1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian

advertisement
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kajian dari hasil-hasil karya tulis yang relevan dangan penelitian ini.
Dalam penelitian ini akan diuraikan secara singkat hasil penelitian sebelumnya, di
antaranya sebagai berikut. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Tri
Wibawa (2001), judul penelitian tersebut adalah “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Hotel The Ritz Carlton Bali”.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga
kerja dan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi produktivitas produktivitas
tenaga kerja.
Hasil dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas adalah upah dan jaminan
sosial, jam kerja, motivasi dan pendidikan. Sedangkan kuatnya hubungan berbagai
variabel terhadap tingkat produktivitas menunjukkan hubungan yang sangat kuat.
Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yaitu 99,97%. Dalam penelitian
ini yang paling dominan mempengaruhi produktivitas karyawan hotel The Ritz
Carlton Bali adalah upah dan jaminan sosial.
Penelitian kedua dilakukan oleh I Nyoman Susapta Aryawan (2005),
dimana judul penelitiannya adalah “Pengaruh Insentif Finansial Terhadap
Semangat Kerja Karyawan Agung Bungalow Lembongan Nusa Penida
Klungkung”. Penelitian ini menganalisis hubungan insentif finansial dengan
2
semangat kerja karyawan dan mengukur pengaruh pemberian insentif finansial
terhadap semangat kerja karyawan Agung Bungalow Lembongan Nusa Penida
Klungkung.
Hasil dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa pemberian insentif
finansial berpengaruh positif terhadap semangat kerja karyawan Agung Bungalow
Lembongan Nusa Penida Klungkung. Ini dapat dilihat dari analisis korelasi antara
insentif finansial dengan semangat kerja karyawan diperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,478. Hal ini berarti ada hubungan positif yang sangat kuat
antara insentif finansial dengan semangat kerja karyawan.
Dalam penelitian ini juga diperoleh data analisis determinasi diperoleh
hasil sebesar 22,8%. Hal ini berarti sumbangan/andil insentif finansial terhadap
semangat kerja karyawan sebesar 22,8% dan sisanya 77,2% disebabkan oleh
faktor lain. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh insentif
finansial terhadap semangat kerja karyawan dan dirumuskan dalam bentuk Y = 35
+ 0,00000059X.
Dari bentuk rumus tersebut berarti X yang merupakan insentif finansial
memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini
dapat dilihat dari koefisien regresi pada X (insentif finanasial) yang besarnya +
0,00000059. Uji t-test untuk korelasi menunjukkan bahwa t-hitung (2,72) > t-tabel
(1,708). Jadi korelasi yang diperoleh bukan merupakan suatu kebetulan tetapi
memang ada hubungan dan pengaruh positif antara insentif finansial terhadap
semangat kerja karyawan.
Judul penelitian sekarang ini adalah “ Pengaruh Pemberian Kompensasi
Terhadap Kinerja Karyawan Di Hotel Grand Inna Kuta”. Berdasarkan uraian di
3
atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan penelitian ini dan penelitian terdahulu
yaitu penelitian terdahulu membahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan dan hanya mengukur seberapa besar pengaruh pemberian
insentif finansial saja, sedangkan penelitian sekarang ingin membahas mengenai
pemberian kompensasi finansial dan non finansial berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan. Persaman penelitian ini dan penelitian terdahulu sama-sama
membahas tentang hal-hal yang mempengaruhi semangat kerja/kinerja karyawan .
2.2
Tinjauan Konsep
2.2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari
manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya
manusia. Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen sumber daya manusia
berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli.
Menurut Husein Umar (2001) manajemen sumber daya manusia adalah
suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan, pengembengan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan secara terpadu.
