Surat Keluarga Juli 2017

advertisement
SURAT
KELUARGA
JULI 2017
By Romo A. Erwin
Santoso, MSF
“Anak Kita Meminta
Tanda”
Keluarga Katolik yang terkasih, selamat menjalani masa liburan sekolah
bersama semua anak-anak kita. Selamat mengalami saat berkualitas bersama
mereka semua. Semoga mereka dapat mengalami saat indah bersama kedua
orangtuanya dengan gembira dan belajar menjadi pribadi yang semakin
mendalam dalam kebersamaan dengan pribadi terdekat mereka.
Teringat oleh saya beberapa bacaan yang berkaitan dengan suatu tuntutan.
Yang pertama adalah tentang Rasul Thomas. Thomas adalah pribadi yang
jujur dan rasional. Jika dia merasa yakin, maka dia dapat mengatakan,
2
"Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia." (bdk.
Yoh.11:16)
Komisi Kerasulan
Keluarga - KAJ
Tetapi dalam peristiwa yang lebih terkenal, Thomas justru tidak percaya dan
menantang imannya,
"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku
mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
(Yoh.20:25)
Apa yang dapat kita renungkan dalam dua petikan ayat itu?
Saudara saudari terkasih, iman adalah sesuatu yang mengena pada
pengalaman manusiawi kita. Kita tidak mungkin dapat percaya jika tidak ada
kebenaran yang pantas kita akui untuk diyakini. Iman bisa sangat diikuti dan
berpengaruh jika orang sudah “kepincut”dan iman sudah mendarahdaging
baginya. Saya kira pengalaman Thomas makin terasa nyata dan jelas dalam
hidup anak-anak kita sekarang ini.
Anak-anak yang telah mendapat segala sesuatu dengan rasional dan jelas
membutuhkan kejelasan, keterangan, bukti, guna, dan rasa dari iman yang
mereka “harus akui”. Segala sesuatu statusnya adalah “sedang
dipelajari”. Anak-anak tidak akan sangat beriman jika pengalaman itu tidak
dilihatnya pada orang tua.
Tidak sedikit dalam perjumpaan dengan orangtua, khususnya remaja sekolah
menengah. Anak-anak cerdas mempunyai kecenderungan untuk “minta
tanda”dan “minta bukti”. Mereka diam, tetapi menilai. Mereka tidak selalu
mendiskusikan, tetapi pasti membicarakan dengan teman teman dan dirinya
sendiri. Mereka sungguh membutuhkan tanda dan bukti itu dari Anda yang
lebih dewasa.
Pindah agama, ikut ke gereja lain, jarang misa, malas ke Gereja, tidak punya
teman Katolik, pacaran beda agama, atau bahkan berkomentar pedas tentang
imannya sendiri kepada orangtua, adalah hal biasa yang lazim ditemukan pada
anak-anak Katolik. Orangtua yang mengeluh biasanya juga tidak sadar
memicu peristiwa ini pada anak-anak mereka. Memang pasti lebih banyak
yang tetap beriman, tetapi sering datang ke Gereja pun belum tentu berarti
mereka sungguh mendalam imannya.
3
Katekese adalah sesuatu yang hidup. Hidup harus dapat dijadikan kitab suci
yang baru yang makin menjelaskan sumber asli Kitab Suci kita. Pengalaman
buruk akan memberi bukti yang buruk pada generasi muda sehingga goyah
imannya. Anak-anak tidak hanya perlu belajar bahasa asing. Mereka tidak
hanya perlu dipintarkan dengan berbagai ilmu hebat dan unik. Mereka perlu
kekayaan hidup dari imannya, yang membuat mereka lengkap dan sempurna.
Hidup yang benar adalah yang seimbang, mengalami yang kelihatan dan yang
tidak kelihatan.
Bagaimana menjelaskan bahwa Tuhan itu ada? Kadang kata-kata yang
sungguh tidak jelas mengenai iman memang bisa menjadi keyakinan, jika
diulang-ulang, tetapi perbuatan dan bukti tetap diperlukan. Bagaimana kita
bisa beriman dan bertengkar di Gereja sekaligus? Bagaimana Tuhan yang
sudah berlalu 2000 tahun yang lalu itu masih berguna saat semua bisa
dijelaskan? Penderitaan di dunia ini juga membuat para remaja tidak melihat
kuasa dan keperkasaan Allah dalam hidup mereka. Bagaimana ini diatasi
Kunci utama yang masih akan menyelamatkan adalah hubungan dekat Anda
dengan anak-anak. Mereka mungkin akan bertanya dan hilang iman, tetapi
kepercayaan mereka pada orangtua akan menahan mereka untuk tetap ikut
kebijaksanaan Anda. Mereka akan terpaksa ikut ke Gereja, tetapi tidak
sampai jatuh karena mereka mencintai orangtuanya. Cinta Anda akan menjadi
bukti utama bahwa Allah mengasihi mereka. Kedua, Anda harus memastikan
bahwa perilaku Anda sesuai dengan yang Anda percayai. Nasihat dan khotbah
tidak akan berguna jika bukti tidak terlihat dari orang terdekat.
Iman itu dipelajari dan diterima dari orang lain. Maka mereka mutlak
memerlukan pendidikan iman. Menjadi orang Katolik dewasa pun tetap
membutuhkan pelajaran, dan sharing dari orang lain, apalagi anak-anak
remaja kita. Kita tidak ingin mencetak anak-anak pandai yang kelak akan
menghancurkan diri sendiri karena putus asa dan kehilangan iman kepada
Yang Mahakuasa. Pendidikan sekular hanya akan menjadikan mereka pemikir
dan penuntut. Mereka seperti ikan yang bertanya “Di mana air berada?”.
Tuhan Yesus pun tidak menemukan cara lain menyadarkan Thomas. Ia tahu
Thomas hanya akan menjadi percaya jika membuktikan. Mari kita buktikan
bahwa beriman ada gunanya. Jangan saling bertengkar; jangan melakukan
korupsi; bersikaplah jujur; bertekunlah dalam penderitaan, rajinlah menjalani
hidup menggereja dan berdisiplin melakukan liturgi. Terakhir, jangan berhenti
mengajar dan memberkati anak-anak remaja dengan penjelasan dan nasihat.
Putus asa adalah tanda kejatuhan orangtua mendidik anak-anak.
4
Semoga Anda semua dapat menjadi orangtua yang memanjangkan Tangan
Kasih Tuhan kepada generasi muda Gereja kita. Saya percaya Anda akan
lebih gembira menjalankannya. Tuhan Yesus memberkati, Allah Roh Kudus
merahmati Anda dengan semangat membara menjadi anak-anak Bapa. Amin
Download