
9,2 %
9,3 %
6,5 %
6,9 %
6,6 %
7,2 %
Pertumbuhan
meninggi
cm/tahun
Harga
75
62,5
75-80
60-70
40-55
50-70
60-80
60-70
Rp.
7.500,-
Rp.
7.500,-
Rp.
Rp.
7.500,- 7.500,-
72
Rp. 7.500,- Rp.
7.500,-
Rp. 7.500,- Rp. 7.500,- Rp.
7.500,-
Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia
Perkebunan Kelapa Sawit
Tata Kelola Kelapa Sawit di Indonesia
Elemen-elemen kerangka hukum yang
penting yang mempengaruhi hasil
pengembangan sawit mencakup:
 Ketetapan Undang-undang Dasar
 Undang-undang Desentralisasi
 Undang-undang Perencanaan Tata Ruang
 Undang-undang terkait tanah
 Undang-undang kehutanan
 Undang-undang perkebunan
 Undang-undang dan aturan pengelolaan
lingkungan hidup
Keputusan perizinan
Keputusan perizinan
Perusahaan
dan
Masyarakat
Budidaya Tanaman Industri (BTI)
TITIEK WIDYASTUTI
Kelapa sawit sebagai tanaman
penghasil minyak kelapa sawit (CPOcrude palm oil) dan inti kelapa sawit
merupakan salah satu primadona
tanaman perkebunan yang menjadi
sumber penghasil devisa non-migas.
Peluang pengembangan usaha
kelapa sawit sangat menjanjikan,
dilihat demand yang terus meningkat
setiap tahunnya.
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq) belum diketahui secara pasti. namun ada dugaan
kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu dari benua
Afrika Barat dan Amerika Selatan. Kelapa sawit awalnya
digolongkan satu jenis dengan nama latin Elaeis
guineensis jacq yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
tetapi setelah ditemukan dua spesies kelapa sawit di Benua
Amerika Selatan, maka spesies kelapa sawit di bagi
menjadi tiga spesies. Tiga spesies itu antara lain Elaeis
olivera atau Elaeis melamococca dan Elaeis odora atau
Barcella odora berasal dari Benua Amerika Selatan serta
Elaeis guineensi Jacq berasal dari Afrika Barat
Adapun manfaat kelapa sawit jika dielompokaan dalam
cakupan bidang industri, dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Pemanfaatan
Industri makanan
Industri kimia
Keterangan
Mentega, shortening, cokelat, assistive, ice
cream, pakan ternak, minyak goreng
Dihunakan untuk detergen, sabun, Sisa dari
industri minyak sawit dapat digunakan
sebagai bahan bakar boiler, bahan semir
fornitur.
Industri
obat-obatan Krim, sampo, lotion, vitamin and beta
dan kosmetik
carotene.
Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia
Tabel 1. Perbandingan Produktivitas Komoditas Perkebunan Pada Tahun 2008
Produktivitas (kg/ha)
Komoditas
PR
PBN
PBS
Nilam
68
0
0
Cengkeh
154
166
196
Tembakau
861
573
0
Kelapa
852
785
1.100
Kakao
891
834
904
Kelapa sawit
3.330
3.820
3.420
Tebu
6.080
4.820
7.250
Tabel 2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Menurut Negara Tujuan Utama, 20082014
Negara Tujuan
1)
Tiongkok
Singapura
Malaysia
India
Pakistan
Bangladesh
Sri Lanka
Mesir
Belanda
Jerman
Lainnya
Jumlah
2008
2009
2010
2011
2012
Berat Bersih (Ribu ton)
2013
2014
1 766.9 2 645.4 2 174.4 2 032.8 2 842.1 2 343.4 2 357.3
600.9
659.9
696.8
737.2
952.1
844.0
789.1
745.5 1 195.7 1 489.7 1 532.6 1 412.3
514.3
566.1
4 789.7 5 496.3 5 290.9 4 980.0 5 253.8 5 634.1 4 867.8
409.7
214.6
90.3
279.2
749.1 1 080.3 1 814.8
506.8
800.5
771.2
804.9
743.5
655.4 1 043.3
48.4
5.8
12.7
25.4
10.8
29.4
38.9
495.9
497.2
488.7
790.7
494.1
735.5 1 010.3
1 295.9 1 364.3 1 197.3
873.0 1 358.3 1 361.4 1 218.9
404.8
461.5
379.3
263.6
219.5
283.1
186.5
3 226.2 3 488.0 3 700.6 4 116.8 4 809.4 7 097.1 8 999.4
14 290.7 16 829.2 16 291.9 16 436.2 18 845.0 20 578.0 22 892.4
Prospek
Secara
umum
dapat
diindikasikan
bahwa
pengembangan agribisnis kelapa sawit masih mempunyai
prospek,
ditinjau
dari
prospek
harga,
ekspor
dan
pengembangan produk. Secara internal, pengembangan
agribisnis
ketersediaan
kelapa
lahan,
sawit
didukung
produktivitas
kesesuaian
yang
masih
dan
dapat
meningkat dan semakin berkembangnya industri hilir.
Dengan prospek ini, arah pengembangan agribisnis kelapa
sawit adalah pemberdayaan di hulu dan penguatan di hilir.
Potensi
Konsumsi minyak sawit (CPO )
dunia
dari
menunjukkan
tahun
ke
tahun
tren
terus
meningkat.
Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia
dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata
tumbuh sebesar 9,92%. China dengan
Indonesia merupakan negara yang paling
banyak menyerap CPO dunia. Selain itu
negara
Uni
Eropa
juga
termasuk
konsumen besar pengkomsumsi CPO di
dunia .
Seiring dengan meningkatnya konsumsi
dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun terakhir
juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata
peningkatannya adalah sebesar 11%. Eksportir
terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan
Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91%
pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada
di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup
jauh yaitu hanya berkisar 1,3%.
1. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil (CPO-crude
palm oil) dan inti kelapa sawit (CPO) merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi
sumber penghasil devisa non-migas.
2. Peluang pengembangan usaha kelapa sawit sangat
menjanjikan, dilihat demand yang terus meningkat
setiap tahunnya.
3. pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung potensi
kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang
masih dapat meningkat dan semakin berkembangnya
industri hilir
SISTEMATIKA TANAMAN KELAPA SAWIT
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
 Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Sub Divisio :
Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
 Classis : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
 Sub Classis :
Arecidae
 Ordo :
Arecales
 Familia : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
 Genus : Elaeis
 Spesies: Elaeis guineensis Jacq.


