1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah suatu neoplasma invasif pada jaringan epitel rongga mulut dengan berbagai tingkat diferensiasi yang muncul pada tempattempat seperti jaringan mukosa mulut, alveolar, gingiva, dasar mulut, lidah, palatum, tonsil dan orofaring. KSS cenderung bermetastase dan meluas dengan cepat.1,2 Insidensi KSS dari seluruh jenis keganasan yang terdapat pada rongga mulut adalah sekitar 95% dan di Indonesia, frekuensi KSS rongga mulut mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.3,4 Penyebab KSS adalah multifaktorial, ada dua faktor predisposisi terjadinya KSS, yaitu: faktor intrinsik seperti genetik, dan faktor ekstrinsik seperti mengkonsumsi tembakau, alkohol, infeksi virus, malnutrisi dan sinar matahari. Risiko terjadi kanker akan meningkat apabila terdapat kombinasi faktor-faktor predisposisi tersebut, misalnya merokok dengan minum alkohol dan menyirih dengan tembakau.2,5 KSS dapat terjadi karena kehilangan kontrol pada siklus sel, yaitu control cell survival, dan control cell motility. Proses terbentuknya KSS merupakan proses bertahap, yang terjadi karena adanya gangguan fungsi pengatur pertumbuhan (protoonkogen dan gen penghambat tumor) sehingga terjadi peningkatan produksi growth factors dan jumlah reseptor permukaan sel, memacu transduksi sinyal interseluler, dan peningkatkan produksi faktor transkripsi. Sifat letal dari kanker adalah memiliki kemampuan untuk menginvasi pada jaringan sekitar, dan menyebar ke seluruh tubuh.6 KSS terjadi akibat dari kerusakan genetik pada kromosom dan gen sehingga mempengaruhi perubahan molekular DNA.7 Perubahan ini terutamanya terjadi pada nukleolus yang terletak dalam nukleus sel. Nukleolus merupakan tempat sintesis protein yang digunakan untuk bentukan ribosom dan juga sebagai tempat Universitas Sumatera Utara 2 menggandakan sintesis RNA. Nukleolus dikontrol oleh bagian kromosom yang mengandung gen tertentu yang dikenal sebagai nucleolar organizer.8 Nukleolus merupakan organel dalam inti sel yang berperanan penting dalam mengendalikan proliferasi sel dan sintesis protein. Nucleolar organizer regions (NORs) merupakan segmen DNA dekat nukleolus yang menyandi gen DNA ribosomal dan berperan dalam sintesis protein untuk proses proliferasi sel.9,10 Terdapat dua jenis protein utama dalam nukleolus yang berperan dalam proliferasi sel yaitu nucleophosmin (salah satu protein agyrofilik NORs) dan ARF tumor suppressor.11,12 Nucleophosmin diperlukan untuk pemprosesan rRNA dan fungsi utama ARF adalah menginaktivasi nucleophosmin yang berlebihan.12,13 Protein NORs bersifat argyrofilik yang dapat diamati dengan teknik pewarnaan perak nitrat. Interaksi akhir perak dengan NOR disebut dengan AgNOR. Teknik pewarnaan ini menghasilkan tampilan titik-titik hitam dalam nukleus atau inti sel. Tampilan titik-titik hitam ini mengindikasi terjadinya proliferasi sel yang menandakan aktivitas transkripsi gen rRNA.14,15,16 Pada sel yang normal akan kelihatan 1-2 titik hitam AgNOR di dalam nukleus sel dan bila sel normal ini menuju ke sel displastik atau sel karsinoma, jumlah titik hitam AgNOR juga meningkat karena terjadinya peningkatan transkripsi pada ribosom untuk mensintesis protein bagi pembelahan sel.15,16 Peningkatan jumlah titik hitam AgNOR menunjukkan keagresifan suatu karsinoma atau tumor. Karsinoma berdiferensiasi buruk mempunyai jumlah titik hitam AgNOR yang lebih tinggi dibanding dengan karsinoma berdiferensiasi sedang dan berdiferensiasi baik. Ini merefleksi terdapatnya metabolik dan aktivitas sel proliferatif tinggi tidak terkontrol, serta kandungan DNA yang abnormal pada sel karsinoma berdiferensiasi buruk.17,18,19 Selain itu, juga terjadinya penghambatan ARF dari memasuki ke nukleoplasma sehingga hilangnya pengawalan ARF terhadap nucleophosmin yang berlebihan.11 Universitas Sumatera Utara 3 Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat tampilan titik-titik hitam AgNOR pada kasus KSS rongga mulut. Dengan mengkaji ekspresi titik hitam AgNOR pada KSS rongga mulut, dapat digunakan sebagai upaya memprediksi tingkat keagresifan proliferasi sel kanker. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti bagaimanakah tampilan titik-titik hitam yang dihasilkan dari pewarnaan AgNOR pada KSS rongga mulut? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk melihat tampilan titik-titik hitam AgNOR di dalam nukleus sel pada KSS rongga mulut. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk melihat tingkat diferensiasi preparat KSS rongga mulut dengan hasil distribusi frekuensi rata-rata AgNOR (mAgNOR). 1.4 Hipotesis Penelitian 1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok umur, jenis kelamin, lokasi lesi, sub-tipe keratinisasi, dan jenis diferensiasi pada KSS rongga mulut dengan nilai rata-rata titik hitam AgNOR. 2. Hα : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok umur, jenis kelamin, lokasi lesi, sub-tipe keratinisasi, dan jenis diferensiasi pada KSS rongga mulut dengan nilai rata-rata titik hitam AgNOR. Universitas Sumatera Utara 4 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui tampilan titik-titik hitam dan tingkat proliferasi sel dengan pewarnaan AgNOR pada KSS rongga mulut. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Memberi informasi mengenai pewarnaan AgNOR sebagai suatu teknik untuk memprediksi prognosa kanker. 2. Memberi informasi mengenai aktivitas proliferasi sel pada sub-tipe KSS rongga mulut. 3. Data awal untuk penelitian lanjutan tentang KSS rongga mulut. Universitas Sumatera Utara