7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam bidang keuangan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan. Tak satu pun kegiatan operasional dapat berjalan apabila bagian keuangan gagal memperoleh dana (sesuai tunai ataupun kredit) untuk membiayai kegiatan tersebut. Artinya, bagian keuangan merupakan prasyarat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bagian-bagian lainnya. 2.2 Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan 2.2.1 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan merupakan proses perencanaan anggaran (budgeting) dimulai dengan forecasting sumber pendanaan (source fund), pengorganisasian kegiatan penggunaan dana secara efektif dan efesien, serta mengantisipasi semua resiko (risk ability). Peranan manajer keuangan akan sangat menonjol, antara lain pencarian sumber dana atau sources of fund, seperti dana jangka pendek, dana jangka panjang, dan dari modal sendiri. Dana jangka pendek antara lain pinjaman dari bank jangka pendek, seperti cerukan atau overdraft, anjak piutang atau 7 8 factoring dan kredit dari supplier atau supplier’s credit. Sumber dana jangka panjang berupa pinjaman bank, obligasi (bonds), leasing, debentures dan warrants. Modal sendiri dapat berupa modal melalui penjualan saham di pasar modal. Selanjutnya, danadana dari sumber dana jangka pendek itu dialokasikan untuk investasi jangka pendek dalam bentuk : kas, piutang, sekuritas, dan persediaan. Sedangkan jangka panjang dinvestasikan dalam bentuk harta tetap atau fixed assets, seperti tanah, bagunan, mesin-mesin, peralatan pabrik, dan alat-alat angkutan. Di samping itu, dana jangka panjang dapat dinvestasikan (bila memungkinkan) dalam bentuk royalty, hak paten, dan goodwill atau dengan harta tidak berwujud (intangible assets). Dengan demikian, manajer keuangan dalam mencari dana dan mengalokasikan dana tersebut kedalam investasi yang dilakukan, tujuannya ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimumkan keuntungan dalam jangka panjang serta meningkatkan karyawan perusahaan. Sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen keuangan ini, fungsi dan peranan seorang manajer keuangan menjadi lebih luas daripada hanya mencari dana dan mengalokasikan dana tersebut di dalam perusahaan. Dalam manajemen keuangan modern 9 sekarang ini fungsi manajer keuangan dapat dibagi dalam tiga macam, yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menentukan Alternatif Pembiayaan ( Financing Decision ). Fungsi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan di dalam memilih alternatife pembiayaan yang terbaik dari berbagai alternatife sumber-sumber dana yang tersedia sehingga diperoleh suatu kombinasi pembiayaan yang akan menciptakan struktur keuangan yang optimal. Struktur keuangan yang optimal akan memberikan pengaruh yang positif bagi nilai perusahaan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dalam penetapan kombinasi pembiayaan agar tercipta suatu keselarasan antara aktiva yang akan dibiayai dan sumber pembiayaannya, baik ditinjau dari segi jumlah dan jangka waktu dana tersebut tertanam dalam aktiva perusahaan, maupun dilihat dari biaya yang harus dikorbankan untuk penarikan dana tadi dengan hasil ( return ) yang akan diperoleh dari investasi tersebut. b. Menetapkan Pengalokasian Dana ( Investment Decision ). Fungsi ini mencakup putusan yang harus dilakukan oleh manajer keuangan di dalam menetapkan kombinasi dari aset yang paling baik bagi perusahaan. Baik investasi dalam modal kerja maupun harta tetap perusahaan, keduanya perlu mendapat perhatian yang seksama agar tercipta 10 pendayagunaan dana yang optimal. Penetapan besarnya investasi dalam uang kas, piutang dagang, dan persediaan merupakan tugas manajer keuangan untuk memutuskan dan memantau agar tercipta keseimbangan antara unsur lukuiditas dan rentabilitas di dalam perusahaannya. Sebaliknya, atas investasi jangka panjang yang manfaatnya baru dapat dinikmati di masa mendatangm, akan membawa suatu risiko yang harus dianalisis terhadap hasil ( return ) yang akan diperoleh. c. Menentukan Deviden ( Deviden Decision ). Kewajiban manajer keuangan didalam menetapkan kebijakan pembagian deviden perupakan fungsi yang tak diremehkan karena akan mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut. Nilai perusahaan akan memberikan citra kemakmuran para pemilik perusahaan. Dalam rangka pengambilan keputusan ini seorang manajer keuangan dituntut untuk