BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2012:6) mengemukakan bahwa: ”Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya ”. Sedangakan menurut Fandy Tjiptono (2006:2) menyatakan pemasaran adalah sebagai berikut : “ Pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi”. Rangkuti (2009:21) berpendapat bahwa pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran dan bukan merupakan cara yang sederhana yang hanya sekedar untuk menghasilkan penjualan. Kartajaya dalam Estawara (2008) mendefinisikan pemasaran secara lugas sebagai proses bisnis strategis. Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis yang 8 strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakehorder-nya. Berdasarkan definisi pemasaran yang disampaikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran ialah suatu proses aktifitas sosial atau proses kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya yang kemudian dilakukan oleh suatu organisasi dengan tujuan mempengaruhi pihak konsumen. 2.1.2 Definisi Manajemen Pemasaran Setiap kegiatan dan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan memerlukan manajemen agar berjalan secara efektife dan efisien. Kotler dan Keller (2012:27) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu dalam memilih target pasar dan mendapatkan, mempertahankan, dan meningkatkan konsumen dengan membuat, memberikan, dan mengkomunikasikan nilai konsumen yang superior Pengertian lainnya dikemukakan oleh Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012:29) yang menyatakan bahwa manajemen pemasaran adalah serangkaian proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan suatu nilai bagi para pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan mereka agar tercipta suatu nilai dari para pelanggan tersebut. Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran adalah melakukan rangkaian proses untuk menciptakan suatu nilai guna membantu pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Kegiatan pemasaran itu dilakukan 9 melalui serangkaian proses perencanaan, pengarahan, pengendalian, dan penetapan harga, pemetaan distribusi, serta kegiatan promosi. 2.1.3 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012:75) adalah seperangkat alat pemasaran terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keler (2012:47), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasaranya. Sedangkan menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006:70) menyatakan bahwa bauran pemasaran adalah sebagai berikut : “Bauran pemasaran (marketing mix) adalah alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.” Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah suatu perangkat alat pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya dan perangkatperangkat tersebut akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan. 10 Unsur marketing menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006:70) sering kali kita kenal dengan sebutan 4 P. Pengertian unsure-unsur marketing mix dapat diklasifikasikan menjadi 4P (Product, Price, Place, Promotion). Sedangkan bauran pemasaran dalam bentuk jasa perlu ditambahkan 3P, sehingga bauran pemasaran menjadi 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Physical Evidence, Process). Adapun pengertian dari masing-masing bauran pemasaran diatas adalah : a. Product (produk) Merupakan barang atau jasa yang diproduksi oleh industri manufaktur atau industri jasa. Setiap produk (barang dan/atau jasa) memiliki siklus hidup produk. b. Price (harga) Merupakan besaran yang dibayarkan oleh konsumen untuk suatu produk (barang dan/atau jasa). c. Place (tempat) Merupakan lokasi dimana seluruh kegiatan dalam bauran pemasaran berhubungan dengan kegiatan yang disebut dengan distribusi. Pemenuhan tempat yang strategis merupakan suatu hal yang sangat penting selain mengingat konsumen membutuhkan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhanya, untuk kemudahan pendistribusian yang dapat memperendah biaya yang harus dikeluarkan. d. Promotion (Promosi) 11 Mewakili semua bentuk komunikasi yang digunakan oleh pemasar dalam mengkomunikasikan produknya di pasar. Promosi mempunya 4 elemen yang berbeda, yaitu: periklanan (advertising), hubungan publik (public relations), penjualan pribadi (personal selling), dan promosi penjualan (sales promotion). e. People (Orang) Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen. f. Physical Evidence (Bukti Fisik) Adalah bukti fisik jasa yang mencakup semua hal yang berwujud berkenaan dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, formal laporan dan peralatan. g. Process (Proses) Semua prosedur actual, mekanisme dan aliran aktifitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan system pengujian atau operasi. 