I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makrobentos pantai karang tersusun atas makrozoobentos dan makrofita akuatik. Makrozoobentos meliputi Echinodermata, Mollusca, karang terumbu, Crustacea, dan Annelida, serta makrofita akuatik meliputi makroalgaee dan lamun. Keberadaan komunitas makrobentos pantai karang secara ekologis mempunyai peranan penting bagi ekosistem pantai karang. Makrofita akuatik berperan sebagai produsen. Makrozoobentos berperan sebagai herbivora, predator, dan filter feeder. Makrobentos pantai karang sebagai organisme intertidal yang telah teradaptasi dan secara periodik mengalami kondisi kekeringan saat surut dua kali dalam sehari selama 4 jam. Kemelimpahan dan distribusi makrobentos juga dipengaruhi faktor biologi antara lain grazing, predasi, dan kompetisi (Knox, 2000). Pantai selatan Pulau Jawa seperti Gunung Kidul dan Jawa Timur termasuk pantai karang mati dan sebagian berada di kawasan karst. Pantai-pantai tersebut sebagian besar dibuka sebagai pantai wisata sehingga tingkat kunjungan masyarakat semakin tinggi. Aktivitas manusia di pantai seperti injakan di zona intertidal, panen, dan mengoleksi biota laut dapat menyebabkan kerusakan ekosistem pantai karang. Tingginya intensitas injakan di intertidal saat surut dapat menyebabkan kematian karang terumbu sehingga pertumbuhan makroalgae menjadi meningkat dan mendominasi. Banyaknya karang terumbu yang mati juga mempengaruhi keanekaragaman makrozoobentos yang hidup di sekitar karang terumbu (Pinn dan Rodgres, 2005; Schiel dan Taylor, 1999). Pantai karang yang dibuka menjadi pantai wisata juga menyebabkan tingginya panen atau koleksi makrobentos yang berlebihan untuk dikonsumsi atau dijual. Makrozoobentos yang sering dipanen antara lain kelompok bivalvia, gastropoda, crustacea dan bulu babi. Makroalgae yang sering dipanen antara lain Ulva sp. dan Sargassum sp. Pemanenan makroalgae dapat berpengaruh tidak langsung terhadap makrozoobentos karena makroalgae merupakan produsen dan tempat bernaung bagi makrozoobentos. Terganggunya komunitas makrobentos menyebabkan perubahan proses predasi, grazing, dan kompetisi di ekosistem pantai karang (Milazzo et al. 2004; Casu et al. 2006). Studi komunitas makrobentos pantai karang serta keterkaitannya dengan aktivitas manusia di daerah tropis dan daerah temperate belum banyak diinformasikan (Addessi, 1994; Pinn dan Rodgers, 2005; Smith et al. 2008; Tomascik, 1997). Informasi ekologis pantai karang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola dan memantau kondisi pantai. Apabila beberapa spesies menjadi jarang ditemukan, maka perlu dilakukan pembatasan pengunjung di area intertidal (Tomphson et al. 2002). Penelitian dilaksanakan pada 3 lokasi pantai karang, yaitu Pantai Pasir Panjang Cagar Alam (CA) Pulau Sempu Malang, Pantai Drini dan Pantai Krakal Gunung Kidul Yogyakarta. Pantai Drini dan Krakal termasuk pantai wisata yang mudah diakses. Tingginya kunjungan masyarakat di pantai tersebut menyebabkan kematian karang muda dan semakin banyak biota laut yang dipanen untuk dikonsumsi atau dijual. Sebaliknya, Pantai Pasir Panjang berada di kawasan konservasi dan sangat jarang dikunjungi wisatawan. Pantai ini sesekali dikunjungi oleh nelayan yang menjaring lobster atau kelompok-kelompok pecinta alam. Hal itu menyebabkan di pantai ini masih dapat ditemukan karang terumbu hidup. Komunitas makrobentos pantai karang di kawasan karst dapat dipengaruhi oleh perbedaan musim. Hal ini dapat dikarenakan perubahan nutrient air bawah tanah yang mengalir ke pantai sehingga mempengaruhi kandungan nutrient di air laut. Perubahan nutrient air bawah tanah di kawasan karst juga dapat dipengaruhi oleh aktifitas masyarakat di darat, seperti industri pariwisata pantai yang menghasilkan sampah dan limbah cair (Cirerol et al. 2006). Daratan karst di Gunung Kidul digunakan sebagai lahan pertanian sehingga pupuk pertanian mempengaruhi kandungan nutrient air bawah tanah, serta sampah dari aktivitas pariwisata di pantai. Di daratan karst Pulau Sempu tidak ada aktivitas pertanian sehingga tidak ada kandungan pupuk pertanian di air bawah tanahnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan pada musim kemarau 2011, musim hujan 2012 dan 2013 untuk Pantai Drini dan Krakal, sedangkan untuk Pantai Pasir Panjang pada musim hujan 2013. B. Permasalahan penelitian dan pertanyaan penelitian Komunitas makrobentos di ekosistem pantai karang mempunyai peranan sangat penting karena dapat menggambarkan kondisi pantai. Komunitas makrobentos di pantai karang juga sensitif terhadap gangguan oleh manusia. Sebagian besar pantai karang di pesisir selatan Pulau Jawa dibuka sebagai pantai wisata, seperti Pantai Drini dan Krakal di Gunung Kidul. Salah satu pantai karang yang masih alami di Pulau Jawa, yaitu Pantai Pasir Panjang Pulau Sempu. Akan tetapi, masih sedikit informasi tentang kondisi pantai karang dan komunitas makrobentos di pantai-pantai tersebut. Berdasarkan hal tersebut, berikut ini pertanyaan penelitian yang dikaji secara spasial dan temporal pada tiga lokasi dan dua musim berbeda: 1) genus atau spesies makrozoobentos dan makrofita akuatik penyusun komunitas makrobentos pantai karang apa saja yang hadir secara spasial dan temporal?; 2) berapa densitas setiap genus atau spesies makrozoobentos pantai karang yang hadir secara spasial dan temporal?; 3) bagaimana fungsional grup komunitas makrobentos pantai karang?; 4) bagaimana kondisi faktor fisiko-kimia pantai karang?; 5) berapa banyak kunjungan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat di setiap lokasi dan setiap musim? C. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan yaitu untuk mempelajari distribusi dan kemelimpahan komunitas makrobentos intertidal secara spasial dan temporal di pantai karang Gunung Kidul, Yogyakarta dan Cagar Alam Pulau Sempu, Malang. Secara spesifik yang dipelajari pada penelitian ini, yaitu: 1). genus atau spesies makrozoobentos dan makrofita akuatik penyusun komunitas makrobentos pantai karang yang hadir di setiap lokasi dan setiap musim; 2) densitas setiap genus atau spesies makrozoobentos pantai karang; 3) fungsional grup komunitas makrobentos pantai karang; 4) kondisi faktor-faktor fisik berupa suhu air, suhu udara, dan kecepatan arus; serta kondisi faktor-faktor kimia berupa salinitas, DO, pH dan nutrien berupa NH4+, NO3-, dan PO43- di setiap lokasi pantai serta pada musim yang berbeda; 5) kunjungan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat di setiap lokasi dan setiap musim. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah informasi ilmiah tentang struktur komunitas makrobentos di pantai karang. Informasi ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh stake holder dalam mengambil kebijakan pengelolaan pantai secara berkelanjutan untuk memantau kondisi sumber daya alam di pantai karang. Status populasi penyusun komunitas makrobentos dapat digunakan untuk membatasi jumlah kunjungan masyarakat.