simpanan bagi hasil di bank

advertisement
SIMPANAN BAGI HASIL DI
BANK
Oleh: Mike Rini
Dikutip dari Danareksa.com
Apakah Anda termasuk orang yang percaya bahwa
uang bisa didapat dengan sekejap mata tanpa
usaha yang berarti ? Saya tidak. Saya orang yang
tidak pernah percaya bahwa uang bisa didapat
dengan sekejap mata. Tapi keyakinan saya tersebut
ternyata bisa dipatahkan, tepatnya tahun 1998
jamannya masih krisis moneter. Saya tidak akan
pernah lupa hari-hari dimana saya bisa
mendapatkan uang dengan begitu mudahnya,
bahkan tanpa usaha yang berarti sama sekali. Yang
saya lakukan saat itu hanya mendepositokan uang
saya di sebuah bank. Bayangkan dari uang sebesar
1
Rp 100 juta yang saya depositokan, sim salabim !
satu bulan kemudian berubah menjadi Rp 140 juta !
Jadi timbul pertanyaan, apa yang dilakukan bank
tersebut sehingga bisa sebegitu hebatnya
membayar bunga deposito sebesar itu. Saya tidak
penah tahu kemana uang yang saya simpan dibank
tersebut diinvestasikan, namun tidak lama
setelahnya jawabannya datang dengan berita
likuidasi bank-bank. Termasuk bank saya, hanya
saja depositonya sudah saya cairkan dahulu, dan
untuk kedua kalinya saya lagi-lagi beruntung.
Beberapa teman-temannya yang dananya nyangkut
di bank tersebut, harus menunggu berhari-hari dan
mengantri dalam antrian yang sangat panjang untuk
bisa mengambil dana mereka kembali. Bank-lah
pihak yang paling merugi, bukan saja merugi tapi
bangkrut total sampai harus ditutup. Kewajiban
pembayaran bunga yang luar biasa ekstrim saat itu
telah menamatkan riwayat bank tempat saya
menabung bertahun-tahun.
2
Bayangkan jika Anda yang berada di posisi
penghutang seperti kasus bank tadi (dan seringnya
memang begitu bukan ?). Kewajiban cicilan kredit
rumah, kredit mobil atau kartu kredit yang tiba-tiba
membengkak karena bunganya meroket dan
semakin parah jika Anda terlambat membayar, bisa
membuat Anda bangkrut. Begitulah keajaiban dari
sistem bunga berbunga, bisa sangat
menguntungkan di satu pihak namun merugikan
pihak lain.
Kenyataan ini telah membuktikan bahwa
kelangsungan hidup bank konvensional selalu
terganggu oleh gejolak suku bunga. Dari sinilah
muncul kebutuhan akan adanya suatu sistem
perbankan yang tidak berbasis bunga. Menjawab
kebutuhan itu sistem perbankan syariah yang
berbasis bagi hasil, konon lebih tangguh dari sistem
perbankan konvensional. Namun jika dilihat dari
kacamata kita sebagai nasabah, apakah
menguntungkan jika kita menyimpan uang di bank
3
syariah ? Setelah sekian lama terbiasa dengan
sistem bunga bank konvensional, bisakah sistem
bank syariah memberikan keuntungan yang lebih
besar kepada nasabahnya ? “Tak kenal maka tak
sayang”, bagi kita yang sudah terbiasa dengan
sistem bunga pada bank konvensional, mungkin
merasa ragu-ragu dengan sistem bagi hasil bank
syariah. Namun terlepas dari berbagai keraguan
tadi, alangkah baiknya kita menuntaskan rasa
penasaran kita dengan mempelajari produk-produk
simpanan di bank syariah.
Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank
Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi
berdasarkan syariah atau prinsip agama Islam.
Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem
bunga atau riba yang memberatkan, maka bank
syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada
semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan
4
keadilan. Perbedaan yang mendasar antara bank
syariah dengan bank konvensional, antara lain :
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional
dengan bank syariah terletak pada landasan
falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak
melaksanakan sistem bunga dalam seluruh
aktivitasnya sedangkan bank kovensional
justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi
perbedaan yang sangat mendalam terhadap
produk-produk yang dikembangkan oleh bank
syariah, dimana untuk menghindari sistem
bunga maka sistem yang dikembangkan
adalah jual beli serta kemitraan yang
dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil.