2.2 Ruang Lingkup Jasa 2.2.1 Pengertian Jasa Beberapa ahli di bidang jasa, telah berusaha mengutarakan definisi- definisi seputar pengertian jasa. Namun hingga sampai saat ini, belum ada perumusan definisi mengenai pengertian jasa tersebut yang dapat diterima secara bulat. 12 Menurut Philip Kotler dan Amstrong (2012:199): ‘A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied a physical product’. Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Sedangkan Fandy Tjiptono (2005:16) mendefinisikan, jasa sebagai tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak memiliki kepemilikan sesuatu. Berdasarkan definisi jasa di atas menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa jasa pada dasarnya tidak berwujud, tidak menghasilkan kepemilikan, terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa, serta dapat memberikan kepuasan konsumen yang untuk memenuhinya, terkadang memerlukan adanya penggunaan benda nyata yang berwujud. 2.2.2 Karakteristik Jasa Karakteristik jasa adalah suatu sifat dari jasa yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan berfungsi untuk membedakannya dengan produk 13 barang. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:223) ada empat karakteristik jasa yaitu: 1. Intangibility (Tidak berwujud) Servise cannot be seen, taste, felt, heard or smelled before purchase. Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud. Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengan, dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, maka calon pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu jasa. Konsumen mencari bukti kualitas jasa berdasarkan enam hal berikut: a. Place (Tempat) Tempat yang mendukung seperti kebersihan yang terjaga, kenyamanan untuk konsumen, dan suasana yang mendukung. b. People (Orang) Orang yang menangi mampu melaksanakan tugas dengan baik. Sudah terlatih, cepat dalam menangani masalah dan lain-lain. c. Equipment (Peralatan) Peralatan penunjang seperti computer, meja, mesin fax, dan lain sebagainya. d. Material communication (Komunikasi material) Bukti-bukti berupa teks tertulis dan foto, misalnya kontrak arau hasil jadi dalam foto. e. Symbol (Simbol) 14 Nama dan symbol pemberi jasa mencerminkan kemampuan dan kelebihanya dalam melayani konsumen. f. Price (Harga) Harga yang masuk akal dan dapat pula dipadukan dengan berbagai macam promosi penjualan, seperti bonus, diskon dan lain-lain. 2. Variability (Bervariasi) Quality of servise depends on who provides them and when, where and how. Jasa bersifat nonstandar dan sangat variabel. Berbeda dengan kualitas produk fisik yang sudah terstandar, kualitas jasa bergantung pada siapa penyedianya, kapan, dimana dan bagaimana jasa itu diberikan. Oleh karena itu jasa sangat bervariasi dan berbeda satu dengan lainya. 3. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan) Servise cannot be separated from their provides. Jasa umunya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan denga partisipasi konsumen didalamnya. 4. Perishability (Tidak dapat disimpan) Servise cannot be stored for later sale or use. Jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk persediaan. Nilai jasa hanya ada pada saat jasa tersebut diproduksi dan langsung diterima oleh si penerimanya. Karakteristik seperti ini berbeda dengan barang berwujud yang dapat diproduksi terlebih dulu, disimpan dan dipergunakan dilain waktu. 