PENGARUH DIVERSIFIKASI KORPORAT TERHADAP KINERJA

advertisement
PENGARUH DIVERSIFIKASI KORPORAT TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
ABSTRAK
Oleh:
PRISKA RISMA YESSICA
NPM : 0851031045
Tlpn : 082372585954
Email : [email protected]
Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan
diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan serta peran kepemilikan
manajerial sebagai pemoderasi kinerja pada perusahaan yang terdiversifikasi.
Penelitian ini menggunakan variabel diversifikasi yang diproksikan dengan indeks
Herfindahl, kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q, dan
kepemilikan manajerial. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas 11 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2006-2010. Sampel penelitian diperoleh dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana untuk
menguji hipotesis pertama dan analisis regresi berganda dengan variabel moderat
(Moderated Regression Analysis) untuk menguji hipotesis kedua.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada hipotesis pertama,
diversifikasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Sedangkan pada hipotesis kedua menunjukan bahwa ternyata kepemilikan
manajerial tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh diversifikasi
terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajerial bukan
merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi pengaruh diversifikasi
terhadap kinerja perusahaan.
Kata kunci : Diversifikasi Korporat, kinerja keuangan, kepemilikan manajerial.
THE INFLUANCE OF CORPORATE DIVERSIFICATION TO FIRM
PERFORMANCE WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS A
MODERATION VARIABLE
ABSTRACT
By:
PRISKA RISMA YESSICA
NPM : 0851031045
Tlpn : 082372585954
Email : [email protected]
Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.
The purpose of this research was to determine the influance of
diversification’s policy to the firm performance and interaction of managerial
ownership as moderating variable of performance in diversified firms. This
research uses diversification’s variable that is measured using Herfindahl index,
financial performance is measured using Tobin's Q ratio and managerial
ownership. There are 11 companies of manufacturing firms listed on the
Indonesian Stock Exchange during 2006-2010 as sample of this research. The
samples are obtained by using purposive sampling method. Testing was
performed using SPSS version 17.0
This research uses linier regression analysis to test the first hypotesis and
multiple regression analysis with the moderated regression (Moderated
Regression Analysis) to test the second hypotesis.
The result of this research proves on the first hypotesis, diversification has
negative significant influance to firm performance. Meanwhile, the second
hypotesis proves that managerial ownership cann’t significantly to moderate the
influance of diversification to firm performance. Thus, managerial ownership is
not a moderating variable that is able to moderate the influance of diversification
to firm performance.
Keyword: Corporate diversification, firm performance, managerial ownership.
1.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis global yang terjadi saat ini mempengaruhi kondisi perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Perdagangan bebas dan iklim investasi yang
terbuka menuntut perusahaan untuk terus bertahan di tengah persaingan yang
kompetitif dan juga menghasilkan keuntungan yang dapat menjamin
kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan yang mampu
melakukan inovasi dan terus mengembangkan serta meningkatkan kinerjanya
akan mampu bertahan. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki strategi bisnis
yang tepat agar dapat mempertahankan eksistensinya dan terus berkembang dalam
dunia bisnis.
Perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan juga
mempertahankan keunggulan bisnisnya. Dalam jangka panjang perusahaan dapat
melakukan pengembangan perusahaan maupun pengurangan skala ekonomis
usaha. Hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri dalam usaha
mengembangkan perusahaannya terlebih mengembangkan ekspansi usaha dan
memperluas pasar.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan ekonomi yang semakin
kompetitif menyebabkan permasalahan-permasalahan dalam perusahaan semakin
kompleks. Oleh karena itu, perusahaan harus cermat dan bijak dalam mengambil
keputusan terutama kebijakan strategisnya. Kebijakan ini yang akan digunakan
untuk mempertahankan atau meningkatkan keunggulan bisnisnya dalam
peningkatan kinerja perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan
pengembangan sektor usaha atau diversifikasi usaha yang
diwujudkan dalam bentuk ekspansi usaha dan perluasan pasar melalui strategi
diversifikasi segmen usaha.
Peningkatan kecenderungan diversifikasi korporat telah menjadi pokok
perdebatan apakah diversifikasi masih membawa manfaat bagi perusahaan atau
justru membawa dampak yang negatif terhadap keunggulan kompetitif jangka
panjang. Disatu sisi, pendapat mengatakan bahwa dengan adanya diversifikasi
perusahaan dapat meningkatkan skala ekonomis. Sementara di sisi lain, banyak
pendapat yang mengatakan bahwa strategi fokus dalam kompetisi ini justru
merupakan kunci utama terhadap keunggulan perusahaan dalam jangka panjang.
Saat ini, diversifikasi menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan ketika
perusahaan menghadapi persaingan ketat dan pertumbuhan pasar yang cepat.
Menurut George dan Kabir (2005) diversifikasi perusahaan dapat menciptakan
nilai perusahaan.
Pengembangan diversifikasi pada perusahaan harus dicocokkan pada peluang
industri. Perumusan strategi diversifikasi ini akan menjadi suatu alat dalam
menganalisis keunggulan dan juga kelemahan sehubungan dengan adanya peluang
serta ancaman yang terjadi dalam dunia bisnis. Seperti pada beberapa penelitian
sebelumnya, menjelaskan bahwa diversifikasi membawa pengaruh negatif bagi
kinerja. Perusahaan akan mengalami kerugian dan bahkan sampai menutup
usahanya.
Diversifikasi banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan modal yang
kuat untuk memperoleh laba perusahaan yang tinggi pada negara-negara dengan
kondisi perekonomian yang sedang berkembang. Di sisi lain, dalam kondisi
perekonomian yang belum kuat tersebut, tingkat risiko yang dihadapi juga relatif
tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada kinerja dan juga keberhasilan suatu
perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya. Selain itu diversifikasi juga dapat
meningkatkan kompleksitas struktur, manajerial dan organisasi perusahaan.