menganalisis sampai seberpa jauh pembiayaan dari dalam perusahaan itu sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini mengingat bahwa hasil operasi yang dtanamkan ke dalam perusahaan sesungguhnya merupakan dana pemilik perusahaanyabng tidak dibagikan sebagai deviden tunai. Oleh sebab itu, atas dasar perimbangan antara risiko dan hasil 11 diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan saja sebagai deviden ataukah ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Di dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan, seorang manajemen keuangan harus tetap berpedoman pada keseimbangan antara likuiditas dan rentabilitas dari perusahaan tersebut. Kedua factor tersebut bergerak secara berlawanan. Jika perusahaan terlalu menekankan likuditas, rentabilitas dapat berkurang dan begitu pula sebaliknya. 2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakuran pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab sosial, mengabaikan resiko dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan adalah sebagai berikut : a. Berarti memaksimumkan nilai sekarang ( present value ) semua keuntungan dimasa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. 12 b. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam pengertian akuntansi. Kelebihan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan / kemakmuran pemegang saham adalah secara konseptual jelas sebagai pedoman didalam pengambilan keputusan yang mempertimbangkan faktor resiko. Dalam pencapaian tujuan tersebut, manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan kepentingan pemilik, kreditor, danpihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. 2.3 Pengertian Deviden Tidak semua laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada para pemegang saham. Laba yang ditahan di perusahaan disebut laba ditahan (retaired earnings) sedangkan laba yang dibagikan kepada pemegang saham disebut deviden. Berikut ini beberapa definisi mengenai beberapa pengertian deviden yaitu sebagai berikut : Menurut Besley dan Brigham (2004:497) deviden didefinisikan sebagai berikut “Dividen is distributions made to stockholders from the firm’s earningwhere generate is current period or previous period” Deviden adalah pendistribusian pendapatan kedua pemegang saham baik dari pendapatan yang dihasilkan pada periode tahun berjalan maupun pada periode sebelumnya. 13 Menurut Gallagher dan Andrew (2004:402) pengertian deviden adalah “Dividen are the cash payment that corporation make to their commen stockholders. Dividen provides the return of commen stockholders receive from the firm for the equity capital they have suppliers” Deviden adalah pembayaran kas yang dilakukan oleh perusahaan kepada pemegang saham biasa perusahaan mereka. Deviden menyediakan tingkat pengembalian bagi pemegang saham biasa yang 7 diterima dari perusahaan atas kepemilikan modal yang mereka salurkan. 2.4 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut harga saham preferen (preffered stock). Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. 14 2.4.1 Harga saham Menurut Husnan (2001:52), bahwa tingkat keuntungan saham disebut sebagai return saham. Dengan berjalannya waktu dan bertambahnya perusahaan, karena sebagian laba yang dihasilkan sebagian ditahan untuk menjaga harga agar tetap btetap stabil. Disini muncul yang namanya harga baku yang sering kali bias lebih tinggi dari harga nominal. Harga baku ini kadang kala juga disebut harga intrinsic. Kalau kemudian saham saham itu diperjual belikan maka kita dapati harga pasar atau kalu diperjual belikan disebut juga harga bursa, harga ini sering disebut kurs saham. Nilai saham beserta perubahannya yang melekat pada suatu perusahaan, sedikit banyak memberikan informasi pada kondisi kerja perusahaan tersebut. Harga saham dapat dipengaruhi pada kondisi kerja perusahaan tersebut. Harga saham dapat dipengaruhi pada kondisi internal dan eksternal (suku bunga dan inflasi). Salah satu faktor internal yang mempengaruhi saham adalah kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari berbagai sisi, salah satunya sisi keuangan dengan alas an bahwa sisi keuangan merupakan ukuran yang mudah didekati dan dipahami serta sudah mempunyai ukuran-ukuran tertentu (rasio-rasio). 