9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Pada hakikatnya

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Pada hakikatnya, setiap manusia butuh berkomunikasi. Taraf kebutuhan
berkomunikasi pada manusia, mungkin tidak sepenting makan, minum dan
menghirup oksigen. Namun tanpa berkomunikasi, manusia layaknya bukan makhluk
hidup.
Berbicara tentang komunikasi, terlalu banyak pengertian dan penjelasanpenjelasan mengenai komunikasi. Pengertian-pengertian yang dijelaskan hampir
semuanya saling berkaitan arti, makna, maupun prakteknya, mungkin yang
membedakan pendapat para ahli karena zaman mereka yang berbeda-beda dan juga
waktu, sehingga mengubah cara pandang mereka.
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisidefinisi komunikasi. Definisi pertama adalah tingkat observasi (level of observation),
atau derajat keabstrakannya. Misalnya, definisi komunikasi sebagai “proses yang
menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah
terlalu umum, sementara komunikasi sebagai “alat untuk mengirim pesan militer,
10
perintah dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu
sempit. 1
Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian definisi
mencakup hanya pengiriman dan penerimaan pesan yang disengaja, sedangkan
sebagian definisi lainnya tidak menuntut syarat ini. Contoh definisi yang
mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller, yakni komunikasi
sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu
pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima”. Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah
definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi
dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah
orang”.
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara
implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan, sebagian lainnnya tidak seperti
itu. Definisi komunnikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa
komunikasi itu (harus) berhasil: “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau
gagasan”. Asumsi dibalik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan
secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan
keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernald Berelson dan Gary Steiner:
1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal.60
11
“Komunikasi adalah transmisi informasi”. Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan
bahwa informasi harus diterima atau dimengerti.
2.2. Komunikasi Massa
Komunikasi
massa
(mass
communication)
adalah
komunikasi
yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,
televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak
tempat, anonim, dan heterogen pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
cepat, serentak dan selintas (khususnya media ekektronik). 2
Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui
sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan
penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya
tidak memungkinkan umpan balik segera. 3
Dari uraian di atas, kita bisa melihat bahwa komunikasi massa merupakan sub
ilmu komunikasi. Oleh karena proses komunikasi dapat dilakukan dengan alat Bantu
primer maupun sekunder, maka disini kita memahami komunikasi massa sebagai
upaya berkomunikasi dengan alat bantu sekunder massa, yaitu media massa.
2
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal.
83
3
Ibid. hal 79
12
Secara umum kita bisa menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah upaya
melakukan hubungan persamaan dengan menggunakan media massa sebagai alat
bantu.
2.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Seperti dijelaskan dengan pengertian komunikasi massa diatas, maka
komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat
komponennya. Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut: 4
a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain
dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem.
Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan
media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide,
gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai
satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu
menjadi sumber informasi.”
Di dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya komponen-komponen itu
saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi secara keseluruhan. Tidak
bekerjannya satu unsur akan memengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain. Eksistensi
4
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 19
13
kesatuan (totalitas) dipengaruhi oleh komponen-komponennya, sebaliknya eksistensi
masing-masing komponen dipengaruhi oleh kesatuanya.
b. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen atau beragam.
Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang
tidak sama pula. Namun mereka adalah komunikan televisi. Jadi, heterogenitas ini
banyak macamnya, meskipun tidak semua heterogenitas itu harus melekat pada diri
komunikan.
c. Pesannya Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau
satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesanya ditujukan pada
khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak
boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk
golongan tertentu.
d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Jika dalam komunikasi massa ada komunikasi dua arah, sebisa mungkin
komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah itu. Padahal
14
sangat sulit. Oleh karena itu, ciri komunikasi dalam komunikasi massa tetap harus
dikatakan berjalan satu arah saja
e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam penyebaran pesanpesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir
bersamaan.
f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang
dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
Televisi disebut media massa yng kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari
pemancar. Apalagi dewasa ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan
perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang
dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan, saat ini sudah sering televisi
melakukan siaran langsung (live), dan bukan siaran yang direkam (recorded).
g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yanng sering disebut penapis informasi atau palang pintu
atau penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi
melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah
15
atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang
disebarkan lebih mudah dipahami.
2.2.2. Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Joseph R. Dominick, dalam bukunya The Dynamics of Mass
Communications, untuk memperoleh kejelasan dan ketegasan mengenai fungsi
komunikasi massa, perlu dilakukan paling tidak dengan dua tahap yang berbeda.