Beberapa penelitian menunjukkan ketidakkonsistenan mengenai pengaruh
diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan. Pada penelitian Gunarsih
(2004) yang meneliti pengaruh difersivikasi korporat terhadap kinerja
mengungkapkan bahwa adanya pengaruh positif diversifikasi terhadap kinerja.
Sedangkan menurut Satoto (2009) menjelaskan strategi diversifikasi berpengaruh
negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang berbeda-beda
mendorong Kusmawati (2008) untuk meneliti diversifikasi dengan menambahkan
kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi. Keberadaan manajemen
diduga memberikan pengaruh antara diversifikasi dan kinerja. Kusmawati (2008)
menyimpulkan bahwa diversifikasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas suatu
perusahaan. Namun, dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi
diversifikasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja. Dengan kata lain,
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap keputusan manajer dalam
kebijakan diversifikasi.
Karena adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian tersebut, maka penelitian
ini akan menguji bagaimana pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap kinerja
yang diukur dengan rasio Tobin’s Q, dengan menambahkan kepemilikan
manajerial sebagai pemoderasi.
Kepemilikan manajerial merupakan salah satu dari mekanisme Good Corporate
Governance (GCG). Kepemilikan manajerial dapat membantu mengendalikan
konflik keagenan karena adanya pemisahan antara kepemilikan perusahaan
dengan pengelola perusahaan. Menurut Cruithley dan Hansen (1989), dalam
Kusmawati (2008), kepemilikan manajerial ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan sehingga dengan
keterlibatan ini kedudukan manajer bisa sejajar dengan pemilik perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh
Diversifikasi Korporat terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan
Manajerial sebagai Variabel Moderasi ”.
1.1.
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1. Perumusan Masalah
1.
Apakah diversifikasi korporat berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja perusahaan?
2.
Apakah kepemilikan manajerial mampu memoderasi pengaruh
diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan?
1.2.2. Batasan Masalah
1.
Sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2006-2010.
2.
Perusahaan tersebut listing di BEI selama periode pengamatan.
3.
Perusahaan tersebut menerbitkan laporan tahunan dan pengungkapan
laporan segmen yang lengkap serta data mengenai kepemilikan manajerial
selama periode pengamatan.
4.
Pengukuran kinerja perusahaan hanya menggunakan rasio Tobin’s Q
sebagai parameter tunggal.
1.2.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1.
Pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan.
2.
Peranan kepemilikan manajerial dalam peningkatan kinerja perusahaan
pada perusahaan yang terdiversifikasi.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1.
Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan
terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.
2.
Memberikan informasi kepada praktisi seperti para manajer selaku
eksekutif perusahaan dan investor mengenai kebijakan diversifikasi
korporat.
3.
Memberikan wacana atau studi literatur bagi pembaca mengenai
pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan dan
pengaruh kepemilikan manajerial antara diversifikasi korporat dengan
kinerja perusahaan.
4.
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau
bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis
maupun penelitian yang lebih luas.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu basis teori yang mendasari
praktik bisnis pada perusahaan-perusahaan selama ini. Pada dasarnya, prinsip dari
teori ini menyatakan bahwa adanya hubungan kerja antara pihak prinsipal, yaitu
investor atau pemegang saham, dan juga agensi atau manajer. Hubungan ini
membentuk suatu kontrak kerja yang disebut nexus of contract.
Menurut Setyapurnama dan Norpratiwi (2004) menjelaskan bahwa hubungan
keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan
mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya
kekayaan dan kemakmuran dan juga lebih tertarik untuk memaksimalkan return
dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer menghendaki
bertambahnya kesejahteraan dan memaksimumkan kompensasinya. Dengan
demikian munculah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer.
Adanya perbedaan kepentingan ini, masing-masing pihak akan berusaha
memperbesar keuntungannya sendiri. Bila tidak ada pengawasan yang memadai
dari para pemegang saham, maka manajer dapat memainkan beberapa kondisi
perusahaan agar seolah-olah target perusahaan tercapai. Dalam hal ini manajemen
dalam mengelola perusahaan akan cenderung mementingkan kepentingannya
sendiri daripada meningkatkan nilai perusahaan walaupun dengan cara yang tidak
sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga hal ini dapat memicu biaya
keagenan. Perbedaan kepentingan juga mempengaruhi kebijakan perusahaan yang
menuntut manajemen untuk lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan
guna meningkatkan kinerja perusahaan.
Pengawasan secara luas perlu dilakukan dan diharapkan dapat mengurangi
masalah keagenan ini. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan
mengurangi biaya agensi yaitu dengan adanya kepemilikan saham oleh
institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen.
2.2.
Diversifikasi Korporat
Diversifikasi merupakan salah satu strategi alternatif yang diterapkan oleh
perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif dari para pesaing dengan cara
memanfaatkan sumber daya serta pengelolaan berbagai segmen bisnis yang
berbeda sehingga mampu bersaing di beberapa industri.
Para pendapat mengatakan definisi yang berbeda tentang pengertian diversifikasi.
Seperti pada Pakpahan (1990) menjelaskan diversifikasi berarti perluasan dari
produk yang diusahakan selama ini ke produk atau industri baru yang sebelumnya
tidak diusahakan. Menurut Harto (2005), diversifikasi korporat merupakan salah
satu bentuk penggabungan usaha dengan memperluas jumlah segmen usaha
maupun segmen geografis, memperluas pangsa pasar yang sudah ada atau
mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam. Menurut Pandya dan
Rao (1998) dalam Handayani (2009), diversifikasi korporat merupakan pilihan
strategi yang telah banyak digunakan oleh para manajer untuk meningkatkan
kinerja perusahaan. Montgomery (1994) mengungkapkan diversifikasi adalah
perusahaan yang memiliki beberapa unit bisnis atau anak perusahaan.
