BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

advertisement
7 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen
dalam bidang keuangan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
keuangan. Tak satu pun kegiatan operasional dapat berjalan apabila bagian
keuangan gagal memperoleh dana (sesuai tunai ataupun kredit) untuk
membiayai kegiatan tersebut. Artinya, bagian keuangan merupakan
prasyarat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bagian-bagian
lainnya.
2.2
Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan
2.2.1
Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi
manajemen
keuangan
merupakan
proses
perencanaan anggaran (budgeting) dimulai dengan forecasting
sumber pendanaan (source fund), pengorganisasian kegiatan
penggunaan dana secara efektif dan efesien, serta mengantisipasi
semua resiko (risk ability). Peranan manajer keuangan akan sangat
menonjol, antara lain pencarian sumber dana atau sources of fund,
seperti dana jangka pendek, dana jangka panjang, dan dari modal
sendiri.
Dana jangka pendek antara lain pinjaman dari bank jangka
pendek, seperti cerukan atau overdraft, anjak piutang atau
7 8 factoring dan kredit dari supplier atau supplier’s credit. Sumber
dana jangka panjang berupa pinjaman bank, obligasi (bonds),
leasing, debentures dan warrants. Modal sendiri dapat berupa
modal melalui penjualan saham di pasar modal. Selanjutnya, danadana dari sumber dana jangka pendek itu dialokasikan untuk
investasi jangka pendek dalam bentuk : kas, piutang, sekuritas, dan
persediaan.
Sedangkan jangka panjang dinvestasikan dalam bentuk
harta tetap atau fixed assets, seperti tanah, bagunan, mesin-mesin,
peralatan pabrik, dan alat-alat angkutan. Di samping itu, dana
jangka panjang dapat dinvestasikan (bila memungkinkan) dalam
bentuk royalty, hak paten, dan goodwill atau dengan harta tidak
berwujud (intangible assets).
Dengan demikian, manajer keuangan dalam mencari dana
dan mengalokasikan dana tersebut kedalam investasi yang
dilakukan, tujuannya ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan
dan memaksimumkan keuntungan dalam jangka panjang serta
meningkatkan karyawan perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen keuangan
ini, fungsi dan peranan seorang manajer keuangan menjadi lebih
luas daripada hanya mencari dana dan mengalokasikan dana
tersebut di dalam perusahaan. Dalam manajemen keuangan modern
9 sekarang ini fungsi manajer keuangan dapat dibagi dalam tiga
macam, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Menentukan Alternatif Pembiayaan ( Financing Decision ).
Fungsi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan di
dalam memilih alternatife pembiayaan yang terbaik dari
berbagai alternatife sumber-sumber dana yang tersedia
sehingga diperoleh suatu kombinasi pembiayaan yang akan
menciptakan struktur keuangan yang optimal. Struktur
keuangan yang optimal akan memberikan pengaruh yang
positif bagi nilai perusahaan. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan dalam penetapan kombinasi pembiayaan agar
tercipta suatu keselarasan antara aktiva yang akan dibiayai dan
sumber pembiayaannya, baik ditinjau dari segi jumlah dan
jangka waktu dana tersebut tertanam dalam aktiva perusahaan,
maupun dilihat dari biaya yang harus dikorbankan untuk
penarikan dana tadi dengan hasil ( return ) yang akan
diperoleh dari investasi tersebut.
b. Menetapkan Pengalokasian Dana ( Investment Decision ).
Fungsi ini mencakup putusan yang harus dilakukan oleh
manajer keuangan di dalam menetapkan kombinasi dari aset
yang paling baik bagi perusahaan. Baik investasi dalam
modal kerja maupun harta tetap perusahaan, keduanya perlu
mendapat
perhatian
yang
seksama
agar
tercipta
10 pendayagunaan dana yang optimal. Penetapan besarnya
investasi dalam uang kas, piutang dagang, dan persediaan
merupakan tugas manajer keuangan untuk memutuskan dan
memantau agar tercipta keseimbangan antara unsur lukuiditas
dan rentabilitas di dalam perusahaannya. Sebaliknya, atas
investasi jangka panjang yang manfaatnya baru dapat
dinikmati di masa mendatangm, akan membawa suatu risiko
yang harus dianalisis terhadap hasil ( return ) yang akan
diperoleh.
c. Menentukan Deviden ( Deviden Decision ).