15 2.2.3 Klasifikasi Jasa Klasifikasi jasa sangat membantu dalam batasan-batasan dari suatu industri jasa, sehingga tidak hanya memberikan pemahaman akan kebutuhan dan perilaku konsumen secara lebih baik, akan tetapi dalam memberikan pemahaman sistem pengelolaan data yang lebih baik. Namun pada industri jasa masih didominasi oleh orientasi kepada operasi yang menyatakan bahwa industri jasa sangat beragam dan berbeda. Untuk itu klasifikasi jasa sangat diperlukan pihak perusahaan dalam memberikan pemahaman tentang kebutuhan dan perilaku konsumen secara lebih baik dan benar. Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2006:8) berpendapat klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria pokok yaitu: a. Segmen pasar Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan pada konsumen akhir (misalnya: taksi, asuransi jiwa, pendidikan) dan bagi konsumen organisasional(misalnya: jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultan hukum). Ada persamaan diantara kedua segmen tersebut dalam pembelian jasa. Baik konsumen akhir maupun konsumen organisasional sama-sama melalui proses pengambilan keputusan, meskipun faktor-faktor determinannya berbeda. Perbedaan utama antara kedua segmen bersangkutan terletak pada alasan dan kriteria spesifik dalam memilih jasa dan penyedia jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa yang diperlukan. b. Tingkat keberwujudan 16 Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Rented Goods Services Dalam jenis ini konsumen menyewa, dan menggunakan produkproduk tertentu berdasarkan tariff tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikanya tetap berada pada pihak perusahaan yang menyewakanya. Contohnya: penyewaan mobil, villa, dan lainya. 2) Owned Goods Services Pada Owned Goods Services, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan untuk kerjanya, atau dipelihara /dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa iniuga mencakup perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen. Contoh: Jasa reparasi, pencucian mobil, lapangan golf, perawatan taman dan lain-lain. 3) Non Goods Services Karakterisitk khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada pelanggan. Contohnya: sopir, baby sitter, dosen, pemandu wisata, ahli kecantikan dan lain-lain. c. Keterampilan penyedia jasa Berdasarkan keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas professional services (misalnya konsultan manajemen, konsultan hokum, 17 konsultan pajak, konsultan system informasi, dokter, perawat dan arsitek) dan non professional services (misalnya sopir taksi dan penjaga malam). Pada jasa yang membutuhkan ketrampilan tinggi dalam proses operasinya, pelanggan cenderung sangat selektif dan berhati-hati dalam memilih penyedia jasa. Hal inilah yang menyebabkan para professional dapat mengikat para pelangganya. Sebaliknya jika tidak memerlukan ketrampilan tinggi, sering kali loyalitas pelanggan rendah karena penawaranya sangat banyak. d. Tujuan organisasi jasa Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial services atau profit services (misalnya penerbangan, bank dan jasa parsel) dan nonprofit services (misalnya: sekolah, yayasan, dana bantuan, panti asuhan, panti wreda , perpustakaan dan museum). e. Regulasi Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated services (misalnya pialang, angkutan umum danperbankan) dan nonregulated services (seperti: makelar, catering, pengecatan rumah). f. Tingkat intensitas Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja) jasa dapat dikelompokkan menjadi Equipment based services (misalnya: cuci mobil otomatis, jasa sambungan telpon jarak jauh, ATM (Automatic teller mechine), vending machine dan binatu) dan People 18 based services (seperti: pelatih sepak bola, satpam, jasa akuntansi, konsultasi manajemen dan konsultasi hokum). g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dikelompokkan menjadi high-contact services (seperti : universitas, bank, dokter dan pegadaian) dan low-contact services (misalnya bioskop). Pada jasa yang tingkat kontaknya rendah, justru keahlian teknis karawan yang paling penting. Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa klasifikasi jasa merupakan pengelompokan jenis jasa berdasarkan tingkat pelayanan jasa yang diberikan dari produsen ke konsumennya. 