BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Keuangan Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan berkembangnya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihantagihan dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal serta mendistribusikan keuntungan (pembagian deviden) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Manajer keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajeman pemasaran, manajemen operasional, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. 2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2005) bahwa Manajemen Keuangan (Financial Management), atau dalam literature lain disebut pembelanjaan adalah : 9 “Segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajeman (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. 2.1.2. Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan Dalam manajeman keuangan, tidak terlepas dari laporan keuangan. Ada beberapa fungsi manajeman keuangan menurut Martono dan D. Agus Harijito (2005), antara lain : 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil maupun aktiva finansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansiil merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki mencapai aktiva perusahaan tujuan tersebut akan digunakan perusahaan. sangat dalam Kemampuan menentukan operasinya perusahaan kemampuan untuk mengelola perusahaan memperolah laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang 10 keliru dalam investasi bersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola merupakan keputusan oleh perusahaan. Kemampuan investasi yang paling penting di antara ini keputusan pendanaan dan keputusan pengelolaan aset. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. Keputusan inestasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, Manajer keuangan perlu menetapkan beberapa aset secara keseluruhan (total assets) yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari aset yang diperlukan perlu ditetapkan komposisi dari aset-aset tersebut yaitu beberapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi kendaraan, mesin, gedung misalnya dan berapa tanah. jumlah alat Ketiga, untuk kantor, mencapai pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut dan 11 diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban biaya yang dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan menghemat biaya operasi. Di mana kita dapat melihat komponen (unsur) aktiva lancar dan aktiva tetap tersebut?. Komponen-komponen aktiva dapat dilihat dari sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas secara urut dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga (efek), piutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap disusun di bawah aktiva lancar secara urut mulai dari aktiva tetap yang berwujud berupa tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain, kemudian disusul dengan aktiva tetap tidak berwujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva tidak berwujud lainnya. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada di sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang 12 optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menerbitkan saham ditanggung mengunakan baru perusahaan sehingga minimal. modal beban Kekeliriuan sendiri biaya dengan modal dalam yang pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal. Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antara dividen yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia 13 untuk pembayaran dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen. 3. Keputusan Deviden Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih mudah membangun daripada memelihara”. Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang memelihara suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dari pendanaan yang tepat, maka asetaset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset Pengalokasian pemanfaatan Tanggungjawab dana aset yang digunakan menjadi tersebut untuk tanggungjawab menuntut pengadaan manajer manajer yang ada. dan keuangan. keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan, sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai 14 aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi resiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan. 2.1.3. Tujuan Manajemen Keuangan Adapun tujuan Manajeman Keuangan yaitu : 1. Memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau memaksimalkan nilai perusahaan. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern). 3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial. 2.2. Pengertian Kinerja Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. 15 Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hal ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya. (IAI, 2001) 2.3. Pengertian Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan erat dengan harapan kesejahteraan yang mereka peroleh. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk: 16 1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan. 2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha. (Govindarajan, penerjemah kurniawan, 2002) 2.4. Laporan Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja Perusahaan Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksisitensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi . Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut. Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna antara lain dalam: (Martono dan D. Agus Harijito, 2005): 1. Pengambilan keputusan investasi. 2. Keputusan pemberian kredit. 3. Penilaiaan aliran kas. 4. Penilaiaan sumber-sumber ekonomi, 5. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana 17 6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumbersumber dana 7. Menganalisis penggunaan dana. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian perusahaan. Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu memberikan bantuan informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Adapun tujuan laporan keuangan menurut Dermawan Sjahrial (2006) : “ menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam pengambilan keputusan ekonomi ”. Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan perusahaan, informasi kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan 18 menjadi 4 macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas. Dari keempat macam laporan tersebut dapat diringkas lagi menjadi 2 macam, yaitu laporan neraca dan laporan laba-rugi saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan labarugi. (Martono dan D. Agus Harijito, 2005) Laporan keuangan merupakan salah satu dari sekian informasi yang biasa digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainya. Jika laporan keuangan disajikan tepat waktu maka akan sangat bermanfaat untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan. 2.5. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004:9) Laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: a. b. c. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang bersifat final. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dapat penyusunannya dengan standar nilai yang berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (Purchasing Power) uang tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 19 d. 2.6. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan Karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang. JII Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin 20 menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. 2.6.1. Pemilihan Saham untuk Indeks Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar sahamsaham tersebut dapat masuk ke JII: 1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang 2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional 3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman yang haram 4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat Selain filter syariah, saham yang yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu: 21 • Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. • Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. • Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir. • Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah. 22 2.6.2. Perhitungan Indeks Perhitungan JII dilakukan oleh BEJ dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian penyesuaian (adjustments) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan adanya corporate action. 2.7. Metode Pengukuran Kinerja Keuangan Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga sering kali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tersebut tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Kinerja dan prestasi manajemen yang diukur dengan rasio-rasio keuangan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena rasio keuangan yang dihasilkan sangat tergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan, karena pengukuran berdasarkan rasio ini tidak dapat diandalkan dalam mengukur nilai tambah yang tercipta dalam periode tertentu belum mampu menunjukkan kinerja manajemen perusahaan yang sebenarnya. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka sahamnya akan diminati investor dan harganya akan meningkat. 23 Dalam konsep investasi ada teori yang menyatakan return yang tinggi juga mempunyai risiko yang tinggi pula, sehingga perusahaan yang kinerjanya sangat bagus maka sangat mungkin risiko untuk jatuh tinggi jika dibandingkan kinerja yang sedang-sedang saja. 2.7.1. Profitabilitas Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca. 24 2.7.2. Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return tersebut diharapkan oleh investor atas investasi yang mereka lakukan. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Return saham merupakan pendapatan yang diterima oleh pemegang saham berupa deviden yang dibayar oleh perusahaan maupun capital gain yaitu selisih antara harga jual dan harga beli saham. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Saham Menurut Arifin (2001 : 116-125) faktor-faktor yang mempengaruhi return saham adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu keadaan emiten akan 25 menjadi tolak ukur seberapa besar risiko yang baik ditanggung oleh investor. 2. Hukum Permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua setelah faktor fundamental karena fundamental perusahaan tentunya begitu investor tahu kondisi mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun beli. Transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. 3. Tingkat Suku Bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham. Karenanya investor akan menjual sahamnya dan dananya kemudian akan ditempatkan di Bank. Penjualan saham secara serentak berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. 4. Valuta Asing Mata uang Amerika (US Dollar) merupakan mata uang terkuat di antara mata uang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan di Bank dalam bentuk dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik. 26 5. Dana Asing di Bursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif, yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif yang tentu akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham. 6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kenaikan Indeks tertentu, tentunya Harga Saham mendatangkan Gabungan sepanjang waktu kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa. 7. News and Rumors Yang dimaksud news dan rumors di sini adalah semua berita yang beredar di tengah masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri 27 ini sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. 2.7.3. Return on Assets Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2000:266). ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi memberikan informasi seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Rasio ini menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham (Arifin 2002;65). a. Keunggulan ROA (Return on Assets) Keunggulan ROA diantaranya adalah: 1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. 28 2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. 3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan dalam setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dalam unit usaha. b. Kelemahan ROA (Return on Assets) Disamping memiliki beberapa keunggulan diatas ROA juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: 1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya projectproject tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan. 2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang. 3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan biaya bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. 29 2.7.4. Return on Equity Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno 2000:267). Return on Equity merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham (Hanafi&Halim, 1996:85). Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. 2.7.5. Economic Value Added (EVA) Pada dasarnya pemodal (investor) akan tertarik untuk melakukan investasi pada saham di perusahaan yang menawarkan jumlah, stabilitas dan tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang akan mereka terima. Para investor akan dengan cepat mengestimasi harga saham perusahaan di masa yang akan datang dan besarnya deviden yang akan diterima apabila para investor mengetahui dengan pasti laba yang akan mereka peroleh dari perusahaan. EVA sebagai 30 indikator dari keberhasilan manajemen dalam memilih dan mengelola sumbersumber dana yang ada di perusahaan tentunya juga akan berpengaruh positif terhadap return pemegang saham. Di dalam konsep EVA memperhitungkan modal saham, sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para penyandang dana perusahaan. Analis sekuritas menemukan bahwa harga saham mengikuti EVA jauh lebih dekat dibanding faktor lainnya seperti laba per saham, marjin operasi. Korelasi ini terjadi karena EVA benar-benar diperhatikan investor. Apabila nilai EVA suatu perusahaan meningkat, maka kinerja perusahaan semakin baik sehingga kesejahteraan para pemegang saham dapat ditingkatkan. Return pemegang saham akan menyangkut dengan prestasi perusahaan di masa depan, karena harga saham (dan juga deviden) yang diharapkan oleh pemodal merupakan nilai intrinsik yang menunjukkan prestasi dan resiko saham tersebut di masa yang akan datang. EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. a. Manfaat EVA EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja 31 dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Hasil penelitian di Amerika Serikat ternyata menunjang digunakannya EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (1996) meneliti kaitan antara berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value Added), ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) dengan tingkat pengembalian saham (stock return), yang secara umum dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan pengukuran lainnya, EVA mempunyai hubungan yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham. Temuan mereka mendukung keefektifan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan dengan demikian sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat risiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu 32 membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut. b. Tolak Ukur EVA Menurut Hansen & Mowen (2005:126), dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan bahwa penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut : • Jika EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. • Apabila EVA = 0, berarti perusahaan berada pada kondisi impas (Break Event Point) selama masa operasionalnya, karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. • Apabila EVA <0, yang berarti EVA negatif yang menunjukkan perusahaan telah menyia-nyiakan modal. Sehingga hal tersebut diatas akan lebih mudah diterjemahkan sebagai berikut: Nilai EVA EVA > 0 Pengertian Laba Perusahaan Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan Positif membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau ekspektasinya. 33 kreditur sesuai EVA = 0 Tidak ada perusahaan nilai mampu ekonomis lebih, membayarkan tetapi Positif semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya. EVA < 0 Perusahaan tidak mampu membayarkan Tidak dapat kewajiban pada para penyandang dana atau ditentukan, namun kreditur sebagaimana nilai yang diharapkan jika pun ada ekspektasi return saham tidak dapat tercapai. laba, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai: • Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi. • Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional ekonomisnya. • Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang saham c. Keunggulan dan Kelemahan EVA Pihak manajeman perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini: 34 1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal. 2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapatkan return lebih besar dari biaya modal yang ada. 3. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Keunggulan EVA sebagai alat pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Govindarajan (2005:350) meliputi: 1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi. 2. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan menghasilakan laba di atas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajer untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut. 3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang berbeda pula. 4. EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. 5. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. 6. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding. Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Adiningsih dan Sumarti(2005:110) kelemahan EVA antara lain: 1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertetu. Nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi EVA selama 35 2. 3. 4. 5. umur perusahaan. Misalkan, suatu perusahaan mempunyai EVA selama tahun berjalan positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena EVA pada tahun berikutnya negative. Dalam penggunaan EVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA masa kini dan EVA masa yang mendatang. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi biaya modal. Bagi perusahaan yang belum go public, estimasi ini sulit dilakukan dengan tepat. EVA hanya mengukur hasil akhir (result). Konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen. EVA bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalakan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu. EVA kurang valid karena perhitungan EVA sesungguhnya cukup rumit dan mengandung unsur ketidakpastian, artinya bahwa tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di pasar modal. Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan nilai. Perusahaan – perusahaan tersebut percaya bahwa penggunaan EVA akan membuat kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik modal. EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh suatu perusahaan karena berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi yang dilakukan. Dengan diperhitungkannya biaya modal, EVA mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal. Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan. 36 2.7.6. Langkah-langkah dalam menentukan EVA Perhitungan EVA menggunakan rumus yang dipopulerkan oleh Steward melalui langkah-langkah sebagai berikut (Young & O’Byrne, 2001:32): 1. Menghitung atau menaksir biaya hutang (cost of debt) 2. Menghitung biaya modal sendiri (cost of equity) 3. Menghitung struktur permodalan (dari neraca) 4. Menghitung ongkos modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital – WACC) 5. Menghitung EVA a. Biaya Hutang (Kd) Biaya hutang (cost of debt) atau Kd merupakan rate yang harus dibayar perusahaan didalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (Weight). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak (PKP), maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut (1-t) dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Berdasarkan Undangundang perpajakan pada periode penelitian laba perusahaan sebelum pajak (earning before tax) akan dikenakan pajak progresif sebesar 10%, 15%, 30%. Sehingga menurut Brigham dan Houston (2006:470) biaya hutang dapat dirumuskan menjadi : 37 Ket: T merupakan pajak yang dikenakan pemerintah pada perusahaan. Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga - Penghematan pajak = Kd - Kd t = Kd (1-t) Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang adalah suku bunga atas hutang baru , bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya yang kita perlukan adalah biaya hutang marjinal. b. Biaya Modal Sendiri (Ke) Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity atau Ke. Bila para investor menyerahkan dananya berupa equitas kepada perusahaan, maka mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden 38 tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tentu tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Menurut Brigham dan Houston (2001:411) terdapat beberapa pendekatan untuk menentukan nilai Ke, antara lain: 1) CAPM (Capital Asset Pricing Model) Model yang populer adalah penetapan harga aktiva modal atau CAPM . model ini mengukur tingkat hasil yang diharapkan investor. Metode tersebut dapat dirumuskan: Ke = Risk free rate +Risk premium = Krf + βI ( Krm-Krf) Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf = tingkat hasil pengembalian bebas resiko (risk free rate), Krm = tingkat hasil pengembalian yang diharapkan dipasar, dan βI = koefisien Beta saham yang merupakan Indeks resiko saham perusahaan ke i. Komponen biaya ekuitas: a) Risk Free rate = Krf Adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran 39 dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistik keuangan dan pasar modal. b) Market Return = Krm Adalah tingkat keuntungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar. Sebagai pengukur dipakai tingkat keuntungan rata-rata seluruh kesempatan investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market Direktory (CMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut: c) Beta = β Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap rata-rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan resiko pasar sebagai lawan resiko spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Historical beta ini diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat pengembalian (stock return) saham atau excess return saham yang akan dicari nilai betanya terhadap excess return portfolio pasar/indeks pasar( dalam hal ini indeks yang digunakan adalah IHSG). Y=β.X Dimana: Y= excess return saham individual (Kri – Krf) X= excess return portfolio pasar (Krm –Krf) 40 Yang dimaksud excess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat bebas resiko. 2) Discounted Cash Flow Model (DCF) Model ini melihat Ke sebagai nilai dividen atau harga saham ditambah dengan prosentase pertumbuhan dari deviden tersebut (asumsi pertumbuhan konstan), dimana: g = b (r), b atau retention ratio diperoleh = (1 –Payout ratio), D 1 = D 0 (1+g), P 0 = harga saham periode ke 0, r = rate of return Ke = Dividen Yield + b (r) Ratio antar D 1 dan P 0 dikenal sebagai Dividend Yield. c. Menghitung Struktur Permodalan dari Neraca Struktur modal adalah proporsi utang dan proporsi modal sendiri dalam bentuk prosentasi dari jumlah utang dan modal sendiri. Proporsi utang (WD) diperoleh dengan cara membagi utang perusahaan dengan jumlah utang dan modal sendiri (total pasiva) kemudian dikalikan 100%. 41 Proporsi ekuitas (WE) diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan jumlah utang dan modal sendiri (total pasiva) lalu dikalikan 100%. d. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba bersih operasi setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar laba operasi setelah pajak ini tidak memberikan dampak pada profitabilitas ataupun resiko dari bisnis pada saat ini. Dengan kata lain, baik bila perusahaan dibiayai dengan utang maupun modal sendiri maka nilai NOPAT nya akan identik. NOPAT sama dengan laba bersih setelah pajak (Earning After Tax/ EAT) ditambah dengan Interest After Tax (IAT). Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: NOPAT = EAT + IAT = EAT + [ i (1-T)] Ket: EAT IAT e. = Laba bersih (Earning After Tax) = Interest After Tax Menghitung Tingkat Pengembalian (r) Tingkat pengembalian (rate of return) merupakan tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang diukur melalui produktivitas modal. Perhitungan 42 tingkat pengembalian (r) menggunakan pendekatan laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) dibagi dengan modal yang ditanamkan (capital). Capital diperoleh dari penjumlahan antara total hutang dan modal saham. f. Weighted Average Cost of Capital WACC merupakan rata – rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup perhitungan masing – masing komponennya, yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya modal sendiri) serta proporsi masing – masing di dalam struktur modal perusahaan. Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan. Rumus: WACC = (Kd* x Wd) + (Ke x We) Dimana: Kd* = Biaya hutang setelah pajak Ke = Biaya modal sendiri Wd = Proporsi hutang We = Proporsi modal sendiri 43 g. Menghitung EVA EVA = NOPAT – (WACC x Capital) Ket: NOPAT = Net Operating After Tax WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang Capital = merupakan jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total utang dan modal saham. 2.7.7. Hal – hal yang diperlukan dalam menghitung EVA A. Neraca: 1. Hutang jangka panjang 2. Jumlah modal B. Laporan Laba Rugi: 1. Beban bunga 2. Laba setelah pajak 3. Pajak perusahaan C. Lain – lain: 1. Closing price 44