Kewajiban manajer keuangan didalam menetapkan
kebijakan pembagian deviden perupakan fungsi yang tak
diremehkan karena akan mempengaruhi nilai dari perusahaan
tersebut.
Nilai
perusahaan
akan
memberikan
citra
kemakmuran para pemilik perusahaan. Dalam rangka
pengambilan keputusan ini seorang manajer keuangan
dituntut untuk menganalisis sampai seberpa jauh pembiayaan
dari dalam perusahaan itu sendiri yang akan dilakukan oleh
perusahaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
mengingat bahwa hasil operasi yang dtanamkan ke dalam
perusahaan
sesungguhnya
merupakan
dana
pemilik
perusahaanyabng tidak dibagikan sebagai deviden tunai. Oleh
sebab itu, atas dasar perimbangan antara risiko dan hasil
11 diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan
saja sebagai deviden ataukah ditanamkan kembali ke dalam
perusahaan.
Di dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut untuk
mencapai tujuan perusahaan, seorang manajemen keuangan
harus tetap berpedoman pada keseimbangan antara likuiditas
dan rentabilitas dari perusahaan tersebut. Kedua factor
tersebut bergerak secara berlawanan. Jika perusahaan terlalu
menekankan likuditas, rentabilitas dapat berkurang dan
begitu pula sebaliknya.
2.2.2
Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan
kemakuran
pemegang
saham
atau
memaksimumkan
nilai
perusahaan, bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan
profit, berarti mengabaikan tanggung jawab sosial, mengabaikan
resiko
dan
berorientasi
jangka
pendek.
Sedangkan
arti
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai
perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Berarti memaksimumkan nilai sekarang ( present value ) semua
keuntungan dimasa datang yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan.
12 b. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba
bersih dalam pengertian akuntansi.
Kelebihan
tujuan
memaksimumkan
nilai
perusahaan
/
kemakmuran pemegang saham adalah secara konseptual jelas
sebagai
pedoman
didalam
pengambilan
keputusan
yang
mempertimbangkan faktor resiko. Dalam pencapaian tujuan
tersebut, manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan
kepentingan pemilik, kreditor, danpihak lain yang berkaitan dengan
perusahaan.
2.3
Pengertian Deviden
Tidak semua laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada
para pemegang saham. Laba yang ditahan di perusahaan disebut laba
ditahan (retaired earnings) sedangkan laba yang dibagikan kepada
pemegang saham disebut deviden.
Berikut ini beberapa definisi mengenai beberapa pengertian
deviden yaitu sebagai berikut :
Menurut Besley dan Brigham (2004:497) deviden didefinisikan
sebagai berikut “Dividen is distributions made to stockholders from the
firm’s earningwhere generate is current period or previous period”
Deviden adalah pendistribusian pendapatan kedua pemegang
saham baik dari pendapatan yang dihasilkan pada periode tahun berjalan
maupun pada periode sebelumnya.
13 Menurut Gallagher dan Andrew (2004:402) pengertian deviden
adalah “Dividen are the cash payment that corporation make to their
commen stockholders. Dividen provides the return of commen
stockholders receive from the firm for the equity capital they have
suppliers”
Deviden adalah pembayaran kas yang dilakukan oleh perusahaan
kepada
pemegang
saham
biasa
perusahaan
mereka.
Deviden
menyediakan tingkat pengembalian bagi pemegang saham biasa yang
7 diterima dari perusahaan atas kepemilikan modal yang mereka salurkan.
2.4
Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk
saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham
saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk
menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga
mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut harga saham
preferen (preffered stock).
Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham
biasa. Hak-hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas deviden yang
tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham
preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh
saham biasa.
14 2.4.1
Harga saham
Menurut
Husnan
(2001:52),
bahwa
tingkat
keuntungan saham disebut sebagai return saham. Dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya perusahaan, karena
sebagian laba yang dihasilkan sebagian ditahan untuk menjaga
harga agar tetap btetap stabil. Disini muncul yang namanya
harga baku yang sering kali bias lebih tinggi dari harga nominal.
Harga baku ini kadang kala juga disebut harga intrinsic. Kalau
kemudian saham saham itu diperjual belikan maka kita dapati
harga pasar atau kalu diperjual belikan disebut juga harga bursa,
harga ini sering disebut kurs saham.
Nilai saham beserta perubahannya yang melekat
pada suatu perusahaan, sedikit banyak memberikan informasi
pada kondisi kerja perusahaan tersebut. Harga saham dapat
dipengaruhi pada kondisi kerja perusahaan tersebut. Harga
saham dapat dipengaruhi pada kondisi internal dan eksternal
(suku bunga dan inflasi). Salah satu faktor internal yang
mempengaruhi saham adalah kinerja perusahaan yang dapat
dilihat dari berbagai sisi, salah satunya sisi keuangan dengan
alas an bahwa sisi keuangan merupakan ukuran yang mudah
didekati dan dipahami serta sudah mempunyai ukuran-ukuran
tertentu (rasio-rasio).
15 2.4.2
Pengertian saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Darmidji dan Fakhrudin
(2001:5) bahwa :
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas.
Menurut
Dyah
Ratih
Sulistyawati
(2002:1)
menyatakan bahwa : Saham biasa (common stock) atau sering
disebut saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau kepemilikan individu maupun institusi atas suatu
perusahaan.
Sedangkan
menurut
Kasmir
(2002:195)
menyatakan bahwa : Saham merupakan surat berharga yang
bersifat kepemilikan artinya pemilik saham merupakan pemilik
perusahaan. Semakin besar saham yang dimiliki maka semakin
besar kekuasaannya, keuntungan yang diperoleh dari saham atau
deviden. Pembagian deviden ditentukan dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS).
Maka secara sederhana dapat didefinisikan bahwa
saham adalah suatu tanda atau bukti penyertaan atas
kepemilikan seseorang atau institusi dalam suatu perusahaan.
Selembar saham diwujudkan dalam bentuk selembar kertas yang
16 menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut mempunyai andil
dalam kepemilikan suatu perusahaan.
2.4.3 Jenis-Jenis Saham
Jenis-jenis saham dapat didlihat dari berbagai sudut
pandang.
Menurut Darmidji dan Fakhruddin (2001:6), ditinjau dari segi
kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagai
atas :
1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan
pemiliknya palinh junior terhadap pembagian deviden dan hak
atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi.
2. Saham preferen (preffered stock), merupakan saham yang
memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa karena biasa menghasilkan pendapatan tetap 9seperti
bunga obligasi) tetapi juga biasa tidak mendatangkan hasil
seperti yang dikehendaki oleh para investor.
Jika ditinjau dari segi cara peralihannya saham dapat dibedakan
atas :
17 1. Saham atas unjuk (beared stock), artinya pada saham tersebut
tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah
tangankan dari suatu investor ke investor yang lainnya.
2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang
ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara
peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
Menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002: 6-7), ada tiga kelompok
saham berdasarkan nilai kapitalisasinya yang beredar di Bursa Efek
Jakarta, yaitu :
1.
Big-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan
nilai kapitalisasi diatas satu triliyun. Saham-saham yang termasuk
big-cap disebut juga blue-chip atau saham papan atas atau lapis
pertama.
2.
Mid-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan
nilai kapitalisasi Rp 100 milyar – Rp 1 triliyun. Saham yang
termasuk mid-cap disebut juga saham baby blue-chip atau saham
lapis kedua.