Diversifikasi dapat diklasifikasikan menjadi diversifikasi berkaitan dan
diversifikasi tidak berkaitan. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki diversifikasi
berkaitan (tingkat diversifikasi rendah) atau diversifikasi horizontal ketika terjalin
hubungan diantara unit-unit bisnisnya. Misalnya, unit-unit yang berbagi produk
atau jasa, teknologi, atau jaringan distribusi. Tujuan diversifikasi berkaitan untuk
mengendalikan biaya dan mutu produksi yang mampu mengendalikan harga jual
dan meningkatkan pendapatan. Semakin terkait diversifikasinya maka semakin
rendah tingkat diversifikasinya. Sedangkan diversifikasi tidak berkaitan atau
diversifikasi vertikal tidak tergantung pada suatu bentuk keterkaitan dengan bisnis
yang ada. Diversifikasi tidak berkaitan dapat meningkatkan kinerja perusahaan
melalui efisiensi modal internal karena digunakan untuk usaha tidak terkait
dengan usaha utamanya.
Sebagian besar perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan
terdiversifikasi. Hal ini dapat diketahui dari bagian laporan keuangan yaitu catatan
atas laporan keuangan perusahaan yang memuat informasi tentang pelaporan
segmen usaha yang dimiliki oleh setiap perusahaan. Informasi pelaporan segmen
usaha tersebut berdasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 5 Revisi 2000 (IAI, 2009) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang
memiliki berbagai segmen usaha dan geografis wajib melakukan pengungkapan
jika masing-masing segmen memenuhi kriteria penjualan, aktiva dan laba usaha
tertentu sebagai bagian dari laporan keuangan yang diterbitkan. Diversifikasi
tentunya membawa keuntungan bagi perusahaan, antara lain dapat memperluas
kelebihan aset khusus perusahaan dan berbagai sumber daya seperti brand names,
kemampuan manajerial, loyalitas konsumen, dan inovasi teknologi (George dan
Kabir, 2005).
Selain itu, diversifikasi juga memiliki kekurangan diantaranya; (1) adanya
kemungkinan proses mekanisme pasar modal internal tidak berjalan secara efisien
karena pendanaan alokasi ditujukan ke arah yang salah diantara divisi sehingga
menyebabkan nilai perusahaan menjadi lebih rendah, (2) dapat meningkatkan
penyimpangan informasi yang dilakukan secara sengaja oleh pihak manajer,
misalnya berupa penyimpangan anggaran modal yang menguntungkan divisi
mereka, (3) meningkatkan biaya proses informasi dan biaya asimetri informasi.
2.3.
Kinerja Perusahaan
Besaran suatu kinerja perusahaan merupakan ukuran keberhasilan manajemen
dalam mengelola perusahaan. Bovee et al (1993) menjelaskan bahwa kinerja
merupakan ukuran atau tingkat dimana individu dan organisasi dapat mencapai
tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Menurut Daft (2003) menjelaskan
kinerja merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan menggunakan sumber
daya yang ada dengan perilaku yang efisien dan efektif. Pengertian hampir sama
juga dikemukakan oleh Kusnadi ( 2001) yang menjelaskan bahwa kinerja
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan modal yang
dimilikinya secara efektif dan efisien guna memperoleh hasil yang maksimal.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu perusahaan (Rahayu,
2010). Penilaian kinerja keuangan berkaitan erat dengan informasi akuntansi.
Penilaian kinerja dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan serta dari segi
perubahan harga saham. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi
keuangan dan hasil operasi serta kinerja keuangan perusahaan yang tercermin
dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini sangat penting agar sumber daya
dapat digunakan secara optimal terutama dalam menghadapi perubahan
lingkungan. Kinerja keuangan juga dapat memotivasi para karyawan dalam
mencapai sasaran perusahaan sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Menurut Munawir (2002) penilaian kinerja keuangan memiliki beberapa peranan
bagi perusahaan, antara lain :
1.
Dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah
dilakukan oleh perusahaan.
2.
Untuk menentukan atau mengukut efisiensi setiap bagian, proses
atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat
dicapai oleh perusahaan tersebut.
3.
Untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian
individu yang telah diberikan wewenang dan tanggung jawab.
4.
Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau
prosedur atau strategi yang baru untuk mencapai hasil yang lebih
baik.
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan
efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Efektivitas diukur melalui
kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang tepat untuk mencapai
tujuan, sedangkan efisien merupakan perbandingan antara masukan dan keluaran.
Efisiensi dalam konteks kinerja merupakan perbandingan antara output yang
dihasilkan dan input yang digunakan. Semakin banyak output yang dihasilkan dari
jumlah input tertentu yang digunakan, atau sebaliknya semakin sedikit input yang
digunakan dari sejumlah output yang dihasilkan maka dapat dikatakan bahwa
proses tersebut sudah berjalan secara efisien. Sedangkan efektifitas dalam suatu
kinerja perusahaan merupakan hubungan antara output sebagai
pertanggungjawaban dan tujuannya. Semakin banyak output yang dihasilkan
maka dapat dikatakan bahwa proses tersebut semakin efektif.
Dalam pengukuran kinerja perusahaan, penelitian ini mengukurnya dengan
menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q merupakan salah satu rasio yang
digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan. Untuk mengukur rasio ini
diperlukan data keuangan yang berasal dari laporan keuangan suatu perusahaan.
Dengan menggunakan rasio Tobin’s Q ini dapat diketahui nilai pasar perusahaan
karena aspek-aspek yang diperlukan mencakup harga pasar saham serta dapat
menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki oleh perusahaan
atau potensi pertumbuhan perusahaan. Dengan menggunakan nilai pasar ini, maka
akan memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap
kinerja perusahaan di masa lampau serta prospeknya di masa yang akan datang.