Sastrohadiwiryo (2003: 27) menjelaskan defenisi manajemen sumber
daya manusia dengan istilah manajemen tenaga kerja yaitu merupakan
pendayagunaan, pembinaan, pengaturan, pengurusan, pengembangan unsure
tenaga kerja, baik yang berstatus sebagai buruh, karyawan, maupun pegawai
dengan segala kegiatannya dalam usaha mencapai hasil guna dan daya guna yang
4
sebesar-besarnya, sesuai dengan harapan usaha perorangan, badan usaha,
perusahaan, lembaga maupun instansi.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan manajemen sumber
daya manusia adalah sebuah ilmu serta seni dalam kegiatan perencanaan,
pengelolaan dan pengembangan segala potensi sumber daya manusia yang ada
serta hubungan antar manusia dalam suatu organisasi ke dalam sebuah desain
tertentu yang sistematis sehingga mampu mencapai efektifitas serta efisiensi kerja
dalam mencapai tujuan, baik individu, masyarakat,organisasi maupun perusahaan.
2.2.1.2 Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Perusahaan
Dalam
sebuah
organisasi
manajemen
sumber
daya
manusia
berkedudukan sebagai staf, yang membantu manajer dalam mencapai tujuan
perusahaan. Manajemen personalia mempunyai peranan penting karena dalam
mengelola bidang ini secara baik, diperlukan pimpinan yang cakap, sehingga
dapat dibentuk pribadi yang “qualified” dalam tiap-tiap bidang atau departemen
dalam perusahaan. Di lain pihak tenaga kerja dalam perusahaan ini memerlukan
pengaturan atau pengorganisasian untuk dapat digunakan secara efektif dan
efisien.
Menurut Sedarmayanti (2001) sumber data manusia berperan penting
dan dominan dalam manajemen. MSDM mengatur dalam menetapkan program
kepegawaian yang mencakup masalah-masalah :
1. menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai
dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification,
job requirement dan job evaluation.
5
2. Menetapkan penarikan, seleksi dan penempatan karyawan berdasarkan asas
the right man the right place and the right man in the right job.
3. Menetapkan
program
kesejahteraan
,
pengembangan,
promosi
dan
pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa
yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan
perusahaan kita pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan, dan kebijaksanaan
pemberi balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
10. Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.
2.2.2
Kompensasi
2.2.2.1 Definisi Kompensasi
Setiap organisasi memiliki tujuan. Suatu peranan penting dari sistem
pengendalian manajemen adalah untuk memotivasi para anggota organisasi untuk
mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara yang paling efektif untuk memotivasi
para anggota organisasi adalah dengan memberikan kompensasi atau insentif
kepada mereka. Manajer biasanya melakukan usaha yang lebih besar untuk
aktivitas-aktivitas yang dihargai dan lebih sedikit untuk aktivitas-aktivitas yang
tidak dihargai.
6
Ada beberapa definisi kompensasi yang dikemukakan oleh para ahli, di
antaranya Simamora (1999: 541) mengemukakan bahwa : Kompensasi merupakan
istilah luas yang dikaitkan dengan imbalan-imbalan financial (financial reward)
yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan
sebuah organisasi.
Menurut Sastrohadiwiryo (2003: 181) kompensasi adalah imbalan jasa
atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena
tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi
kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Ravai
(2013:
741) menyatakan
bahwa kompensasi
merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa
mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu
pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian
penghargaan
individual
sebagai
pertukaran
dalam
melakukan
tugas
keorganisasian.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka penulis mencoba
menyimpulkan bahwa kompensasi adalah imbalan atau balas jasa yang diberikan
perusahaan terhadap kontribusi karyawan dalam mencapai tujuaan perusahaan.
2.2.2.2 Fungsi Kompensasi dan Tujuan Kompensasi
Hasibuan (2008: 120) mengemukakan bahwa program kompensasi atau
balas jasa umumnya bertujuan untuk kepentingan perusahaan, karyawan dan
pemerintah/masyarakat. Supaya tercapai dan memberikan kepuasan bagi semua
pihak hendaknya program kompensasi berdasarkan prinsip adil dan wajar,
7
undang-undang perburuhan serta memperhatikan konsistensi internal dan
eksternal.