15 2.4.2 Pengertian saham Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Darmidji dan Fakhrudin (2001:5) bahwa : Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Menurut Dyah Ratih Sulistyawati (2002:1) menyatakan bahwa : Saham biasa (common stock) atau sering disebut saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir (2002:195) menyatakan bahwa : Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan artinya pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimiliki maka semakin besar kekuasaannya, keuntungan yang diperoleh dari saham atau deviden. Pembagian deviden ditentukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Maka secara sederhana dapat didefinisikan bahwa saham adalah suatu tanda atau bukti penyertaan atas kepemilikan seseorang atau institusi dalam suatu perusahaan. Selembar saham diwujudkan dalam bentuk selembar kertas yang 16 menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut mempunyai andil dalam kepemilikan suatu perusahaan. 2.4.3 Jenis-Jenis Saham Jenis-jenis saham dapat didlihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Darmidji dan Fakhruddin (2001:6), ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagai atas : 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya palinh junior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 2. Saham preferen (preffered stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena biasa menghasilkan pendapatan tetap 9seperti bunga obligasi) tetapi juga biasa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki oleh para investor. Jika ditinjau dari segi cara peralihannya saham dapat dibedakan atas : 17 1. Saham atas unjuk (beared stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari suatu investor ke investor yang lainnya. 2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002: 6-7), ada tiga kelompok saham berdasarkan nilai kapitalisasinya yang beredar di Bursa Efek Jakarta, yaitu : 1. Big-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi diatas satu triliyun. Saham-saham yang termasuk big-cap disebut juga blue-chip atau saham papan atas atau lapis pertama. 2. Mid-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi Rp 100 milyar – Rp 1 triliyun. Saham yang termasuk mid-cap disebut juga saham baby blue-chip atau saham lapis kedua. 3. Small-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi dibawah Rp 100 milyar. Biasanya sahamsaham yang termasuk kedalam small-caps atau lapis ketiga, sebagian besar terdiri dari saham “tidur” yang bersifat labil. 18 2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Saham Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi naikturunnya harga saham terbagi menjadi 2(dua faktor) yaitu : faktor teknikal dan faktor fundamental. Dalam jangka pendek, maka faktor-faktor yang bersifat teknikal biasanya akan mempengaruhi turun naiknya harga saham, sementara dalam jangka panjang maka biasanya faktor-faktor fundamental yang akan menentukan harga saham. (http://www.pikiran-rakyat.com) a. Faktor Teknikal Dalam faktor teknikal yang dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan membeli atau menjual saham adalah volume perdagangan saham dan harga saham pada masa lalu atau sebelumnya. Dengan melihat dan menganalisis grafik pergerakan harga dan volume perdagangan, telah dapat memberikan gambaran psikologis pasar atas suatu saham. Dalam ketidakteraturan turun naiknya terdapat sebuah pola harga pada masa lalu, keteraturan yang dapat memperkirakan harga saham tersebut akan naik atau akan turun. Jika pola harganya akan naik maka investor akan bergegas untuk membeli saham dan jika pola harganya 19 cenderung turun maka mereka akan bergegas untuk menjual saham tersebut. b. Faktor Fundamental Dalam faktor fundamental yang dijadikan dasar perkiraan harga saham sesungguhnya (intrinsic value) adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan, corporate action (pembagian laba, ekspansi usaha, kerja sama usaha dll) perkembangan ekonomi makro, politik, social dan lain-lain yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan maka dalam jangka panjang harga saham perusahaan tersebut diperkirakan dapat meningkat. 