BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. AIR Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang terdiri dari hydrogen dan oksigen. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Didalam sel hidup, baik pada tumbuh-tumbuhan ataupun pada hewan (termasuk didalamnya pada manusia) terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75 % kandungan sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67 % kandungan sel hewan terdiri dari air. Jika kandungan tersebut berkurang, misalnya dehidrasi pada manusia yang diakibatkan muntaber, kalau tidak cepat ditanggulangi dengan cepat maka akan mengakibatkan kematian. Tanaman yang tidak disirampun akan layu, kalau dibiarkan akan mati Kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga, terutama berbeda untuk tiap tempat, tiap lingkungan kehidupan atau untuk tiap bangsa dan Negara. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula kebutuhan manusia terhadap air. (Suriawiria, 1996). 2.2. Sumber-Sumber Air Sumber air minum yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya dapat digolongkan sebagai : Air permukaan, Air tanah dan juga Air hujan. Ketiga sumber air tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu mata rantai yang Universitas Sumatera Utara tidak putus-putusnya, sehingga merupakan suatu siklus yang dikenal dengan daur hidrologi. 2.2.1. Air Hujan Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan uap air bercampur melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, bakteri serta berbagai senyawa yang terdapat di udara. Jadi kualitas air tersebut akan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Air hujan yang jatuh di daerah peindustrian akan lebih banyak tercemar dari pada jatuh di daerah pengunungan yang belum ada industrinya. Di daerah gunung berapi yang masih memiliki kawah dengan kandungan belerang yang cukup tinggi, uap ini akan bereaksi dengan air hujan di udara sehingga air hujan yang turun bersifat asam karena terbentuknya asam sulfat. Air hujan walaupun tidak murni adalah air lunak, tetapi dapat digunakan sebagai sumber air minum dengan cara mendidihkannya sebelum digunakan sebagai air minum. 2.2.2. Air Tanah Air tanah merupakan sumber air bagi masyarakat di pedesaan dalam bentuk mata air atau sumur gali maupun sumur pompa dalam dan sumur pompa dangkal. Air tanah secara normal akan bebas dari kekeruhan dan mikroorganisme patogen. 2.2.3. Air Permukaan Air permukaan merupakan air baku utama bagi produksi air minum di kota-kota besar. Sumber air permukaan dapat berupa sungai-sungai kecil, sungaisungai besar, danau, waduk, dan air dari saluran irigasi. Umumnya air permukaan sudah mengalami pencemaran, sedangkan derajat pencemarannya tergantung dari Universitas Sumatera Utara lokasi daerahnya, misalnya bagian muara sungai lebih tinggi derajat pencemarannya dari bagian hulu. Sebelum digunakan air permukaan tersebut dilakukan pengolahan, penyaringan dan pembubuhan zat kimia agar syarat air yang dapat diminum dapat tercapai. Sebaiknya air tanah diprioritaskan bagi konsumen rumah tangga, sedangkan untuk industri digunakan air permukaan yang diolah. Hal ini perlu diperhatikan karena distribusi air bagi tempat industri yang terkonsentrasi letaknya akan lebih murah dan mudah. Dimana konsumen industri lebih mampu dari pada konsumen rumah tangga. (Winarno, 1986) 2.3. Kualitas Air Minum Dari segi kualitas air minum harus memenuhi beberapa parameter berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, dan bakteriologinya. 2.3.1. Parameter Fisk 1. Bau dan Rasa Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan kimia-kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan, dan hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfite dapat disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerobik. Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian Universitas Sumatera Utara terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau tidak normal juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal. 2. Warna Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa berwarna kuning, coklat atau kehijauan. Warna air tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna tidak sejati (apparent color) yang disebabkan adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid. (Srikandi, F., 1992) 3. Suhu Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Ukuran-ukuran suhu adalah berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktifitas-aktifitas kimiawi dan biologis. Suhu dari air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Kenaikkan suhu air akan menimbulkan jumlah oksigen terlarut didalam air menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, dan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. (Srikandi, F., 1992). 2.3.2. Parameter Kimia 1. Derajat Keasaman (pH) Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu pH 6 sampai pH 8. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hydrogen didalam air. Universitas Sumatera Utara Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan kualitas air minum dalam pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang menganggu kesehatan. (Totok, S., 2002) 2. Tidak mengandung bahan kimia beracun Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfide, fenolik. 3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, Hg, Zn, Mn, Cl, dan Cr. 4. Kesadahan Rendah Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut didalam air terutama garam Ca dan Mg 5. Tidak mengandung bahan organik Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. (Kusnaedi, 2004). 