Hubungan Perilaku Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang
setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan
evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar sering
digunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam
aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya ulangan
harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama
pelajaran berlangsung (Arikunto, 2001). Hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dan
puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat
tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.Pada bagian lain
merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.Hasil belajar
tersebut
dibedakan
menjadi
dampak
pengajaran,
dampak
pengiring.Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti
tertuang dalam angka rapor angka dalam ijazah, atau kemampuan
meloncat
setelah
latihan,
dampak
pengiring
adalah
terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2009).
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan
perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan
keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu
berkat pengalamannya berulang-ulang.Pendapat tersebut didukung
oleh Sudjana (2010) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya”.
5
6
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang
berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Meningkatkan hasil
belajar siswa, merupakan suatu bentuk usaha yang tidak mudah untuk
dilakukan siswa dengan berbagai macam perbedaan karakteristik satu
dengan yang lain. Peningkatan itu diharapkan mampu membantu
siswa dalam pelajaran matematika secara luas tidak hanya secara
teoritik di sekolah (Sutrisno, 2007).
Soedijanto dalam Supartini (2008) mendefinisikan hasil belajar
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Belajar merupakan perubahan dalam disposisi atau
kapabilitas manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan
oleh proses perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam
bentuk perubahan tingkah laku yang dapat bertahan selama beberapa
periode waktu.
Hasil
belajar
disini
adalah
dalam
konteks
pelajaran
matematika. oleh karena itu, hasil belajar matematika merupakan
tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang
studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang
terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Di mana
hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan
alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar (Dewinuryanti,
2013). Pakpahan (2009) mengatakan bahwa hasil belajar matematika
siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran matematika. Hasil belajar matematika
adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan proses
belajar mengajar dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai.
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, hasil belajar
merujuk pada pencapaian hasil belajar yang dapat diukur dengan alat
evaluasi tes, yang merupakan hasil dari proses pembelajaran siswa. Hal
ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2001) yang mengatakan bahwa
hasil belajar adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah
mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan
7
evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.Hasil belajar dapat diukur
dengan menggunakan tes.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar (Baharuddin dan Wahyuni, 2007).
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri
individu
dan
dapat
mempengaruhi
hasil
belajar
individu.Faktor-faktor internal ini meliputi 2 faktor yakni, a) faktor
fisiologis, adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu.Faktor ini dibedakan menjadi dua macam, i) keadaan
tonus jasmani.Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat
dan bugar akan memberikan berdampak baik terhadap kegiatan
belajar individu. ii) kedua fungsi jasmani /fisiologis. Selama proses
belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula; b) faktor psikologis, adalah
keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap,dan
bakat.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi prose belajar
siswa.Syah sebagaimana dikutip dalam Baharuddin dan Wahyuni
(2007)
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
eksternal
yang
mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan sosial meliputi, i) lingkungan sosial sekolah, seperti
guru,
administrasi,
dan
teman-teman
sekelas
dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa; ii) lingkungan
sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat
8
tinggal siswa akanmempengaruhi belajar siswa; iii) lingkungan
sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar.
b) Lingkungan nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial adalah, lingkungan alamiah, seperti kondisi udara
yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dan tenang; faktor instrumental, yaitu perangkat belajar
yang dapat digolongkan dua macam. (1) hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga. (2) software, seperti kurikulum sekolah, peraturanperaturan sekolah, buku panduan; faktor materi pelajaran
(yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
menngajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan
siswa.
2. Perilaku Belajar Matematika
a. Pengertian Perilaku Belajar Matematika
Belajar adalah suatu proses usaha yang kompleks dilakukan
seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi
mengerti, untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih baik
secara
keseluruhan
akibat
interaksi
dengan
lingkungannya
(Rampengan dalam Abdullah dan Hanifah, 2001).
Perilaku belajar didefinisikan sebagai kebiasaan belajar.