Dalam menghitung rasio Tobin’s Q menggunakan nilai market value yang berasal
dari jumlah saham beredar dikali dengan harga penutupan saham di akhir tahun,
kemudian di tambah total hutang dibagi total aset. Dengan demikian, rasio
Tobin’s Q dapat digunakan untuk mengukur potensi nilai pasar suatu perusahaan.
2.4.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dipandang sebagai salah satu mekanisme Coorporate
Governance yang dapat menurunkan konflik agensi melalui penyelarasan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Menurut Sujono dan
Soebiantoro (2007) dalam Sabrina (2010) mengatakan bahwa kepemilikan
manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki manajemen perusahaan
yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen. Yang
termasuk dalam kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan,
yaitu direktur dan komisaris.
Menurut penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976), dalam
Kusmawati (2008), menunjukkan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan
adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan.
Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka manajemen akan
cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang
saham dan juga untuk kepentingannya sendiri.
Kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa manajer memiliki saham
perusahaan dan berimplikasi terhadap kedudukan manajer yang sejajar dengan
pemegang saham. keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang
yang berbeda, yaitu mereka mewakili pemegang saham institusi dan juga mereka
merupakan tenaga-tenaga profesional yang diangkat oleh pemegang saham dalam
Rapat Umum Pemegang Saham, serta mereka juga duduk di jajaran manajemen
perusahaan karena turut memiliki saham.
Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen dapat sejajar kedudukannya
dengan pemegang saham sehingga manajer akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerja perusahaan dan akan menurunkan kecenderungan manajer untuk
melakukan tindakan yang berlebihan serta bertanggung jawab atas kemakmuran
pemegang saham. Tidak hanya itu, manajer juga akan dapat merasakan langsung
manfaat dari keputusan yang diambil. Dengan demikian, kepemilikan manajerial
dianggap sebagai salah satu aspek yang dapat menyatukan kepentingan manajer
dan pemegang saham atau pemilik perusahaan.
Dari penjelasan di atas, kepemilikan manajerial merupakan kebijakan pemberian
kepemilikan berupa saham kepada struktur manajemen perusahaan agar
kedudukan manajer dengan pemegang saham dapat sejajar. Kaitannya dengan
diversifikasi adalah dengan adanya kedudukan yang sejajar maka segala dampak
kebijakan yang diambil oleh manajemen akan berpengaruh secara langsung
kepada manajer yang bersangkutan. Sehingga pada akhirnya manajer akan
bertindak sesuai dengan tujuan para pemegang saham, termasuk segala kebijakan
yang diambil seperti kebijakan diversifikasi, dapat dilakukan dengan cermat dan
hati-hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amihud dan Lev (1981) bahwa
manajer dengan persentase kepemilikan yang lebih dapat melibatkan diri di dalam
memutuskan diversifikasi atau tidak.
2.5.
Pengembangan Hipotesis
2.5.1. Diversifikasi Korporat dan Kinerja Perusahaan
Setiap keputusan yang diambil oleh para manajer bertujuan untuk
mengembangkan perusahaannya dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan
keputusan manajer dalam melakukan diversifikasi korporat ini diharapkan
perusahaan dapat memaksimumkan ukuran serta keragaman usaha. Jika suatu
perusahaan telah berhasil mengembangkan perusahaannya dan memperluas
usahanya maka secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal
ini dapat dilihat dari adanya peningkatan sumber daya yang digunakan untuk
kegiatan-kegiatan operasional, adanya peningkatan efisiensi, dan juga adanya
peningkatan kekuatan untuk menghadapi tantangan dalam dunia bisnis. Kinerja
yang baik menimbulkan suatu kompensasi yang dapat menjadi motivasi agar
perusahaan dapat berkembang lebih pesat lagi.
Secara teoritis, jika strategi diversifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien
maka seluruh proses aktivitas perusahaan juga akan berjalan dengan baik yang
selanjutnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Apalagi dengan
diversifikasi pada segmen bisnis yang berbeda akan membuka kesempatan
investasi yang baru. Hal ini secara tidak langsung memberikan nilai positif bagi
perusahaan yang sedang berkembang. Perusahaan membutuhkan suatu strategi
dalam memberikan aksen yang berbeda untuk usahanya. Dengan diversifikasi
akan memperbaiki kinerja perusahaan bahkan dapat meningkatkannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1 : Diversifikasi korporat berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
2.5.2. Peranan Kepemilikan Manajerial Dalam Memoderasi Peningkatan
Kinerja Pada Perusahaan yang Terdiversifikasi
Akibat adanya ketidak konsistenan dari penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa diversifikasi tidak selalu berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
perusahaan, maka diduga terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhinya. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini dimasukkan variabel moderasi kepemilikan
manajerial yang digunakan dengan maksud mengetahui peranan dalam pengaruh
diversifikasi terhadap kinerja perusahaan.
Kepemilikan manajerial merupakan salah satu komponen dari coorporate
governance yang dapat membatu mengurangi konflik keagenan. Kepemilikan
manajerial mampu memperngaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya
secara tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan
kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajemen, sehingga manajer dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat
untuk mengurangi konflik keagenan.
Untuk memenuhi ambisi manajer dalam tujuan diversifikasi akan mendorong
manajer untuk memperbesar atau memperbanyak usaha dengan tidak
mempertimbangkan kepentingan pemilik. Oleh karena kepentingan inilah yang
menimbulkan masalah keagenan sehingga harus dipertimbangkan mengenai
reward yang akan diterima oleh manajer.
