BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bumi dapat dianalogikan sebagai suatu mesin panas yang sangat besar. Sejumlah besar panas terus diangkut dari pusat bumi ke permukaan secara konveksi dan konduksi thermal (Nagihara, 2002). Panas dari geothermal pada akhirnya merupakan energi pendorong dari sebagian besar proses geologi berskala besar yang terjadi pada permukaan bumi (misalnya, pergerakan lempeng tektonik, letusan gunung berapi, dll). Sebagian dari panas dikonduksikan melalui kerak bumi digunakan untuk menggerakkan reaksi kimia yang mengubah bahan organik yang terkandung dalam batuan sedimen menjadi minyak bumi. Tanpa geothermal, tidak akan ada minyak bumi di planet ini. Oleh karena itu, pengukuran panas dan memahami mekanisme transportasi melalui batuan kerak sangat penting untuk ilmu eksplorasi minyak bumi. Aliran panas tidak pernah diukur secara langsung tetapi komponen vertikalnya diperoleh dari Hukum Fourier, dimana gradien dalam oC/km, k konduktivitas thermal dalam W/mK, dan aliran panas Q dalam mW/m2. Pengukuran aliran panas baik kontinen dan oseanik membutuhkan penentuan gradien temperatur vertikal dan konduktivitas thermal (Beck, 1988; Jessop, 1990). Pengukuran suhu secara rutin didapatkan pada sumur-sumur eksplorasi, baik sebagai Bottom Hole Temperature (BHT) atau Drillstem Test (DST), dengan tingkat keakuratan pengukuran temperatur masih sangat rendah meskipun sudah dilakukan koreksi (Jaupart, 2007). Dari sumur-sumur yang dilakukan pengukuran temperatur gradien geothermal dapat diestimasi dengan ketelitian sampai 10-15%. Pengukuran konduktivitas thermal mempunyai kesulitan dikarenakan minimnya sampel batuan (core) untuk konduktivitas thermal, maka dari itu harus konduktivitas thermal diestimasi dari litologi atau dari parameter fisik yang lain (densitas, porositas, dll) yang didapatkan dari pengukuran lobang bor, selanjutnya dengan mengetahui gradien geothermal dan konduktivitas thermal maka dapat dihitung aliran panasnya. Meskipun perhitungan ini berpresisi lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional, data ini dapat menghasilkan estimasi gambaran aliran panas yang merperesentasikan cekungan sedimen dan beberapa batas kontinen. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan konduktivitas thermal dari wireline log dengan menggunakan beberapa metode dan melakukan perhitungan gradien panasbumi yang 1 sebelumnya dilakukan perhitungan temperatur dengan menggunakan Horner plot. Sehingga dihasilkan peta sebaran aliran panas dan kemudian dari peta sebaran tersebut dilihat hubungan antara aliran panas dengan tektonik di daerah penelitian. Lokasi ini sangat menarik untuk diteliti dikarenakan sumur-sumur eksplorasi minyak dan gas bumi di daerah ini sudah ada tetapi masih kurang banyak diharapkan dengan melakukan penelitian pemetaan aliran panas ini dapat diketahui penyebaran yang lebih meluas untuk daerah prospek hidrokarbon (dibutuhkan juga penelitian yang berbeda). Dengan melihat sebaran peta aliran panas area prospek hidrokarbon dapat diketahui yaitu area dimana nilai aliran panasnya tinggi. Selain dilihat potensi keberadaan hidrokarbon, daerah penelitian ini secara tektonik daerah ini sangat menarik dikarenakan tektonik pada daerah ini sangat komplek terdapat trough, graben, platform, cekungan dan Sub-Cekungan dengan melakukan pemetaan aliran panas diharapkan dapat melihat perbedaan dari even-even tektonik tersebut. I.2. Tujuan Penelitian 1. Membandingkan dan mengetahui signifikansi perhitungan konduktivitas thermal dari wireline log dengan beberapa metode. 2. Mengetahui hubungan antara peta aliran panas dengan tatanan tektonik regional daerah penelitian I.3. Daerah Penelitian Daerah dalam penelitian ini terletak di Busur Banda sebelah Selatan di sebelah Tenggara dari Pulau Timor dan Barat Laut Australia. Daerah penelitian berada pada kotak berwarna merah dapat dilihat pada Gambar 1.1. 2 Gambar 1.1 Daerah penelitian di dalam area warna merah terletak pada Tenggara Pulau Timor. I.4. Batasan Penelitian Faktor yang mempengaruhi variasi aliran panas sangat banyak antara lain rerata sedimentasi, variasi temperatur air di bawah, longsoran dasar laut berskala besar, regional tektonik, cekungan sedimen, dan topografi (Ritter, 2004). Pada penelitian ini hanya membahas variasi aliran panas dihubungkan dengan model tektonik regional daerah penelitian yang didapatkan dari literatur. 3