TANAMAN KELAPA SAWIT
PENDAHULUAN
 Kelapa
sawit ( Elaeis guinensis Jacg ) adalah salah satu
dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk
tujuan komersil. Minyak sawit selain digunakan sebagai
minyak makanan margarine, dapat juga digunakan untuk
industri sabun, lilin dan dalam pembuatan lembaranlembaran timah serta industri kosmetik.
 Agribisnis kelapa sawit, baik yang berorientasi pasar lokal
maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas
produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya
kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha
berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa
sawit secara kuantitas, kualitas dan tetap menjaga
kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
SYARAT TUMBUH









Lama penyinaran matahari rata-rata 5 - 7 jam/hari.
Curah hujan tahunan 1.500 - 4.000 mm.
Kelembaban rata-rata 75 %.
Temperatur optimal 24 - 28oC.
Ketinggian tempat yang ideal antara 1- 500 m dpl.
pH tanah antara 4 – 6.
Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan
gembur, aerasi dan drainasenya baik, permukaan air tanah
cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), kaya akan
humus dan tidak mempunyai lapisan padas.
Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik,
dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan
perkebunan kelapa sawit.
Kecepatan angin 5 - 6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan
PEMBIBITAN
a. Pengecambahan Biji
 Biji dipanaskan dalam germinator selama 60 hari dengan
suhu tetap 39oC dan kadar air 18%.
 Kemudian biji direndam dalam air mengalir selama 6 hari,
hingga kadar air naik menjadi 24%.
 Selanjutnya biji dikeringkan selama 3 jam dalam ruangan
yang teduh.
 Biji dimasukkan dalam kantong plastik ukuran 38 x 38 cm
sebanyak 500 biji, kemudian ditutup rapat
 Setelah 10-14 hari, biji mulai berkecambah.
 Biji yang belum berkecambah pada umur 30 hari dibuang
saja.
 Kecambah yang tumbuh normal dan sehat, warnanya
kekuning-kuningan, tumbuhnya lurus serta bakal daun dan
bakal akarnya berlawanan arah.
PEMBIBITAN
Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat
menentukan keberhasilan penanaman di lapangan.
 Ada 2 sistem sistem pembibitan kelapa sawit:
• Sistem satu tahap (tahap tunggal) atau single stage system
• Sistem pembibitan dua tahap (tahap ganda) atau double stage
 Pada pembibitan dua tahap kecambah ditanam dan dipelihara dulu
dalam kantong plastik selama 3 bulan, yang disebut tahap awal (pre
nursery).
 Selanjutnya bibit dipindahkan ke dalam kantong plastik besar Tahap
ini disebut juga sebagai pembibitan utama (main nursery)



