BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, minat masyarakat Indonesia untuk membeli dan menanamkan investasi di bidang properti dan atau real estate semakin tinggi. Sehingga semakin banyak pula perusahaan-perusahaan yang mengembangkan usahanya dalam bidang properti dan real estate. Meski harga terus meningkat, minat masyarakat untuk membeli rumah masih cukup tinggi (Amani, 2011). Menurut survei Bank Indonesia, kenaikan harga properti residensial yang terjadi tahun 2012 dan 2013 diperkirakan terus berlanjut. Bahkan secara triwulanan, kuartal I-2014 meningkat lebih tinggi 2,56 persen dibanding kuartal IV-2013 (Alexander, 2014). Dunia usaha properti dan real estate menjadi semakin kompetitif sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi agar dapat unggul dalam persaingan. Usaha tersebut memerlukan modal yang sangat besar dan tepat, dan salah satu modal terbesar yang dapat diperoleh perusahaan yaitu dari investor/pemegang saham melalui penanaman investasi. Dalam era globalisasi, perolehan modal yang paling banyak dilakukan adalah melalui pasar modal. Di dalam Undang-Undang, Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Martalena dan 1 2 Maya, 2011:2). Di Indonesia sendiri saham sektor properti dan real estate merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar dan cukup kuat. Pada awal tahun 2014, saham properti menjadi pendorong pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai menjadi yang tertinggi di dunia. Dari semua sektor di lantai bursa, indeks sektoral yang menguat paling tinggi adalah sektor properti. Indeks sektor ini mampu tumbuh hingga 29,02% sejak awal tahun 2014 (Aliya, 2014). Analis Bloomberg menilai, sektor yang tampak paling menjanjikan tahun 2014 adalah sektor properti. Dari 164 perusahaan dengan rekomendasi beli terbanyak, sektor properti merupakan kontributor terbesar. Jika melihat laporan keuangan kuartal 3/2013, dari hampir seluruh emiten properti yang melantai, sebagian besar menunjukkan kinerja yang positif. Namun Wilson Sofan, Head of Research Reliance Securities, menyatakan bahwa meski kinerja positif emiten-emiten properti akan terus berlanjut di tahun 2014, akan tetapi Wilson menyangsikan kalau pergerakan harga sahamnya akan berjalan selaras (Majalah Properti Indonesia, 2014). Menurut Halim (2005:12), apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harganya juga akan meningkat. Teori di atas bertentangan dengan fakta yang ada di lapangan. Beberapa perusahaan properti dan real estate di Indonesia mengalami sebuah fenomena dimana harga saham perusahaan turun ketika laba bersih meningkat atau sebaliknya. 3 Dari seluruh emiten properti dan real estate yang listing di Bursa Efek Indonesia, beberapa emiten mengalami fenomena tersebut dalam periode 2011-2014. APLN (Agung Podomoro Land Tbk.) mencatat kenaikan laba bersih perusahaan di tahun 2013. Pada 2012 laba bersih APLN dibukukan sebesar Rp 841.290.753.000 dan mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi Rp 930.240.297.000. Namun di sisi lain pada tahun 2013 return saham perusahaan menurun drastis sebesar 41,89%. Kemudian MDLN (Modern Reality Tbk.) selama periode 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan laba yang fluktuatif, diikuti dengan kenaikan dan penurunan return saham yang tidak selaras dengan laba bersih perusahaan. Tahun 2012 laba bersih MDLN naik Rp 2.189.212.918.683 dari tahun sebelumnya, namun return saham MDLN pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 36.07% dari tahun 2011. Hal yang sebaliknya dialami oleh COWL (Cowell Development Tbk.), COWL mengalami kenaikan harga saham yang sangat drastis ketika laba bersih perusahaan turun. Tahun 2012 COWL membukukan laba bersih sebesar Rp 69.675.152.324 dan di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi Rp 48.711.921.383. Penurunan laba bersih COWL tersebut tidak selaras dengan return saham nya, justru return saham COWL pada 2013 mengalami kenaikan drastis sebesar 228.67%. 4 Tabel 1.1. Laba Bersih dan Persentase Kenaikan atau Penurunan Return Saham 9 Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI Periode 2011-2014 (dalam satuan Rupiah) No Nama Perusa haan Laba 2011 2012 Return Saham (%) 2013 2014 2011 2012 2013 2014 -9.09 5.71 -41.89 55.81 1 APLN 684,902,756,000 841,290,753,000 930,240,497,000 983,875,368,000 2 BCIP 2,387,664,125 9,491,018,470 24,987,246,636 30,513,627,864 195.24 -59.68 82.00 69.23 3 COWL 33,321,522,166 69,675,152,324 48,711,921,383 165,397,041,451 137.37 -39.15 228.67 32.98 4 CTRP 168,558,779,854 319,151,767,553 442,124,140,880 398,603,030,590 28.95 22.45 3.33 36.29 5 CTRS 199,327,063,606 273,913,555,964 412,809,066,465 583,796,318,489 55.36 158.62 -41.78 125.95 6 JRPT 346,698,745,000 427,924,997,000 546,269,619,000 714,531,063,000 69.23 40.91 -74.19 30.00 7 MDLN 74,117,343,194 260,474,880,599 2,449,687,799,282 718,070,525,784 -2.04 154.17 -36.07 33.33 8 PWON 378,531,447,000 766,495,905,000 1,136,547,541,000 2,599,141,016,000 -16.67 -70.00 20.00 90.74 9 SMRA 388,706,644,000 792,085,965,000 1,095,888,248,000 1,387,516,904,000 13.76 53.23 -58.95 94.87 Sumber: www.idx.co.id (Data diolah sendiri) Data di atas menunjukkan bahwa laba bersih dan return saham perusahaan properti dan real estate di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pergerakan yang fluktuatif ini menimbulkan ketidakpastian yang akan menyebabkan investor khawatir dalam penanaman investasi serta pengambilan keputusan. Oleh karena itu investor memerlukan suatu ukuran dalam berinvestasi khususnya di perusahaan properti dan real estate di Indonesia. Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan (Munawir, 2010:64). Ukuran yang dipakai dalam menginterpretasikan kondisi keuangan ini sangatlah beragam dan kadangkala berbeda diantara perusahaan, tetapi ukuran yang biasa digunakan oleh para manajer maupun 5 investor selama ini adalah rasio keuangan perusahaan. Ada lima rasio keuangan yang biasa digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar (Hanafi, 2012: 37). Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas adalah Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI) adalah rasio yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2010:89). Konsep baru yang mulai banyak digunakan sekarang ini yang mampu mengukur kinerja dan dianggap lebih obyektif serta mampu menjembatani kepentingan manajemen maupun investor adalah konsep Economic Value Added (EVA). Tahun 1990-an, Bennett Stewart dan Joel Stern mengemukakan konsep EVA (Economic Value Added) sebagai alat ukur penciptaan nilai (value creator). EVA didefinisikan sebagai nilai sisa pengurangan opportunity cost of invested capital dari net operating profit after tax. Rasio ini menjelaskan segalanya dengan gamblang mengenai kinerja sebuah bisnis. Apabila EVA positif, artinya kinerjanya tumbuh. Apabila negatif, artinya kinerjanya mundur. Tidak ada multiinterprestasi atas rasio ini (Lestari, 2010). Pengukuran kinerja yang berbasis pada nilai tambah (value added based) lainnya yaitu konsep MVA (Market Value Added). Menurut Hanafi (2012:55), MVA menghitung selisih antara nilai pasar dengan nilai buku saham. MVA mengukur prestasi perusahaan sejak perusahaan tersebut berdiri. Ukuran lain yang diperhitungkan dalam berinvestasi adalah tingkat likuiditas dari investasi yang 6 investor tanamkan. Semakin likuid maka semakin baik. Likuiditas dapat diartikan sebagai tingkat kecepatan sebuah sarana investasi (aset) untuk dicairkan menjadi dana cash (uang) atau ditukar dengan sesuatu nilai (Arifin, 2007:15). Beberapa penelitian mendukung pernyataan di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Awan et al. (2014), menunjukkan bahwa nilai kinerja perusahaan yang diukur dengan konsep EVA berpengaruh positif terhadap tingkat return saham. Hasil penelitiannya menunjukkan ternyata EVA mempunyai pengaruh erat dengan tingkat pengembalian saham. Penelitian yang membuktikan pengaruh MVA terhadap return saham dilakukan oleh Mulyani dan Djamhuri (2014) yang menyatakan bahwa MVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hubungan ROI terhadap return saham didukung oleh penelitian Anggrahini (2014) yang menyimpulkan bahwa ROI berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari likuiditas saham terhadap return saham dilakukan oleh Mulyana (2011). Penjelasan fenomena di atas sangat menarik apabila dilakukan sebuah penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh EVA, MVA, ROI, dan likuiditas saham terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik: 7 “Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI), dan Likuiditas Saham Terhadap Return Saham Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014.” 1.2. Identifikasi Masalah Return saham merupakan tingkat pengembalian selama investasi yang diperoleh pemegang saham. Secara teori peningkatan laba bersih perusahaan akan berbanding lurus dengan harga saham nya yang akan berdampak terhadap peningkatan return saham. Namun pada faktanya pergerakan laba bersih perusahaan dengan return saham mengalami pergerakan yang fluktuatif sehingga dibutuhkan ukuran yang diduga dapat mempengaruhinya. Ukuran tersebut dapat diukur melalui Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI) dan likuiditas saham. Sehingga pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar perkembangan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI) dan likuiditas saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. 2. Seberapa besar perkembangan return saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 3. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI), dan likuiditas saham secara 8 parsial dan simultan terhadap return saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dengan masalah yang telah diidentifikasikan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Seberapa besar perkembangan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI) dan likuiditas saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. 2. Seberapa besar perkembangan return saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 3. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI), dan likuiditas saham secara parsial dan simultan terhadap return saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 9 a. Kegunaan Operasional: 1. Perusahaan Perusahaan diharapkan untuk dapat memberikan informasi keuangan yang objektif, relevan, dan dapat diandalkan agar para investor dapat menilai suatu kondisi perusahaan yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi. 2. Investor Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para investor atas informasi keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal, sehingga dapat memperkecil risiko yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dalam pembelian saham di pasar modal. b. Kegunaan Akademis: 1. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai perkembangan dan pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Return On Investment (ROI), dan likuiditas saham terhadap return saham pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI baik secara simultan maupun parsial. 10 2. Peneliti Penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran yang diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam bidang penelitian. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 20112014. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh melalui Kantor Perwakilan BEI Bandung, situs www.idx.co.id, website lain yang sifatnya verifiability, beberapa jurnal nasional dan internasional. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Agustus 2015 sampai dengan Oktober 2015.