prediksi kebangkrutan perusahaan property and real estate yang

advertisement
PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PROPERTY
AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS
DAN REGRESI LOGISTIK PERIODE 2007-2010
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IMAS A. AISYAH
NIM : 109081000008
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
1
PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL
ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS DAN REGRESI
LOGISTIK PERIODE 2007-2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IMAS A. AISYAH
NIM: 109081000008
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 19690203 20112 1 003
Dito Rinaldo, SE.,MM
NIP.-
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
2
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 09 April 2013telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama
: Imas A. Aisyah
NIM
: 109081000008
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi : Prediksi KebangkrutanPadaSektorProperty And Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant
Analysis, dan Regresi LogistikPeriode 2007-2010
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 April 2013
1.
2.
3.
Utami Baroroh, S.Pi., M.Si
NIP: -
Leis Suzanawaty, SE., M.Si
NIP: 19720809 200501 2004
Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP: 19731221 200501 2002
(Ketua)
(Sekretaris)
( Penguji Ahli)
3
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 22 Juli 2013, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama
: Imas A. Aisyah
NIM
: 109081000008
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi : Prediksi KebangkrutanPada Sektor Property And Real
Estate
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan
Discriminant Analysis, dan Regresi LogistikPeriode 2007-2010
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,Juli 2013
1. Prof. Abdul Hamid MS
NIP: 19570617 1985 03 1 002
(Ketua)
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP: 19731221 2005 01 2002
(Sekretaris)
3. Amalia, SE., M.S.M
NIP: 19740821 2009 01 2 005
( Penguji Ahli)
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 19690203 20112 1 003
5. Dito Rinaldo, SE.,MM
NIP :-
( Pembimbing 1)
(Pembimbing 2)
4
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Imas A. Aisyah
No. Induk Mahasiswa
: 109081000008
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Konsentrasi
: Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilih karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, Mei 2013
Yang Menyatakan,
(Imas A. Aisyah)
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1.
Nama
: Imas A. Aisyah
2.
Tempat tanggal lahir
: Sumedang, 04 Mei 1991
3.
Alamat
: Jl. Alpukat 5 Blok E 18 No. 08 RT 004/018
Benda Baru, Pamulang
II.
4.
Telepon
: 087808873734
5.
E-mail
: [email protected]
PENDIDIKAN
1.
SDN Sarua X
Tahun 1997-2003
2.
SMPN 2 Pamulang
Tahun 2003-2006
3.
SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
Tahun 2006-2009
4.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1.
Ayah
: Yeye Use
2.
Ibu
: Minarsyah
3.
Alamat
: Jl. Alpukat 5 Blok E 18 No. 08 RT 004/18 Benda
Baru, Pamulang
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI
2004:
 Kepanitian Orientasi Siswa SMPN 2 Pamulang.
 Anggota Kesehatan Organisai Intra Sekolah SMPN 2 Pamulang
2005: Ketua Palang Merah Remaja SMPN 2 Pamulang.
2006: Anggota Paskibraka SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
6
V.
PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 24 November 2002 : Kursus Bahasa Inggris New Concept English
Education Centre Level Introduction.
2. 21Desember 2003 : Kursus Bahasa Inggris New Concept English
Education Centre Level Pre Beginner.
3. 20 Mei 2010
: Seminar Nasional Insurance Goes To Campus
“Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”.
4. 11 Juni 2010
: Public Discussion “Membangun Brand Image
Melalui Strategi Public Relation dan Event”
5. 03 Agustus 2010
: Mata Kuliah Praktikum Qira`at dan Ibadah.
6. 10 Mei 2011
: CAFTA dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan
dalam MenghadapiPerekonomian Global”.
7. 8 Juni 2012
: A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal”
Basic Training of Fundamental & Technical
Analysis.