2.2.4 Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa Ada beberapa strategi pemasaran menurut Bukhori Alma (2004:279) adalah sebagai berikut : 1. Pemasaran Internal Sangat penting artinya bagi perusahaan jasa. Lebih dikenal dengan “High Contac”. High Contach ialah kuliatas jasa yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang menghasilkan jasa tersebut. Misalanya : usaha dalam bidang kesehatan, restaurant, salon kecantikan dan sebagainya. 2. Pemasaran Eksternal 19 Pemsaran eksternal ialah mengarah kegiatan pemasaran ke publik, dalam rangka menarik agar terpengaruh, berkunjung dan melakukan transaksi. 3. Pemasaran Interaktif Terjadi dalam rangka hubungan antara karyawan dan konsumen, terjadi sentuhan-sentuhan, dialog, layanan yang diharapkan akan memberi kepuasan kepada konsumen. 2.3 Customer Relationship Management(CRM) 2.3.1 Pengertian Customer Relationship Marketing (CRM) Menurut Tjiptono (2006:413) kompetisi global yang semakin intensif dalam memperkuat “share of wallet” berdampak pada berkurangnya efektifitas diferensiasi berdasarkan teknologi semata. Pemanfaatan teknologi yang canggih wajib dibarengi dengan kepiawaian “soft factor”. Salah satu yang bisa memfasilitasi hal tersebut adalah Relationship Marketing (RM) yang beberapa tahun terakhir diikuti pula dengan perkembangan Customer Relationship Marketing (CRM). Kedua strategi ini berkaitan erat, meskipun terdapat sejumlah perbedaan menyangkut elemen-elemen pokoknya. Asumsi utama CRM sama dengan RM, yaitu bahwa membangun relasi jangka panjang dengan pelanggan merupakan cara terbaik dalam menciptakan loyalitas pelanggan. Selain itu pelanggan yang loyal cenderung profitabel dari pada pelanggan yang tidak loyal. 20 Mengelola hubungan pelanggan melalui Customer Relationship Management (CRM) adalah strategi yang dilakukan perusahaan dalam mengelola pelanggan. Berikut definisi Customer Relationship Management (CRM) dari beberapa ahli: Menurut Buttler yang dikutip Tjiptono (2004:425) bahwa : Customer Relationship Marketing adalah strategi bisnis inti yang mengintegrasikan proses dan fungsi internal serta jaringan eksternal untuk menciptakan dan menyampaikan nilai bagi pelanggan sasaran dalam rangka mendapat laba. CRM ditujukan dengan data pelanggan berkualitas tinggi dan difasilitasi teknologi informasi. Dari pengertian ini Customer Relationship memungkinkan perusahaan-perusahaan menghasilkan Marketing (CRM) waktu yang nyata bagi pelayanan pelanggan secara sempurna dengan mengembangkan suatu hubungan dengan masing-masing pelanggan yang berharga melalui cara penggunaan secara efektife dari informasi individu. Berdasarkan pada pengenalan tiap pelanggan, perusahaan dapat menyesuaikan penawaran-penawaran pasar, pelayanan- pelayanan, program-program, pesan-pesan dan media. Customer Relationship Marketing memegang peranan penting sebagai suatu pengarah profitabilitas perusahaan yaitu nilai agregat berdasarkan pelanggan perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong (2012, pp.16-23) customer relationship management (CRM) merupakan proses membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang yang menguntungkan dengan pelanggan melalui penyediaan pelayaan yang bernilai dan yang memuaskan mereka. Secara garis 21 besar, perusahaan dapat mengembangkan hubungan dengan pelangganya melalui tiga pendekataan, yaitu (1) manfaat financial (financial benefit); (2) manfaat social (social benefit); ikatan structural (structural ties). 1. Financial benefit (Manfaat finansial) Manfaat financial meliputip penghematan biaya yang dikeluarkan oleh seorang pelanggan pada saat mereka produk atau jasa dari perusahaan. Implementasi yang paling sering dari penyediaan manfaat financial adalah dengan menjalankan frequent marketing programs seperti pemberian reward berupa diskon khusus apabila pelanggan sering melakukan pembelian atau apabila membeli dalam jumlah yang besar. Dalam praktek di lapangan, istilah frequent marketing programs seringkali digunakan secara bergantian dengan istilah reward program mengingat kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama. 2. Social benefite (Manfaat sosial) Membangun hubungan dengan pelanggan dengan cara memberikan manfaat finansial memang penting, namun perusahaan perlu juga memberikan manfaat sosial bagi pelanggan mereka. Pemberian maanfaat sosial lebih menyentuh kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih personal. Di tingkat ini hubungan dengan pelanggan tidak hanya tercipta karena insentife harga yang diberikan oleh pihak perusahaan, namun ada ikatan sosial bahkan persahabatan baik antar perusahaan dengan pelanggan, maupun antar pelanggan yang satu dengan pelanggan lainya. Implementasi dari manfaat sosial (social benefit) paling mudah adalah 22 berusaha mengingat nama pelanggan secara individu, atau dengan cara membentuk klub pelanggan dimana dalam klub terjalin hubungan antara sesame pelanggan. 