Pertama, kita dapat menggunakan perspektif seorang sosiolog dan meneropongnya
melalui lensa lebar seraya mempertimbangkan fungsi-fungsi yang ditunjukan oleh
media massa bagi keseluruhan masyarakat (pendekatan seperti ini kadang-kadang
disebut makroanalisis). Kedua, atau sebaliknya kita dapat melihatnya melalui lensa
close-up kepada khalayak secara perseorangan, dan meminta kepadanya agar
memberikan laporan mengenai bagaimana mereka menggunakan media massa
(pendekatan ini dinamakan mikroanalisis). Dengan demikian, fungsi-fungsi
komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick yaitu: 5
1. Pengawasan (surveillance)
Fungsi pengawasan ini mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan
berita dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang
pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para wartawan
5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosda Karya, Bandung,
2005, hal.28
16
surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kantor berita, dan
lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan informasi buat kita
yang tidak bisa kita peroleh. Infomasi itu disampaikan kepada organisasi-organisasi
media massa yang dengan jaringan luas dan alat-alat yang canggih disebarkannya
keseluruh Jagat.
Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis:
a. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
b. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance)
2. Interpretasi (interpretation)
Yang erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan adalah fungsi
interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga
informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu.
3. Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan.
Fungsi hubungan yang dimiliki media itu sedemikian berpengaruhnya kepada
masyarakat sehingga dijuluki “publik making” ability of the mass media atau
kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa. Hal ini erat
kaitannya dengan perilaku seseorang, baik yang positif konstruktif maupun yang
17
negatif destruktif, yang apabila diberitakan oleh media massa, maka segera seluruh
masyarakat mengetahuinya.
4. Sosialisasi
Joseph R. Dominick juga menganggap sosialisasi sebagai fungsi komunikasi
massa, karena sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values)
yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi perilaku dan nilainilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan
dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari
bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.
5. Hiburan (entertainment)
Joseph R. Dominick juga menganggap hiburan sebagai fungsi media massa.
Mengenai hal ini memang tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media
massa lainnya seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah
informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu
cerita pendek, cerita panjang atau cerita bergambar.
Dari paparan di atas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang
begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni:
a. Menyampaikan informasi (to inform)
b. Mendidik (to educate)
18
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
2.2.3. Fungsi Media Massa
Di suatu negara yang demokratis maka fungsi pers dan media massa
sedikitnya dapat digolongkan ke dalam 6 hal yaitu: 6
a. Menyampaikan fakta (the fact): media massa menyediakan fasilitas arus
informasi dari kedua belah pihak. Satu sisi mencerminkan kebutuhan dan
keinginan pengirim (iklan, propaganda dll) dan di sisi lain kebutuhan dan
harapan penerima (berita, laporan dll)
b. Menyajikan opini dan analisis (opinions and analyses): pada laporan berita,
reporter memasukan opini orang-orang luar, analisis berita dilakukan oleh staf
redaktur khusus (kolom, editoral dll).
c. Melakukan investigasi (investigations): fungsi ini adalah yang paling sulit
untuk dilakukan, tetapi jika berhasil nilai beritanya akan sangat berbobot.
Untuk melakukan ini, diperlukan kecanggihan dan staff yang berpengalaman
serta memiliki hubungan intensif dengan para ahli dan ilmuwan yang
membutuhkan waktu tahunan.
6
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, PT Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2005, hal.10
19
d. Hiburan (Entertainment): sajian pers dan media massa kadang-kadang
berfungsi sekaligus yaitu menghibur, mendidik dan memberikan informasi.
Tetapi kadang-kadang juga terpisah antara satu dan lainnya. Yang merepotkan
adalah apabila informasi tersebut dianggap sebagai hiburan. Atau hiburan
yang mengganggu informasi.
e. Kontrol: fungsi ini bisa dimanfaatkan oleh media kepada pemerintah dan juga
sebaliknya. Ini sangat bergantung dari system pers di Negara yang
bersangkutan.
f. Analisis kebijakan (policy analysis): fungsi ini merupakan kecendrungan yang
kini sedang tumbuh di media Amerika (the MacNeil / Lehrer, dll) di mana
sajiannya adalah menyoroti kebijakan yang diterapkan pemerintah kemudian
di analisis oleh media tersebut dengan memberikan solusi alternatif lain.
2.3. Pesan Nonverbal dalam Komunikasi
Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry
A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirm atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
20
keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa tanpa menyadari bahwa
pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
Sebagaimana kata – kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal,
melainkan terikat oleh budaya, jadi harus dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja
isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Edward T. Hall menamai bahasa
nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi”
(hidden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan
nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan
relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal member kita isyarat-isyarat
kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal
membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.