Penelitian ini menggunakan pemoderasi kepemilikan manajerial dengan alasan
bahwa apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan diversifikasi disertai
dengan adanya kebijakan kepemilikan manajerial, maka manajer akan
menjalankan perusahaan dengan lebih cermat dan hati-hati terutama dalam
menjalankan kebijakan diversifikasi. Adanya kesejajaran antara manajer dan
pemegang saham akan berpengaruh pada keputusan perusahaan yang diambil.
Jadi, dengan adanya peran kepemilikan manajerial maka tingkat diversifikasi
perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2 : Kepemilikan manajerial mampu secara signifikan memoderasi
pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan
3.
3.1.
METODA PENELITIAN
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder untuk
menjawab berbagai rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber
data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan tahunan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 20062010, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), internet, literatur, dan
sumber informasi lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti.
3.2.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data periode pengamatan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu dari periode tahun
2006-2010.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang listing pada periode yang ditentukan.
Teknik sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang
berarti sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Adapun kriteria yang dijadikan sampel adalah :
1. Semua perusahaan yang termasuk perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan mempublikasikan data
laporan keuangan berturut-turut selama periode 2006-2010.
2. Memiliki data laporan keuangan dan pengungkapan laporan segmen
lengkap selama periode 2006-2010.
3. Memiliki dan menampilkan data mengenai kepemilikan manajerial
selama periode 2006-2010.
Berdasarkan data yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan juga berdasarkan
kriteria yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 11 perusahaan manufaktur
yang menerbitkan laporan keuangan lengkap, laporan segmen dan data lengkap
mengenai kepemilikan manajerial dari tahun 2006-2010.
3.3. Definisi Operasional Variabel
3.3.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan . Kinerja
perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
MVS = P X Q shares
D = (TL + I) - CA
Keterangan :
MVS
: Nilai pasar ekuitas dari jumlah saham yang beredar
D
: Nilai Total Hutang
TA
: Total Aset
P
Qshares
TL
CA
I
: Harga saham penutupan akhir tahun
: Jumlah saham beredar akhir tahun
: Total hutang
: Aktiva Lancar
: Persediaan
3.3.2. Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah diversifikasi korporat yang
diukur menggunakan indeks Herfindahl. Nilai herfindahl dapat dihitung dengan
mengukur dari jumlah kuadrat penjualan masing-masing segmen dibagi dengan
kuadrat total penjualan. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
∑i Pi²
= total segmen penjualan
(∑i Pi)²
= Total Penjualan
3.3.3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi (memperlemah atau
memperkuat) variabel independen dan variabel dependen. Variabel moderasi
dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial yang merupakan pemegang
saham yang terdiri dari direktur dan komisaris dan aktif dalam pengambilan
keputusan. Perhitungan proporsi kepemilikan manajerial sebagai berikut:
3.4. Alat Analisis
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik
yaitu analisis regresi linier sederhana dan Moderated Regression Analysis. Untuk
hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linier sederhana. Kemudian,
untuk menguji pengaruh moderasi menggunakan Moderated Regression Analysis
(MRA) yang merupakan alat analisis untuk mengetahui efek interaksi antara
variabel dependen dan variabel independen sehingga dapat menghasilkan hasil
estimasi yang terbaik. Regresi yang merupakan model interaksi ini mengandung
interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen).
Model regresi yang diformulakan adalah sebagai berikut :

+  X + e .......................................................(1)
Y =  +  X +  X +  X *X + e ..............(2)
Y=
1
1
1
1
2
2
3
1
2
Keterangan :
Y
= Kinerja perusahaan
α
= Konstanta
β1 – β3 = Koefisien regresi
X1
= Diversifikasi Korporat
X2
= Kepemilikan manajerial
X1* X2 = Interaksi antara diversifikasi korporat dengan kepemilikan manajerial
e
= Error, merupakan tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.
3.4.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, skewnes atau kemencengan distribusi (Ghozali,
2009). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang
lebih jelas dan mudah dipahami.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan nilai parameter penduga yang
sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi
asumsi normalitas, serta tidak terjadi heteroskedastisitas, autokorelasi, dan
multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009).
Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Analisis grafik yang digunakan adalah dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot
dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Sedangkan, uji statistiknya menggunakan Kolmogorov-Smirnov
dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum data
diolah. Jadi, pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal
atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual
dinyatakan terdistribusi normal juka nilai signifikan KolmogorovSmirnov di atas 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (Ghozali,
2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas di dalam
model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance
Inflation Factor (VIF).
c. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2009).
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot. Jika
pada grafik tidak memiliki pola tertentu yang jelas (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), serta tersebar di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokolerasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,
2009). Pendeteksian ada atau tidaknya autokolerasi menggunakan uji
Durbin-Watson.
Regresi yang baik adalah apabila tidak terdapat masalah autokolerasi.
Untuk menguji ada atau tidaknya dengan uji Durbin – Watson ini
dengan menggunakan rule of thumb, yakni nilai Durbin-Watson
memenuhi persamaan du < d < 4 – du , maka tidak terdapat
autokorelasi (Gujarati, 1995).
3.4.3.
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan koefisien determinasi. Koefisien
determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Uji hipotesis dilakukan dengan:
a. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependennya. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu :
a.
Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig
≤ 0,05), maka hipotesis nol diterima, ini berarti bahwa secara
simultan variabel independen memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b.
Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig
≥0,05), maka hipotesis alternatif diterima, ini berarti bahwa
secara simultan variabel independen tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Pada uji statistik t, nilai t hitung akan
dibandingkan dengan nilai t tabel, dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi
(Sig < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi
(Sig > 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
4.