Dengan demikian sebenarnya semua jenis
transaksi perniagaan melalu bank syariah
diperbolehkan asalkan tidak mengandung
5
unsur bunga (riba). Riba secara sederhana
berarti sistem bunga berbunga atau
compound interest dalam semua prosesnya
bisa mengakibatkan membengkaknya
kewajiban salah satu pihak seperti efek bola
salju pada cerita di awal artikel ini. Sangat
menguntungkan saya tapi berakibat fatal
untuk banknya. Riba, sangat berpotensi untuk
mengakibatkan keuntungan besar disuatu
pihak namun kerugian besar dipihak lain,
atau malah ke dua-duanya.
2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Dalam sistem bank syariah dana nasabah
dikelola dalam bentuk titipan maupun
investasi. Cara titipan dan investasi jelas
berbeda dengan deposito pada bank
konvensional dimana deposito merupakan
upaya mem-bungakan uang. Konsep dana
6
titipan berarti kapan saja si nasabah
membutuhkan, maka bank syariah harus
dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan
menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi
inilah membuat dana titipan kurang
memenuhi syarat suatu investasi yang
membutuhkan pengendapan dana. Karena
pengendapan dananya tidak lama alias cuma
titipan maka bank boleh saja tidak
memberikan imbal hasil. Sedangkan jika
dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka
karena konsep investasi adalah usaha yang
menanggung risiko, artinya setiap
kesempatan untuk memperoleh keuntungan
dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya
terdapat pula risiko untuk menerima kerugian,
maka antara nasabah dan banknya samasama saling berbagi baik keuntungan
maupun risiko.
7
Sesuai dengan fungsi bank sebagai
intermediary yaitu lembaga keuangan
penyalur dana nasabah penyimpan kepada
nasabah peminjam, dana nasabah yang
terkumpul dengan cara titipan atau investasi
tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan
ke dalam traksaksi perniagaan yang
diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil
keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah
yang disalurkan ke dalam berbagai usaha
itulah yang akan dibagikan kepada nasabah.
Hasil usaha semakin tingi maka semakin
besar pula keuntungan yang dibagikan bank
kepada dan nasabahnya. Namun jika
keuntungannya kecil otomatis semakin kecil
pula keuntungan yang dibagikan bank
kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil
hanya bisa berjalan jika dana nasabah di
bank di investasikan terlebih dahulu kedalam
usaha, barulah keuntungan usahanya
8
dibagikan. Berbeda dengan simpanan
nasabah di bank konvensional, tidak peduli
apakah simpanan tersebut di salurkan ke
dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib
membayar bunganya.
Dengan demikian sistem bagi hasil membuat
besar kecilnya keuntungan yang diterima
nasabah mengikuti besar kecilnya
keuntungan bank syariah. Semakin besar
keuntungan bank syariah semakin besar pula
keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan
bank konvensional, keuntungan banknya
tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak
peduli berapapun jumlah keuntungan bank
konvesional, nasabah hanya dibayar
sejumlah prosentase dari dana yang
disimpannya saja.
9
3. Kewajiban Mengelola Zakat
Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola
zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat,
menghimpun, mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan
fungsi dan peran yang melekat pada bank
syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial
(zakat. Infak, sedekah)
4. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi suatu bank
syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi
segala aktifitas bank agar selalu sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini
dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada
masing-masing lembaga keuangan syariah,
DSN dapat memberikan teguran jika lembaga
10
yang bersangkutan menyimpang. DSN juga
dapat mengajukan rekomendasi kepada
lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan untuk
memberikan sangsi.
Bagaimana Kita Menyimpan Uang Di Bank
Syariah
Sebelumnya kita sudah sangat mengenal tabungan,
giro dan deposito dari bank konvensional. Pada ke
tiga produk bank ini maka setiap bulanya bank
berjanji akan membayar sejumlah bunga. Di bank
syariah juga mempunyai produk simpanan berupa
tabungan, giro dan deposito hanya sebagai nasabah
kita tidak menerima pembayaran bunga. Di bank
syarah ada 2 cara yang bisa dipilih orang untuk
menyimpan uangnya,yaitu :
11
1. Titipan / Wadiah
Menitip adalah memberikan kekuasaan
kepada orang lain untuk menjaga hartanya/
barangnya. Dengan demikian cara titipan
melibatkan adanya orang yang menitipkan
(nasabah), pihak yang dititipi (bank syariah),
barang yang dititipkan (dana nasabah).