Handoko (1984: 245) mengemukakan kompensasi sangat penting bagi
karyawan sebagai individu karena upah merupakan suatu ukuran nilai atau karya
mereka di antara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tingkat
pendapatan absolute karyawan akan menentukan skala kehidupannya, dan
pendapatan relative mereka menunjukkan status, martabat dan harganya.
Kompensasi juga penting bagi organisasi, karena jumlah pembayaran kepada
karyawan dalam bentuk pengupahan dan balas jasa lainnya sering merupakan
komponen-komponen biaya yang paling besar dan penting.
Fungsi pemberian kompensasi menurut Samsuddin (2006: 188) adalah
sebagai berikut.
1. Pengalokasian sumber daya manusia secara efisien. Fungsi ini menunjukkan
pemberian kompensasi pada karyawan yang berprestasi akan mendorong
mereka untuk bekerja dengan lebih baik.
2. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif. Dengan
pemberian kompensasi kepada karyawan mengandung implikasi bahwa
organisasi akan menggunakan tenaga karyawan tersebut dengan seefisien dan
seefektif mungkin.
3. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sistem pemberian
kompensasi
dapat
membantu
stabilitas
organisasi
dan
mendorong
pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.
Selain beberapa fungsi di atas, jelas kompensasi mempunyai tujuan tujuan positif. Pendapat para pakar tentang tujuan pemberian kompensasi berbagai
8
macam, namun pada prinsipnya sama. Adapun tujuan kompensasi menurut
(Hasibuan, 2008:121-122) adalah sebagai berikut.
1. Ikatan Kerja Sama, Dengan pemberian kompensasi terjadilah ikatan kerja
sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan
tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar
kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Kepuasan Kerja, Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
fisik,
status
sosial
dan
egoistiknya
sehingga
memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3. Pengadaan Efektif, Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar,
pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4. Motivasi, Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas Karyawan, Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak
serta eksternal konsistensi yang kompetitif, maka stabilitas karyawan lebih
terjamin karena turn-over relatif kecil.
6. Disiplin, Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar, maka disiplin
karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari dan mentaati peraturanperaturan yang berlaku.
7. Pengaruh Serikat Buruh, Dengan program kompensasi yang baik, pengaruh
serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada
pekerjaannya.
9
8. Pengaruh Pemerintah, Jika program kompensasi sesuai dengan undangundang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka
intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pemberian kompensasi
hendaknya memberikan kepuasan kepada karyawan, sehingga dapat diperoleh
karyawan yang handal dan berkualitas serta dapat mempertahankan karyawan
yang ada saat ini.
2.2.2.3 Jenis-Jenis Kompensasi
Banyak pendapat yang menyatakan tentang jenis-jenis kompensasi.
Salah satunya menurut (Simamora, 1999:541) terbagi dalam dua bentuk
komponen-komponen dari keseluruhan program kompensasi yaitu:
1. Kompensasi Finansial
Kompensasi jenis ini ada yang secara langsung ada pembayaran yang tidak
secara langsung.
1). Kompensasi finansial yang secara langsung (direct compensation) adalah
pembayaran yang diperoleh dalam bentuk upah dan gaji serta insentif
sebagai berikut:
(1) Upah dan Gaji
Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam
(semakin lama jam kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah
merupakan basis bayaran yang kerap digunakan bagi pekerja-pekerja
produksi dan pemeliharaan. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif
bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan (terlepas dari lamanya jam
10
kerja). Karyawan karyawan manajemen, staf profesional, klerikel
(pekerja-pekerja kerah putih) yang biasanya di gaji.
(2) Insentif
Insentif (incentive) adalah tambahan-tambahan kompensasi di atas atau
di luar gaji atau upah yang diberikan oleh organisasi. Programprogram insentif disesuaikan dengan memberikan bayaran tambahan
berdasarkan produktivitas, penjualan, keuntungan-keuntungan, atau
upaya-upaya pemangkasan biaya. Tujuan program insentif adalah
meningkatkan produktivitas karyawan dan efektivitas biaya.