3.
Small-cap yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar
dengan nilai kapitalisasi dibawah Rp 100 milyar. Biasanya sahamsaham yang termasuk kedalam small-caps atau lapis ketiga,
sebagian besar terdiri dari saham “tidur” yang bersifat labil.
18 2.4.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Saham
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi naikturunnya harga saham terbagi menjadi 2(dua faktor) yaitu : faktor
teknikal dan faktor fundamental. Dalam jangka pendek, maka
faktor-faktor yang bersifat teknikal biasanya akan mempengaruhi
turun naiknya harga saham, sementara dalam jangka panjang
maka biasanya faktor-faktor fundamental yang akan menentukan
harga saham. (http://www.pikiran-rakyat.com)
a.
Faktor Teknikal
Dalam faktor teknikal yang dijadikan dasar untuk
pengambilan keputusan membeli atau menjual saham
adalah volume perdagangan saham dan harga saham pada
masa lalu atau sebelumnya.
Dengan melihat dan menganalisis grafik pergerakan harga
dan
volume
perdagangan,
telah
dapat
memberikan
gambaran psikologis pasar atas suatu saham. Dalam
ketidakteraturan turun naiknya
terdapat
sebuah
pola
harga pada masa lalu,
keteraturan
yang
dapat
memperkirakan harga saham tersebut akan naik atau akan
turun. Jika pola harganya akan naik maka investor akan
bergegas untuk membeli saham dan jika pola harganya
19 cenderung turun maka mereka akan bergegas untuk menjual
saham tersebut.
b.
Faktor Fundamental
Dalam faktor fundamental yang dijadikan dasar
perkiraan harga saham sesungguhnya (intrinsic value)
adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan,
corporate action (pembagian laba, ekspansi usaha, kerja
sama usaha dll) perkembangan ekonomi makro, politik,
social dan lain-lain yang dianggap penting dan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan maka dalam jangka panjang
harga saham perusahaan tersebut diperkirakan dapat
meningkat.
2.5
Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden adalah suatu kebijakan yang telah di tetapkan
dan dilaksanakan oleh perusahaan mengenai pembayaran deviden.
Seperti yang dikemukakan oleh Drs. R. Agus Sartono (2001:281)
“kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
datang.”
Sundjaja dan Barlin (2003:390) menyatakan bahwa :
20 “kebijakan deviden adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam
membuat keputusan deviden.”
Dyah Ratih Sulistyastuti (2002:18) mengemukakan :
“kebijakan deviden adalah kebijakan perusahaan dlam menentukan
seberapa besar proporsi laba sebagai deviden.
Kebijakan deviden merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan
beberapa bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai deviden kepada
para pemegang saham dan beberapa besar bagian dari laba besih itu akan
ditetapkan kembali sebagai laba ditahan oleh perusahaan untuk
diinvestasikan kembali (Reinvestment).
Pembahasan mengenai kebijakan deviden mencakup dua aspek
utama yaitu pertama adalah mengenai berapa jumlah deviden yang akan
dialokasikan bagi pemegang saham dan kedua adalah stabilitas dari
pembayaran deviden dari waktu ke waktu.
Kebijakan perusahaan membagikan deviden kepada para investor adalah
kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pemberian deviden (Devidend
policy) tidak saja memberikan keuntungan yang telah diperoleh
perusahaan pada para investor melainkan juga harus mempertimbangkan
adanya kemungkinan untuk investasi kembali.
Apabila perusahaan membagikan labanya lebih besar dalam bentuk
deviden dari pada laba ditahan maka akibatnya akan menghambat
pertumbuhan perusahaan karena dana untuk investasi menjadi kecil.
Sedangkan jika deviden terlalu kecil maka investor tidak akan tertarik
21 untuk membeli saham perusahaan dalam menentukan proporsi keuntungan
yang dibagikan sebagai deviden dan laba ditahan (Retained earning).