8. 3 September 2012 : Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT)/
Magang
7
PREDICTION BANKRUPTCY IN SECTOR PROPERTY AND REAL
ESTATE WHICH LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE: USING
DISCRIMINANT ANALYSIS AND LOGISTIC REGRESSION PERIOD
2007-2010
ABSTRACK
This research objective is to predict the bankruptcy in sector property and
real estate which listed in Indonesia stock exchange: using discriminant
analysis and logistic regression period 2007-2010. Sampling methods used in
the research was purposive sampling. The hypothesis examination is tested by
discriminant analysis and logistic regression analysis to determine significant
differences in financial ratios such as current ratio, leverage ratio, net profit
margin, debt to equity, operating profit margin, total asset turnover to
distinguish a group of companies that are considered insolvent andnot
statistically bankrupt on listed companies in Indonesia stock exchanges in
sector property and real estate during the period of 2007-2010. The data source
of this research come from Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
The result of this research showed that the methodology using
Discriminant analysis and Logistic Regression Analysis where the accuracy of
the models was 64.35% and 66.2 %. In the logistic regression showed that the
significant debt to equity that could affect the company's bankruptcy prediction
Property and Real Estate sector in the period 2007 to 2010. As for the second
discriminant variable for financial ratio variables can beused that debt to
equity. The significant level used in this research is 5%
Key words: bankruptcy, current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to
equity, operating profit margin, total asset turnover, logistic regression.
discriminant analysis.
.
8
PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PROPERTY AND REAL
ESTATEYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA :
MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS, DAN REGRESI
LOGISTIKPERIODE 2007-2010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan di sektor
properti and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia: menggunakan
analisis diskriminan dan regresi logistik periode 2007-2010. Metode sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengujian
hipotesis diuji dengan analisis diskriminan dan analisis regresi logistik untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan dalam rasio keuangan seperti current,
rasio leverage, net profit margin, debt to equity, operating profit margin, total
assets turnover untuk membedakan kelompok perusahaan yang dianggap
bangkrut dan tidak bangkrut secara statisik pada perusahaan yang terdaftar di
bursa efek Indonesia dalam sektor property dan real estate selama periode 20072010. Sumber data penelitian ini berasal dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD).
Hasil penelitian ini menunjukan tingkat keakuratan penggunaan metode
Discriminant Analysis dan Regresi Logistik adalah sebesar 64.35% dan 66.2%.
Pada regresi logistik menunjukkan bahwa yang signifikan yaitu debt to equity
yang dapat mempengaruhi prediksi kebangkrutan perusahaan pada sektor
property and real estate periode tahun 2007 sampai dengan 2010. Sedangkan
untuk metode Discriminant Analysis menunjukkan variabel rasio keuangan yang
signifikan adalah debt to equity. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 5%.
Kata kunci :kebangkrutan , current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to
equity, operating profit margin, total asset turn over, regresi logistik.
diskriminan analisis.
9
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat hidayah dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Prediksi Kegagalan PadaSektorProperty And Real Estate Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant Analysis, Regresi
LogistikPeriode 2007-2010”. Penyususnan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Keuangan.
Pada kesempatan kali ini penyususn meyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
pengarahan, bimbingan serta memberikan dukungan semangat sehingga dapat
diajukan dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Allah SWT, Alhamdulillah yang selalu memberikan penulis kemudahan.
Terimakasih atas jalan terbaik-Nya.
2. Bapak Yeye Use dan Ibu Minarsyah selaku orang tua yang tidak pernah
berhenti membimbing dan memanjatkan do`a serta selalu mengiringi
langkahku dengan penuh keikhlasan. Karena restu merekalah penyusun
dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk saudaraku Maya Lestari yang
selalu memberikan semangat agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, arahan kepada penulis dengan tegas dan
bijaksana sehingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dito Rinaldo, SE.,MM selaku pembimbing II, yang telah banyak
membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada
penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.
10
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan FEB UIN Jakarta, yang
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
7. Maulana Fattah yang selalu sabar dan tidak bosan untuk mendengar segala
keluh kesah yang dihadapi, serta terimakasih atas semangat dan
dukungannya yang diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman Manajemen A : Yessika Al Istiqomah, Ati Astuti, Rizanty
Amanda, Tsurumi Bunga, Selfi Stefani, Raissa Andrawina, Suci Ramida
dan Tria Raina Pangestu yang selalu memberikan warna kehidupan, dan
memberikan masukan selama hampir 3 tahun kita bersama dan selebihnya
sudah jarang bertemu. Walaupun begitu kita akan selalu berteman.
9. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi Ika Wulandari,
Fitria Saraswati, Ade Tiyar, dan Dety Inayati yang telah memberikan
dukungan serta semangat saat penulis menghadapi kesulitan.
10. Kepada semua pihak-pihak yang telah banyak membantu dari awal hingga
skripsi ini selesai dengan baik, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak segala
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua saran dan
kritik dari pembaca akan diterima guna memperbaiki dan mengembangkan
penelitian ini.
Wassaluamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Mei 2013
Penyusun
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTARGAMBAR........................................................................................xvi
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LatarBelakang .......................................................................... 1
B. PerumusanMasalah .................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 15
A. Laporan Keuangan ...................................................................... 15
1. Jenis Laporan Keuangan ....................................................... 17
2. Tujuan Laporan Keuangan .................................................... 22
3. Keterbatasan Laporan Keuangan .......................................... 24
4. Analisis Rasio Keuangan ...................................................... 25
5. Keterbatasan dari Analisis Rasio .......................................... 30
B. Teori Kebangkrutan .................................................................... 31
1.
Pengertian Financial Distress ..............................................33
2.
Faktor-faktor Penyebab Kegagalan ......................................39
3.
Masalah Keuangan Tanpa Kebangkrutan.............................42
4.
Pengertian Multiple Discriminant Analysis ..........................43
5.
Pengertian Regresi Logistik .................................................45
12
C. Penelitian Terdahulu .................................................................48
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................52
E. Hipotesis Penelitian...................................................................53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 56
A. RuangLingkupPenelitian ............................................................. 56
B. Metode Pengambilan Sampel...................................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 59
D. Metode Analisis Data ................................................................. 60
1. Pengujian Statistik Deskriptif ............................................... 60
2. Uji Asumsi Diskriminan ........................................................ 61
3. Independent Sample t-Test .................................................... 62
4. Uji Linearitas ......................................................................... 63
5. Analisis Diskriminan ............................................................. 63
6. Analisis Regresi Logistik ...................................................... 66
E. Variabel Operasional ................................................................... 70
1. Variabel Dependen ................................................................. 70
2.
Variabel Independen ............................................................. 71
a. Current Asset ................................................................... 71
b. Leverage Ratio ................................................................. 71
c. Net Profit Margin ............................................................ 72
d. Debt to Equity .................................................................. 72
e. Operating Profit Margin ................................................. 72
f. Total Assets Turnover ...................................................... 73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 74
A. GambaranUmum Pasar Modal .................................................... 74
B. Hakikat Pasar Modal ................................................................... 75
C. Pengembangan Pasar Modal ........................................................ 77
D. Gambaran Umum Aktivitas Industri Real Estate ........................ 81
E. Metode Analisis Data................................................................... 82
1. Statistik Deskriptif ................................................................... 82
2. Uji Asumsi Diskriminan .......................................................... 84
13
3. Analisis Diskriminan ............................................................... 87
4. Analisis Regresi Logistik ........................................................ 95
5. Ketepatan Dalam Model Prediksi ............................................ 97
6. Ketepatan Cox & Snell`s R Square and Negelkerke ................ 98
7. Uji Chi-square ......................................................................... 99
8. Ketepatan Prediksi Regresi Logistik ....................................... 100
9. Variabel in the Equation ......................................................... 101
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 107
A. Kesimpulan .................................................................................. 107
B. Implikasi & Saran ........................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Net Profit Margin Perusahaan Property and Real Estate ............ 7
2.1
Titik cut-off points Altman ......................................................... 44
2.2
Penelitian Terdahulu ................................................................... 48
3.1
Sampel Perusahaan yang diteliti ................................................. 58
4.1
Pergerakan Pasar Modal di Dunia ............................................. 80
4.2
Perkembangan Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia .. 81
4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................... 83
4.4
Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ..................... 84
4.5
Hasil Uji Independent Sample t-Test ......................................... 85
4.6
Hasil Uji Linearitas.................................................................... 86
4.7
Analysis Case Procassing Summary ......................................... 87
4.8
Hasil Uji Test Of Equality Of Group Means ............................. 88
4.9
Variables Entered ...................................................................... 91
4.10
Wilks` Lambda ......................................................................... 91
4.11
Eigenvalues
4.12
Canonical Discriminant Function Coefficients ......................... 93
4.13
Penentuan titik cut-off................................................................ 94
4.14
Hasil Ketepatan Prediksi Model MDA...................................... 95
4.15
Hasil Uji Procassing Summary ................................................. 96
4.16
Hasil Uji Variabel Dependen ..................................................... 96
4.17
Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan (blok 0) .................... 97
4.18
Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan (blok 1) .................... 98
4.19
Hasil Cox & Snell`s and Negelkerke R Square.......................... 99
4.20
Hasil Uji Chi-Square ................................................................. 100
4.21
Hasil Prediksi Model Regresi Logistik ...................................... 100
4.22
Hasil Variables Uji Equation .................................................... 101
......................................................................... 92
15
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Tahap Financial Distress .......................................................... 37
4.2
Kerangka Pemikiran .................................................................. 52
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Selama ini, perusahaan didirikan tidak luput dari harapan pemilik
bahwa perusahaan akan tetap eksis dalam jangka waktu yang lama. Hal
tersebut sesuai dengan asumsi going concern yang dianut oleh standar
akuntansi. Tetapi asumsi tersebut tidak selamanya benar. Perusahaan pada
suatu titik tertentu bisa mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan yang
dialami perusahaan dapat mengakibatkan kerugian bagi banyak pihak.
