BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Keuangan Dewasa ini

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Manajemen Keuangan
Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat
penting. Seiring dengan berkembangnya tugas manajer keuangan tidak hanya
mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihantagihan dan mencari
dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus
mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang
optimal
serta mendistribusikan keuntungan (pembagian deviden) dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan.
Manajer keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan
yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajeman
pemasaran,
manajemen
operasional,
dan
lain
sebagainya.
Manajemen
keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat
dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah.
2.1.1.
Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2005) bahwa Manajemen
Keuangan (Financial Management), atau dalam literature lain disebut
pembelanjaan adalah :
9
“Segala
aktivitas
perusahaan
yang
berhubungan
dengan
bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola
asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajeman
(pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan
mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2. Fungsi-fungsi Manajemen Keuangan
Dalam
manajeman
keuangan,
tidak
terlepas
dari
laporan
keuangan. Ada beberapa fungsi manajeman keuangan menurut Martono dan
D. Agus Harijito (2005), antara lain :
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Investasi
diartikan
sebagai
penanaman
modal
perusahaan.
Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil maupun aktiva
finansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat
dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah
dan bangunan. Sedangkan aktiva finansiil merupakan aktiva berupa
surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang
dimiliki
mencapai
aktiva
perusahaan
tujuan
tersebut
akan
digunakan
perusahaan.
sangat
dalam
Kemampuan
menentukan
operasinya
perusahaan
kemampuan
untuk
mengelola
perusahaan
memperolah laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang
10
keliru dalam investasi bersebut berakibat terganggunya pencapaian
tujuan perusahaan.
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa
yang akan dikelola
merupakan
keputusan
oleh perusahaan. Kemampuan investasi
yang
paling
penting
di antara
ini
keputusan
pendanaan dan keputusan pengelolaan aset. Hal ini karena keputusan
investasi
ini
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
besarnya
rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu
yang
akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment)
merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan
dari suatu investasi.
Keputusan inestasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan
beberapa langkah. Pertama, Manajer keuangan perlu menetapkan
beberapa aset secara keseluruhan (total assets) yang diperlukan dalam
perusahaan.
Kedua,
dari
aset
yang diperlukan
perlu
ditetapkan
komposisi dari aset-aset tersebut yaitu beberapa jumlah aktiva lancar
(current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva
lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, piutang dan persediaan.
Aktiva
tetap
dirinci lagi
kendaraan, mesin, gedung
misalnya
dan
berapa
tanah.
jumlah alat
Ketiga, untuk
kantor,
mencapai
pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis
lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru.
Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut dan
11
diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban
biaya yang dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan
menghemat biaya operasi.
Di mana kita dapat melihat komponen (unsur) aktiva lancar dan
aktiva tetap tersebut?. Komponen-komponen aktiva dapat dilihat dari
sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan
perusahaan yang
berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas
secara urut dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat
berharga (efek), piutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap
disusun di bawah aktiva lancar secara urut mulai dari aktiva tetap
yang berwujud berupa tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain,
kemudian
disusul
dengan
aktiva
tetap
tidak
berwujud
berupa
goodwill, hak paten dan aktiva tidak berwujud lainnya.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Apabila
keputusan
investasi
berkenaan
dengan
unsur-unsur
Neraca yang berada di sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan
mempelajari
sumber-sumber
dana
yang
berada
di
sisi
pasiva.
Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai
investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai
investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan
pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang
12
optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang
jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata
minimal.
Oleh
karena
itu, perlu
ditetapkan
apakah
perusahaan
menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan
menerbitkan
obligasi, atau
menerbitkan
saham
ditanggung
mengunakan
baru
perusahaan
sehingga
minimal.
modal
beban
Kekeliriuan
sendiri
biaya
dengan
modal
dalam
yang
pengambilan
keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak
minimal.
Biaya
modal
yang
muncul
berkaitan
dengan
keputusan
pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang
dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri.
Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya
akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan
tentang
dividen
yang
dibayarkan
kepada
pemegang
saham
memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa
kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian
terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) atau rasio antara dividen yang
dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba
yang ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti
semakin
kecil
dana
yang
tersedia
13
untuk
pembayaran
dividen.
Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar
laba yang dibagi untuk pembayaran dividen.
3. Keputusan Deviden
Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih
mudah membangun daripada memelihara”. Ungkapan ini hampir
berlaku bagi semua orang yang memelihara suatu aset (aktiva).
Apabila aset telah diperoleh dari pendanaan yang tepat, maka asetaset
tersebut
memerlukan
pengelolaan
secara
efisien.
Manajer
keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung
jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset
Pengalokasian
pemanfaatan
Tanggungjawab
dana
aset
yang
digunakan
menjadi
tersebut
untuk
tanggungjawab
menuntut
pengadaan
manajer
manajer
yang ada.
dan
keuangan.
keuangan
lebih
memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap.
Manajer
keuangan
yang
konservatif
akan
mengalokasikan
dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya,
aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya
lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagian hutang jangka
panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan
dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan,
sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta
peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal
sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai
14
aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih
panjang dari umur ekonomis
aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk
mengurangi resiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan.
2.1.3. Tujuan Manajemen Keuangan
Adapun tujuan Manajeman Keuangan yaitu :
1. Memaksimalkan
kesejahteraan
pemilik
perusahaan
atau
memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial.
2.2.
Pengertian Kinerja
Istilah
kinerja atau
performance
seringkali
dikaitkan
dengan
kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus
dicapai
oleh
setiap
perusahaan
dimanapun, karena
kinerja
merupakan
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan
sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi
standar
perilaku
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya,
agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
anggaran.
15
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan
untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam
hal
ini.
Informasi
kinerja
bermanfaat
untuk
memprediksi
kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.
Disamping
itu,
informasi
tersebut
juga
berguna
dalam
perumusan
perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya. (IAI, 2001)
2.3.
Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran
kinerja
perusahaan
meliputi
proses
perencanaan,
pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas,
fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta
stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan
sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kepentingan mereka terhadap perusahaan. Kepentingan terhadap perusahaan
tersebut berkaitan erat dengan harapan kesejahteraan yang mereka peroleh.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat
penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai
dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat
mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk:
16
1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan
penting mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para
manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan
perusahaan.
2. Mengukur
kinerja
unit
usaha
sebagai
suatu
entitas
usaha.
(Govindarajan, penerjemah kurniawan, 2002)
2.4.
Laporan Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja
Perusahaan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua
pihak
yang berkepentingan
dengan
eksisitensi suatu
perusahaan,
pada
hakekatnya merupakan alat komunikasi . Artinya laporan keuangan itu adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan
dari
suatu
perusahaan
dan
kegiatan-kegiatannya
kepada
mereka
yang
berkepentingan dengan perusahan tersebut. Laporan keuangan yang baik dan
akurat dapat menyediakan informasi yang berguna antara lain dalam:
(Martono dan D. Agus Harijito, 2005):
1. Pengambilan keputusan investasi.
2. Keputusan pemberian kredit.
3. Penilaiaan aliran kas.
4. Penilaiaan sumber-sumber ekonomi,
5. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana
17
6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumbersumber dana
7. Menganalisis penggunaan dana.
Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu manajemen
dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengendalian
perusahaan. Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan mampu
memberikan bantuan informasi kepada pengguna untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat finansial. Adapun tujuan laporan keuangan menurut
Dermawan Sjahrial (2006) : “ menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam pengambilan keputusan
ekonomi ”.
Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan.
Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan perusahaan, informasi kinerja,
dan
perubahan
posisi
keuangan
perusahaan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan
oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan
salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti
informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas
manajemen dan lainnya. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan
18
menjadi 4 macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
modal dan laporan aliran kas. Dari keempat macam laporan tersebut dapat
diringkas lagi menjadi 2 macam, yaitu laporan neraca dan laporan laba-rugi
saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada
akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan labarugi. (Martono dan D. Agus Harijito, 2005)
Laporan keuangan merupakan salah satu dari sekian informasi yang biasa
digunakan untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas seperti saham, obligasi,
dan surat berharga lainya. Jika laporan keuangan disajikan tepat waktu maka akan
sangat bermanfaat untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat
keputusan.
2.5.
Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:9) Laporan keuangan memiliki beberapa
keterbatasan, antara lain:
a.
b.
c.
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang bersifat
final.
Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dapat penyusunannya
dengan standar nilai yang berbeda atau berubah-ubah.
Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang
lalu, dimana daya beli (Purchasing Power) uang tersebut semakin
menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga
kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum
tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin
besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang
tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.
19
d.
2.6.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan Karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.
JII
Jakarta
Islamic
Index atau biasa disebut JII adalah salah satu
indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata
saham
untuk
jenis
saham-saham
yang
memenuhi
kriteria
syariah.
Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia
(dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment
Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000.
Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar
Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret
2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia
yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII
berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII
menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100.
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan
investor
untuk
melakukan
investasi
pada
saham
berbasis
syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk
melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses
transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah
di
Indonesia. JII
menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai
syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin
20
menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana
ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih
portofolio saham yang halal.
2.6.1. Pemilihan Saham untuk Indeks
Penentuan
kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan
Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII
harus
melalui
filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan
Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar sahamsaham tersebut dapat masuk ke JII:
1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong
judi atau perdagangan yang dilarang
2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,
termasuk perbankan dan asuransi konvensional
3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram
4. Tidak
menjalankan
usaha
memproduksi,
mendistribusikan,
dan
menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat
Selain filter syariah, saham yang yang masuk ke dalam JII harus
melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:
21
•
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan,
kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
•
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal
sebesar 90%.
•
Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun
terakhir.
•
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini
bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari
indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham
emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham
spekulatif yang cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat
likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi
pasar yang rendah.
22
2.6.2. Perhitungan Indeks
Perhitungan JII dilakukan oleh BEJ dengan menggunakan metode
perhitungan indeks yang telah ditetapkan yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar
(market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian penyesuaian (adjustments) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan
adanya corporate action.
2.7.
Metode Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio
keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan
ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga sering kali kinerja
perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tersebut
tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun.
Kinerja dan prestasi manajemen yang diukur dengan rasio-rasio
keuangan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena rasio keuangan yang
dihasilkan sangat tergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang
digunakan, karena pengukuran berdasarkan rasio ini tidak dapat diandalkan dalam
mengukur nilai tambah yang tercipta dalam periode tertentu belum mampu
menunjukkan kinerja manajemen perusahaan yang sebenarnya.
Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek
yang baik, maka sahamnya akan diminati investor dan harganya akan meningkat.
23
Dalam konsep investasi ada teori yang menyatakan return yang tinggi juga
mempunyai risiko yang tinggi pula, sehingga perusahaan yang kinerjanya sangat
bagus maka sangat mungkin risiko untuk jatuh tinggi jika dibandingkan kinerja
yang sedang-sedang saja.
2.7.1. Profitabilitas
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis
fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga
merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut
efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih
seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba
bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah
satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu
dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya.
Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba
bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
24
2.7.2. Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return tersebut
diharapkan oleh investor atas investasi yang mereka lakukan. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di
masa mendatang.
Return saham merupakan pendapatan yang diterima oleh pemegang
saham berupa deviden yang dibayar oleh perusahaan maupun capital gain yaitu
selisih antara harga jual dan harga beli saham.
a.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Saham
Menurut
Arifin
(2001
:
116-125)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi return saham adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Fundamental Emiten
Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan langsung
dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten
maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham.
Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka
semakin
besar
kemungkinan
merosotnya
harga
saham
yang
diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu keadaan emiten akan
25
menjadi tolak ukur seberapa besar risiko yang baik ditanggung
oleh investor.
2. Hukum Permintaan dan Penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua
setelah faktor fundamental karena
fundamental
perusahaan
tentunya
begitu investor tahu kondisi
mereka
akan
melakukan
transaksi baik jual maupun beli. Transaksi-transaksi inilah yang
akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.
3. Tingkat Suku Bunga
Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil
berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang
tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor.
Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih
kecil resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk
saham. Karenanya investor akan menjual sahamnya dan dananya
kemudian akan ditempatkan di Bank. Penjualan saham secara
serentak
berdampak
pada
penurunan
harga
saham
secara
signifikan.
4. Valuta Asing
Mata uang Amerika (US Dollar) merupakan mata uang terkuat di
antara mata uang lain. Apabila dolar naik maka investor asing
akan menjual sahamnya dan ditempatkan di Bank dalam bentuk
dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik.
26
5. Dana Asing di Bursa
Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang
penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini
menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif,
yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif yang tentu
akan
merangsang
kemampuan
emiten
untuk
mencetak
laba.
Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada perkiraan bahwa
mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial
politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana
asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan
harga saham.
6. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Kenaikan
Indeks
tertentu, tentunya
Harga
Saham
mendatangkan
Gabungan
sepanjang
waktu
kondisi
investasi
dan
perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun
berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan
mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa.
7. News and Rumors
Yang dimaksud news dan rumors di sini adalah semua berita
yang beredar di tengah masyarakat yang menyangkut beberapa
hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga
berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita
tersebut,
para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri
27
ini sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan
berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
2.7.3. Return on Assets
Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2000:266). ROA sering
disebut sebagai rentabilitas ekonomi memberikan informasi seberapa efisien suatu
perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Rasio ini menunjukan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan
dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin
tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik
akan nilai saham (Arifin 2002;65).
a.
Keunggulan ROA (Return on Assets)
Keunggulan ROA diantaranya adalah:
1. ROA
merupakan
pengukuran
yang
komprehensif
dimana
seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari
rasio ini.
28
2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai
absolut.
3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan dalam setiap
unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas
dalam unit usaha.
b.
Kelemahan ROA (Return on Assets)
Disamping memiliki beberapa keunggulan diatas ROA juga memiliki
beberapa kelemahan yaitu:
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project
yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya projectproject
tersebut
dapat
meningkatkan
tingkat
keuntungan
perusahaan secara keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka
pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
3.
Sebuah project dalam
ROA dapat meningkatkan tujuan jangka
pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif
dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga
penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan biaya
bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas
produk dalam jangka panjang.
29
2.7.4. Return on Equity
Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini
ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri (Sutrisno 2000:267). Return
on Equity merupakan alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan berdasarkan
modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham (Hanafi&Halim, 1996:85). Salah satu alasan utama perusahaan
beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham,
ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah angka ROE berhasil
dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
2.7.5. Economic Value Added (EVA)
Pada dasarnya pemodal (investor) akan tertarik untuk melakukan
investasi pada saham di perusahaan yang menawarkan jumlah, stabilitas dan
tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang akan mereka terima. Para investor
akan dengan cepat mengestimasi harga saham perusahaan di masa yang akan
datang dan besarnya deviden yang akan diterima apabila para investor mengetahui
dengan pasti laba yang akan mereka peroleh dari perusahaan. EVA sebagai
30
indikator dari keberhasilan manajemen dalam memilih dan mengelola sumbersumber dana yang ada di perusahaan tentunya juga akan berpengaruh positif
terhadap return pemegang saham. Di dalam konsep EVA memperhitungkan
modal saham, sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para
penyandang dana perusahaan. Analis sekuritas menemukan bahwa harga saham
mengikuti EVA jauh lebih dekat dibanding faktor lainnya seperti laba per saham,
marjin operasi. Korelasi ini terjadi karena EVA benar-benar diperhatikan investor.
