tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan
tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya sebagai
kawasan hutan terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi
terbatas dan hutan produksi tetap. Hutan produksi terbatas yang selanjutnya
disebut HPT adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah
dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang
mempunyai jumlah nilai antara 125-174 di luar kawasan lindung, hutan suaka
alam, hutan pelestarian alam dan taman buru (Permenhut, 2009).
Kegiatan eksplorasi khususnya anggrek saat ini dirasakan sangat penting
karena banyak habitat anggrek alam yang rusak. Laju kerusakan habitat alami
anggrek ini semakin dipercepat oleh berbagai kegiatan seperti pembangunan
perumahan, industri dan perkebunan. Data dari World Conservation Monitoring
Center (1995) menunujukkan bahwa jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan
asli Indonesia yang berstatus terancam lainnya maka anggrek merupakan
tumbuhan yang mendapat ancaman kepunahan tertinggi yaitu sebanyak 203 jenis
(39%) bahkan tidak tertutup kemungkinan bila sudah banyak anggrek yang punah
sebelum sempat dideskripsi atau didokumentasikan. Di Jawa, areal hutan sudah
banyak yang terkonversi menjadi pemukiman atau perkebunan sehingga populasi
anggrek di alam mulai terancam. Selain itu para pedagang anggrek alam secara
Universitas Sumatera Utara
ilegal yang memanen di alam tanpa ada usaha untuk membudidayakannya, turut
memacu penurunan jumlah populasi anggrek alam.
Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan plasma nutfah
anggrek paling besar di dunia. Dari sekitar 26.000 spesies, Indonesia memiliki
sekitar 6.000 spesies tanaman anggrek dunia. Bahkan 90% induk jenis
Dendrobium yang dikembangkan di dunia berasal dari Indonesia. Indonesia
merupakan negara tropis dan memiliki kondisi lingkungan yang memenuhi syarat
untuk menjamin kehidupan tanaman anggrek. Tanaman anggrek liar di Indonesia
diperkirakan ada sekitar 5.000 jenis (Heriswanto, 2009).
Deskripsi Anggrek
Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup
sebagian besar epifit (tumbuh pada pohon inangnya) dan ada pula yang teresterial
(tumbuh di tanah atau sering juga disebut anggrek tanah). Anggrek memiliki
rimpang akar yang seperti umbi tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang
berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk umbi semu yang
mempunyai akar yang mengandung klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk
asimilasi (Darmono, 2008).
Tanaman anggrek dapat tumbuh pada beberapa kondisi iklim yang beragam
dan struktur vegetatif tanaman anggrek juga mudah mengalami modifikasi.
Pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek terbagi menjadi dua tipe yaitu
monopodial dan simpodial. Monopodial berarti “satu kaki”. Disebut satu kaki
karena anggrek ini memiliki satu batang utama yang tumbuh terus sepanjang
tahun dan memproduksi daun dipuncaknya. Tipe monopodial seperti Serides,
Angraecum, Arachnis, Aranthera, Phalaenopsis dan lain-lain. Simpodial berarti
Universitas Sumatera Utara
“banyak kaki”, anggrek ini mempunyai batang utama yang dapat menumbuhkan
tunas-tunas vegetatif. Tipe simpodial antara lain Cattleya dan Epidendrum
(Ashari, 1995).
Struktur Morfologi Anggrek
a. Akar
Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah. Ujungnya
meruncing, licin dan sedikit lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen
yang bersifat spongy (berongga). Di bawah lapisan ini terdapat lapisan yang
mengandung klorofil. Pada saat akar ini menyentuh batang yang keras, maka akar
ini mudah melekat. Akar-akar yang sudah tua akan menjadi coklat dan kering,
kemudian fungsinya digantikan dengan akar-akar baru yang tumbuh. Pada jenis
monopodial terdapat banyak akar lateral yaitu akar yang keluar dari batang diatas.
Akar aerial yang masih aktif ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan atau
kuning kecoklatan, licin dan mengkilat. Akar ini besar dan dapat bercabangcabang. Pada tempat yang kering akar ini makin banyak percabangannya untuk
mencari tempat yang lembab (Latif, 1960).