4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Hasil pengujian secara statistik jumlah sampel (N) penelitian sebanyak 55 yang
merupakan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada periode 2006-2010 dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin’s Q menunjukkan nilai
terendah sebesar 0,06 yang berasal dari PT Sumi Indo Kabel Tbk. Sedangkan nilai
tertinggi berasal dari PT Mulia Industrindo Tbk sebesar 2,170. Adapun nilai ratarata (mean) sebesar 0,8658. Dalam hal ini nilai perusahaan yang diukur dengan
rasio Tobin’s Q menunjukkan angka di atas satu berarti investasi yang ditanamkan
dalam aktiva perusahaan memberikan hasil yang lebih besar daripada jumlah dana
yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan investasi.
Nilai minimum pada variabel diversifikasi yang diukur dengan indeks Herfindahl
sebesar 0,33 berasal dari PT Mandom Indonesia Tbk. Nilai tersebut dari
pembulatan hasil yaitu sebesar 0,332. Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan
tersebut merupakan perusahaan paling terdiversifikasi segmen usahanya.
Sedangkan nilai maksimum sebesar 0,99 berasal dari PT Barito Pasific Tbk. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut paling sedikit terdiversifikasi
dibanding perusahaan yang lainnya. Nilai rata-rata indeks herfindahl sebesar
0,5795. Dilihat dari nilai rata-rata tersebut menjelaskan bahwa perusahaanperusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terdiversifikasi. Dengan
demikian dapat terlihat dari indeks Herfindahl dimana perusahaan yang memiliki
nilai Herfindahl semakin mendekati angka nol, perusahaan tersebut merupakan
perusahaan yang terdiversifikasi atau memiliki tingkat diversifikasi yang tinggi.
Begitu juga sebaliknya, perusahaan dengan indeks Herfindahl mendekati angka 1
menunjukan perusahaan tersebut memiliki tingkat diversifikasi yang rendah.
Proporsi kepemilikan saham manajerial terendah sebesar 0,03 berasal dari PT
Tempo Scan Pasific Tbk. Nilai tersebut berasal dari persentase sebesar 0,027.
Sedangkan nilai kepemilikan manajerial tertinggi diperoleh oleh PT Berlina Tbk
sebesar 10,51. Nilai rata-rata dari persentasi kepemilikan manajerial sebesar
1,8762. Semakin besar persentase kepemilikan saham manajerial maka akan
menunjukkan bahwa semakin besar kecenderungan hak kontrol oleh pihak
manajemen perusahaan di dalam proses pengambilan keputusan suatu perusahaan.
4.2. Pengujian Hipotesis
4.2.1. Hipotesis I
Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier sederhana. Pengujian dilakukan
pada tingkat signifikasnsi 5 %.
Tabel 1. Hasil Pengujian Regresi Pada Hipotesis I
1.
Adjusted R Square
0,133
2.
F
0,004
3.
Koefisien Regresi Diversifikasi
-0,983
4.
Signifikansi Diversifikasi
0,004
Hasil output SPSS menunjukkan besarnya Adjusted R Square sebesar 0,133 atau
sebesar 13,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen
(diversifikasi korporat) terhadap variabel dependen (kinerja perusahaan) hanya
sebesar 13,3 %. Sisanya sebesar 86,7 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam model ini.
Diversifikasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 jauh dibawah 0,05 yang
berarti bahwa diversifikasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan rasio Tobin’s Q. Namun, koefisien regresi menunjukan arah
negatif sebesar 0,983. Hal ini menunjukkan apabila diversifikasi korporat
ditingkatkan sebesar 1 angka maka kinerja perusahaan (Tobin’s Q) akan menurun
sebesar 0,983. Sebaliknya, bila tingkat diversifikasi diturunkan sebesar 1 angka
maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 0,983.
4.2.2. Hipotesis II
Dalam pengujian hipotesis 2 ini menggunakan model analisis regresi linier
berganda dengan variabel moderat atau Moderated Regression Analysis (MRA).
Dalam pengujian ini disertakan variabel moderasi yang merupakan perkalian
variabel diversifikasi dengan kepemilikan manajerial.
Tabel 2. Hasil Pengujian Regresi Pada Hipotesis II
1.
Adjusted R Square
0,330
2.
F
0,000
3.
Diversifikasi
Koefisien
Regresi: -0,937
4.
Kepemilikan Manajerial
Tingkat
Signifikansi:
0,004
Koefisien
Tingkat
Regresi: -0,063
Signifikansi:
0,002
5.
Interaksi Diversifikasi
Koefisien
Tingkat
dengan Kepemilikan
Regresi: 0,217
Signifikansi:
Manajerial
0,124
Nilai adjusted R² yang diperoleh dari pengujian regresi ini sebesar 0,330 atau
sekitar 33,0 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen
(Diversifikasi korporat, kepemilikan manajerial, dan interaksi antara diversifikasi
dan kepemilikan manajerial) terhadap variabel dependen (kinerja perusahaan)
hanya sebesar 33,0 % . Sisanya 69,0 % (100 – 33,0) dipengaruhi oleh variabelvariabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.
Terlihat bahwa variabel diversifikasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004
jauh di bawah 0,05. Hal ini berarti diversifikasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Namun, memiliki arah negatif sebesar 0,937.
Koefisien regresi sebesar -0,937 berarti apabila diversifikasi ditingkatkan sebesar
1 angka maka kinerja perusahaan akan menurun sebesar 0,937. Sebaliknya
apabila tingkat diversifikasi diturunkan sebesar 1 angka maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan sebesar 0,937.
Untuk variabel kepemilikan manajerial, tingkat signifikansi sebesar 0,002
dibawah 0,05. Hal ini berarti kepemilikan manajerial memiliki pengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Koefisien regresi untuk kepemilikan
manajerial adalah sebesar -0,063. Hal ini menunjukkan apabila variabel
kepemilikan manajerial ditingkatkan 1 angka maka kinerja perusahaan (Tobin’s
Q) akan menurun sebesar 0,063. Sebaliknya, bila kepemilikan manajerial
diturunkan 1 angka maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 0,063.
