James: Sponge Sangat Penting Dalam Ekosistem Laut Dikirim oleh humas3 pada 28 Maret 2014 | Komentar : 0 | Dilihat : 4384 Dr. James J Bell Ekosistem terumbu karang di berbagai belahan dunia seperti Great Barrier Reef Australia, Kepulauan Karibia dan Kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia mengalami penurunan. Diantara penyebabnya adalah karena perubahan iklim, pencemaran lingkungan air laut yang menyebabkan semakin tingginya tingkat keasamaan. Demikian disampaikan Dr. James J Bell dari Victoria University of Welington dalam Acara Seminar on Marine Environment yang diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) pada Jumat (28/3) di Gedung Widyaloka. Walaupun terjadi penutupan terumbu karang di berbagai wilayah, ada satu spesies yang bisa bertahan hidup dan jumlahnya semakin meningkat yaitu Sponge. Menurut James Sponge bisa bertahan dari perubahan lingkungan dikarenakan mempunyai kemampuan menyaring bahan-bahan berbahaya dari pencemaran air laut. “Sponge juga sangat penting untuk ekosistem laut karena kemampuannya menyaring air laut agar tetap terjaga kualitasnya. Selain itu, berdasarkan penelitian jenis sponge tidak jauh dalam menyebarkan larvanya. Hal ini terbukti di sponge yang ada dalam suatu lokasi memiliki kesamaan,” pungkasnya. Selain membahas terumbu karang, dalam seminar ini juga membahas bagaimana sukses membangun hutan mangrove di wilayah pesisir yang disampaikan oleh Laksono Wibowo. Lakosno menyampaikan seiring meningkatnya pembangunan daerah di berbagai bidang, keberadaan sumber daya alam mengalami eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. “Kondisi ini berimbas pada keberadaan hutan mangrove yang semakin mengkhawatirkan. Di sisi lain, saat ini kesadaran masyarakat untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan mangrove semakin meningkat,” ungkapnya. Laksono kemudian membahas bagaimana manajemen pengelolaan hutan mangrove yang benar mulai dari mengetahui musim bibit, persiapan penanaman sampai pada tahap perawatan. “Perawatan meliputi pembersihan sampah yang menempel, pemberantasan hama penyakit dan penyulaman mengikat kembali tali rafia yang lepas. Untuk pencapaian hasil yang maksimal lamanya perawatan dan pemantauan dilakukan minimal satu tahun, “ pungkasnya. [rian] Artikel terkait Dies Natalis 54 FPIK UB, Awal Menuju Reputasi Internasional FPIK UB Berangkatkan 152 Peserta KKN 2015 Tiga Mahasiswa FPIK Gagas Nusantara Park Undewater di Pulau Sebatik Mahasiswa FPIK Tularkan The Warior Of Sea Pada Siswa SMP Seminar Nasional Revitalisasi Sumpah Pemuda