2.5.1
Jenis-jenis kebijakan deviden
Untuk melakukan pembagian deviden, manajemen
perusahaan memerlukan sebuah kabijakan deviden. Keputusan
mengenai kebijakan deviden adalah menyangkut penetapan jumlah
laba yang akan dibagikan kepada apara pemegang saham.
Jenis-jenis kebijakan deviden menurut Ridwan S. Sundjaja dan
Inge Barlian (2003:390), yaitu :
1. Kebijakan deviden rasio pembayaran konstan
Kebijakan deviden ini didasarkan pada pembayaran deviden
dalam persentase tertentu dari pendapatran yang dibayarkan
kepada pemilik saham setiap periode sebagai deviden. Masalah
dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun
pada suatu periode tertentu maka deviden menjadi rendah atau
tidak ada. Karena deviden merupakan indicator dari kondisi
perusahaan yang akan datang sehingga mungkin dapt
berdampak buruk pada harga saham.
2. Kebijakan deviden teratur
Kebijakan deviden ini didasarkan pada pembayaran deviden
dengan Rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali
kebijakan
deviden
teratur
digunakan
dengan
memakai
targetrasio pembayaran deviden. Target rasio pembayaran
22 deviden adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba
membayar deviden dalam persentase tertentu seperti deviden
yang dinyatakan dalam Rupiah serta disesuaikan terhadap
target pembayran yang membuktikan terjadinya peningkatan
hasil.
3. Kebijakan deviden rendah teratur dan ditambah ekstra
Kebijakan ini didasarkan pada pembayaran deviden rendah
yang teratur, ditambah dengan deviden rendah jika ada jaminan
pendapatan. Jika pendapatan perusahaan lebih tinggi dari
normal pada periode tertentu maka perusahaan boleh
membayar tambahan deviden (dividen extra). Dengan deviden
rendah tapi teratur dibayar setiap periode, perusahaan
memberikan investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk
membangun kepercayaan kepada perusahaan dan deviden
ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang
baik. Deviden ekstra tidak dapat diberikan menjadi tidak
berarti. Penggunaan target rasio pembayaran deviden dalam
membentuk tingkat deviden yang teratur lebih dianjurkan.
Pada dasarnya menurut Arthur J. Keown, David F.
Scott, John D. Martin, Jay W. Petty (2000:624), ada tiga
macam pola kebijakan deviden antara lain :
23 1
Rasio pembagian Deviden yang konstan (Constant Dividend
Payout Ratio).
Dalam kebijakan ini persentase pembayaran deviden dari laba yang
diperoleh adalah tetap. Konsekuensinya jika laba berfluktuasi maka
deviden yang diperolehnya juga akan berfluktuasi.
2
Deviden stabil (stable amount dividend per share)
Kebijakan ini mempertahankan jumlah yang stabil dari setiap
rupiah yang dibayarkan sebagai deviden. Kenaikan dalam
pembayaran deviden tidak akan terjadi sampai pihak manajemen
merasa yakin bahwa rasio deviden yang tinggi tersebut dapat
dipertahankan di masa depan. Sebaliknya penurunan dalam
pembayaran deviden juga tidak akan terjadi sampai manajemen
benar-benar telah mengidentifikasikan bahwa kelangsungan rasio
pembayaran deviden saat itu tidak dapat dipertahankan di masa
depan.
3
Deviden yang tetap rendah ditambah deviden extra (small, regular
dividen plus pear-end extra)
Perusahaan menjalankan kebijakan pembayaran deviden yang kecil
dengan tambahan (ekstra) diakhir tahun apabila terdapat kenaikan
pada profit yang diproleh dan perusahaan merasa yakin akan
kondisinya saat itu.