2).
Kompensasi finansial tidak langsung (indirect compensation) adalah
kompensasi yang dapat disebut sebagai tunjangan meliputi semua finansial
yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung seperti : program asuransi
dan pensiun, bayaran di luar jam kerja, dan fasilitas-fasilitas.
(1) Program asuransi dan pensiun
Program asuransi adalah jaminan atau pertanggungan kepada
karyawan dan keluarga mereka apabila terjadi suatu resiko finansial
atas diri mereka sesuai dengan jumlah polis yang disepakati diberikan
kepada karyawan berupa asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan
asuransi tenaga kerja. Sedangkan program pension adalah program
yang diberikan kepada karyawan yang telah bekerja pada perusahaan
tertentu dan merupakan program dalam rangka memberikan jaminan
keamanan finansial bagi karyawan yang sudah tidak produktif.
11
(2) Bayaran di luar jam kerja
Sistem yang termasuk dalam kategori ini adalah istirahat selama jam
kerja, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan cuti hamil, cuti
tahunan dan tunjangan hari raya. Bayaran ini berkaitan dengan kualitas
kehidupan pegawai yang terpisah dari pekerjaan.
(3) Fasilitas-fasilitas lain
Contoh-contoh fasilitas adalah kenikmatan atau fasilitas seperti mobil
perusahaan yang bisa dioperasikan bersama, keanggotaan club, tempat
parkir khusus, atau akses ke pesawat perusahaan yang diperoleh
karyawan. Fasilitas dapat mewakili jumlah subtansial dari kompensasi,
terutama bagi eksekutif-eksekutif yang dibayar mahal.
2. Kompensasi Non-Finansial
Kompensasi non-finansial terdiri dari kepuasan yang diperoleh seseorang dari
pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan psikologis atau fisik dimana orang
tersebut bekerja. Tipe kompensasi nonfinansial ini meliputi kepuasan yang
didapat dari pelaksanaan tugas-tugas yang bermakna yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Menurut Rivai (2013 : 742) kompensasi terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut.
1. Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terdiri atas dua yaitu kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung (tunjangan).
(1) Kompensasi finansial langsung terdiri atas pembayaran pokok ( gaji,
upah), pembayaran prestasi, pembayaran insentif, komisi, bonus, bagian
12
keuntungan, opsi saham, sedangkan pembayaran tertangguh meliputi
tabungan hari tua, saham komulatif.
(2) Kompensasi finansial tidak langsung terdiri atas proteksi yang meliputi
asuransi, pesangon, sekolah anak, pensiun. Kompensasi luar jam kerja
meliputi lembur, hari besar, cuti sakit, cuti hamil, uang saku cuti
sedangkan berdasarkan fasilitas meliputi rumah, biaya pindah, dan
kendaraan.
2. Kompensasi Non Finansial
Kompensasi non finansial terdiri atas karena karir yang meliputi aman pada
jabatan, peluang promosi, pengakuan karya, temuan baru, prestasi istimewa,
sedangkan lingkungan kerja meliputi dapat pujian, bersahabat, nyaman
bertugas, menyenangkan dan kondusif.
Kompensasi
terbagi
dalam beberapa indikator
yang tergabung
didalamnya, antara lain seperti berikut.