Variabel interaksi diversifikasi dan kepemilikan manajerial memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,124 berada di atas 0,05. Hal ini berarti variabel interaksi
diversifikasi dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Namun, koefisien regresi untuk variabel moderasi antara
diversifikasi dengan kepemilikan manajerial adalah sebesar 0,217. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila keputusan manajemen untuk meningkatkan
diversifikasi sebanyak 1 angka maka akan meningkatkan kinerja perusahaan
sebesar 0,217. Sebaliknya, apabila keputusan manajemen untuk menurunkan
diversifikasi sebanyak 1 angka maka akan menurunkan kinerja perusahaan
sebesar 0,217.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan
Tingkat probabilitas variabel diversifikasi terhadap kinerja perusahaan
menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya sebesar 0,004 atau di bawah tingkat
signifikansi 0,05. Artinya, pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan
berpengaruh signifikan. Koefisien regresi menunjukkan arah negatif sebesar
0,983 maka hipotesis yang menyatakan bahwa diversifikasi memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap kinerja perusahaan ditolak.
Penurunan kinerja oleh karena tingkat diversifikasi yang tinggi terjadi karena di
Indonesia sedang menghadapi keadaan ekonomi yang kurang stabil terutama
pada tahun 2008 sehingga strategi diversifikasi yang dilakukan kurang
memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan. Dengan kata lain diversifikasi
dapat memperkecil kinerja perusahaan pada perusahaan – perusahaan di negara
dengan perekonomian sedang berkembang.
Pengaruh negatif yang terjadi dalam kaitannya dengan tingkat diversifikasi
terhadap kinerja ini juga dapat terjadi karena semakin terdiversifikasi suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut akan tidak maksimal dalam mengelola
usaha tersebut. Perusahaan kesulitan mengontrol perkembangan investasi dalam
segmen usaha sehingga pertumbuhan segmen usaha kurang memuaskan dan hal
ini akan berpengaruh pada kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan
kehilangan peluang untuk berinvestasi pada segmen usaha yang dapat
menghasilkan return yang maksimal. Menurut Comment dan Jarrel (1995)
menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan diversifikasi segmen usaha
justru menjadi lebih tidak fokus dan menghasilkan kinerja yang buruk daripada
perusahaan yang fokus pada satu segmen saja.
Dalam prakteknya, diversifikasi belum tentu dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Kurang tepatnya jenis usaha yang didiversifikasikan pada perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini menjelaskan bahwa jenis usaha
tersebut belum tentu cocok dengan kondisi di Indonesia sehingga mengakibatkan
penurunan kinerja perusahaan.
Selain itu, kurang tepatnya pendanaan alokasi investasi diantara divisi-divisi
segmen usaha juga menjadi faktor yang menyebabkan perusahaan terdiversifikasi
mengalami penurunan kinerja. Oleh karena itu, proses mekanisme pasar modal
internal menjadi tidak efisien sehingga menyebabkan lemahnya kinerja
perusahaan.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Lang dan Stulz (1994) yang
menjelaskan bahwa diversifikasi berpengaruh negatif terhadap kinerja
perusahaan. Proksi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu menggunakan
rasio Tobin’s Q. Penggunaan rasio Tobin’s Q didasari karena dengan rasio ini
dapat diketahui nilai pasar suatu perusahaan melalui aspek harga saham. Namun,
penelitian ini berbeda dengan penelitian Kusmawati (2008) yang menjelaskan
bahwa diversifikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
yang diproksikan dengan profitabilitas. Kusmawati menjelaskan tidak selalu
perusahaan yang memiliki banyak segmen usaha menghasilkan profitabilitas
yang lebih baik.
4.3.2. Kepemilikan manajerial sebagai pemoderasi kinerja pada
perusahaan yang terdiversifikasi
Hasil interaksi antara diversifikasi korporat dengan kepemilikan manajerial
memperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,124 yang berarti probabilitas berada di
atas tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial mampu secara signifikan memoderasi pengaruh
diversifikasi terhadap kinerja perusahaan ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya (Kusmawati,
2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi
memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun, hasil
penelitian hipotesis kedua ini sama dengan penelitian Zakiy (2010) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan
sebagai pemoderasi kinerja perusahaan yang terdiversifikasi. Dalam
penelitiannya, hal ini didasari latar belakang karakteristik perusahaan-perusahaan
di Indonesia yang masih memberikan porsi yang terbatas bahkan cenderung
sedikit terhadap kepemilikan manajerial yang dimiliki direksi manajemennya.
Sehingga efek yang didapat tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Ketidaksignifikan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi diversifikasi
perusahaan dengan kepemilikan manajerial di dalam pengaruh terhadap
perusahaan belum cukup mampu dijadikan variabel utama yang dapat mendorong
perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut. Dapat dikatakan
bahwa kepemilikan manajerial yang menurut teori dipandang dapat mengurangi
konflik keagenan ternyata bukanlah faktor utama dalam memberikan pengaruh
antara diversifikasi dan kinerja perusahaan.
Selain itu, tidak signifikan ini terjadi karena terlalu rendahnya proporsi saham
manajerial yang terdapat pada perusahaan yang terdiversifikasi dibandingkan
kelompok lainnya. Hal tersebut karena belum banyak perusahaan di Indonesia
(khususnya perusahaan dalam sampel) yang memiliki saham perusahaan yang
dikelolanya dengan jumlah yang cukup signifikan atau masih dibawah 10%.
Kepemilikan pada perusahaan yang menjadi sampel ini sebagian besar dimiliki
oleh pemegang saham pengendali sehingga tidak ada kesejajaran hubungan
antara manajer dengan pemegang saham. Dengan demikian, manajer tidak dapat
mengatur dan mengendalikan perusahaan dalam memutuskan kebijakan
diversifikasi untuk meningkatkan kinerja.
