BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara optimal (IDAI, 2010, hal. 1). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kementrian Kesehatan RI, 2013, hal. 10). Perintah pemberian ASI eksklusif jelas datangnya dari Allah SWT ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah : 233 “dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna” (Al-Qur’an, 2011). Untuk keberhasilan program pemberian ASI eksklusif, WHO dan UNICEF merekomendasikan metode untuk memudahkan ibu memberikan ASI eksklusif yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD), bayi hanya menerima ASI, menyusukan sesuai keinginan bayi, tidak menggunakan dot, botol atau kempeng (AIMI, 2011). Keberhasilan seorang ibu untuk menyusui juga memerlukan dukungan dari semua pihak, baik suami, keluarga masyarakat, lingkungan kerja, dan sistem pelayanan kesehatan. Oleh karenanya pemberian dukungan terhadap ibu yang menyusui merupakan faktor penting bagi keberhasilan menyusui eksklusif sampai enam bulan dan menyusui dilanjutkan hingga dua tahun (Kementrian Kesehatan, 2013, hal. 2-3). Beberapa bukti menunjukkan bahwa jika bayi tidak diberi ASI eksklusif akan meningkatkan berbagai penyakit seperti diare dan pneunomia. Di Indonesia, 40 persen kematian balita disebabkan oleh kedua penyakit tersebut (Kementrian Kesehatan, 2013). Bayi-bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif memiliki tingkat infeksi pernafasan dan Universitas Sumatera Utara infeksi saluran cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang diberikan ASI. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40 persen jika bayi tidak disusui (Roesli, 2008). Manfaat pemberian ASI diantaranya sebagai nutrisi, meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang. Keuntungan menyusui akan meningkat seiring lama menyusu eksklusif selama enam bulan. Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif yaitu Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24 per 1000 kelahiran, Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, Menurunkan prevalensi Gizi Kurang menjadi 15 persen dan balita pendek menjadi 32 persen (KemenKes RI, 2013). Walaupun manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak, namun tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama masih sangat rendah, menurut Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan hanya mencapai 42 persen dari angka kelahiran. Menteri Kesehatan RI Dr. Nafsiah Mboi telah menargetkan bahwa angka pemberian ASI oleh ibu menyusui adalah 80 hingga 90 persen (Sekarsari, Ludfiani dan Ahdiah, 2013). Berdasarkan Laporan Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara, dari jumlah bayi 276.202 bayi yang diberi ASI eksklusif hanya 56.142 bayi, cakupan persentase hanya 34,2 persen dari target 48 persen. Laporan Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat tahun 2012 di Kota Medan, dari jumlah bayi 7.752 bayi yang diberi ASI Universitas Sumatera Utara eksklusif hanya 1.550 bayi, cakupan persentase hanya 20 persen (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013). Bagi perempuan, memiliki karir tidak melulu masalah keuangan, tetapi juga menambah wawasan, pengalaman, juga aktualisasi diri (Werdayanti, 2013, hal. 4). Ibu yang bekerja mempunyai pandangan tersendiri mengenai waktu penyusuan anaknya, ketika awal masuk kerja setelah cuti, ada baiknya ibu mengambil waktu akhir pekan dan tidak langsung fullday di kantor. Menurut SDKI 2007 data keberhasilan menyusui pada ibu bekerja di Indonesia belum ada, berikut beberapa cara agar ibu bekerja berhasil memberikan ASI eksklusif yaitu dengan membawa bayi bekerja, pulang kerumah ketika istirahat, meminta seseorang untuk bayi membawakan bayi ketika waktu istirahat sehingga ibu dapat menyusui bayinya di kantor, namun jika rumah ibu cukup jauh dari tempat kerja dengan cara memeras ASI (Chomaria, 2011, hal. 184). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada 16 partisipan di Ksatrian Mas Kadiran Polda Sumatera Utara tahun 2014 hanya 7 partisipan yang memberikan ASI secara eksklusif . Walaupun cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah atau perusahaan tertentu hanya tiga sampai empat bulan dan waktu kerja ibu yang begitu padat, tetapi berkat dukungan suami keluarga dan tempat ibu bekerja sehingga ibu termotivasi untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengalaman Ibu Bekerja tentang Pemberian ASI Eksklusif. B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif? Universitas Sumatera Utara C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Partisipan Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan pada ibu bekerja tentang pemberian ASI eksklusif. 2. Bagi Pelayanan Kebidanan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi bidan dalam memberikan informasi, pendidikan dan dukungan pada ibu bekerja tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif. 3. Bagi Peneliti Kebidanan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pengetahuan, khususnya bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian mengenai pemberian ASI eksklusif. Universitas Sumatera Utara