2.4. Alumunium Alumunium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-abu. Alumunium tersebut melebur pada 6590C. Bila terkena udara, objek-objek alumunium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Asam klorida encer lebih mudah Universitas Sumatera Utara melarutkan logam ini, kelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer. Alumunium adalah tervalen dalam senyawa-senyawanya. Ion-ion alumunium membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna. Alumunium sulfide dapat dibuat hanya dalam keadaan padat saja, dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk alumunium hidroksida, (Vogel, 1990). Di perairan, alumunium biasanya terserap ke dalam sediment atau mengalami presipitasi. Alumunium dan bentuk oksida alumunium bersifat tidak larut. Akan tetapi, garam-garam alumunium sangat mudah larut. Sumber utama alumunium adalah mineral aluminosilicate yang terdapat pada batuan dan tanah secara melimpah. Pada proses pelapukan batuan, alumunium banyak digunakan di pabrik kertas, penyamakan dan percetakan. Alumunium yang berupa alun digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah. Alumunium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan alumunium kurang dari 1,0 mg/liter. Pada perairan yang bersifat asam (pH sekitar 4,4-5,4), alumunium bersifat lebih toksis dan memiliki kadar alumunium yang lebih tinggi. (Hefni Effendi, 2003). Universitas Sumatera Utara 2.5. Prinsip Alumunium Secara Kolorimetri Diantara reagensia yang telah digunakan untuk penetapan kolometri alumunium adalah ammonium auritrikarboksilat (aluminon) dan Eriokrom Siannina R yang kedua ini nampaknya agak unggul, dan karena itu penggunaannya akan diberikan. Pada pH 5,9-6,1 zink, nikel, mangan, dan kadmium dapat diabaikan gangguannya, tetapi besi dan tembaga harus tidak ada. Satu prosedur untuk menyingkirkan unsur-unsur penganggu, misalnya dalam analisis baja, adalah melewatkan larutan ke dalam kolom selulosa; besi dan unsurunsur lain dipasahkan oleh elusi dengan campuran asam klorida pekat dan etil metal keton yang baru disuling (8 : 192 V/V). Alumunium, nikel jika ada, dipulihkan dengan mengalirkan asam klorida encer ( 1 : 5 μ /v) lewat kolom itu. 2.6. Proses Pengolahan Air PDAM Tirtanadi 1) Bendungan, sumber air baku yang digunakan adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar air sungai dan tinggi ± 4 m dengan sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake (tempat masuknya air beku). 2) Intake (tempat masuknya air baku), bendungan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi bar screen (saringan kasar) dan fine Screen (saringan halus) yang berfungsi untuk masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu Universitas Sumatera Utara (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak electeromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 3) Raw water Tank (RWT), bendungan ini dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah outlet gate dan pintu bilas 2 buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen. 4) Raw water Pump (RWP) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke Spiltter Box (tempat pembubuhan koagulan berupa alum) dengan dosis normal rata-rata 20-25 g/m3 air dan pendistribuian air ke masing-masing cleator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 I/det dengan total head 15 memakai electromotor. 5) Cleator (Proses Penjernihan Air), bendungan cleator terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 I/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (Effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. 6) Filter (penyaringan), dari cleator kemudian dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) berupa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari cleator melalui pelekatan pada median filter. Dimensi masing-masing filter ini adalah lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, Universitas Sumatera Utara tinggi permukaan maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 m dengan lapisan sebagai berikut : a. Pasir kwarsa 0,45 – 1,20 mm dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kwarsa 1,80 – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus 4,75 – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm d. Kerikil sedang 6,30 – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil kasar 20,00 – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm. Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang menganggu proses penyaringan dengan menggunakan electromotor. 7) Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih) adalah berupa bendungan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 50 m, tinggi 7 m berfungsi untuk menampung air bersih/ air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash. 8) Finish Water Pump (FWP) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 80 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 I/det total head 55 m menggunakan motor AC. 9) Sludge Lagoon (Tempat menampung Air Buangan), daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun Universitas Sumatera Utara sarana pengolahan limbah berupa sludge lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian system pengolahan dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali. 10) Monitoring System (Sistem Pengawasan), metode pengawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit oleh petugas selain dilakukan secara langsung juga dilakukan dengan sistem pengawasan secara tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Faslitas ini didisain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standart dan ketentuan yang berlaku. Skema pengolahan air PDAM Tirtanadi ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara