I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan berbagai sektor, terutama sektor ekonomi di Indonesia telah menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat tersebut turut mempengaruhi pola makan yang cenderung memilih makanan cepat saji. Pola makan demikian ternyata memberikan dampak buruk bagi kesehatan karena makanan cepat saji mengandung kalori dan asam lemak jenuh yang tinggi sehingga dapat menimbulkan penyakit degeneratif, seperti hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Untuk itu disarankan perlunya mengkonsumsi makanan berserat dan memiliki indeks glikemik rendah agar dapat menghambat atau mengurangi munculnya penyakit tersebut. Akhir-akhir ini tren konsumsi pangan mulai menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan yang tidak hanya sekedar mengenyangkan tetapi juga memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh. Makanan baik produk segar maupun olahannya yang diperkaya dan ditingkatkan mutunya agar menguntungkan bagi kesehatan konsumen disebut makanan fungsional (Silalahi, 2006). Salah satu contoh produk pangan cepat saji bernilai fungsional yang saat ini juga sedang dikembangkan di berbagai negara adalah Food Bar. Food Bar adalah produk makanan berbentuk batang siap saji yang dibuat dari campuran bahan pangan yang diperkaya dengan nutrisi yang kemudian dibentuk menjadi bentuk padat dan kompak. Akan tetapi Food Bar yang ada saat ini mayoritas terbuat dari 1 bahan terigu. Oleh karena itu merupakan prospek besar pada industri makanan Indonesia apabila dapat mengembangkan Food Bar berbahan dasar produk lokal. Selain itu juga dapat meningkatkan nilai ekonomi produk lokal dan meningkatkan diversifikasi pangan olahan lokal. Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan lokal yang kaya vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat. Pemanfaatan labu kuning dapat diperluas dengan mengolahnya menjadi tepung labu kuning. Sampai saat ini tepung labu kuning telah digunakan sebagai bahan pembuatan mi, cookies, roti tawar, dan lain sebagainya. Akan tetapi tepung labu kuning belum pernah digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan Food Bar. Oleh karena itu, penelitian tentang Food Bar tepung labu kuning (Pumpkin Bar) perlu dilakukan. Tepung labu kuning mengandung serat pangan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 12,1% (Saeleaw,2011). Akan tetapi, proses pemanggangan serta pencampuran dengan bahan lain pada pembuatan Pumpkin Bar dapat menurunkan kandungan serat pangan pada produk Pumpkin Bar (Johansson, 2012). Oleh karena itu diperlukan pengkayaan serat pada tepung labu kuning agar Pumpkin Bar yang dihasilkan memiliki kandungan serat pangan yang tinggi. Pengkayaan serat pangan tepung labu kuning dapat dilakukan dengan pemanfaatan tepung agar sebagai sumber serat pangan mengingat tepung agar memiliki kandungan serat pangan ±84%. 2 1.2. Rumusan Masalah Tepung labu kuning maupun tepung agar cukup melimpah. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tepung labu kuning memiliki zat gizi yang ckup lengkap, namun kekurangan serat pangan, sedangkan tepung agar kaya akan serat pangan. Pemanfaatan tepung labu kuning masih kecil dan untuk diolah menjadi Food Bar labu kuning (Pumpkin Bar) masih perlu peningkatan kandungan serat pangan agar produk yang diolah, yaitu Pumpkin Bar memiliki kualitas mutu yang baik. Oleh sebab itu, pada pembuatan Pumpkin Bar perlu ditambah tepung agar supaya kandungan serat pangan pada Pumpkin Bar dapat meningkat. Akan tetapi, substitusi tepung agar dapat mempengaruhi karakteristik fisik, kimia, dan sensoris dari Pumpkin Bar. Oleh karena itu, perlu penelitian tentang kombinasi jumlah penggunaan tepung labu kuning dan tepung agar sehingga dapat memperkaya serat pangan dan juga untuk memperbaiki mutu Pumpkin Bar yang dihasilkan. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui substitusi tepung agar optimum yang dapat menghasilkan Pumpkin Bar yang memiliki tekstur yang mirip dengan Food Bar komersial (Soyjoy). 2. Mengevaluasi sifat kimia (komposisi proksimat) dan fisik (tekstur) dari Pumpkin Bar. 3. Mengetahui pengaruh substitusi tepung agar variasi terpilih terhadap peningkatan kadar serat pangan Pumpkin Bar. 3 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini menambah pengetahuan tentang diversifikasi produk pangan serta nilai gizi yang menyertainya. Selain itu informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memanfaatkan tepung agar sebagai substituen tepung labu kuning dalam pembuatan Pumpkin Bar yang tinggi nilai serat pangannya. 4