2.5 Kebijakan Deviden Kebijakan deviden adalah suatu kebijakan yang telah di tetapkan dan dilaksanakan oleh perusahaan mengenai pembayaran deviden. Seperti yang dikemukakan oleh Drs. R. Agus Sartono (2001:281) “kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.” Sundjaja dan Barlin (2003:390) menyatakan bahwa : 20 “kebijakan deviden adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan deviden.” Dyah Ratih Sulistyastuti (2002:18) mengemukakan : “kebijakan deviden adalah kebijakan perusahaan dlam menentukan seberapa besar proporsi laba sebagai deviden. Kebijakan deviden merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham dan beberapa besar bagian dari laba besih itu akan ditetapkan kembali sebagai laba ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (Reinvestment). Pembahasan mengenai kebijakan deviden mencakup dua aspek utama yaitu pertama adalah mengenai berapa jumlah deviden yang akan dialokasikan bagi pemegang saham dan kedua adalah stabilitas dari pembayaran deviden dari waktu ke waktu. Kebijakan perusahaan membagikan deviden kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pemberian deviden (Devidend policy) tidak saja memberikan keuntungan yang telah diperoleh perusahaan pada para investor melainkan juga harus mempertimbangkan adanya kemungkinan untuk investasi kembali. Apabila perusahaan membagikan labanya lebih besar dalam bentuk deviden dari pada laba ditahan maka akibatnya akan menghambat pertumbuhan perusahaan karena dana untuk investasi menjadi kecil. Sedangkan jika deviden terlalu kecil maka investor tidak akan tertarik 21 untuk membeli saham perusahaan dalam menentukan proporsi keuntungan yang dibagikan sebagai deviden dan laba ditahan (Retained earning). 2.5.1 Jenis-jenis kebijakan deviden Untuk melakukan pembagian deviden, manajemen perusahaan memerlukan sebuah kabijakan deviden. Keputusan mengenai kebijakan deviden adalah menyangkut penetapan jumlah laba yang akan dibagikan kepada apara pemegang saham. Jenis-jenis kebijakan deviden menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:390), yaitu : 1. Kebijakan deviden rasio pembayaran konstan Kebijakan deviden ini didasarkan pada pembayaran deviden dalam persentase tertentu dari pendapatran yang dibayarkan kepada pemilik saham setiap periode sebagai deviden. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun pada suatu periode tertentu maka deviden menjadi rendah atau tidak ada. Karena deviden merupakan indicator dari kondisi perusahaan yang akan datang sehingga mungkin dapt berdampak buruk pada harga saham. 2. Kebijakan deviden teratur Kebijakan deviden ini didasarkan pada pembayaran deviden dengan Rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan deviden teratur digunakan dengan memakai targetrasio pembayaran deviden. Target rasio pembayaran 22 deviden adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar deviden dalam persentase tertentu seperti deviden yang dinyatakan dalam Rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil. 3. Kebijakan deviden rendah teratur dan ditambah ekstra Kebijakan ini didasarkan pada pembayaran deviden rendah yang teratur, ditambah dengan deviden rendah jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatan perusahaan lebih tinggi dari normal pada periode tertentu maka perusahaan boleh membayar tambahan deviden (dividen extra). Dengan deviden rendah tapi teratur dibayar setiap periode, perusahaan memberikan investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan kepada perusahaan dan deviden ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang baik. Deviden ekstra tidak dapat diberikan menjadi tidak berarti. Penggunaan target rasio pembayaran deviden dalam membentuk tingkat deviden yang teratur lebih dianjurkan. Pada dasarnya menurut Arthur J. Keown, David F. Scott, John D. Martin, Jay W. Petty (2000:624), ada tiga macam pola kebijakan deviden antara lain : 23 1 Rasio pembagian Deviden yang konstan (Constant Dividend Payout Ratio). Dalam kebijakan ini persentase pembayaran deviden dari laba yang diperoleh adalah tetap. Konsekuensinya jika laba berfluktuasi maka deviden yang diperolehnya juga akan berfluktuasi. 2 Deviden stabil (stable amount dividend per share) Kebijakan ini mempertahankan jumlah yang stabil dari setiap rupiah yang dibayarkan sebagai deviden. Kenaikan dalam pembayaran deviden tidak akan terjadi sampai pihak manajemen merasa yakin bahwa rasio deviden yang tinggi tersebut dapat dipertahankan di masa depan. Sebaliknya penurunan dalam pembayaran deviden juga tidak akan terjadi sampai manajemen benar-benar telah mengidentifikasikan bahwa kelangsungan rasio pembayaran deviden saat itu tidak dapat dipertahankan di masa depan. 