BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis Teori merupakan suatu unsur yang penting di dalam melakukan suatu penelitian. Teori dapat membantu peneliti menjelaskan suatu permasalahan sosial maupun permasalahan alami yang menjadi pusat perhatian untuk diteliti. Teori juga digunakan sebagai landasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa, mengapa dan bagaimana suatu masalah empiris. Teori merupakan seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan memerinci hubungan-hubungan diantara variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi suatu gejala (Silalahi, 2009:89). Adapun teori-teori yang relevan terhadap penelitian ini adalah Komunikasi, Organisasi, Komunikasi Organisasi, dan Kinerja. 2.1.1 Komunikasi 2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi sudah tidak asing lagi bagi kita, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Selaku mahkluk sosial yang ingin senantiasa berhubungan dengan orang lain, komunikasi menjadi unsur utama dan penting untuk menciptakan hubungan tersebut. Keinginan manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya mendorong manusia harus berkomunikasi. Secara etimologis, Cherry dalam stuart (1983) menyatakan bahwa istilah komunikasi berasal dari bahasa latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Istilah lain dalam bahasa latin, komunikasi disebut Communico yang artinya membagi (Cangara, 2006:18). Pengertian ini lebih dikhususkan lagi oleh Effendy di dalam bukunya yang menegaskan bahwa kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan makna (Effendy, 2006:9). Universitas Sumatera Utara Secara terminologis, komunikasi (communication) merupakan ilmu yang mempelajari pernyataan antarmanusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang (simbol) yang berarti atau biasanya disebut juga dengan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Seorang pakar sosiologi, Everett M. Rogers memberikan suatu defenisi komunikasi dengan menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses hubungan yang didalamnya terdapat pertukaran informasi (pesan), dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam dengan maksud untuk mengubah tingkah laku orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Cangara, 2006:19). Defenisi yang diberikan oleh Everett M. Rogers hampir sama dengan defenisi yang diberikan oleh seorang ahli yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi, Carl I. Hovland yang menyatakan bahwa komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Namun untuk dapat mengubah sikap, pendapat, dan tingkah laku orang lain, diperlukan suatu komunikasi yang komunikatif (Effendy, 2006:10). Namun untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, kita dapat bergerak dari kutipan paradigma yang dikemukakan oleh Harol D. Lasswell dengan menjawab pertanyaan “Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With WhatEffect”. Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yakni: 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message) 3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (efect, impact, influence) Jadi, Lasswell menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media tertentu yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2007:10). Untuk memperoleh Universitas Sumatera Utara kejelasan pengertian komunikasi yang efektif berdasarkan paradigma Harold D. Lasswell, maka perlu kita teliti unsur-unsur dalam proses komunikasi seperti diatas. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya sehingga ia terampil menyandi pesan yang bertautan dengan pengawasandian komunikan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran dan tujuan akhir semua peristiwa komunikasi adalah untuk mempengaruhi komunikan. Efek yang terdapat pada komunikan yaitu perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Semakin banyak kebersamaan pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan maka akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi pesan hanya dalam istilah-istilah pengalaman yang dimiliki masing-masing. Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komunikator menyampaikan pesan yang berupa ide, gagasan, pemikiran kepada komunikan melalui media tertentu yang efisien untuk memberikan pengertian atau makna yang sama terhadap komunikan sehingga komunikan memperoleh pengaruh dan mengalami perubahan tingkah laku yang sesuai dengan komunikator. Demikianlah proses komunikasi juga terdapat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dimana setiap pegawai yang terdapat di dalam dinas tersebut, baik atasan maupun bawahan melakukan kegiatan komunikasi berupa penyampaian informasi antara yang satu dengan yang lainnya untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas ataupun kegiatan lainnya yang berkenaan dengan tujuan dibentuknya tugas. 2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Fungsi merupakan suatu potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Pada umumnya komunikasi memiliki empat fungsi utama, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Menginformasikan atau memberitahu (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi atau membujuk (to influence) Karena komunikasi juga dipahami sebagai suatu proses, maka tentulah ada tujuan yang hendak dicapai. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain: 1. Agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti 2. Memahami orang lain 3. Agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu 5. Untuk merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku orang lain. Setiap pegawai yang terdapat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir melakukan kegiatan komunikasi yang berfungsi agar pesan maupun informasi yang hendak disampaikan oleh seorang pegawai terhadap pegawai yang lainnya dapat dimengerti dan dipahami kemudian melakukan suatu hal yang diinginkan oleh lawan komunikasinya. 2.1.2 Organisasi 2.1.2.1 Pengertian Organisasi Istilah organisasi dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa inggris bersumber pada perkataan Latin organization yang berasal dari bahasa Latin pula, organizare, yang berarti to form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi). Jadi, secara harfiah organisasi itu berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya, Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai berikut: “a stable system of individuals who work together to achieve, through a hierarchy of ranks and division of labour, common goals.” (suatu sistem yang mapan dari Universitas Sumatera Utara mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas). Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dimana operasi dan interaksi diantara bagian yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pasti. Menurutnya, kemampuan struktur organisasi yang melangsungkan prosesnya secara sistem seperti itu akan dapat menyelesaikan tujuan secara efektif, dalam arti kata masukan (input) yang diproses akan menghasilkan (output) yang diharapkan tujuan yang sesuai dengan biaya, personel, dan waktu yang direncanakan (Effendy, 2007:114). Namun untuk memahami arti suatu organisasi secara sederhana dan sistematis, peneliti mengutip pengertian dari Robbins (1991) yang mengatakan bahwa: Organisasi adalah sebuah bentuk kerjasama yang sistematik antara sejumlah orang untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan karena didalamnya terbentuk jalinan, hubungan, relasi, dan komunikasi antara sejumlah orang yang mempunyai tugas dan fungsi yang sama atau yang berbeda-beda (sub sistem) untuk memenuhi tujuan (ideal dan kongkret) yang telah disepakati bersama (Liliweri, 2004:11). Berkenaan dalam penelitian ini organisasi yang diteliti adalah organisasi dalam bidang pemerintahan, maka organisasi pemerintahan juga dapat dipandang dan diartikan menurut pengertian organisasi pada umumnya. Untuk lebih jelasnya dapat kita baca dari uraian organisasi pemerintah. 2.1.2.2 Gambaran Umum Organisasi Pemerintahan Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang mempunyai hak untuk melaksanakan kewenangan berdaulat atau tertinggi dimana organisasi tersebut diberi tanggung jawab untuk mencapai tujuan negara, baik memelihara perdamaian dan keamanan (Hasan, 2005:2). Setiap individu-individu yang terdapat di dalam organisasi pemerintahan akan berinteraksi di dalam suatu sistem komunikasi untuk menyampaikan informasi-informasi, kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar tugas yang dibebankan kepada suatu organisasi dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah maupun tujuan negara. Universitas Sumatera Utara Demikian juaga Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir merupakan salah satu organisasi pemerintah yang terdiri dari individu-individu yang berwewenang untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kedudukan dan perannya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi maupun tujuan negara. 2.1.3 Komunikasi Organisasi 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Organisasi Sejauh ini belum ada persepsi yang sama mengenai komunikasi organisasi. Ada beberapa pengertian komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh para ahli. Wayne Pace dan Don F. Faules (1998) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai sebuah proses penciptaan dan pengiriman pesan oleh komunikator serta penerimaan dan penafsiran pesan oleh komunikan yang dilaksanakan secara berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama para anggota organisasi (Suranto, 2005:33). Redding dan Sanborn memberi pengertian yang sama namun lebih mengikut sertakan bidang apa saja yang terdapat dalam komunikasi organisasi tersebut dengan mengatakan bahwa: Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, dimana di dalam bidang tersebut terdapat komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upwardatau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program (Muhammad, 2009:65). Sedangkan Deddy Mulyana lebih menekankan bahwa komunikasi organisasi itu merupakan komunikasi yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Dedy Mulyana dalam bukunya mengatakan, komunikasi organisasi (organization communication) komunikasi yang terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok dimana komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar-pribadi dan adakalanya juga komunikasi publik (Mulyana, 2001:75). Universitas Sumatera Utara Di dalam komunikasi organisasi tentulah terdapat saling ketergantungan seperti yang dikemukakan Zelko dan Dance yang memberi pengertian komunikasi