Menurut Latif (1972) akar anggrek umumnya ada dua macam yaitu akar
tanah dan akar gantung. Akar tanah tentu terdapat pada anggrek tanah dan akar
gantung terdapat pada anggrek pohon atau anggrek epifit. Selain itu ada juga akar
anggrek yang melekat pada benda keras seperti kayu dan batu. Akar anggrek ada
yang semacam akar pikat yaitu akar yang pada beberapa anggrek diluar dari jenis
akar yang biasa. Letaknya di pangkal (rumpun) batang. Ukurannya pendek,
tegang, berhaluan (berliku-liku) sedikit, ujungnya tajam dan arahnya keatas
menantang
matahari
misalnya
terdapat
pada
jenis
Cymbidium
dan
Universitas Sumatera Utara
Grammatophyllum. Kegunaan akar pada anggrek epifit adalah untuk mengambil
makanan yang sudah dilarutkan dalam air dari udara yang lembab. Akar yang
sehat dengan ciri-ciri bentuknya bulat kalau terlepas atau tergantung, tetapi jika
melekat bentuknya seperti belah rotan, penampakannya berkilat seperti perak dan
ujungnya hijau atau merah tembaga.
b. Batang
Bentuk batang anggrek beraneka ragam ada yang ramping, gemuk
berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja dengan atau tanpa umbi
semu (pseudobulb). Berdasarkan pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial.
Tipe anggrek simpodial mempunyai beberapa batang utama dan berumbi
semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan
batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru dilanjutkan
oleh tunas nakan yang tumbuh disampingnya. Tunas anakan tersebut tumbuh dari
rizom yang menghubungkannya dengan tanaman induk. Tangkai bunga dapat
keluar dari ujung pseudobulb atau dari sampingnya, contohnya seperti genus
Dendrobium, Oncidium dan Cattleya.
Tipe anggrek monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan
tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar
diantara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis
(Darmono, 2008 dalam Yahman, 2009).
c. Daun
Anggrek tidak mempunyai tulang daun yang terbentuk jala menyebar, tetapi
tulang daunnya sejajar dengan helaian daun. Tebal daun juga bervariasi dari tipis
Universitas Sumatera Utara
sampai tebal berdaging (sukulen). Pada genus Vanda bahkan ada yang membulat
seperti pistil. Daun melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap buku
dan berhadapan dengan daun pada buku berikutnya atau berpasangan yaitu setiap
buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (Latif, 1960).
Warna daun anggrek hijau muda atau hijau tua, kekuningan dan ada pula
yang bercak-bercak. Anggrek memiliki daun atau tulang daun yang berwarna dan
disanalah terletak keindahan jenis-jenis anggrek daun itu. Bentuk daun anggrek
bervariasi, ada yang bulat telur (Renanthera coccinea dan Renanthera storiei),
bulat telur terbalik artinya bagian daun yang sebelah keatas lebar dan sebelah
kepangkal kurang lebar, memanjang bagai pita atau serupa daun tebu terdapat
pada daun anggrek tebu atau anggrek macan. Daun jenis Coelogyne, Calanthe,
Spathoglottis mendekati bentuk daun kunyit. Anggrek pandan (Vanda tricolor)
mempunyai dua baris daun, terdapat dua daun melengkung kesebelah batang,
banyak bentuk daun Vanda yang seperti itu. Daun yang bulat panjang, bundar
panjang atau terdapat pada setengahnya jenis Dendrobium dan Phalaenopsis.
Daun anggrek kala atau Scorpiun (Arachnis) pendek dan tirus. Vanda teres
disebut juga anggrek pinsil atau anggrek potlot karena daunnya bulat seperti
pinsil. Daun yang demikian terdapat pula pada Vanda hookeriana, Vanda
tricuspidata, Phalaenopsis denevei dan Luisia sp (Latif, 1972).
Menurut Latif (1960) ujung daun anggrek ada yang runcing biasa, belah dua
atau sama saja belahnya atau tidak sama, ada bagian ujung daun yang seperti
dipatahkan dengan jari. Daun yang seperti ini dapat jelas dilihat pada jenis
anggrek Pandan (Vanda tricolor).