Pengamatan hama dan penyakit
dilakukan secara rutin setiap
minggu untuk mengetahui ada
tidaknya serangan
hama/penyakit.
Standar bibit yang baik dapat
dilihat dari diameter batang
tinggi bibit jumlah daun dan tidak
terlihat terserang hama dan
penyakit.
b. Persemaian dan Pembibitan






Kecambah dipindahkan ke kantong plastik ukuran 14 x 22
cm dengan tebal 0,08 mm.
Isilah polybag dengan tanah lapisan atas yang dibersihkan
dari kotoran dan dihancurkan sebelumnya.
Lakukan penyiraman polybag sebelum penanaman
kecambah dan selanjutnya pada setiap pagi dan sore
setelah penanaman.
Buatlah lobang tanam sedalam 3 cm.
Buatlah naungan persemaian setinggi 2,5 m.
Setelah bibit berumur 3 bulan dipindahkan ke dalam
polybag yang besar dengan ukuran 40 x 50 cm, tebal 0,2
mm.
c. Pemeliharaan Pembibitan




Penyiraman dilakukan dua kali sehari.
Penyiangan 2 - 3 kali sebulan atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma.
Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan
genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4
dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :
Pemupukan pada pembibitan
Pupuk Makro
 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu
ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
 > Minggu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26
& 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke
38 & 40 (20gr).
 > Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr);
minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
PERSIAPAN LAHAN

Lahan diolah sebaik mungkin, dibersihkan dari semaksemak dan rumput-rumput liar.
 Buatlah lobang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm atau
60 x 60 x 60cm, 2 minggu sebelum tanam dengan jarak 9 x
9 x 9 m membentuk segitiga sama sisi.
 Tanah galian bagian atas dicampur dengan pupuk fosfat
sebanyak 1 kg/lobang.
 Lobang tanam ditutup kembali dan jangan dipadatkan.
PENYIAPAN LAHAN

1. Pembukaan lahan (land clearing)

Pembukaan lahan dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu manual, mekanis dan kimia.
Tunggul-tunggul kayu bekas hutan cukup dipotong
0,5 – 1, meter dari permukaan tanah



2. Pengawetan tanah
Pada saat musim hujan berlangsung, air perlu
ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah
sehingga persediaan air dalam tanah cukup,
terutama pada saat musim kemarau.

3. Memancang
selanjutnya dilakukan pemacangan utuk menentukan
titik penanaman kelapa sawit dengan pola segi tiga
sama sisi.
 Ditempat pancang tersebut, nantinya digali lubang
untuk tanaman.

4. Penataan afdeling dan blok
 Luas afdeling disesuaikan dengan keadaan topografi,
lahan dan efisiensi pengelolaan yang berhubungan
dengan perawatan tanaman dan panen.


5. Penanaman tanaman penutup tanah

Penanaman tanaman penutup (land cover
crop/LCC) dilakukan sebelum penanaman kelapa
sawit di lapangan.


6. Memuat lubang dan Penanaman
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40
cm x 60 cm (panjang, lebar, dalam).
Lubang tanam tersebut dibuat sekitar 1 minggu
sebelum penanaman dilakukan.


7. Parit dan drainase

Pembuatan parit dan drainase perlu dilakukan
agar air yang tergenang dapat dialirkan keluar
kebun.
Sebelum pembuatan parit dan drainase perlu
disusun terlebih dahulu tata air kawasan areal




8. Jaringan jalan
Jaringan jalaan dengan kondisi yang dapat dilalui
setiap saat merupakan hal penting pada
perkebunan kelapa sawit.
Jalan ini akan dipakai untuk pengangkutan pupuk,
bibit, hasil, serta pengawasan.
PENANAMAN
Pengajiran
Pengajiran atau memancang adalah menentukan
tempat- tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit
sesuai dengan jarak tanam dan hubungan tanaman
yang dipakai dalam penanaman kelapa sawit. Letak
ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk
barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan
kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur
serta memperoleh tempat tumbuh yanng sama
luasnya.
1.
Next...
2.