Sebagaimana budaya, subkultur pun sering memiliki bahasa nonverbal yang
khas. Dalam suatu budaya boleh jadi terdapat variasi bahasa nonverbal, misalnya
bahasa tubuh, bergantung pada jenis kelamin, agama, usia, pekerjaan, pendidikan,
kelas sosial, tingkat ekonomi, lokasi geografis dan sebagainya. Ada dugaan bahwa
bahasa nonverbal sebangun dengan bahasa verbalnya. Artinya, pada dasarnya suatu
kelompok yang punya bahasa verbal khas juga dilengkapi dengan bahasa nonverbal
khas yang sejajar dengan bahasa verbal tersebut. 7
7
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007,
343
hal.
21
2.3.1. Fungsi Komunikasi Nonverbal
Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari
komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin
dalam komunikasi tatap muka sehari-hari. Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal
mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal,
seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku nyata, yaitu: 8
1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan
dengan simbol verbal.
2. Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memelingkan
muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam
tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh
untuk mengurangi kecemasan.
5. Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut,
terkejut, atau senang.
8
Ibid hal. 349
22
Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal dapat dilukiskan dengan perilaku
nyata, berikut adalah beberapa perilaku atau ekspresi nonverbal dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia :
1. Melengos yaitu membuang muka (tidak sudi melihat).
2. Mencibir yaitu menganjurkan bibir bawah ke depan untuk menyatakan tidak
senang atau mencemooh.
3. Mengejek yaitu mengolok-olok (mempermainkan dengan tingkah laku).
4. Menertawakan yaitu tertawa karena melihat kesalahan orang.
2.4. Televisi Sebagai Saluran Media Massa
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan
langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1962. siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi
TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara
langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung
Karno. Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun penonton
televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun
1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk
23
membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di
Indonesia. Disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI. 9
Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat
sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antara satu
negara dengan negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk
memancarkan signal televisi. Inilah yang disebut sebagai globalisasi di bidang
informasi.10
Televisi memilki karakteristik yaitu sebagai berikut: 11
1. Audiovisual : Televisi memiliki kelebihan dapat didengar (audio) dan dilihat
(visual). Karena sifat audiovisual ini, selain kata-kata televisi juga menampilkan
informasi-informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar
peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa.
2. Berpikir dalam gambar: Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses ini, Pertama;
visualisasi, yaitu menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang
menjadi gambar-gambar. Kedua; penggambaran (picturization), yakni kegiatan
merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya
mengandung makna tertentu.
9
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa,
Jakarta, 2007, hal. 10
10
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2005, hal. 4
11
Riswandi, Dasar-Dasar Penyiaran, Graha Ilmu, 2009, hal. 5
24
3. Pengoperasian / cara kerja yang kompleks : Dibandingkan dengan media radio,
pengoperasian televisi lebih kompleks karena lebih banyak melibatkan orang.
Khusus untuk medium televisi, berdasarkan pengamatan beberapa ahli bidang
pertelevisian menyebutkan bahwa informasi yang diperoleh melalui siaran televisi
dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama jika dibandingkan dengan
perolehan informasi yang sama tetapi melalui membaca. Hal tersebut disebabkan
karena gambar atau visualisasi bergerak yang berfungsi sebagai tambahan dan
dukungan informasi penelitian narasi penyiar atau reporter memiliki kemampuan
untuk memperkuat daya ingat manusia dan memanggilnya (recall) kembali.
Alasan tersebut juga diperkuat karena informasi yang yang disampaikan
melalui medium televisi, diterima dengan dua indera sekaligus secara simultan pada
saat yang bersamaan. Kedua indera tersebut adalah indera pendengaran (Audio) dan
indera penglihatan (visual/ video). Jadi dalam waktu yang bersamaan, penonton atau
pemirsa televisi dirangsang kedua inderanya ketika mereka menonton siaran televisi.
Karena itulah daya ingatan yang mengendap di dalam ingatannya akan dapat bertahan
lebih lama dibandingkan dengan membaca atau mendengar saja. 12
2.4.1. Segmentasi Audien Televisi
Pada awal perkembangan televisi swasta di Indonesia pada tahun 1980-an,
semua stasiun televisi melakukan segmentasi dan targeting audien secara luas atau
12
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2005, hal.27
25
lebih tepat lagi tidak memiliki segmentasi audien. Harus diakui bahwa stasiun televisi
ketika itu belum menerapkan betul-betul strategi segmentasi dan target audien. Salah
satu sebabnnya adalah industri pertelevisian Indonesia masih sangat muda. Tenagatenaga ahli pembuat film masih sangat langka, demikian pula para programmer.