organisasi merupakan suatu sistem yang saling bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal atau seperti Greenbaunm menyebutnya dengan istilah bidang komunikasi yaitu komunikasi formal untuk komunikasi internal dan komunikasi informal untuk komunikasi eksternal. Dari bermacam-macam persepsi para ahli mengenai komunikasi organisasi diatas, ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan sebagai pengertian komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya dimana komunikasi organisasi tersebut meliputi pesan dan arus, tujuan, arah, dan media serta meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skillnya (Muhammad, 2009 : 67). Jika dikaitkan dengan komunikasi organisasi yang terdapat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan informasi antar pegawai yang terdapat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir baik di lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal kantor dinas dimana kedua hal tersebut saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. 2.1.3.2 Pentingnya Komunikasi Organisasi Komunikasi begitu penting bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan bermakna, atau bahkan manusia tidak dapat bertahan hidup, demikian juga dalam sebuah organisasi. Komunikasi organisasi ikut andil dalam membangun iklim organisasi juga membangun budaya organisasi. Jika ini dipahami oleh pengelola organisasi maka perbedaan-perbedaan individu dan ketidakmengertian (missunderstanding) dalam organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Atas dasar itulah maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam organisasi. Universitas Sumatera Utara Apabila komunikasi yang terdapat di dalam suatu organisasi tersebut efektif maka hal tersebut kemungkinan dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi. Jika dilihat dari teori hubungan antarmanusia, komunikasi antarpegawai merupakan suatu kegiatan yang penting sehingga semua pegawai yang terdapat di dalam suatu perkantoran harus saling berusaha berkomunikasi guna menggalang kerjasama yang sebaik-baiknya sehingga melalui kerjasama yang baik itu dapat diharapkan kinerja kantor meningkat dan tujuan kantor dapat tercapai (Suranto, 2005 : 35). Judy C. Pearson (Dedy Mulyana, 2000 : 4) mengemukakan ada dua alasan individu mengadakan komunikasi di dalam suatu organisasi yakni manfaat individu dan kelembagaan. Pada tataran manfaat individu, seorang pegawai dalam suatu kantor maupun organisasi dapat memupuk hubungan baik dengan orang lain, memperoleh kepercayaan, mengklarifikasi suatu kesalahan, dan sebagainya. Sedangkan pada tataran manfaat kelembagaan, seorang pegawai dalam suatu kantor maupun organisasi dapat memberi manfaat pada kantor tersebut, misalnya dengan saling berkomunikasi pegawai kantor dapat menyelesaikan tugas-tugas kantor, mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja serta keharmonisan hubungan unitunit kerja di dalam suatu perkantoran tersebut. 2.1.3.3 Jaringan Komunikasi Formal Sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu di dalam suatu organisasi melakukan aktivitas pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu dapat terjadi melalui jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi di dalam suatu organisasi dapat dilakukan oleh dua orang, tiga, atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Ada dua sifat jaringan komunikasi yang terdapat di dalam suatu organisasi yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi tidak bergantung pada struktur organisasi. Di dalam penelitian ini, peneliti secara khusus akan meneliti jaringan komunikasi formal yang terdapat di Universitas Sumatera Utara sebuah organisasi yakni Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Jaringan komunikasi formal merupakan proses penyampaian pesan melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan (Muhammad, 2009:107). Komunikasi formal memanfaatkan saluransaluran formal yang tersedia di dalam suatu organisasi (Suranto, 2005:39). Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Ada tiga bentuk utama aliran informasi komunikasi formal dalam suatu organisasi 1. Komunikasi ke bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah memiliki arti bahwa infomasi mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke manajemen menengah atau dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada jabatan yang berotoritas lebih rendah (Masmuh, 2008:64). Fungsi komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi dapat berupa menyampaikan infomasi faktual dan non-kontroversial (tidak menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya semata-mata memberikan informasi yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan, bukan membujuk (persuasive). Pesan-pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya biasanya berhubungan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebijaksanaan umum. Dalam bukunya, Suranto (2005) menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah mempunyai beberapa fungsi, antara lain: a. Fungsi pengarahan b. Fungsi perintah c. Fungsi indoktrinasi d. Fungsi inspirasi e. Fungsi evaluasi Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena Universitas Sumatera Utara kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah. Manajer-manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada bawahannya. Disamping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, hak-hak karyawan. Bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka telah melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik. Menurut R. Wayne Pace Don F. Paules (1998), ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, diantaranya adalah: a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi d. Informasi mengenai kinerja pegawai e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission) Seluruh fungsi maupun jenis informasi yang dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahan yang telah dipaparkan diatas, Arni Muhammad dalam bukunya Komunikasi Organisasi (2009) mengklasifikasikannya dalam lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu: a. Instruksi tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut dapat berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal, biasanya digunakan tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan Universitas Sumatera Utara mempergunakan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya (Muhammad, 2009:109). b. Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas yang lain dalam objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila atasan menganggap bawahannya pemalas maka pesan rasional yang diberikan sedikit sedangkan bila atasan menganggap bawahan dapat memotivasi diri sendiri maka pesan rasional yang diberikan banyak. c. Ideologi, yaitu perluasan rasional yang penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi ini, atasan berusaha mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral, dan motivasi. d. Informasi, yaitu informasi dari atasan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. e. Balikan, yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhananya adalah pembayaran gaji karyawan yang telah selesai melakukan pekerjaannya dan tidak ada informasi dari atasannya yang mengkritik pekerjaannya. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik maka balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan kepada karyawan tersebut. 2. Komunikasi ke atas (Upward Communication) Komunikasi keatas merupakan aliran informasi dari hirarki wewenang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Biasanya mengalir di sepanjang rantai komando (Masmuh, 2008:11). Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi dari bawahan ke atasan ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan (Muhammad, 2009:117). Fungsi utama komunikasi ke atas antara lain untuk memperoleh informasi Universitas Sumatera Utara mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Pace (1989) menggambarkan fungsi komunikasi ke atas seperti di bawah ini: a. Komunikasi ke atas membuat atasan mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan. b. Komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan. c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi. d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan atasan mengetahuinya. e. Komunikasi ke atas menjadikan atasan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi ke bawah. f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. Kebanyakan dari hasil-hasil penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa atasan mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut: a. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang. b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu. c. Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masingmasing atau organisasi secara keseluruhan. d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi. Masmuh (2008) dalam bukunya menyederhanakan bentuk-bentuk pesan yang dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan seperti dibawah ini: Universitas Sumatera Utara a. Laporan prestasi kerja (performance report) b. Saran-saran dan rekomendasi c. Usulan anggaran d. Pendapat atau opini e. Keluhan f. Permohonan bantuan g. Instruksi Seperti halnya dalam komunikasi ke bawah, pegawai yang berada dalam manajemen menengah bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan melalui mereka. Pegawai manajemen menengah tersebut memadukan, memadatkan dan meringkas informasi mengenai kejadian dan pelaksanaan pekerjaan pada tingkatan pegawai yang lebih rendah. Demikianlah halnya penelitian ini akan mencoba mengetahui bagaimana komunikasi bawahan terhadap atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dalam hal melaporkan pekerjaan, menyampaikan ide-ide atau saran-saran, usulan, pendapat, keluhan, permohonan bantuan, dan instruksi. 3. Komunikasi ke samping (Horizontal Communication) Komunikasi ke samping (Horizontal communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (Masmuh, 2008:12). Komunikasi kesamping secara teratur terjadi diantara karyawan yang bekerjasama dalam suatu tim, diantara para anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah, begitu juga diantara lini dan staff. Peranan komunikasi ke samping ini dalam organisasi sesungguhnya sangat penting, namun relatif seringkali diabaikan. Pertukaran informasi antarbagian sangat membantu organisasi dalam menjalin atau mempertalikan atau mengikat suatu organisasi menjadi kesatuan yang utuh. Komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah sebagai alat utama dalam mengkoordinasian dan mempersatukan semua bagian. Fungsi utama komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah pengkoordinasian dan pemecahan masalah. Universitas Sumatera Utara Suranto (2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa tujuan komunikasi yang dilakukan antar sesama pegawai dalam suatu organisasi: a. Berbagi pengalaman dan perasaan b. Solidaritas dan kerjasama c. Menserasikan pelaksanaan kerja d. Menghindari kekembaran (kegandaan) pengerjaan tugas e. Menggalang kerukunan f. Membahas cara-cara menanggulangi kendala yang timbul g. Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan h. Membina hubungan harmonis dan kemitraan 2.1.4 Kinerja 2.1.4.1 Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance yang merupakan hasil kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya kinerja memiliki makna yang lebih luas yaitu mencakup bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Wibowo dalam bukunya Manajemen Kinerja (2007) mengatakan bahwa kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja juga merupakan gambaran bagaimana seseorang baik pimpinan maupun anggota melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan, dalam suatu organisasi. Amstrong dan Baron (1998) mendefinisikan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi. Ukuran kinerja seseorang dengan yang lainnya dapat saling berbeda karena tugas dan kewenangan jabatan yang tidak sama. Secara sederhana indikator kinerja yang positif dapat dilihat dari sikap, perilaku dan aktivitas yang secara nyata mendukung pelaksanaan program kerja dan pencapaian tujuan organisasi (Suranto, 2005:56). Sedangkan tujuan adalah untuk menyesuaikan harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi. Universitas Sumatera Utara 2.1.4.2 Pelaksanaan Kinerja Pelaksanaan kinerja berlangsung dalam suatu lingkungan internal dan eksternal yang dapat memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan kinerja. Kinerja di dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak faktor yang dapat memengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya. Menurut Wibowo dalam bukunya Manajemen Kinerja (2007), terdapat faktor dari dalam diri sumber daya manusia sendiri maupun dari luar dirinya. Kemampuan setiap pekerja berdasar pada pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja dan kepuasan kerja. Namun pekerja juga mempunyai kepribadian, sikap, dan perilaku yang dapat memengaruhi kinerjanya. Selain sumber daya manusia yang yang terdapat di dalam suatu organisasi, kinerja juga dipengaruhi oleh sumber daya lainnya seperti dana, bahan, peralatan, teknologi, dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam organisasi. Lingkungan kerja atau situasi kerja memberikan kenyamanan sehingga mendorong kinerja karyawan, termasuk di dalamnya kondisi hubungan antarmanusia di dalam organisasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun diantara rekan sekerja. Faktor tersebut merupakan faktor lingkungan kerja internal organisasi. 2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang di dalam suatu organisasi maupun kantor, antara lain keahlian, keterampilan, motivasi, disiplin, dan semangat kerja (Suranto, 2005:58). Setiap individu di dalam organisasi memiliki peluang yang sama untuk mencapai kinerja yang bagus asalkan ditempatkan pada jenis pekerjaan yang sesuai. Komunikasi merupakan salah satu hal yang berhubungan dengan kinerja individu di dalam suatu organisasi. Komunikasi dapat meningkatkan keharmonisan kerja pegawai karena dengan adanya komunikasi maka koordinasi antarpegawai dapat tercipta. Keharmonisan komunikasi di dalam organisasi tersebut dapat membantu pencapaian tujuan. Selain komunikasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dalam organisasi yaitu efektifitas dan efisiensi, otoritas dan tanggung jawab, Universitas Sumatera Utara disiplin, inisiatif dan kreativitas. Beberapa faktor diatas dapat dijadikan sebagai standar kinerja pegawai yang dapat kita lihat pada pengelompokan standar kinerja. 2.1.4.4 Standar Kinerja Standar kinerja merupakan ukuran yang dipakai untuk menilai hasil kerja karyawan maupun pegawai dalam suatu organisasi. Pada hakikatnya, standar kinerja pegawai dalam suatu organisasi dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu: 1. Tugas fungsional, seberapa baik seseorang menyelesaikan aspek-aspek pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas fungsional pegawai dapat dilihat dari beberapa hal antara lain, a. Otoritas dan tanggung jawab. Pegawai dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya sesuai dengan otoritas dan tanggung jawabnya. b. Efektivitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang ditunjukkan oleh kenyataan bahwa tujuan organisasi tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan. Bila pengorbanannya terlalu besar maka dikatakan tidak efisien. c. Inisiatif dan kreativitas. Kemampuan memberdayakan daya pikir untuk menyelesaikan pekerjaan. 2. Tugas perilaku. Tugas perilaku dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini: a. Seberapa baik seseorang melakukan komunikasi dan interaksi antarpesona dengan orang lain dalam organisasi: b. Bagaimana dia mampu menyelesaikan konflik secara sehat dan adil c. Bagaimana ia memberdayakan orang lain d. Bagaimana ia mampu bekerja sama dalam sebuah tim untuk mencapai tujuan organisasi. 