Apabila nilai EVA suatu perusahaan meningkat, maka kinerja perusahaan
semakin baik sehingga kesejahteraan para pemegang saham dapat ditingkatkan.
Return pemegang saham akan menyangkut dengan prestasi perusahaan di masa
depan, karena harga saham (dan juga deviden) yang diharapkan oleh pemodal
merupakan nilai intrinsik yang menunjukkan prestasi dan resiko saham tersebut di
masa yang akan datang.
EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan
telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika
manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan
bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham.
a.
Manfaat EVA
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus
penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja
31
dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan
berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih
investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan
tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
Hasil penelitian di Amerika Serikat ternyata menunjang digunakannya
EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (1996) meneliti
kaitan antara berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value Added),
ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) dengan tingkat
pengembalian saham (stock return), yang secara umum dianggap sebagai
pengukur terbaik dari kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa
dibandingkan dengan pengukuran lainnya, EVA mempunyai hubungan yang
paling erat dengan tingkat pengembalian saham. Temuan mereka mendukung
keefektifan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan
atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif
menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan dengan
demikian sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak
menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi
proyek akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas
tingkat risiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu
32
membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang
mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut.
b.
Tolak Ukur EVA
Menurut Hansen & Mowen (2005:126), dari perhitungan akan
diperoleh kesimpulan bahwa penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai
berikut :
•
Jika EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan perusahaan telah
menciptakan kekayaan.
•
Apabila EVA = 0, berarti perusahaan berada pada kondisi impas (Break
Event Point) selama masa operasionalnya, karena laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur
maupun pemegang saham.
•
Apabila EVA <0, yang berarti EVA negatif yang menunjukkan perusahaan
telah menyia-nyiakan modal.
Sehingga hal tersebut diatas akan lebih mudah diterjemahkan sebagai berikut:
Nilai EVA
EVA > 0
Pengertian
Laba Perusahaan
Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan Positif
membayarkan semua kewajiban pada para
penyandang
dana
atau
ekspektasinya.
33
kreditur
sesuai
EVA = 0
Tidak
ada
perusahaan
nilai
mampu
ekonomis
lebih,
membayarkan
tetapi Positif
semua
kewajibannya pada para penyandang dana
atau kreditur sesuai ekspektasinya.
EVA < 0
Perusahaan
tidak
mampu
membayarkan Tidak
dapat
kewajiban pada para penyandang dana atau ditentukan, namun
kreditur sebagaimana nilai yang diharapkan jika
pun
ada
ekspektasi return saham tidak dapat tercapai. laba, tidak sesuai
dengan
yang
diharapkan.
Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada
dasarnya pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai:
• Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
• Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
ekonomisnya.
• Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan
secara adil para penyandang dana atau pemegang saham
c.
Keunggulan dan Kelemahan EVA
Pihak manajeman perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika
manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini:
34
1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapatkan
return lebih besar dari biaya modal yang ada.
3. Menarik
modal
dari
aktivitas-aktivitas
usaha
yang
tidak
menguntungkan.
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Keunggulan
EVA
sebagai
alat
pengukuran
kinerja
keuangan
perusahaan menurut Govindarajan (2005:350) meliputi:
1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang
sama untuk perbandingan investasi.
2. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan
menghasilakan laba di atas biaya modal sehingga akan lebih
menarik para manajer untuk berinvestasi dalam perusahaan
tersebut.
3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk
jenis asset yang berbeda pula.
4. EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap
perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan.
5. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan
memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui
apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak.
6. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding.
Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Menurut
Adiningsih dan
Sumarti(2005:110)
kelemahan EVA antara lain:
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertetu. Nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi EVA selama
35
2.
3.
4.
5.
umur perusahaan. Misalkan, suatu perusahaan mempunyai EVA
selama tahun berjalan positif tetapi nilai perusahaan tersebut
rendah karena EVA pada tahun berikutnya negative. Dalam
penggunaan EVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA masa
kini dan EVA masa yang mendatang.
Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi biaya modal. Bagi
perusahaan yang belum go public, estimasi ini sulit dilakukan
dengan tepat.
EVA hanya mengukur hasil akhir (result). Konsep ini tidak
mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat
retensi konsumen.
EVA bertumpu
pada keyakinan
bahwa
investor
sangat
mengandalakan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu.
EVA kurang valid karena perhitungan EVA sesungguhnya cukup
rumit dan mengandung unsur ketidakpastian, artinya bahwa tinggi
rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di
pasar modal.
Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu
alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan
nilai. Perusahaan – perusahaan tersebut percaya bahwa penggunaan EVA akan
membuat kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik
modal. EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh suatu perusahaan
karena berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan
biaya modal atas investasi yang dilakukan. Dengan diperhitungkannya biaya
modal, EVA mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai
bagi pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat
menimbulkan masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya
modal. Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan
mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan.
36
2.7.6. Langkah-langkah dalam menentukan EVA
Perhitungan
EVA menggunakan rumus yang dipopulerkan oleh
Steward melalui langkah-langkah sebagai berikut (Young & O’Byrne,
2001:32):
1. Menghitung atau menaksir biaya hutang (cost of debt)
2. Menghitung biaya modal sendiri (cost of equity)
3. Menghitung struktur permodalan (dari neraca)
4. Menghitung ongkos modal tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital – WACC)
5. Menghitung EVA
a.
Biaya Hutang (Kd)
Biaya hutang (cost of debt) atau Kd merupakan rate yang harus dibayar
perusahaan
didalam
pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka
panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban
bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang
(Weight). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan
akan
mengurangi
besarnya pendapatan kena pajak (PKP), maka Kd harus dikoreksi dengan faktor
tersebut (1-t) dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Berdasarkan Undangundang perpajakan pada periode penelitian laba perusahaan sebelum pajak
(earning before tax) akan dikenakan pajak progresif sebesar 10%, 15%, 30%.
Sehingga menurut Brigham dan Houston (2006:470) biaya hutang dapat
dirumuskan menjadi :
37
Ket: T merupakan pajak yang dikenakan pemerintah pada perusahaan.
Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga - Penghematan pajak
= Kd - Kd t
= Kd (1-t)
Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang
ingin kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga
merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan
penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya
hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang
adalah suku bunga atas hutang baru , bukan atas hutang yang masih beredar,
dengan kata lain biaya yang kita perlukan adalah biaya hutang marjinal.
b.
Biaya Modal Sendiri (Ke)
Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity atau Ke. Bila para
investor menyerahkan dananya berupa equitas kepada perusahaan, maka mereka
berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus
berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden
38
tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat
tidak tentu tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa datang. Hal ini sangat
berbeda dengan modal hutang karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang
disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang
berlaku dan bukan nilai buku.
Menurut Brigham dan
Houston
(2001:411)
terdapat
beberapa
pendekatan untuk menentukan nilai Ke, antara lain:
1)
CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model yang populer adalah penetapan harga aktiva modal atau CAPM .
model ini mengukur tingkat hasil yang diharapkan investor. Metode tersebut
dapat dirumuskan:
Ke = Risk free rate +Risk premium
= Krf + βI ( Krm-Krf)
Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus
Krf = tingkat hasil pengembalian bebas resiko (risk free rate), Krm = tingkat hasil
pengembalian yang diharapkan dipasar, dan βI = koefisien Beta saham yang
merupakan Indeks resiko saham perusahaan ke i.
Komponen biaya ekuitas:
a) Risk Free rate = Krf
Adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada
instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat
dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran
39
dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank
Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistik keuangan dan pasar modal.
b) Market Return = Krm
Adalah tingkat keuntungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar.
Sebagai pengukur dipakai tingkat keuntungan rata-rata seluruh kesempatan
investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek
Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market Direktory
(CMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan.