3. Structural ties (Ikatan struktural) Membangun hubungan jangka panjang dyang menguntungkan dengan pelanggan melalui penyediaan ikatan struktural sehingga memudahkan pelanggan untuk bertransakasi. 2.3.2 Pendekatan Implementasi Customer Relationship Marketing (CRM) Kepuasan jangka pangjang merupakan tujuan akhir dari semua ativitas pemasaran dan bagi semua organisasi (Barnes, 2003;11). Fokus dari pendekatan berbasis hubungan untuk bisnis adalah pemahaman tentang apa yang dibutuhkan pelanggan dan memandang pelanggan sebagai aset jangka panjang yang akan memberikan pemasukan terhadap perusahaan. Implementasi konsep hubungan dengan konsumen dalam jangka panjang sangatlah diperlukan oleh perusahaan. Tiga pendekatan implementasi CRM tersebut adalah: 1. Pendekatan Technology-based Relationship, yaitu mekanisme membangun hubungan dengan pelanggan melalui pemanfaatan kemampuan teknologi informasi dan bisnis dengan proses yang efisien. Termasuk didalamnya adalah proses pemanfaatan teknologi untuk membangun aplikasi customer care, sales automation, billing, business intelegent,dll 23 2. Pendekatan Brand-based Relationship, yaitu mekanisme membangun hubungan dengan pelanggan melalui pemanfaatan konsep branding melalui implementasi corporate identity dan dan atau produk branding. Termasuk didalamnya adalah pendekatan melalui program promosi dan advertising, sponsorship, pagelaran produk-produk melalui event tertentu. 3. Pendekatan Human-based Relationship, yaitu mekanisme membangun hubungan dengan pelanggan melalui optimalisasi kapabilitas SDM (human relationship skill) termasuk didalamnya adalah melalui pendekatan front liner, public relation, spoke person dan opinion leader. 2.3.3 Loyalitas Pelanggan Perilaku setelah pembelian suatu produk/jasa ditentukan oleh kepuasan atau ketidakpuasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan. Pembetukan sikap dan pola perilaku seorang konsumen terhadap pembelian dan penggunaan produk merupakan hasil dari pengalaman mereka sebelumnya. Definisi loyalitas menurut Griffin (2005:5) adalah perilaku pembelian yang didefinisakan sebagai pembelian yang non random yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Seth yang dikutip oleh Tjiptono (2006:110) loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan pada suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Sedangkan definisi pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa 24 membeli dari perusahaan, dimana kebiasaan ini terbentuk melalui pembelian interaksi yang sering selama periode tertentu (Griffin, 2005;31). 2.3.4 Program Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty Program) Menurut Bustcher (2002:15) terdapat berbagai nama yang berbeda mengenai program loyalita pelanggan meskipun secara mendasar manfaat yang ditawarkan hampir sama. Sebagai contoh, di bisnis perhotelan, program-program loyalitas pelanggan lebih dikenal dengan nama Guest Frequent Program; sementara di bisnis penerbangan lebih sering di sebut sebagai Frequent Flyer Program. Di industry lain seperti ritel, ada yang menyebut program loyalitas pelanggan dengan nama Bonus Program, Customer Club, Customer Card, Membership Card, Fly Bus dan sebagainya Bustcher (2002:39) menyatakan bahwa tujuan utama dari program loyalitas pelanggan adalah untuk membangun hubungan dengan pelanggan sehingga mereka menjadi pelanggan setia perusahaan dalam jangka panjang. 