Tabel 2.1
Indikator tentang Kompensasi
Sumber
Simamora
(1999:542)
Jenis-jenis Kompensasi
1. Finansial
Finansial Langsung
Finansial Tidak Langsung
1) Gaji
1) Program
Proteksi
(Asuransi
2) Upah
kesehatan dan jiwa, Pensiun,
3) Bayaran Insentif (bonus,
Asuransi Tenaga Kerja)
komisi,
pembagian 2) Bayaran Luar Kerja (liburan, hari
keuntungan)
besar, cuti hamil, cuti tahunan)
4) Bayaran
tangguhan 3) Fasilitas-fasilitas lain (kendaraan,
(Program Tabungan)
Ruang kantor, Tempat Parkir)
2. Non-Finansial
1) pemberian Tanggung Jawab
2) Tugas-tugas Yang Menarik
3) Pengakuan
4) Rasa Pencapaian
13
1. Finansial
Panggabean
(2004:76)
Finansial Langsung
1) Gaji
2) Insentif
Finansial Tidak Langsung
1) Macam Fasilitas
2) Tunjangan
2. Non-Finansial
1) Pekerjaan
2) Lingkungan Pekerjaan
1. Finansial
Rivai
(2013:742)
Finansial Langsung
Finansial Tidak Langsung
1) Pembayaran Pokok (Gaji 1) Proteksi
(Asuransi,
Pesangon,
dan upah)
Sekolah Anak, Pensiun)
2) Pembayaran Prestasi
2) Komisi Luar Jam Kerja (Lembur,
3) Pembayaran
insentif
Hari Besar, Cuti, Sakit, Cuti Hamil)
(komisi, Bonus, Bagian 3) Fasilitas (Rumah, biaya Pindah,
keuntungan, Opsi saham)
Kendaraan)
4) Pembayaran
Tertangguh
(Tabungan
Hari
Tua,
Saham Kumulatif)
2. Non-Finansial
1) Karena Karier (Aman Pada jabatan, Peluang Promosi, Pengakuan
karya, Temuan Baru, Prestasi Istimewa)
2) Lingkungan Kerja (Dapat Pujian, Bersahabat, Nyaman Bertugas,
Menyenangkan, kondusif)
Sumber : Hasil Modifikasi, 2015
Ketiga pendapat dari para ahli tentang kompensasi disimpulkan bahwa
kompensasi terbagi menjadi dua kelompok yaitu finansial dan non finansial. Pada
kompensasi finansial terdiri dari kompensasi finansial langsung dan kompensasi
finansial tidak langsung.
2.2.2.4 Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Kompensasi
Dalam
pemberian
kompensasi,
terdapat
sejumlah
faktor
yang
mempengaruhinya. Secara garis besar faktor-faktor tersebut terbagi tiga, yaitu
faktor intern organisasi, pribadi karyawan yang bersangkutan, dan faktor ekstern
pegawai organisasi.
1. Faktor Intern Organisasi
Contoh faktor intern organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi
adalah dana organsasi, dan serikat pekerja.
14
1) Dana Organisasi
Kemampuan organisasi untuk melaksanakan kompensasi tergantung pada
dana yang terhimpun untuk keperluan tersebut. Terhimpunnya dana
tentunya sebagai akibat prestasi-prestasi kerja yang telah ditujukan oleh
karyawan. Makin besarnya prestasi kerja maka makin besar pula
keuntungan organisasi/perusahaan. Besarnya keuntungan perusahaan akan
memperbesar himpunan dana untuk kompensasi, maka pelaksanaan
kompensasi akan makin baik. Begitu pula sebaliknya.
2) Serikat Pekerja
Para pekerja yang tergabung dalam seikat pekerja juga dapat
mempengaruhi pelaksanaan atau penetapan kompensasi dalam suatu
perusahaan. Serikat pekerja dapat menjadi simbol kekuatan pekerja di
dalam menuntut perbaikan nasib. Keberadaan serikat pekerja perlu
mendapatkan perhatian atau perlu diperhitungkan oleh pihak manajemen.
2. Faktor Pribadi Karyawan
Contoh faktor pribadi karyawan yang mempengaruhi besarnya pemberian
kompensasi adalah produktivitas kerja, posisi dan jabatan, pendidikan dan
pengalaman serta jenis dan sifat pekerjaan.
1) Produktivitas kerja
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh prestasi kerja. Prestasi kerja
merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi.