Pembuatan Lubang Tanam
Dibuat beberapa minggu sebelum penanaman
Ukuran 60cm x 60 cm x 60 cm, tetapi ada juga
yang berukuran 50cm x 40cm x 40cm
Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila
lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan
kembali di tengah-tengah lubang.
Next...
3.
a.
Penanaman
Mempersiapkan Bibit di Pembibitan Utama
Next...
b.
c.
d.
Pengangkutan Bibit ke
Lapangan
Membuat Lubang Tanam
Menaruh Bibit di Setiap
Lubang
Next...
Persiapan Lubang
Sebelum penanaman, dasar lubang dipupuk dengan
pupuk rock fosfat (CIRP) dan lubang tanam diisi
tanah atas secukupnya sampai tercapai kedalaman
lubang setinggi polybag.
b. Menanam Sawit pada Lubang
e.
Waktu Penanaman di Lapangan


Di Indonesia, penanaman biasanya disesuaikan
dengan pola musim hujan
Dua hal penting yang perlu dihindarkan dalam
penanaman kelapa sawit, yaitu penanaman pada
periode kering yang berkepanjangan dan
penanaman di daerah yang tergenang.
Next...


1.
2.
3.
4.
5.
Umur bibit yang paling optimal untuk penanaman di lapangan
berkisar ± 12 bulan atau sekitar bibit umur 10-14 bulan.
Bibit yang siap ditanam di lapangan karena telah memiliki faktorfaktor berikut:
Habitusnya sudah cukup besar sehingga cukup tahan terhadap
serangan hama dan penyakit.
Hanya mengalami kejutan (shock) alih-tanam yang relatif
ringan.
Biaya pembibitan akan berkurang karena sebagian bibit sudah
ditanam ke lapangan.
Dalam kondisi lapangan yang normal, tanaman sudah akan
menghasilkan pada periode 28 bulan bulan yang akan datang
Pada kondisi umur bibit yang optimal ini, proses seleksi pada
waktu alih-tanam ke lapangan akan lebih mudah sehingga di
harapkan hanya sedikit bibit abnormal yang “lolos” dan tertanam
di lapangan.
Penentuan Pola Tanam
Ada 2 macam pola tanam:
1. Pola tanam monokultur
2. Pola tanam
Tumpangsari
PENANAMAN
Penentuan Pola Tanam :


Pola tanam dapat monokultur atau tumpangsari.
Tanaman penutup tanah (legume cover crop, LCC) pada
areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat
memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah,
mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan
menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman
kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah
persiapan lahan selesai.
PENUTUP TANAH

Legume (LCC = legume cover crop)
Syarat : mudah diperbanyak (biji, stek), perakaran
dangkal, pertumbuhan cepat daun banyak, tahan :
pangkas, kering, naungan, OPT,mudah diatur-tidak
membelit, tidak berduri, menyuburkan tanah
 Menjalar : diantara barisan tanaman, pelindung tebing,
bersifat permanen
 Pelindung perdu : di antara barisan TBM, sebagai
pagar, pupuk hijau, sementara

LCC Tipe Menjalar pada Perkebunan Kelapa Sawit

Centrosema pubescens
 Pueraria javanica
 Calopoginium mucunoides
 Psopocarphus polustris
 Calopogonium caeruleum
 Desmodium ovalifolium
 Mucuna conchinchinensis
 Pueraria phascoloides
Centrosema pubescens
Pueraria javanica
Calopogonium
sp
Lcc Tipe Pelindung Perdu
Pada Perkebunan Kelapa Sawit




Flemingia congesta
Crotalaria anagyroides
Tephrosia vogelii
Caliandra callothyrsus (putih)
 C. tetragona (merah)
Tephrosia vogelii
Flemingia congesta
Crotalaria anagyroides
Calliandra calothyrsus
Penanaman LCC secara campuran





Penanaman LCC secara campuran dari berbagai jenis
lebih menguntungkan dari pada hanya menggunakan 1
jenis LCC
Seleksi LCC: perlu dilakukan sebelum dilakukan
penanaman, seleksi dilakukan melalui pengujian daya
kecambah
Tujuan seleksi LCC: mengetahui kemurnian dan
persentase pertumbuhan dari LCC sehingga akan
didapatkan pertumbuhan di lahan yang baik
Tingkat pertumbuhan minimum beberapa jenis kacangan:
Calopoginium mucunoides (40%), Calopogonium
caeruleum (30%), Pueraria javanica (60%), Mucuna
conchinchinensis (75%)
Apabila persentase pertumbuhan di bawah standar,
kebutuhan benih dapat ditambah secara proporsional
Contoh Kebutuhan Benih LCC pada penanaman LCC
secara campuran