Semua stasiun televisi nasional masih mengandalkan pada paket-paket film yang
berasal dari Amerika, India, Hong Kong dan Jepang. Sehingga tak heran kalau
semuanya memiliki nafas siaran dan program yang sama. Akibatnya stasiun-stasiun
televisi mengalami kesulitan dalam melakukan segmentasi audien yang jelas dan
tajam.
Menjelang tahun 2000 sejumlah stasiun televisi baru muncul. Meskipun pada
awalnya beberapa stasiun televisi baru itu mencoba untuk menjadi televisi dengan
target kelompok pemirsa tertentu, namun hingga tahun 2004 belum ada televisi yang
betul-betul menjadi televisi yang memiliki segmen khusus. Stasiun televisi umumnya
menyajikan program acara yang bersifat beragam seperti supermarket yang
menyediakan segala barang. Segmentasi audien televisi biasanya hanya terjadi pada
waktu siaran tertentu, misalnya, pada sore hari lebih banyak menayangkan program
acara untuk anak-anak seperti film kartun, karena kebanyakan anak-anak menonton
televisi pada sore hari, sementara pagi hari waktu siaran lebih banyak diisi dengan
program drama yang disukai ibu-ibu dan pembantu rumah tangga yang tinggal di
rumah.
26
Pada tahun 2005 beberapa stasiun televisi di Indonesia mulai terarah (fokus)
dalam menentukan segmen audiennya. Stasiun televisi mulai melakukan segmentasi
dan berupaya mengarahkan programnya pada target audien tertentu. Pengelola
televisi lebih serus memikirkan segmentasi audien yang ingin ditujunya.
Kecendrungan yang ada menunjukkan bahwa hanya stasiun televisi yang memiliki
segmentasi yang jelas dan mampu melayani segmen itu dengan baik yang akan
berhasil.13
2.5. Definisi Program Tayangan Televisi
Program tayangan televisi adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan
dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter,
baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang disiarkan oleh lembaga penyiaran. 14 Program
tayangan televisi dapat disamakan dengan produk atau barang yang dijual kepada pihak lain,
dalam hal ini adlah audien. Dengan demikian program tayangan televisi menjadi sesuatu atau
produk yang dibutuhkan audien, sehingga mereka bersedia mengikutinya. Para audien akan
memilih program tayangan yang baik dan menghibur, sehingga program tayangan televisi
yang baik akan mendapatkan audien atau penonton yang lebih besar sedangan program
tayangan televisi yang buruk akan ditinggalkan oleh para audien atau penonton.
13
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio Dan Televisi, Ramdina Prakarsa,
Jakarta, 2007, hal.183
14
Bab I, Pasal 1, Ayat 7, Pedoman Perilaku Penyiaran KPI, 2009.
27
2.5.1. Jenis Program Tayangan Televisi
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Berbagai jenis program itu
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: Program
Informasi (berita), dan Program Hiburan (Entertainment).15
Program Informasi
Program Informasi (berita) adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Program
Informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Berita Keras (hard news) adalah segala informasi penting atau menarik yang
harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus
segera ditayangkan agar dapat diketahui audien secepatnya.
2. Berita Lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik
yang disampaikan secara mendalam (indepth)namun tidak bersifat harus
segera ditayangkan.
15
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio Dan Televisi, Ramdina Prakarsa,
Jakarta, 2007, hal.183
28
Program Hiburan
Program hiburan (Entertainment) adalah segala bentuk siaran yang bertujuan
untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu,cerita dan permainan. Program
hiburan dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Drama.
Program Drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai
kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh
pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk
dalam program drama adalah:
1. Sinetron
Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara
bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri
tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron
cenderung selalu terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open-ended).
2. Film
Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang
masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film
disini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film.
Karena tujuan pembuatannya adalah untuk layar lebar (theater) maka
29
biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu
dipertunjukan di bioskop atau bahkan setelah film itu didistribusikan atau
dipasarkan dalam bentuk VCD atau DVD. Dengan demikian televisi menjadi
media paling akhir yang dapat menayangkan film sebagai salah satu
programnya.
2. Permainan
Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang
melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim yang saling
bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program permainan biasanya membutuhkan
biaya produksi yang relatif rendah namun dapat menjadi acara televisi yang sangat
digemari. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Quiz Show
Quiz Show merupakan bentuk program permainan yang paling sederhana
dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab sebuah pertanyaan.
b. Ketangkasan
Peserta dalam permainan ini harus menunjukkan kemampuan fisik atau
ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan atau
melakukan suatu permainan yang membutuhkan perhitungan dan strategi.