Universitas Sumatera Utara
d. Bunga
Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga pada
satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga pada
beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya
aksilar (Latif, 1972).
Struktur morfologi bunga anggrek sangat beranekaragam baik bentuk
maupun warnanya. Setiap bunga anggrek mempunyai struktur morfologi yang
sama dan khas. Bunga anggrek mempunyai tiga lembaran yang hampir mirip satu
sama lain yang disebut sepal (daun kelopak). Diantara ketiga sepal ini terdapat
lagi lembaran yang disebut petal (daun mahkota). Satu dari tiga petal mempunyai
bentuk yang berbeda sekali dengan dua yang lain, warnanya juga sering berbeda
sekali dan lebih sering disebut bibir atau labellum (Gunadi, 1985).
Bunga anggrek memiliki lima bagian utama yaitu sepal (daun kelopak),
petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium
(bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal
dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah
petal, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga
mengalami modifikasi menjadi labellum (bibir). Pada labellum terdapat
gumpalan-gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang
berfungsi untuk menarik serangga hingap pada bunga untuk mengadakan
polinasi/penyerbukan (Sumartono, 1981).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Struktur bunga cattleya
Keterangan : a. Bunga Cattleya, b. Tugu Bunga
1. Kelopak Dorsal, 2. Mahkota (Corolla), 3. Kelopak Lateral
4. Bibir (Labellum), 5. Tugu, 6. Kepala Sari,
7. Rostellum, 8. Kepala Putik (Stigma) 9. Bakal Buah
Colum (tugu) yang terdapat di bagian tengah bunga merupakan tempat alat
reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung colum terdapat anter
(kepala sari) yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup
dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak di bawah
rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan
terletak di bawah colum, sepal dan petal (Latif, 1960).
e. Buah
Buah anggrek merupakan buah capsular yang berbelah enam. Biji di dalam
buah sangat banyak. Biji-biji anggrek ini tidak mempunyai endosperm yaitu
cadangan makanan seperti biji tanaman lain. Cadangan makanan ini diperlukan
dalam perkecambahan dan pertumbuhan awal biji. Oleh karena itu, untuk
perkecambahannya dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan lain dari
luar atau dari lingkungan sekelilingnya (Latif, 1960).
Bakal biji anggrek anatrop dan sangat kecil. Buah biasanya berupa buah
kendaga membuka ke samping dengan 3-6 celah-celah membujur. Biji banyak,
Universitas Sumatera Utara
sangat kecil seperti serbuk, memanjang pada 2 ujung atau jarang sekali bersayap,
endosperm belum terdiferensiasi (Tjitrosoepomo, 1993).
Menurut Sumartono (1981) buah anggrek mengandung ribuan sampai jutaan
biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai cokelat. Pembiakan dengan biji
lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya karena biji anggrek sangat
kecil dan mudah diterbangkan angin. Selain itu biji anggrek keadaannya tidak
sempurna karena tidak mempunyai lembaga atau cadangan makanannya.
Pembiakan dengan biji yang dilakukan orang bertujuan untuk mendapatkan jenis
baru. Biji diperoleh dari penyerbukan serbuk sari pada putik. Di hutan
penyerbukan terjadi dengan bantuan serangga, namun kita dapat melakukan
penyerbukan sendiri dengan mengambil serbuk sari menggunakan alat kemudian
diletakkan pada kepala putik sehingga terjadi pembuahan.
Taksonomi Anggrek
Menurut Jones dan Luchsinger (1979) tumbuhan anggrek termasuk ke
dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga indah dari
sekian banyak tumbuhan berbunga yang terdapat di alam ini. Klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
Divisi
: Magnoliophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Liliopsida
Sub kelas
: Lilidae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Universitas Sumatera Utara
Genus
: Lebih dari 735 genera seperti Dendrobium, Spathoglottis,
Cymbidium dan lain-lain.
Spesies
: Lebih dari 25.000 jenis seperti Calanthe triplicate,
Ascocentrum miniatum, Arachnis flos-aeris dan lain-lain.