2.4 Pengertian Tiket Online Pemesanan tiket online atau online ticketing merupakan salah satu bagian dari E-travel. E-travel merupakan kependekan dari electronic travel. E-travel merupakan salah satu pengembangan dari proses e-commerce yang dilakukan oleh para perusahaan-perusahaan travel maupun maskapai penerbangan. E-travel ini adalah proses pemesanana kebutuhana travel yang dapat dilakukan secara online dengan terhubung melalui website perusahaan atau maskapai yang telah 25 menerapkan sistem E-travel. Tidak hanya melakukan pemesanan, akan tetapi beberapa perusahaan juga telah menyediakan proses payment atau pembayaran melalui website yang tersedia sehingga proses e-commerce tersebut berjalan seutuhnya. Menurut Orwol (2000:181) dalam Leliyani (2013), online ticketing merupakan sistem penjualan tiket secara online dalam hal ini adalah tiket transportasi udara atau pesawat terbang. Penjualan tiket secara online tersebut memungkinkan para pelanggan untuk bisa melakukan pembelian tanpa harus mendatangi kantor penjualan tiket maskapai penerbangan atau agen-agen penjualan tiket. Pelanggan hanya membutuhkan koneksi internet untuk terhubung dengan jaringan maskapai penerbangan yang dituju. Pelanggan dapat memperoleh informasi jadwal penerbangan, konfigurasi tempat duduk, melakukan booking tiket, membeli tiket yang secara keseluruhan aktifitas tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan koneksi internet. Selain itu pelanggan juga dapat melakukan pembayaran secara langsung pada website tersebut melalui transfer dana melalui bank yang dituju ataupun melalui credit card. Setelah proses pembayaran diterima, pelanggan akan menerima kode booking tiket yang dapat ditukarkan dengan boarding pass di bandara. Dengan begitu pelanggan tidak harus buang-buang waktu untuk mendatangi tempat pembelian tiket, mengunjungi travel agen yang menjual tiket hanya untuk melakukan proses pembelian. Menurut Turban (2004:90) keuntungan-keuntungan jasa perjalanan online begitu besar. Informasi perjalanan begitu mudah didapatkan, dan dapat diakses setiap waktu dari manapun. Terutama bagi mereka yang mempunyai 26 waktu dan kesabaran yang sedikit dalam mencari informasi tersebut. Penyedia dari jasa layanan perjalanan juga bermanfaat bagi: perusahaan penerbangan, hotel dan bentuk penjelajah lainya. Selain itu penjualan langsung menyelamatkan pelanggan daripungutan-pungutan liar. Perjalanan yang online tentunya mempunyai beberapa batasan. Pertama ialah banyak orang-orang yang tidak menggunakan internet. Kedua, sejumlah waktu dan kesukaran dari menggunakan para agen perjalanan yang sebetulnya mungkin penting, terutama untuk pengguna internet yang kurang pengalaman. Akhirnya, saat ditengah perjalanan memerlukan informasi akan tetapi tidak dapat melakukan atau tidak tersedia tempat untu melakukan online, pelanggan sulit untuk mencari informasi. Merekapun tetap memerlukan seorang pengetahuan dalam perjalanan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan para masyarakat akan hadirnya agen perjalanan sangatlah diperlukan. 2.5 Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya (Assauri, 2004:141). Keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhanya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan dan keinginan, 27 pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatife pembelian, keputusan pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian (Swasta dan Handoko, 2000:415). Menurut Setiadi (2003), keputusan yang diambil oleh seseorang dapat disebut sebagai sebuah pemecahan masalah. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau perilaku yang ingin dicapai atau dipuaskan. Selanjutnya konsumen membuat keputusan mengenai perilaku yang ingin dilakukan untuk dapat memecahkan masalahnya. Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melalui beberapa tahap yaitu : tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatife, keputusan pembelian, dan terakhir tahap perilaku setelah pembelian. Suatu proses pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk yang dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, penilain alternatife, membuat keputusan pembelian, dan akhirnya didapatkan perilaku setelah membeli yaitu puas atau tidak puas atas suatu produk yang dibelinya (Kotler, 20012:166) Tahap-tahap keputusan pembelian dapat digambarkan dalam sebuah model dibawah ini (Kotler, 2012:204) : Gambar 2.1 Tahap-tahap keputusan pembelian Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku a. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. 28 Abraham Moeslow mengklasifikasikan kebutuhan secara sistematik kedalam lima kategori yaitu (1). Kebutuhan yang paling pokok, seperti sandang, pangan dan papan, (2). Kebutuhan rasa aman, (3). Kebutuhan sosil, (4). Kebutuhan Ego, (5). Kebutuhan perwujudan diri. Sutisna (2003) menegaskan kesadaran konsumen pada kebutuhanya terjadi ketika melihat perbedaan yang berarti antara kondisi yang dia rasakan saat ini dengan kondisi ideal yang dia inginkan. Pendapat-pendapat tersebut memberikan penekanan terhadap pentingnya upaya organisasi untuk melakukan komunikasi pemasaran dalam menimbulkan kesadaran konsumen terhadap kebutuhan maupun keinginan. b. Pencarian Informasi Seseorang yang terangsang akan kebutuhanya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Pencarian informasi mengenai sumber-sumber dan menilainya. Ada dua cara pencarian informasi yaitu pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahanya tidak dapat diperoleh melalaui pencariaan internal, maka proses pencariaan difokuskan pada stimulus eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Info tersebut dapat berupa : 1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko. 29 3) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4) Sumber pengalaman : penangan, pengkajian dan pemakaian produk. c. Evaluasi Alternatif Menurut Sutisna (2003) setidak-tidaknya ada dua kriteria evaluasi alternatif. Pertama, manfaat yang diperoleh dengan membeli produk. Kedua, kepuasan yang diharapkan berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, ketika beberapa alternatife telah diperoleh, konsumen melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif tersebut, dalam keberadaanya ditentukan oleh keterlibatan konsumen dalam produk yang akan dibelinya. d. Keputusan Pembelian Menurut Setiadi (2003) ada dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian. Fakor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal: (1). Intensitas sikap negatife orang lain tersebut terhadap alternatife pilihan konsumen dan (2). Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Faktor kedua adalah faktor keadaan yang tidak terduga yangg dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti : pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. e. Perilaku Setelah Pembelian 30 Tujuan pemasar tidak berkahir pada saat produk sudah dibeli tetapi berlanjut sampai periode sesudah pembelian. Konsumen akan merasakan kepuasan atau ketidakpuasan setelah membeli produk atau jasa. Kepuasan akan menimbulkan pembelian ulang dan ketidakpuasan akan konsumen lain atau calon konsumen. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah PT. VILLA SETYA WISATA yang beralamat di Jalan Siaga 2 No. 3 Pejaten Barat Jakarta Selatan. Pertimbangan dasar dalam pemilihan objek penelitian pada PT. VILLA SETYA WISATA dikarenakan penulis bekerja pada perusahaan tersebut sehingga diharapkan penulis dapat mencapai tujuan penelitian berdasarkan metode penelitian dan objek riset yang tepat. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober-Desember 2013, tiga bulan waktu yang dimanfaatkan dalam melakukan penelitian dan mengunpulkan sejumlah data yang diperlukan. PT. VILLA SETYA WISATA yang didirikan pada tahun 2008 di Jakarta Selatan adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa perjalanan wisata yang melayani penjualan tiket pesawat domestik (Lion Air, Garuda Indonesia, Sriwijaya Airlines, Citilink, dll), International Air Ticket (Garuda Indonesia, Malysian Airlines, Singapore Airlines, Qatar Airlines, China Airlines, dll), Hotel Reservation, Bus & Car Hire, Outbound & Inbound Tour Package, dan selain itu bergerak juga dibidang M.I.C.E (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) & Event Organizer (Family Gathering, Soft Skill-Motivation Training). 32 3.2 Desain Penelitian Menurut Bungin ( 2006 ) desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian yang dilaksanakan. Desain penelitian adalaah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objective, dan efektif. Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian berdasarkan tujuan studi, yaitu penelitian kausal yang merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). 