30
c. Reality Show
Program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan
atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya.
3. Musik
Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis
menarik audien. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana
penampilannya agar menjadi lebih menarik.
2.6. Reality Show
Media massa khusunya televisi memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Semua hal dapat disiarkan melalui televisi, maka kesibukan utama media
massa adalah menkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Realitas bukan
hanya dikemas dalam pemberitaan saja, tetapi juga dapat dikemas dalam suatu acara
yang menghibur, yang saat ini lebih dikenal dengan Reality Show.
Reality Show merupakan program yang menyajikan suatu situasi seperti
konflik, persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya atau
menyajikan situasi sebagaimana apa adanya. Dengan kata lain program Reality Show
31
mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata (riil) dengan cara yang sealamiah
mungkin tanpa rekayasa.16
Tingkat realitas yang disajikan dalam reality show ini bermacam-macam.
Mulai dari yang betul-betul realitas misalnya hidden camera hingga yang terlalu
banyak rekayasa namun tetap menggunakan nama reality show. Ada beberapa bentuk
reality show yaitu:
1. Hidden Camera atau kamera tersembunyi. Ini merupakan program yang
paling realistis yang menunjukkan situasi yang dihadapi seseorang secara apa
adanya. Kamera ditempatkan secara tersembunyi yang mengamati gerak gerik
atau tingkah laku subjek yang berada di tengah situasi yang sudah
dipersiapkan sebelumnya (direkayasa).
2. Competition Show. Program ini melibatkan beberapa orang yang saling
bersaing dalam kompetisi yang berlangsung selama beberapa hari atau
minggu untuk memenangkan perlombaan, permainan (game) atau pertanyaan.
3. Relationship Show. Seorang kontestan harus memilih satu orang dari sejumlah
orang yang berminat untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus
bersaing untuk merebut perhatian kontestan agar tidak tersingkir dari
permainan.
16
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa,
Jakarta, 2007, hal. 220
32
4. Fly on the wall. Program yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari dari
seseorang (biasanya oranng terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga
aktivitas profesionalnya. Dalam hal ini, kamera membuntuti kemana saja
orang yang bersangkutan pergi.
5. Mistik. Program yang terkait dengan hal-hal supranatural menyajikan
tayangan yang terkait dengan dunia gaib, paranormal, klenik, praktek spiritual
magis, mistik, kontak dengan roh dan lain-lain. Program mistik merupakan
program yang paling diragukan realitasnya. Apakah peserta betul-betul
melihat makhluk halus atau tidak.
2.7. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan
mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam
proses pembuatan (produksi) program siaran, sedangkan Standar Program Siaran
merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan atau yang tidak
diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran. Dalam hal ini P3SPS adalah suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi acuan bagi stasiun penyiaran dan
KPI untuk menyelenggarakan dan mengawasi system penyiaran nasional di
Indonesia.17
17
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi mengelola Radio dan Televisi, Ramdina Prakarsa,
Jakarta, 2007, hal. 314
33
Pasal - pasal yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pedoman Perilaku Penyiaran :
BAB IV
PENGHORMATAN TERHADAP SUKU, AGAMA, RAS,
DAN ANTARGOLONGAN
Pasal 6
Lembaga penyiaran wajib menghormati perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, dan hak
pribadi maupun kelompok, yang mencakup keragaman budaya, usia, gender, dan kehidupan
sosial ekonomi.
Pasal 7
Lembaga penyiaran dilarang merendahkan suku, agama, ras, antargolongan dan/atau
melecehkan perbedaan individu dan/atau kelompok, yang mencakup, usia, gender, dan
kehidupan sosial ekonomi.
Pasal-pasal yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Standar Program Siaran :
BAB IV
PENGHORMATAN TERHADAP NILAI-NILAI KESUKUAN, AGAMA, RAS DAN
ANTARGOLONGAN
Pasal 7
1. Program siaran wajib menghormati perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, dan
hak pribadi maupun kelompok, yang mencakup keragaman budaya, usia, gender, dan
kehidupan sosial ekonomi.
34
2. Program siaran dilarang bermuatan yang merendahkan dan/atau melecehkan:
a. suku, agama, ras, atau antargolongan; dan/atau
b. individu atau kelompok karena perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, usia,
budaya dan/atau kehidupan sosial ekonomi.
Download