Pengaruh ini memungkinkan karyawan pada posisi dan jabatan yang sama
mendapatkan kompensasi yang berbeda. Pemberian kompesasi ini
dimaksud untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
15
2) Posisi dan Jabatan
Posisi dan jabatan berbeda berimplikasi pada perbedaan besarnya
kompensasi. Posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi menunjukkan
keberadaan dan tanggungjawabnya dalam hierarki organisasi. Semakin
tinggi posisi dan jabatan seseorang dalam organisasi, semakin besar
tanggungjawabnya,
maka
semakin
tinggi
pula
kompensasi
yang
diterimanya. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
3) Pendidikan dan Pengalaman
Selain posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman kerja juga
merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi. Pegawai
yang lebih berpengalaman dan berpendidikan lebih tinggi akan mendapat
kompensasi yang lebih besar dari pegawai yang kurang pengalaman dan
atau lebih rendah tingkat pendidikannya. Pertimbangan faktor ini
merupakan wujud penghargaan organisasi pada keprofesionalan seseorang.
Pertimbangan ini juga dapat memacu karyawan untuk meningkatkan
pengetahuannya.
4) Jenis dan Sifat Pekerjaan
Besarnya kompensasi pegawai yang bekerja di lapangan berbeda dengan
pekerjaan yang bekerja dalam ruangan, demikian juga kompensasi untuk
pekerjaan klerikal akan berbeda dengan pekerjaan administratif. Begitu
pula halnya dengan pekerjaan manajemen berbeda dengan pekerjaan
teknis.
Pemberian
kompensasi
yang
berbeda
ini
selain
karena
pertimbangan profesioalisme pegawai juga kerena besarnya resiko dan
tanggung jawab yang dipikul oleh pegawai yang bersangkutan. Sebagai
16
contoh, dikebanyakan organisasi/perusahaan pegawai yang bertugas di
lapangan biasanya mendapatkan kompenasai antara 2 – 3 kali lipat dari
pekerjaan di dalam ruangan/kantor. Besarnya kompensasi sejalan dengan
besarnya resiko dan tanggung jawab yang dipikulnya.
3. Faktor Ekstern
Contoh faktor ekstern pegawai dan organisasi yang mempengaruhi besarnya
kompensasi adalah :
1) Penawaran dan Permintaan kerja
Mengacu pada hukum ekonomi pasar bebas, kondisi penawaran (supply)
tenaga kerja lebih dari permintaan (demand) akan menyebabkan
rendahnya kompensasi yang diberikan. Sebaiknya bila kondisi pasar kerja
menunjukkan besarnya jumlah permintaan tenaga kerja sementara
penawaran hanya sedikit, maka kompensasi yang diberikan akan besar.
Besarnya nilai kompensasi yang ditawarkan suatu organisasi merupakan
daya tarik calon pegawai untuk memasuki organisasi tersebut. Namun
dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja lebih besar dari lapangan kerja
yang tersedia, besarnya kompensasi sedikit banyak menjadi terabaikan.
2) Biaya hidup
Besarnya kompensasi terutama upah/gaji harus disesuaikan dengan
besarnya biaya hidup (cost of living). Yang dimaksud biaya hidup di sini
adalah biaya hidup minimal. Paling tidak kompensasi yang diberikan harus
sama dengan atau di atas biaya hidup minimal. Jika kompensasi yang
diberikan lebih rendah dari biaya hidup minimal, maka yang terjadi adalah
proses pemiskinan bangsa.
17
3) Kebijaksanaan Pemerintah
Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah berupaya melindungi rakyatnya
dari kesewenang-wenangan dan keadilan. Dalam kaitannya dengan
kompensasi, pemerintah menentukan upah minimum, jam kerja/hari, untuk
pria dan wanita, pada batas umur tertentu. Dengan peraturan tersebut
pemerintah menjamin berlangsungnya proses pemakmuran bangsa hingga
dapat mencegah praktek-praktek organisasi yang dapat memiskinkan
bangsa.
4) Kondisi Perekonomian Nasional
Kompensasi yang diterima oleh pegawai di negara-negara maju jauh lebih
besar dari yang diterima negara-negara berkembang dan atau negara
miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang diberikan oleh organsasiorganisasi dalam suatu negara mencerminkan kondisi perekonomian
negara tersebut dan penghargaan negara terhadap sumber daya
manusianya.