Kemudian dihitung sebagai berikut:
c) Beta = β
Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap
rata-rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan resiko pasar sebagai lawan
resiko spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Historical
beta ini diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat pengembalian
(stock return) saham atau excess return saham yang akan dicari nilai betanya
terhadap excess return portfolio pasar/indeks pasar( dalam hal ini indeks yang
digunakan adalah IHSG).
Y=β.X
Dimana:
Y= excess return saham individual (Kri – Krf)
X= excess return portfolio pasar (Krm –Krf)
40
Yang dimaksud excess return adalah selisih antara tingkat keuntungan
dengan tingkat bebas resiko.
2) Discounted Cash Flow Model (DCF)
Model ini melihat Ke sebagai nilai dividen atau harga saham ditambah
dengan prosentase pertumbuhan dari deviden tersebut (asumsi pertumbuhan
konstan), dimana:
g = b (r), b atau retention ratio diperoleh = (1 –Payout ratio), D 1 = D 0
(1+g),
P 0 = harga saham periode ke 0, r = rate of return
Ke = Dividen Yield + b (r)
Ratio antar D 1 dan P 0 dikenal sebagai Dividend Yield.
c.
Menghitung Struktur Permodalan dari Neraca
Struktur modal adalah proporsi utang dan proporsi modal sendiri
dalam bentuk prosentasi dari jumlah utang dan modal sendiri.
Proporsi utang (WD) diperoleh dengan cara membagi utang perusahaan
dengan jumlah utang dan modal sendiri (total pasiva) kemudian dikalikan
100%.
41
Proporsi ekuitas (WE) diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan
jumlah utang dan modal sendiri (total pasiva) lalu dikalikan 100%.
d.
Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba bersih operasi
setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar laba
operasi setelah pajak ini tidak memberikan dampak pada profitabilitas
ataupun resiko dari bisnis pada saat ini. Dengan kata lain, baik bila
perusahaan dibiayai
dengan utang maupun modal sendiri maka nilai
NOPAT nya akan identik. NOPAT sama dengan laba bersih setelah pajak
(Earning After Tax/ EAT) ditambah dengan Interest After Tax (IAT).
Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
NOPAT
= EAT + IAT
= EAT + [ i (1-T)]
Ket: EAT
IAT
e.
= Laba bersih (Earning After Tax)
= Interest After Tax
Menghitung Tingkat Pengembalian (r)
Tingkat
pengembalian
(rate
of
return)
merupakan
tingkat
pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang diukur
melalui
produktivitas
modal.
Perhitungan
42
tingkat
pengembalian
(r)
menggunakan pendekatan laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) dibagi
dengan
modal
yang
ditanamkan
(capital).
Capital
diperoleh
dari
penjumlahan antara total hutang dan modal saham.
f.
Weighted Average Cost of Capital
WACC merupakan rata – rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal
sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk
mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh
investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam
perhitungannya akan mencakup perhitungan masing – masing komponennya,
yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya modal sendiri) serta
proporsi masing – masing di dalam struktur modal perusahaan.
Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah
modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan.
Rumus:
WACC = (Kd* x Wd) + (Ke x We)
Dimana: Kd* = Biaya hutang setelah pajak
Ke = Biaya modal sendiri
Wd = Proporsi hutang
We = Proporsi modal sendiri
43
g.
Menghitung EVA
EVA = NOPAT – (WACC x Capital)
Ket:
NOPAT
= Net Operating After Tax
WACC
= Biaya modal rata-rata tertimbang
Capital
= merupakan jumlah dana yang tersedia
bagi
perusahaan
untuk
membiayai
usahanya, yang merupakan penjumlahan
dari total utang dan modal saham.
2.7.7. Hal – hal yang diperlukan dalam menghitung EVA
A. Neraca:
1. Hutang jangka panjang
2. Jumlah modal
B. Laporan Laba Rugi:
1. Beban bunga
2. Laba setelah pajak
3. Pajak perusahaan
C. Lain – lain:
1. Closing price
44
Download