3.3 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan dan pemecahan masalah ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Supranto,2000). Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Hipotesis 1 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Customer Relationship Management terhadap keputusan pembelian tiket pesawat pada oulet PT. Villa Setya Wisata. b. Hipotesi 2 Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemajuan teknologi tiket online terhadap keputusan pembelian tiket pesawatpada outlet PT. Villa Setya Wisata. 33 c. Hipotesis 3 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Customer Relationship Management dan kemajuan teknologi pemesanan tiket online terhadap keputusan pembelian tiket pesawat pada outlet PT. Villa Setya Wisata. 3.4 Variable dan Skala Pengukuran Variable yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 (dua) variabel bebas (independent) dan 1 (satu) variabel terikat (depended), yaitu sebagai berikut : 1. Variable bebas (X) (X1) = CRM (X2) = Teknologi Tiket Online 2. Variable terikat (Y) (Y) = Keputusan Pembelian Tabel 3.1 Variable dan Skala Pengukuran Variable Konsep Dimensi Penelitian Variabel Variabel CRM Persepsi pelanggan Identifikasi (X1) terhadap penerapan Indikator - Pelanggan Skala Tingkat persepsi Ordinal pelanggan atas customer penggunaan data relationship base marketing yang dijalankan oleh PT. Kepuasan 34 - Tingkat Ordinal Villa Setya Wisata. pemberian Pelanggan pelayanan secara personal - Tingkat Ordinal pelayanan secara profesional - Tingkat Ordinal penangan Keluhan Teknologi Tingkat persepsi Ordinal pelanggan atas Informasi pemanfaatan Penerapan - teknologi komunikasi Peningkatan - Ordinal Tingkat nilai kemudahan pelanggan dalam melakukan transaksi seperti Delivery Service pelanggan Pengenalan Teknologi Persepsi Pemesanan terhadap Tiket pemesanan Online online. teknologi tiket - Tingkat persepsi Ordinal teknologi pelanggan pemesanan terhadap teknologi tiket online pemesanan (X2) online - Tingkat 35 tiket Ordinal ketertarikan pelanggan terhadap transaksi online - Intensitas pelanggan dalam Ordinal memanfaatkan teknologi pemesanan tiket online Keputusan Bagaimana Pembelian pelanggan (Y) proses Pengenalan melalui kebutuhan keputusan - Kebutuhan untuk Ordinal membeli tiket di Villa pembelian. Tours & Travel Pencarian Informasi Ordinal - Hubungan emosional yang terbangun (adanya referensi atau membership card) Penilaian alternatife - Tingkat Ordinal kemudahan pembelian tiket pada Villa Tours & Travel - Tingkat kecepatan Ordinal 36 pembelian tiket pada Villa Tours & Travel Keputusan pembelian Ordinal - Harga yang lebih Ordinal murah - Ketidaktertarikan Ordinal terhadap pesaing Ordinal - Mengutamakan membeli tiket pesawat di Villa Tours & Travel Perilaku - Tingkat pelayanan Ordinal setelah setelah pembelian pembelian. Ordinal - Ketertarikan untuk membeli ulang - Kontinuitas pembelian tiket di Villa Travel 37 Tours & 3.5 Metode pengumpulan data Untuk mendapatkan data dari masing-masing indikator tersebut maka data harus dikumpulkan dengan menggunakan berbagai sumber bukti yang ada dalam perusahaan. Adapun sumber bukti yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi langsung yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden, adapun alasan kuesioner digunakan dalam instrumen penelitian adalah: 1. Subyek adalah orang yang mengetahui tentang keadaan dirinya sendiri. 2. Sesuatu yang ditanyakan oleh subyek sesuai dengan kenyataan yang dialami. 3. Pertanyaan dalam kuesioner telah disesuaikan dengan variabel penelitian, pernyataan dalam kuesioner merupakan fenomena yang terjadi nyata sehingga akan mendorong subyek untuk memutuskan dengan tepat sesuai apa yang dialami. 4. Hasil kuesioner dapat langsung diolah dan dianalisisi. 3.6 Jenis Data Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan data primer yaitu dengan membagikan kuesioner yang kemudian akan diisi oleh responden untuk diproses dan diteliti lebih lanjut. Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh seseorang yang dilakukan peneliti atau yang bersangkutan yang memerlukan (Sugiyono,2009 : 129). 38