Habitat Anggrek
Anggrek dapat tumbuh diberbagai tempat yang memungkinkan untuk
tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa- rawa, batu cadas,
pasir, pohon dan akar tumbuhan lain. Daerah penyebarannya meliputi seluruh
dunia, dari daerah tropis hingga kutub pada ketinggian nol di atas permukaan laut
hingga 4000 m lebih di pegunungan. Varietas paling luas dan jumlah terbanyak
berada di daerah panas. Mayoritas anggrek memang merupakan tanaman bunga
tropis dan sebagian besar adalah subtropis (Gunadi, 1985).
Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada
yang hidup di semak – semak atau pohon – pohon yang disebut anggrek liar, ada
yang hidup dibatuan dan disebut litofit, ada yang hidup di tanah disebut
teresterial, ada yang hidup disisa-sisa tanaman yang disebut epifit, sedangkan
yang tumbuh liar di air disebut semi akuatik. Tanaman anggrek tidak bersifat
parasit, sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini mencukupi
kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis (Ashari, 1995).
Sifat Tumbuh Anggrek
Tanaman anggrek berdasarkan sifat tumbuhnya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu anggrek epifit dan anggrek teresterial. Anggrek epifit adalah anggrek yang
tumbuhnya menumpang atau menempel pada tumbuhan lain, namun tidak
merugikan tanaman yang ditumpanginya. Alat yang digunakan untuk menempel
Universitas Sumatera Utara
adalah akarnya. Golongan anggrek epifit antara lain genus Aerides, Angraecum,
Oncidium, Dendrobium, Phalaeonopsis dan Vanda. Anggrek teresterial adalah
anggrek yang seluruh perakarannya berkembang di dalam tanah, rawa atau
daratan. Genus anggrek tanah yang mempunyai nilai penting diantaranya
Arachnis, Arundina dan Spathoglottis (Ashari, 1995).
Anggrek epifit mempunyai akar yang menempel pada batang atau dahan
tanaman lain. Akar yang menempel pada batang umumnya berbentuk agak
mendatar mengikuti bentuk permukaan batang, sedangkan rambut akarnya
pendek–pendek. Akar ini mempunyai jaringan velamen yang memudahkan akar
menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Menurut Gunadi (1977)
velamen berfungsi sebagai alat pernafasan. Velamen terdiri dari jaringan bunga
karang dengan selubung luar berupa selaput berwarna putih dan keadaan selselnya hanya berisi udara.
Adanya keanekaragaman anggrek epifit pada berbagai jenis pohon, tingkat
pertumbuhan
dan
bagian-bagian
pohon
yang
menjadi
inang
karena
ketergantungannya pada kondisi iklim mikro tegakan hutan. Hal itu menyebabkan
keberadaan sejumlah koloni anggrek epifit hanya dapat dijumpai pada jenis pohon
tertentu atau pada bagian pohon tertentu saja, sebaliknya koloni epifit lainnya
dapat dijumpai pada setiap jenis pohon dan pada setiap bagian pohon. Untuk itu,
perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman
anggrek epifit dan pohon inangnya serta distribusinya pada bagian-bagian pohon
inangnya (Sujalu, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Desa Sihombu merupakan salah satu desa terpencil di Sumatera Utara yang
terletak di Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan yang terdiri
atas empat dusun yaitu ; Dusun Sampetua, Simatabo, Buluampa dan Hutarambi.
Daerah tersebut terletak pada garis ± 98° 27' 40'' BT - 98° 31' 20'' BT dan ± 02°
13' 58,8'' LU - 02° 16' 34'' LU.
b. Luas dan Batas Wilayah
Menurut Surat Keterangan Tanah Adat No.470/077/VII/2010 pada tanggal
26 Juli 2010 menerangkan bahwa luas Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang,
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebesar 1.440 Ha. Batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara
: Napahorsik
b. Sebelah Timur
: Pusuk dan Baringin
c. Sebelah Selatan
: Sijarango
d. Sebelah Barat
: Simatongtong dan Siantar Sibongkare
c. Topografi
Kondisi fisik Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian
antara 450-750 m di atas permukaan laut. Kelerengan tanah yang tergolong curam
sebesar 25% hingga sangat curam sebesar 40%.
Universitas Sumatera Utara
Download