2.2.3
Kinerja Karyawan
2.2.3.1 Definisi Kinerja Karyawan
Perusahaan atau lembaga merupakan salah satu bentuk sistem yang
terdiri dari beberapa subsistem yang berkaitan satu sama lainnya dalam mencapai
tujuan atau sasaran yang diinginkan. Menuntut adanya kinerja yang baik dari
setiap individu sebagai bagian dari sistem, dalam hal ini sebenarnya terdapat
hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan
kinerja
lembaga
(institusional
performance).
Apabila
kinerja
18
perorangan/karyawan baik, maka kemungkinan besar kinerja perusahaan/lembaga
juga baik.
Definisi kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2004) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Rivai (2013: 548-549) kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam upaya perusahaann untuk mencapai tujuannya.
Menurut Helfert (1996) dalam buku “Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan” (Rivai, 2013: 604) kinerja adalah suatu tampilan keadaan
secara utuh atas perusahaan selam periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Kinerja adalah
prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawabnya yang diberikan kepadanya.
2.2.3.2 Penilaian Kinerja Karyawan
1. Penilaian Kinerja
Menurut Sastrohadiwiryo (2003: 231) penilaian kinerja merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga
kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian/deskripsi
pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasannya setiap akhir tahun.
19
2. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2013: 551), suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja
didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu: (1) manajemen memerlukan evaluasi
yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk
membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang, dan (2) manajer
memerlukan
alat
yang
memungkinkan
untuk
membantu
karyawannya
memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan
keterampilan untuk perkembangan karier dan memperkuat kualitas hubungan
antar manajer yang bersangkutan dengan karyawannya.
Sedangkan Sastrohadiwiryo (2003: 233) menyatakan, tujuan penilaian
kinerja adalah sebagai berikut.
1. Sumber
data
untuk
perencanaan
ketenagakerjaan
dan
kegiatan
pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan.
3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong kearah
kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja bagi
para tenaga kerja.
4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja kerja
yang diharapkan dari
seseorang pemegang tugas dan pekerjaan.
5. Landasan/bahan informasi untuk mengembalikan keputusan dalam bidang
ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.
20
2.2.3.3 Unsur-Unsur yang Dinilai
Menurut Sastrohadiwiryo (2003: 235-236), pada umumnya unsur-unsur
yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja adalah:
1. Kesetiaan
Kesetaian yang dimaksud adalah tekad dan kesanggupan menaati,
melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus
dibuktikan dengan sikap dan perilaku tenaga kerja yang bersangkutan dalam
kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang
diberikan kepadanya. Kesetiaan tenaga kerja terhadap perusahaan sangat
berhubungan dengan pengabdiannya. Pengabdian yang dimaksud adalah
sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan
kepentingan pribadi.
2. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Pada
umumnya kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh
kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesanggupan tenaga kerja yang
bersangkutan.
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan
yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
21
4. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk menaati segala
ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku, menaati peraturan kedinasan yang diberikan atasan yang
berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah
ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis
5. Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan
wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6. Kerja sama
Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk
bekerja
bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan
yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hail guna yang
sebesar-besarnya.
7. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil
keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa mengganggu perintah
dan bimbingan manajemen lainnya.
8. Kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimilki seorang tenaga kerja untuk
meyakinkan orang lain (tenaga kerja lain) sehingga dapat dikerahkan secara
22
maksimum
untuk
melaksanakan
tugas
pokok.
Penilaian
unsur
kepemimpinan bagi tenaga kerja sebenarnya khusus diperuntukkan bagi
tenaga kerja yang memiliki jabatan seluruh hierarki dalam perusahaan.
2.3
Hipotesis
Berdasarkan uraian konsep di atas dapat diajukan hipotesis dari
penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
kompensasi terhadap kinerja karyawan di hotel Grand Inna Kuta.
Download