Menitipkan sebenarnya bukan usaha
perniagaan yang lazim, kecuali penerima
titipan menetapkan keharusan membayar
biaya penitipan atau administrasi bagi penitip.
Maka Titipan bisa memenuhi syarat
perniagaan yang lazim. Artinya bank harus
menjaga dan bertanggung jawab terhadap
barang yang dititipkan karena sudah dibayar
biaya administrasinya. Rekening giro di bank
syariah dikelola dengan sistem titipan
sehingga biasa dikenal dengan Giro Wadiah,
karena pada dasarnya rekening giro adalah
dana masyarakat di bank untuk tujuan
12
pembayaran dan penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Artinya giro hanyalah
merupakan dana titipan nasabah, bukan dana
yang diinvestasikan. Namun dana nasabah
pada giro bisa dimanfaatkan oleh bank
selama masih mengendap, tetapi kapanpun
nasabah ingin menariknya bank wajib
membayarnya. Sebagai imbalan dari titipan
yang dimanfaatkan oleh bank syariah,
nasabah dapat menerima imbal jasa berupa
bonus. Namun bonus ini tidak diperjanjikan di
depan melainkan tergantung dari kebijakan
bank yang dikaitkan dengan pendapatn bank.
Rekening tabungan harian yang
memberlakukan ketentuan dapat ditarik
setiap saat juga dikelola dengan cara titipan,
karena sifatnya mirip dengan giro hanya
berbeda mekanisme penarikannya.
13
2. Investasi / Mudharabah
adalah suatu bentuk perniagaan dimana
pemilik modal (nasabah) menyetorkan
modalnya kepada pengelola (bank) untuk
diusahakan dengan keuntungan akan dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan dari
kedua belah pihak. Sedangkan kerugian, jika
ada akan ditanggung oleh si pemilik modal.
Dengan demikian cara investasi melibatkan
pemilik modal (nasabah), pengelola modal
(bank), modal (dana) harus jelas berapa
jumlahnya, jangka waktu pengelolaan modal,
jenis pekerjaan atau proyek yang di biayai,
porsi bagi hasil keuntungan. Deposito di bank
syariah dikelola dengan cara investasi atau
mudarobah, sehingga biasa dikenal dengan
Deposito Mudharabah. Bank Syariah tidak
membayar bunga deposito kepada deposan
tetapi membayar bagi hasil keuntungan yang
ditetapkan dengan nisbah. Beberapa jenis
14
tabungan berjangka juga dikelola dengan
cara mudharobah misalnya tabungan
pendidikan dan tabungan hari tua, tabungan
haji, tabungan berjangka ini biasa dikenal
istilah Tabungan Pendidikan Mudharabah,
Tabungan Haji. Tabungan-tabungan tersebut
tidak dapat ditarik oleh pemilik dana sebelum
jatuh tempo sehingga memenuhi syarat untuk
diinvestasikan
Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan
Jika bank konvensional membayar bunga kepada
nasabahnya, maka bank syariah membayar bagi
hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
Kesepakatan bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu
angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah antara
bank dengan nasabahnya ditentukan di awal,
misalnya ditentukan porsi masing-masing pihak
60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperolah
15
akan didisitribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan
40% bagi bank. Angka nisbah ini dengan mudah
Anda dapatkan informasinya dengan bertanya ke
customer service atau datang langsung dan melihat
papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi Hasil”
yang ada di cabang bank syariah.
Apakah Simpanan Nasabah di Bank Syariah
Dijamin Pemerintah
Dalam hal jaminan pemerintak terhadap dana pihak
ke tiga di bank, maka bank syariah mempunyai
kedudukan yang sama sama dengan bank
konvensional. Dana nasabah di bank syariah tetap
dijamin pemerintah sesuai dengan ketentuan
jaminan pemerintah bagi dana nasabah di bank.
Salam
Mike Rini
Perencana Keuangan
16
Download