5.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Diversifikasi korporat yang diproksikan dengan indeks Herfindahl
mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan
manufaktur yang diukur dengan rasio Tobin’s Q. Hal ini ditunjukkan
dengan taraf signifikansi sebesar 0,004 yang berarti berada di bawah 0,05
dengan koefisien regresi yang menunjukan sebesar -0,983. Ditolaknya
hipotesis pertama menunjukkan bahwa tingkat diversifikasi yang tinggi
ternyata justru menurunkan kinerja perusahaan.
2.
Kepemilikan manajerial tidak mampu secara signifikan memoderasi
pengaruh diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan rasio Tobin’s Q. Hal ini ditunjukkan dengan taraf
signifikansi sebesar 0,124 yang berarti berada di atas 0,05 dengan
koefisien regresi sebesar 0,217. Ditolaknya hipotesis kedua menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial bukanlah variabel moderasi yang tepat
sebagai pemoderasi kinerja pada perusahaan-perusahaan yang
terdiversifikasi.
5.2.
Saran
Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan beberapa saran yaitu :
1. Dapat menambah jumlah sampel dan memperpanjang tahun pengamatan
sehingga penelitian dapat digeneralisasi.
2. Menambah atau mengganti proksi dari variabel kinerja perusahaan yang
digunakan dengan proksi lain seperti ROA, ROE, EVA (Economic Value
Added ) dan lain sebagainya.
3. Dapat menambah atau mengganti dengan memasukkan variabel
independen lain mengingat banyak variabel yang berperan dalam
mempengaruhi strategi diversifikasi korporat.
4. Dapat menambah atau mengganti variabel moderasi lain seperti
kompensasi eksekutif atau lainnya yang diduga dapat memecahkan konflik
keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Barney, Jay B., 2002, Gaining And Sustaining Competitive,Second Edition.
Prentice Hall.
Bovee, Courtland L., M. Burkwood, John V. Thill, and George P. Dovel. 1993.
Management. Fourth Edition. Singapore : McGraw Hill.
Comment, R., and Jarrell, G. A. 1995. “ Corporate Focus And Stock Returns “.
Journal of Financial Economics, 37, 67-87.
Crutchley, Claire E. and Robert S. Hansen. 1989. A Test of the Agency Theory of
Managerial Ownership, Corporate Leverage, and Corporate Dividend.
Financial Management-Winter.
Daft, Richard L. 2003. Management. Sixth Edition. Thomas-South Western.
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.
Academy of Management Review, 14, hal 57-74.
Fiakas, D. 2005. Tobin’s Q: Valving Small Capitalization Companies, Chrystal
Equity Research, April.
George, Rejie, P. 2007. Diversification and Firm Performance : The Moderating
Influence of Ownership Structure and Bussiness Group-Afiliation. South
Asian Journal of Management. Vol. 14, no.3, pp. 66
George, R., & Kabir, R. 2005. Corporate Diversification and Firm Performance:
Does the Organizational Form of the Firm Matter? FMA Annual Meeting,
Chicago,pp. 1-81.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi Keempat. Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar: Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Gunarsih, Tri. 2004. Masalah Keagenan dan Strategi Diversifikasi. Kompak
Nomor 10. Hal 52-59
Handayani, Eka Agusti. 2009. Usaha Diversifikasi Dalam Meningkatkan Volume
Penjualan Produk Olahan. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang
Harto, Puji. 2005. Kebijakan Diversifikasi Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap
Kinerja: Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium
Nasional Akuntansi Vol. 8. Hal 297-303.
Hastuti, Theresia. 2005. “Hubungan Antara GCG dan Struktur Kepemilikan
dengan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kelima. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Kaen, Fred R., 2003. A Blueprint for Corporate Governance: Strategy,
Accountability, and the Preservation of Shareholder Value. New York,
NY: American Management Association.
Kusmawati. 2008. Diversifikasi, Kepemilikan Manajerial, dan Kinerja
Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Bisnis. STIE Mussi. Vol. 6, No. 1, Hal.
12-23
Kusnadi, Zainal. 2001. Akuntansi Manajemen, Komprehensif, Tradisional
Temporer. Edisi Pertama. Malang : Universitas Brawijaya.
Lang, L.H.P., and R.E. Stulz. 1994. Tobin’s Q, Coorporate Diversification and
Firm Performance, Journal of Political Economy, Vol, 102, no. 6, pp.
1248-1280
Munawir S., 2002. “ Akuntansi Keuangan Dan Manajemen “. Edisi Revisi.
Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Pakpahan, A. 1990. Refleksi Diversifikasi dalam Teori Ekonomi dalam Suryana
et al (penyunting). Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Pandya Anil. M., Narendar V Rao, 1998. Diversification And Firm Performance:
An Empirical Evaluation. Journal Of Financial And Strategic Decisionc
Volume 11 Number 2: 67-81.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia : Konsep & Aspek Formal.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Sabrina, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Universitas
Diponegoro : diterbitkan.
Satoto, Shinta Heru. 2009. Strategi diversifikasi terhadap kinerja perusahaan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 2, Hal. 280-287
Stulz. 1990. Managerial discretion and optimal financing policies, Journal of
Financial Economics, 26, 3-27.
Sukamulja, Sukmawati. 2004. Good Corporate Governance di Sektor Keuangan :
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan. Benefit. Vol. 8, No. 1
Sujono dan Ugy Soebiantoro. 2007. “ Pengaruh Struktur Kepemlikan Saham,
Laverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan “.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, h. 41-48.
Universitas Lampung.2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan
Unila. Bandar Lampung.
Zakiy, M. 2010. Pengaruh Diversifikasi Perusahaan Dengan Variabel Moderasi
Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Pada Perusahaan Manufaktur.
Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Download