Pada penanaman LCC secara campuran kebutuhan
benihnya sebagai berikut:
Calopoginium mucunoides (6 kg/ha),
Pueraria javanica (3 kg/ha),
Mucuna conchinchinensis (2 kg/ha), dan
Calopogonium caeruleum (0,5 kg/ha)
Kegunaan LCC








Menahan pukulan hujan
Menahan laju air limpasan
Menambah N
Menambah BO (memperbaiki sifat fisik, kimia,
biologi tanah)
Melindungi permukaan tanah dari erosi
Mengurangi pencucian unsur hara
Mempercepat pelapukan barang sisa
LC/replanting
Menekan pertumbuhan gulma
Dampak Negatif LCC




Persaingan dengan tanaman pokok
Mengganggu tanaman pokok
Sebagai tempat bersarang tikus
Kadang menjadi inang dari bakteri, virus, dan
jamur
Beberapa Perlakuan Sebelum Penanaman Benih
LCC





Perendaman benih dalam air hangat:
dilakukan selama 2 jam pada suhu 750C
Direndam dalam larutan glycerin: selama 2 jam
pada suhu 600C
Direndam dalam larutan asam (asam sulfat):
selama 8-15 menit
Penipisan kulit benih (skarifikasi)
Supaya pertumbuhan dan perkembangan LCC
berlangsung dengan baik, sebelum benih di
tanam perlu diinokulasi menggunakan
Rhizobium
Pohon Pelindung

Ada beberapa jenis tanaman perkebunan yang habitat
aslinya di dalam hutan untuk memberikan hasil yang
tinggi perlu naungan sebagian, dengan pohon pelindung
 Pohon pelindung : dalam barisan, melindungi tanaman
pokok atau tebing, pematah angin, bersifat tetap,
Albizzia falcata (sengon laut), Leucaena glauca, L.
leucocephala
 Pohon pelindung mengurangi intensitas cahaya dan
suhu,
meningkatkan
kelembaban
udara
dan
mempertahankan lengas tanah, menambah bahan
organik
Kriteria tanaman yang akan digunakan sebagai pohon
pelindung
 Morfologi daun, tipe percabangan, ketahanan hama
penyakit
 Tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang subur
 Tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu
 Tidak bersaing dalam kebutuhan air dan hara dengan
tanaman pokok
 Tidak menjadi inang penyakit, tahan akan angin dan
mudah dimusnahkan
 Sebaiknya dapat bernilai ekonomis
Lamtoro
Gleriside
Kaliandra
Albizia
PENANAMAN KELAPA SAWIT

Penanaman : tidak teratur atau teratur
 Penanaman teratur menggunakan jarak tanam
 Jarak tanam ditentukan :
 - berdasarkan ukuran tanaman terutama diameter tajuk,
 - tanaman dapat menangkap cahaya matahari optimal
 - perlu juga mempertimbangkan diameter perakaran
 Kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9 m x 9 m
lanjutan
Jarak tanam ideal berbentuk segitiga sama sisi :
 - penangkapan cahaya maksimal,
 - populasi lebih tinggi (jumlah tanaman 15% lebih banyak),
kelemahannya: sulit untuk penerapan mekanisasi dalam
kegiatan penanaman, pemeliharaan, maupun pemanenan


Tidak selalu operasional yang terbaik, bisa bujur sangkar,
untuk memudahkan pemeliharaan atau segi empat, misalnya
untuk mekanisasi
Jarak tanam
ruang kosong
Segi empat
Segi tiga
Jumlah Tanaman Bedasarkan Jarak Tanam
per Ha
Tabel . Hubungan jarak tanam, bentuk jarak tanam,
dan populasi tanaman
---------------------------------------------------------Jarak Tanam
segi empat
segi tiga
---------------------------------------------------------6m
278
320
7m
204
236
8m
156
180
9m
123
143
-----------------------------------------------------------
PEMBUATAN LUBANG TANAM