Maka dari itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk memprediksi
kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kenyataannya, banyak perusahaan
yang diprediksi mengalami penurunan masih tetap eksis sampai sekarang.
Bahkan laporan keuangan mereka menunjukkan adanya peningkatan
prospek usaha yang dinyatakan sehat. Hal ini membuat ragu apakah
laporan keuangan itu menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya
(Agnes Widyaningdyah, 2009 : 19-20).
Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan
dalam menjalankan usahannya, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan
aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi dan
potensi kebangkrutan yang akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi
suatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan
terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan yang mengalami masalah
keuangan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan melakukan
17
pinjaman dan penggabungan usaha, atau sebaliknya ada yang menutup
usahanya (Wahyu Widarjo, 2009 : 108).
Kesulitan keuangan merupakan istilah dalam keuangan perusahaan
yang dipakai untuk menunjukkan kondisi dari harapan yang dapat
diberikan
kepada
kreditur
sebuah
perusahaan
ketika
perusahaan
menghadapi resiko kegagalan atau ditimpa kesulitan keuangan. Kadangkadang kesulitan keuangan dapat mendorong kearah kebangkrutan.
Kesulitan keuangan biasanya berasosiasi dengan berbagai biaya yang
dipikul perusahaan dan ini dikenal sebagai biaya dari kesulitan keuangan
(Haming & Imaduddin, 2011 : 24).
Kebangkrutan perusahaan dapat mempengaruhi yang memiliki
kepentingan dalam perusahaan termasuk para pemegang saham, pemasok,
kreditur pelanggan, karyawan, dan manajemen perusahaan itu sendiri.
Dalam insiden kebangkrutan perusahaan khususnya pada perusahaan yang
memperkerjakan banyak orang dapat secara signifikan mempengaruhi
mata pencaharian banyak orang dan perekonomian di mana perusahaan
tersebut berlokasi. Pemegang saham dan investor dapat menderita
kerugian ekonomi yang besar karena mereka adalah pihak terakhir yang
berkepentingan untuk melunasi dalam masalah likuidas perusahaan (Yap
et.al, 2012 : 332).
Pada prinsipnya kebangkrutan hanyalah mekanisme hukum yang
mengizinkan kreditor (yaitu, peminjam) mengambil alih perusahaan ketika
penurunan nilai asetnya memicu kegagalan pembayaran utang yang ada.
18
Jika perusahaan tidak membayarkan utangnya, perusahaan diambil alih
oleh kreditor, yang menjadi pemilik baru; pemegang saham lama tidak
mendapat apa-apa. Kebangkrutan bukan penyebab penurunan nilai
perusahaan. Kebangkrutan merupakan hasil penurunan nilai perusahaan
(Brealey et.al, 2008 : 19).
Selain itu, perekonomian Indonesia dinilai paling rentan terhadap
tekanan efek perekonomian terlalu panas atau overheating dan masuk
jebakan negara berpendapatan menengah alias middle income trap. Hal ini
dipengaruhi tingginya aktivitas kredit yang sebagian besar bersifat
konsumtif dan tingginya konsumsi domestik. Ketahanan Indonesia
terhadap perlambatan ekonomi global dan domestik telah menjadi magnet
bagi investasi asing dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ekspor yang
lemah telah menekankan kuartal keempat produk domestik bruto (PDB)
sebesar 6,1 persen dari tahun lalu, lebih lemah dari yang diharapkan.