24 Untuk menentukan jenis kebijakan deviden harus dilakukan
perhitungan EPS (Earning Per Share). DPS (Deviden Per Share) dan
DPR (Deviden Payout Ratio). Untuk menghitung dari ketiga hal
tersebut dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut :
EPS
=
Laba Bersih
Jumlah Saham
Sumber : Mohamad Samsul (2006:167)
DPS
=
Deviden
Jumlah Lembar Saham
Sumber : Drs. Lukas S (2002:285
25 DPR
=
Dividen Per Share
Earning Per Shar
Sumber : Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fahrudin (2001:10)
2.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dari
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan deviden merupakan
keputusan mengenai laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun
yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
Dalam penentuan besarnya deviden yang akan dibagikan akan
dipengaruhi oleh beberapa factor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden menurut
Suad Husnan (2000:127)
1.
Undang-undang no I tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
Undang-undang menentukan bahwa deviden harus dibayar dari
laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada
26 pada pos laba ditahan (retained earning) di neraca. Peraturan
pemerintah menekan tiga hal:
a. Peraturan laba bersih menyatakan bahwa deviden dapat dibayar
dari laba saat ini atau tahun lalu.
b. Larangan pengurangan modal melindungi pemberi kredit
karena adanya larangan untuk membayar deviden dengan
mengurangi modal (membayar deviden dengan modal berarti
membagi modal suatu perusahaan dan bukan membagikan
laba)
c. Peraturan kepailitan (undang-undang no I 1998 tentang
kepailitan)
menyatakan
bahwa
prusahaan
tidak
dapat
membayar deviden pada saat pailit, kepailitan disini adalah
karena kewajiban lebih besar dari aktiva membayar deviden
pada kondisi seperti ini akan memberikan dana kepada
pemegang saham yang sebenarnya pemberi kredit.
2.
Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang
dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan ditahun-tahun
sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik dan peralatan,
persediaan, dan aktiva lainnya laba tersebut tidak disimpan dalam
bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan
27 mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai
deviden karena posisi likuiditasnya.
3.
Kebutuhan pelunasan hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untukmembiayai ekspansi
atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan
menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu
pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berkarga
yang lain atau perusahaan dapat memustukan untuk melunasi
hutang tersebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang
tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba.
4.
Pembatasan dalam perjanjian hutang
Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka
panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi
kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa :
a. Deviden pada masa yang akan datang hanya dapt dibayar dari
laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian
hutang (jadi, deviden tidak dapat dibayar dari laba ditahan
tahun-tahun lalu)
b. Deviden tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih
(aktiva lancer dikurangi kewajiban lancar) berada dibawah
suatu jumlah yang telah ditentukan. Demikian pula perjanjian
saham preferen biasanya mengatakan bahwa deviden tunai
28 saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua deviden
saham prefer sudah dibayar.
5.
Tingkat ekspansi aktiva
Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar
kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktiva. Kalau kebutuhan
dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung
untuk menahan laba dari pada membayarkannya.
6.
Tingkat laba
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan
pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk
deviden kepada pemegang saham (yang akan menggunakan dana
itu ditempat lain) atau menggunakan diperusahaan tersebut.
7. Stabilitas harga
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat
memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang.
8. Akses ke pasar modal
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, dan
mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai
akses yang mudah ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain dari
pendanaan.
9. Kendali perusahaan
Variable penting lsinnys adalah pengaruh pembiayaan alternative
terhadap suatu situasi kendali perusahaan. Sebagai suatu kebijakan,
29 beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada
tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh
pendapat bahwa mengihimpun dana melalui penjualan tambahan
saham biasa akan mengurangi kekuasaan kelompok dominan
dalam perusahaan.
10. Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak
Posisi perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi
keinginannya
untuk
memperoleh
deviden
misalnya,
suatu
perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar pajak
dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar
deviden yang rendah. Pemilik memilih untuk menempatkan
pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal daripada
deviden, karena akan terkena pajak penghasilan pribadi yang lebih
tinggi. Akan tetapi, pemegang saham suatu perusahaan yang
dimiliki oleh orang banyak akan memilih pembayaran deviden
yang tinggi.
Download