Kebiasaan belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran
siswa mengenai makna belajar, sehingga siswa tersebut merasa
frustasi dalam menjalankan proses belajar (Setiaji, 2011). Kebiasaan
belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada
diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku,
mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan
kegiatan (Wahyuningsih & Djazari, 2011)
9
Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan
oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau
berlangsung secara spontan. Perilaku belajar tidak dirasakan sebagai
beban, tetapi sebagai kebutuhan. Hal ini tercipta karena secara terus
menerus dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan serta
keteladanan dalam semua aspek dan kreativitas pendidikan. Selain itu,
terdapat kondisi dan situasi pembelajaran yang memang diciptakan
untuk mendukung berlangsungnya pemunculan kreativitas dan
kegiatan-kegiatan lain dalam konteks pembelajaran (Hamalik, 2007).
Hal ini berarti perilaku belajar matematika merupakan kebiasaan
belajar matematika yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang
sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan. Menurut
Izzaila (2012), perilaku belajar matematika adalah suatu aksi dan reaksi
yang dilakukan dan dikatakan oleh siswa dalam proses pembelajaran
matematika di dalam kelas, pembelajaran di luar kelas, dan saat
pulang sekolah. Hal ini sependapat dengan (Saryanti, 2010) yang
mengatakan bahwa perilaku belajar adalah suatu perubahan di dalam
diri siswa, sehingga setelah belajar terjadi perubahan dalam diri siswa
baik dari sisi pengetahuan, sikap dan pengalaman. Indikator perilaku
belajar antara lain adalah kebiasaan mengikuti pelajaran, yaitu
seberapa besar perhatian dan keaktifan seorang siswa dalam belajar,
kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan
menghadapi ujian.
Berdasarkan pengertian dari para ahli, perilaku belajar
matematika merujuk pada proses kebiasaan dalam belajar siswa yang
baik setiap kali siswa mengikuti pelajaran, maupun kebiasaan
membaca
buku,
datang
belajar
keperpustakaan,
kebiasaan
menghadapi ujian. Penelitian ini mengacu pada pendapat Saryanti
(2010).
b. Aspek-Aspek Perilaku Belajar
Surakhmad (2003), mengemukakan bidang belajar yang perlu
diperhatikan oleh siswa menengah lanjutan atau mahasiswa baru
dalam membentuk kebiasaan belajar, antara lain: 1) mengikuti kuliah
atau pelajaran, mendengarkan dan mencermati dengan baik ketika
10
materi pelajaran disampaikan oleh guru; 2) menelaah buku, gemar
membaca
dan
mempelajari
buku-buku
perpustakaan
untuk
kemampuan intelektual; 3) membuat catatan, selalu mencatat hal-hal
yang dianggap penting sehingga ketika lupa dapat membawa catatan
kembali untuk mengingatnya; 4) belajar mandiri, pelajari sendiri
sesuatu hal yang inggin diketahui bila ada yang tidak dimengerti baru
bertanya pada guru/teman yang lebih mengerti; 5) Belajar dalam regu,
belajar untuk dapat memahami pendapat orang lain dan berdiskusi,
tentang suatu permasalahan yang dihadapi; 6) memakai perpustakaan,
sedapat mungkin memiliki perpustakaan sendiri, hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah ketika kita ingin membaca buku; 7) mengarang
karya ilmiah, sering membuat karya ilmiah untuk mengasah
kemampuan dalam hal pengetahuan; 8) menghadapi ujian, selalu
dalam keadaan siap. Ketika akan menghadapi ujian, sehingga dapat
mencapai nilai yang baik.
Abdullah dan Hanifah (2001) mengatakan bahwa hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku belajar yang baik meliputi, kebiasaan
mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke
perpustakaan, serta kebiasaan menghadapi ujian.