Ukuran lubang tergantung ukuran tanaman terutama daerah
perakaran
Pada kelapa sawit ukurannya adalah: 60 cm x 60 cm x 40 cm
Lubang dapat dibuat beberapa bulan sebelum penanaman
agar tanah dalam lubang mengalami perbaikan. Untuk daerah
dengan curah hujan tinggi sering tidak dapat karena
tergenang
Beberapa minggu sebelum penanaman lubang diisi
campuran tanah atas dan pupuk organik
Saat penanaman tanah digali seukuran perakaran
Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang
berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
Lubang Tanam
Lapisan
Lapisan
tanah atas
tanah bawah
Pupuk Organik
CARA PENANAMAN

Masukkan bibit ke dalam lubang dengan hati-hati dan
kantong plastik dibuka.
 Lubang ditutup dengan tanah, tidak boleh diinjak-injak
agar tidak terjadi kerusakan.
 Bibit yang tingginya lebih dari 150 cm, daunnya dipotong
untuk mengurangi penguapan.
 Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim
penghujan.
CARA PENANAMAN

Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun
dengan teratur.
 Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag.
 Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke
dalam lubang.
 Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan
dalam pupuk kandang selama ± 1 minggu di sekitar
perakaran tanaman.
 Segera ditimbun dengan galian tanah atas.
KEGIATAN SETELAH PENANAMAN




Umpan tikus
Pemberian mulsa dengan janjangan kosong
Penyisipan
Konsolidasi
Umpan tikus



Sebagai tindakan pencegahan terhadap serangan
tikus
Per pokok bibit diberi 2 butir umpan tikus, 1 butir
diletakkan disebelah kiri pokok dan 1 butir lagi
diletakkan di sebelah kanan pokok
Pemberian umpan tikus selanjutnya disesuaikan
dengan kebutuhan
Pemberian mulsa dengan janjangan kosong

Semua bibit yang baru ditanam di lahan harus diberikan
janjangan kosong (dosis 25 ton/ha)
 Janjangan kosong diletakkan disekitar piringan bibit,
dalam bentuk lingkaran
 Janjangan kosong yang digunakan haruslah yang masih
segar, yang diproduksi dalam kurun waktu 2 minggu
sebelum digunakan
Penyisipan

Penyisipan dilakukan secepat mungkin, tidak boleh lebih
dari 2 tahun setelah tanam
 Menggunakan bibit advaced planting material
Konsolidasi

Pemeriksaan rutin terhadap tanaman sawit yang
miring atau roboh, kemudian ditegakkan kembali
PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk menciptakan
kondisi lingkungan tumbuh optimal bagi tercapainya
pertumbuhan dan produksi optimal tanaman yang
dibudidayakan.
PEMELIHARAAN TANAMAN
 Penyulaman
dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur
10-14 bulan. Populasi 1 hektar ± 135-145
pohon agar tidak ada persaingan sinar
matahari.
 Penyulaman dilakukan untuk mengganti
tanaman yang mati dengan tanaman baru
yang seumur dengan tanaman yang mati.
 Cadangan bibit untuk penyulaman terus
2. Pemupukan





Waktu :
Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil,
namun > 60 mm/bulan. Pemupukan ditunda jika
curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan
diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki
kemasaman tanah dan merangsang perakaran,
diikuti oleh MOP (KCl) dan Urea/ZA.
Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate
dengan Urea/ZA minimal 2 minggu.
Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2
(dua) bulan.
Next...


Frekuensi:
Pemupukan dilakukan 2 – 3 kali tergantung pada kondisi lahan,
jumlah pupuk, dan umur – kondisi tanaman.
 Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan
dengan frekuensi yang lebih banyak.
 Frekuensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman,
namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.
Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :
Anjuran pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM) seperti
pada tabel 1.
 Sedangkan pemupukan tanaman menghasilkan (TM),
kebutuhan pupuk berkisar antara 400 - 1000 kg N, P, K, Mg, Bo
per Ha/tahun.
Pemupukan TBM
Pemangkasan Daun

Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah
busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk
(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28
bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga
pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54
helai.
Pemangkasan Daun
Pemangkasan/penunasan adalah pembuangan
daundaun tua atau yang tidak produktif pada
tanaman kelapa sawit.
Tujuan Pemangkasan

Memperbaiki sirkulasi udara disekitar tanaman
sehingga dapat membantu proses penyerbukan
secara alami.
 Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan
kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah
daun.
 Membantu dan memudahkan pada waktu panen.
 Mengurangi perkembangan epifit daun.
 Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar,
terutama proses fotosintesis dan respirasi.
 Pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali untuk
tanaman belum menghasilkan dan 8 bulan sekali
untuk tanaman menghasilkan.
Download