3. Tugas etika, ialah seberapa baik seseorang mampu bekerja secara profesional sambil menjunjung tinggi norma etika, kode etik profesi, serta peraturan dan tata tertib yang dianut oleh suatu organisasi. Universitas Sumatera Utara 2.2 Kerangka Konsep Setelah sejumlah teori diuraikan dalam kerangka teori, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1998:37). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut: Variabel (X) Variabel (Y) Komunikasi Kinerja Pegawai Organisasi Gambar 2. Kerangka Konsep 2.3 Variabel Penelitian Agar konsep dapat diteliti secara empiris harus diubah dari tingkat konseptual ke empiris, konsep-konsep diubah menjadi variabel. Variabel merupakan ide sentral (Silalahi, 2009:114-115). Variabel yang akan diuraikan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel bebas atau independent variable (X) Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab dari variabel dependen, yaitu komunikasi organisasi. 2. Variabel terikat atau dependent variable (Y) Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen, yaitu kinerja pegawai. 3. Karakteristik Responden Karakteristik responden adalah hal-hal yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan kerangka konsep yang telah dijelaskan, ada baiknya diberi batasan operasional variabel agar lebih jelas penggunaannya di lapangan dibuat dalam bentuk tabel ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Operasional Variabel No 1 Variabel Teoritis Variabel Bebas (X) Komunikasi Organisasi 2 Variabel Terikat Kinerja Pegawai Variabel Operasional a. Komunikasi ke bawah - Instruksi tugas - Rasional pekerjaan - Ideologi - Informasi - Balikan b. Komunikasi ke atas - Laporan prestasi kerja - Saran-saran dan rekomendasi - Usulan anggaran - Pendapat atau opini - Keluhan - Permohonan bantuan - Instruksi c. Komunikasi sejajar - Berbagi pengalaman dan perasaan - Solidaritas dan kerjasama - Menserasikan pelaksanaan kerja - Menghindari kegandaan tugas - Menggalang kerukunan - Menanggulangi kendala - Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan - Membina hubungan harmonis dan kemitraan a. Tugas fungsional - Otoritas dan tanggung jawab - Efektivitas dan efisiensi - Inisiatif dan kreativitas b. Tugas perilaku - Komunikasi dan interaksi antarpesona - Penyelesaian konflik - Pemberdayaan orang lain - Bekerjasama dalam tim c. Tugas etika - Bekerja sesuai dengan norma dan kode etik profesi - Bekerja sesuai dengan tata tertib yang dianut organisasi Universitas Sumatera Utara 3 No Karakteristik Responden a. b. c. d. Variabel Teoritis Nama Jenis kelamin Usia Pendidikan terakhir Variabel Operasional e. f. g. h. Jabatan Lama bekerja Divisi/bagian Penghasilan 2.4 Definisi Operasional A. Variabel Bebas (Komunikasi Organisasi), terdiri dari: 1. Komunikasi ke bawah (Downward Communication) a. Instruksi tugas : pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosirmengenai apa yang diharapkan oleh atasan untuk dilakukan oleh bawahan dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut dapat berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. b. Rasional pekerjaan : pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan di Kantor Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir mengenai penjelasan tujuan suatu aktivitas dilaksanakan dan bagaimana kaitan aktivitas tersebut dengan aktivitas yang lain dalam objektif organisasi. c. Ideologi : pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa perluasan rasional mengenai penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi dimana atasan bertujuan untuk mencari sokongan dan antusias dari bawahan guna memperkuat loyalitas, moral, dan motivasi. . d. Informasi : pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahan di Kantor Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir yaitu informasi yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional seperti praktikpraktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain. Universitas Sumatera Utara d. Balikan : pesan yang disampaikan atasan kepada bawahan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir mengenai ketepatan bawahan dalam melakukan pekerjaannya atau penilaian kerja oleh atasan terhadap bawahannya. 2. Komunikasi ke atas (Upward Communication) a. Laporan prestasi kerja : pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa keterangan tertulis secara berkala mengenai hasil kerja dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. b. Saran-saran dan rekomendasi : pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa anjuran yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi suatu masalah yang bermanfaat untuk kemajuan organisasi. c. Usulan anggaran : pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa perkiraan, perhitungan, aturan, maupun taksiran mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang diharapkan untuk periode yang akan datang. d. Pendapat atau opini: pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa pikiran, anggapan, pandangan tentang suatu hal yang bermanfaat bagi organisasi. e. Keluhan : pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa keluhan, kendala, kesusahan, kekecewaan yang dihadapi oleh bawahan. f. Permohonan : pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa permohonan terhadap sesuatu hal yang diperlukan oleh bawahan. g. Instruksi : pesan yang disampaikan oleh bawahan kepada atasan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir berupa arahan pendukung untuk melakukan suatu pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 3. Komunikasi sejajar (Horizontal Communication) a. Berbagi pengalaman dan perasaan : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dalam hal berbagi informasi mengenai pengalaman dan perasaan mereka baik ketika bekerja di dinas tersebut maupun di luar pekerjaan mereka. b. Solidaritas dan kerjasama : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir untuk menciptakan rasa persaudaraan yang dapat mendukung terciptanya kerjasama yang baik. c. Menserasikan pelaksanaan kerja : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir sekedar untuk menjaga agar keserasian pelaksanaan kerja tetap tercipta. d. Menghindari kekembaran (kegandaan) pengerjaan tugas : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir untuk menghindari penggandaan tugas antar sesama pegawai. e. Menggalang kerukunan : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir sekedar untuk mempertahankan hubungan yang telah terjalin agar tetap baik. f. Membahas cara-cara menanggulangi kendala yang timbul : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir untuk berdiskusi bagaimana menanggulangi suatu kendala yang timbul di tengah-tengah pekerjaan mereka. g. Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir untuk menghindari adanya kekeliruan antarsesama pegawai. Universitas Sumatera Utara h. Membina hubungan harmonis dan kemitraan : komunikasi yang dilakukan oleh pegawai sederajat yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir untuk tetap membina hubungan yang harmonis. B. Kinerja Pegawai 1. Tugas fungsional a. Otoritas : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya, wewenang, hak nya untuk bertindak sesuai dengan kekuasaan yang diberikan. Tanggung Jawab : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya, bersedia dan siap menanggung segala sesuatu apabila terjadi sesuatu hal yang menuntut, mempersalahkan, dan memperkaran sesuatu terhadap pegawai. b. Efektivitas : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya dapat bekerja mencapai tujuan organisasi sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Efisien : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya memiliki keseimbangan antara pengorbanan dengan tujuan yang dicapai. c. Inisiatif : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya selalu memulai untuk mengambil inisiatif dan memulai untuk berusaha. Kreativitas : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya menggunakan kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang berasal dari kecerdasan dan imajinasi yang berfungsi untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. 2. Tugas perilaku Universitas Sumatera Utara a. Komunikasi : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya melakukan pertukaran informasi terhadap pegawai lainnya. Interaksi : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya saling melakukan aksi, berhubungan, dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. b. Penyelesaian konflik : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya dapat menyelesaikan pertentangan, permasalahan, percekcokan secara sehatdan adil. c. Pemberdayaan orang lain : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya mampu memberdayakan setiap individu yang terdapat di dalamnya untuk bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi. d. Bekerjasama dalam sebuah tim : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya dapat bekerjasama dengan sekelompok orang dengan segala perbedaan, yakni kelebihan dan kekurangan setiap individu dalam organisasi. 3. Tugas etika a. Bekerja dengan menjunjung tinggi norma dan kode etik profesi : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya tetap menjunjung tinggi norma dan kode etik profesi. b. Bekerja sesuai dengan peraturan yang dianut organisasi : pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinyatetap bekerja sesuai dengan peraturan yang dianut di dalam organisasi tersebut. C. Karakteristik responden Universitas Sumatera Utara a. Nama : nama pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. b. Jenis Kelamin : jenis kelamin pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. c. Usia : usia pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. d. Pendidikan Terakhir : pendidikan terakhir pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. e. Jabatan : jabatan pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. f. Lama Bekerja : lamanya bekerja pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. g. Divisi/Bagian : spesifikasi pekerjaan pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. h. Penghasilan : penghasilan pegawai yang bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir yang menjadi responden pada saat diadakan penelitian. 2.5 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha : terdapat pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Ho : tidak terdapat pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir. Universitas Sumatera Utara