Kebiasaan mengikuti pelajaran adalahadalah suatu perilaku
yang ditunjukan oleh siswa yang dilakukan secara berulang-ulang dari
waktu kewaktu secara otomatis selama mengikuti pelajaran.Kebiasaan
dalam mengikuti pelajaran secara efisien dikembangkan oleh
siswa.Mengikuti pelajaran yang baik harus dilakukan dengan disiplin,
penuh perhatian/ konsentrasi dan mencatat materi pelajaran dengan
baik (Sagala, 2005). Hal ini akan memberikan pengalaman dan
pemahaman yang lebih baik pada siswa.Kebiasaan ini antara lain
meliputi keteraturan dalam hal membuat catatan untuk setiap materi
pelajaran, memusatkan perhatian pada materi pelajaran yang
dijelaskan dan ikut aktif dalam pelajaran. Selama pelajaran
berlangsung diharapkan siswa mencatat materi pelajaran dalam garis
besarnya saja. Tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata
demi kata, karena akan mengganggu konsentrasi untuk memperoleh
pemahaman. Perhatian yang samar-samar akan mengganggu dan akan
mengacaukan penangkapan pelajaran. Perhatian akan memusat
11
apabila siswa telah memiliki bahan apersepsi sebelumnya, ikut aktif
dalam pelajaran dan mengekang diri dari kecenderungan melakukan
kegiatan atau kesibukan-kesibukan lainnya yang tidak begitu perlu
(Ardiansyah, 2011).
Membaca
merupakan
aktivitas
kompleks
yang
dapat
mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan
membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan.Aktivitas
mental
mencakup
ingatan
dan
pemahaman(Abdurrahman,
1999).Kebiasaan membaca buku teks adalah keterapilan yang
diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan.
Oleh karena itu kebiasaan membaca buku teks dapat dipupuk, dibina,
dan dikebangkan (hasanah, 2012). Kebiasaan membaca dalam diri
siswa sangat menentukan kecenderungan perilaku siswa terhadap
bahan bacaan semakin sering siswa melakukan kegiatan membaca,
maka semakin banyak pula informasi atau pengetahuan yang
diperoleh (Yunus, 2012).
Kunjungan keperpustakaan, Perpustakaan merupakan salah
satu sarana pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap murid. Penyelenggaraannya memerlukan
ruang khusus beserta sarananya. Semakin lengkap perlengkapannya,
semakin baik penyelenggaraan perpustakaan sekolah (Bafadal, 2004).
Perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian
integral dari lembaga pendidikan sekolah, yang berupa penyimpanan
koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematik dengan cara
tertentu untuk digunakan oleh siswa dan guru sebagai suatu sumber
informasi (Arikunto dan Yuliana, 2012). Perpustakaan sekolah adalah
salah satu fasilitas yang wajib ada dan didirikan sebagai suber
informasi.
Oleh
karena
itu,
perpustakaan
akan
menembah
pengetahuan para siswa. Manfaat prpustakaan adalah untuk
mempermudah proses belajar dan membuat hasil belajar siswa
meningkat
dengan
membiasakan
diri
untuk
berkunjung
keperpustakaan, siswa akan menjadi gear membaca yang dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan (Sukirno, 2012).
Kebiasaan menghadapi ujian,cara bertindak siswa sebelum
menghadapi ujian secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi
12
menetap dan bersifat otomatis (Handayani, 2012). Kebiasaan ini perlu
dikembangkan adanya sikap percaya pada kemampuan diri sendiri,
karena itu perlu persiapan yang mantap sebelum menghadapi tes.
Persiapan yang mantap ini antara lain dapat dilakukan dengan
keteraturan dalam hal membagi waktu belajar menjelang tes,
membuat ringkasan, mengerjakan latihan soal dan bertanya bila ada
hal-hal yang tidak dimengerti. Sikap percaya diri sendiri sangat
diperlukan dalam menghadapi tes matematika karena setiap tes
matematika hanya mungkin dilakukan dengan berhasil apabila siswa
menyiapkan diri dengan baik. Apabila siswa sejak lama telah belajar
dengan tertib, mengatur waktu dengan baik, mengikuti pelajaran,
membaca buku dan menghafalkan pelajaran dengan baik maka waktu
terakhir menjelang tes tinggal digunakan untuk memperdalam dan
mengulang hafalan (Ardiansyah, 2011).