3 Deviden yang tetap rendah ditambah deviden extra (small, regular dividen plus pear-end extra) Perusahaan menjalankan kebijakan pembayaran deviden yang kecil dengan tambahan (ekstra) diakhir tahun apabila terdapat kenaikan pada profit yang diproleh dan perusahaan merasa yakin akan kondisinya saat itu. 24 Untuk menentukan jenis kebijakan deviden harus dilakukan perhitungan EPS (Earning Per Share). DPS (Deviden Per Share) dan DPR (Deviden Payout Ratio). Untuk menghitung dari ketiga hal tersebut dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut : EPS = Laba Bersih Jumlah Saham Sumber : Mohamad Samsul (2006:167) DPS = Deviden Jumlah Lembar Saham Sumber : Drs. Lukas S (2002:285 25 DPR = Dividen Per Share Earning Per Shar Sumber : Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fahrudin (2001:10) 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dari keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan deviden merupakan keputusan mengenai laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dalam penentuan besarnya deviden yang akan dibagikan akan dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden menurut Suad Husnan (2000:127) 1. Undang-undang no I tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Undang-undang menentukan bahwa deviden harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada 26 pada pos laba ditahan (retained earning) di neraca. Peraturan pemerintah menekan tiga hal: a. Peraturan laba bersih menyatakan bahwa deviden dapat dibayar dari laba saat ini atau tahun lalu. b. Larangan pengurangan modal melindungi pemberi kredit karena adanya larangan untuk membayar deviden dengan mengurangi modal (membayar deviden dengan modal berarti membagi modal suatu perusahaan dan bukan membagikan laba) c. Peraturan kepailitan (undang-undang no I 1998 tentang kepailitan) menyatakan bahwa prusahaan tidak dapat membayar deviden pada saat pailit, kepailitan disini adalah karena kewajiban lebih besar dari aktiva membayar deviden pada kondisi seperti ini akan memberikan dana kepada pemegang saham yang sebenarnya pemberi kredit. 2. Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan ditahun-tahun sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan 27 mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai deviden karena posisi likuiditasnya. 3. Kebutuhan pelunasan hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untukmembiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berkarga yang lain atau perusahaan dapat memustukan untuk melunasi hutang tersebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba. 4. Pembatasan dalam perjanjian hutang Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar deviden tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa : a. Deviden pada masa yang akan datang hanya dapt dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang (jadi, deviden tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu) b. Deviden tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih (aktiva lancer dikurangi kewajiban lancar) berada dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan. Demikian pula perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa deviden tunai 28 saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua deviden saham prefer sudah dibayar. 5. Tingkat ekspansi aktiva Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktiva. Kalau kebutuhan dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba dari pada membayarkannya. 6. Tingkat laba Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk deviden kepada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu ditempat lain) atau menggunakan diperusahaan tersebut. 7. Stabilitas harga Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. 8. Akses ke pasar modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan. 9. Kendali perusahaan Variable penting lsinnys adalah pengaruh pembiayaan alternative terhadap suatu situasi kendali perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, 29 beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa mengihimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan. 10. Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak Posisi perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh deviden misalnya, suatu perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar deviden yang rendah. Pemilik memilih untuk menempatkan pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal daripada deviden, karena akan terkena pajak penghasilan pribadi yang lebih tinggi. Akan tetapi, pemegang saham suatu perusahaan yang dimiliki oleh orang banyak akan memilih pembayaran deviden yang tinggi.