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain
Hanifah dan Syukriy Abdullah (2001) dengan judul “Pengaruh Perilaku Belajar
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi ” dari penelitian tersebut
diperoleh hasil, yaitu terdapat koefisien korelasi antara variabel perilaku
belajar dengan variabel prestasi akademik dari persamaan regresi adalah 0,69
(r=0,687) yang bermakna adanya keterkaitan antara prestasi akademik dengan
perilaku belajar sebesar 69%. Dengan demikian terdapat hubungan yang kuat
antara peningkatan prestasi akademik mahasiswa dengan variabel kebiasaan
mengkuti pelajaran, variabel kebiasaan membaca buku, variabel kunjungan
keperpustakaan dan variabel kebiasaan menghadapi ujian.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulaningsih (2012) dengan judul
“Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar
pada Kompetensi Mengelola Kartu Aktiva Tetap Siswa Kelas XI Program
Keahlian Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas Tahun Ajaran 2011/2012”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belajar berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK
Muhammadiyah Cawas Tahun Ajaran 2011/2012, dengan rxy = 0,535 dan thitung
= 5,514 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 2,000. Hal ini berarti
semakin baik kebiasaan belajar maka semakin tinggi prestasi belajar.Kebiasaan
13
belajar meliputi memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya, aktif
mencatat, membuat jadwal belajar, mempersiapkan perlengkapan belajar,
meringkas materi pelajaran, dan member tanda pada hal-hal yang penting.
Penelitian yang dilakukan Husna Afida (2007) dengan judul “Pengaruh
Kebiasaan Belajar dan Minat Membaca terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
VIII pada Mata Pelajaran IPS di MTs DARUL HUDA Wonodadi Blitar” hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS ditunjukkan oleh nilai t hitung 2,146 > t tabel 1,980 dengan nilai
signifikansi 0,035 (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
minat membaca terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
ditunjukkan oleh nilai t hitung 23,388 > t tabel 1,980 dengan nilai signifikansi
0,000 (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan antara
kebiasaan belajar dan minat membaca terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPS. Hal tersebut terbukti dari hasil uji F yaitu diperoleh nilai F
hitung 297,056 > F tabel 3,11 dengan signifikansi 0,000. Koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0,871. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPS dipengaruhi oleh kebiasaan belajar dan minat
membaca sebesar 87,1%, sisanya 12,9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar
penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila siswa
melakukan kebiasaan belajar yang baik dan memiliki minat yang tinggi untuk
membaca buku-buku pelajaran apalagi yang berhubungan dengan bidang IPS
maka prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS pun akan meningkat.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini
dibuat dengan tujuan untuk mengetahui hubungan perilaku belajar yaitu
kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke
perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian terhadap hasil belajar
matematika.
B. KERANGKA BERPIKIR
Perilaku belajar memegang peranan penting dalam mencapai
peningkatan hasil belajar. Perilaku belajar merupakan cara yang menetap pada
diri siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Perilaku belajar yang baik akan sangat membantu siswa
dalam menangkap dan memahami materi yang dipelajari sehingga penguasaan
14
materipun akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil
belajar. Beberapa aspek perilaku belajar yang berpengaruh terhadap hasil
belajar, diantaranya kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku
teks atau catatan, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi
ujian. Siswa kelas VII SMP N 3 Banyubiru hanya belajar pada saat menjelang
akan ada ulangan harian atau ujian saja bahkan kadang tanpa ada persiapan
sama sekali, siswa berkunjung ke perpustakaan apabila hanya disuruh oleh
guru bukan atas kesadaran sendiri, saat pembelajaran siswa sibuk dengan
kegiatannya sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini
menyebabkan hasil belajar matematika siswa belum mencapai hasil yang
maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir dapat digambarkan
sebagai berikut:
Perilaku Belajar
Matematika
Hasil Belajar
Matematika
Gambar 1
Kerangka Berpikir
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah, terdapat hubungan positif
dansignifikan antara perilaku belajar matematika terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP N 3 Banyubiru.
Download