Middle income trap merupakan istilah bagi negara yang berpendapatan
menengah alias middle-income economies (MIE) yang terjebak diposisinya
yang tidak bisa melakukan lompatan untuk masuk menjadi negara baru.
Dengan kata lain, suatu negara telah mencapai suatu level pendapatan
perkapita tertentu yang relatif makmur, namun tidak mampu lagi
mempertahankan momentum pertumbuhan yang tinggi. Karena itu, negara
itu tak kunjung naik level masuk jajaran negara maju (Koran
Jakarta/Rabu,1 Mei 2013).
19
Sedangkan penelitian mengenai kebangkrutan pernah dilakukan
oleh Luciana dan Kristijadi (2003) menunjukkan bahwa rasio-rasio
keuangan dapat digunakan dalam memprediksi financial distress suatu
perusahaan. Rasio keuangan yang paling dominan dalam penelitian ini
adalah
net income to sales (NI/S), current liabilities to total assets
(CL/TA), current asset to current liabilities (CA/CL). Dari hasil
persamaan logit ini juga diketahui bahwa variabel net income to sales
(NI/S) signifikan pada tingkat 5%. Koefisien regresi untuk variabel NI/S
sebesar -42.9435 dan bertanda negatif, yang menunjukkan bahwa variabel
NI/S berpengaruh negatif terhadap financial distress suatu perusahaan.
Variabel CL/TA signifikan pada tingkat 10%. Koefisien regresi untuk
variabel CL/TA sebesar -6.2406 dan bertanda negatif, yang menunjukkan
bahwa variabel CL/TA berpengaruh negatif terhadap financial distress
suatu perusahaan. Variabel CA/CL signifikan pada tingkat 5%. Koefisien
regresi untuk variabel CA/CL sebesar -10.2834 dan bertanda negatif, yang
menunjukkan bahwa variabel CA/CL berpengaruh negatif terhadap
financial distress suatu perusahaan. Variabel GROWTH NI/TA signifikan
pada tingkat 5%. Koefisien regresi untuk variabel GROWTH NI/TA
sebesar 0.5076 dan bertanda positif, yang menunjukkan bahwa variabel
GROWTH NI/TA berpengaruh positif terhadap financial distress suatu
perusahaan. Sedangkan variabel NFA/TA tidak signifikan baik pada
tingkat 5% ataupun 10%.
20
Bi-Huei Tsai (2012) sampel penelitian yang digunakan terdiri dari
perusahaan Taiwan yang terdaftar termasuk industri keuangan karena sifat
yang berbeda, dan perusahaan tanpa data yang memadai. Data pada tahun
2003 sampai 2006 sampel pelatihan, sedangkan data tahun 2007 dan 2008
adalah sampel uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
perkiraan dari model multinomial logit, yang mengklasifikasikan peristiwa
kegagalan perusahaan sebagai perusahaan yang sedikit tertekan dan
kebangkrutan
dan
reorganisasi
perusahaan,
tidak
lebih
akurat
dibandingkan model logit biner yang mengkategorikan baik perusahaan
yang sedikit-tertekan dan perusahaan kebangkrutan dan reorganisasi
sebagai kegagalan perusahaan.
Wang dan Michael (2010) penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan model Ohlson, sampel data yang diteliti yaitu perusahaanperusahaan China yang go public dan mencangkup kisaran 11 tahun
(1998-2008). Prediksi model tingkat akurasi pada umumnya diatas 95%
tergantung titik cut off yang akan dipilih. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah TLTA, WCTA, CLCA, OENEG. Hasilnya
menunjukkan bahwa OENEG (jika total kewajiban melebihi total asset
maka nilainya 1,0 sebaliknya) dan INTWO (jika laba bersihnya negatif
selama dua tahun terakhir maka nilainya 1,0 sebaliknya) adalah dua
variabel yang paling berpengaruh dalam prediksi kegagalan dan signifikan
pada P < 0 .01.
21
Rayenda K. Brahmana (2007) penelitian yang digunakan
merupakan perusahaan manufaktur Indonesia. Sampel yang digunakan
adalah perusahaan yang delisting dari Bursa Efek Jakarta pada periode
2000-2003 dan semua perusahaan manufaktur yang terdaftar hingga saat
ini. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
keuangan disesuaikan memiliki tinggi daya klasifikasi dari rasio industri
relatif. Sorot penting lainnya adalah reputasi auditor memiliki hubungan
signifikan terhadap kondisi financial distress. Sebagai kesimpulan, ada 1%
dari perusahaan manufaktur Indonesia yang menunjukkan kondisi
financial distress. Pemegang Saham, Investor, Kreditor dan manajemen
harus memperhatikan fenomena ini.
Khania Vissiani Amrullah (2010) yaitu prediksi financial distress.
Hasil penelitian ini variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress yaitu Working Capital/Total Assets, Total Equity/Total
Asstes, Net Income/Total Assets, dan Total Liabilities/Total Assets.
Andi Pradana (2011) yaitu peranan analisis rasio keuangan model
Altman, Springate, dan Zmijewski penerapannya pada perusahaan
property dan real estate di BEI dari penelitian tersebut dalam model
Altman yang paling dominan dalam membedakan perusahaan yang sehat
dan tidak sehat berdasarkan hasil standartdized canonical discriminant
function coefficients yaitu rasio retained earnings to total assets (RETA),
pada model Foster yaitu rasio time interest expense (TIE), pada model
22
Springate yaitu rasio working capital to total asset (WCTA), dan pada
model Zmijewski yaitu rasio net income to total assets (NITA).
Analisa laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk
memprediksi kebangkrutan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar
untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio–rasio keuangan
yang ada. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktivanya, keefektifan
penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai,
beban-beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang
akan dialami (Brahmana, 2008:3). Dibawah ini merupakan data survey
untuk perusahaan sektor property and real estate.
Tabel 1.1
Net Profit Margin Perusahaan Property and Real Estate Tahun 2007-2010
KODE
ASRI
BAPA
BCIP
BSDE
COWL
CTRA
CTRP
DART
DGIK
DILD
DUTI
ELTY
GMTD
GPRA
JRPT
LAMI
LPCK
LPKR
2007
0.07
0.02
6.31
0.07
0.09
0.12
0.27
0.21
0.08
0.08
0.05
0.17
0.13
0.09
0.21
0.03
0.07
0.17
2008
0.14
0.01
6.38
0.16
0.08
0.16
0.58
0.27
0.04
0.04
0.04
0.26
0.13
0.04
0.23
0.08
0.05
0.15
2009
0.23
0.14
11.65
0.24
0.14
0.1
0.22
0.1
0.05
0.07
0.21
0.13
0.21
0.1
0.29
0.09
0.08
0.15
2010
0.38
0.23
22.14
0.16
0.08
0.15
0.44
0.08
0.05
0.42
0.27
0.13
0.23
0.11
0.34
0.15
0.16
0.17
23
MDLN
MKPI
PJAA
PNSE
PSAB
PUDP
SMRA
SSIA
Maks
Min
Rata
0.11
0.01
0.01
0.15
40.99
43.11
34.74
37.01
18.46
15.48
15.29
15.38
0.1
0.13
0.17
0.15
0.02
0.01
0.01
0.01
0.1
0.08
0.12
0.17
0.16
0.07
0.14
0.14
0.01
-0.01
0.01
0.07
40.99
43.11
34.74
37.01
0.01
-0.01
0.01
0.01
2.622692 2.604615 2.488077 3.029615
Sumber : Olah data ICMD 2011
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi dari
keseluruhan tahun yaitu tahun 2010 dengan nilai rata-rata sebesar
3.029615 hal ini sama dengan yang dimiliki Badan Pusat Statistik,
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4,5% atau
turun sebesar 1,6% dari tahun 2008. Kondisi pertumbuhan ekonomi makro
yang
membaik
mulai
semester
pertama
2010
ditandai
dengan
meningkatnya PDB semester pertama yang mencapai 5,8%. Hal ini
tampak pada mulai menguatnya ekonomi dan meningkatnya daya beli
masyarakat. Berdasarkan indikator ekonomi di atas, analis memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan bisa
mencapai 5,5% - 6,0%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga didorong
oleh meningkatnya nilai ekspor dan derasnya arus investasi yang masuk ke
Indonesia sepanjang awal tahun 2010. Iklim investasi yang semakin
kondusif di Indonesia pada tahun 2010 merupakan salah satu faktor
pendukung lainnya. Berdasarkan indikator tersebut, Analis memperkirakan
24
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan akan
mencapai 6,0 - 6,4% dan tingkat inflasi diperkirakan sebesar 6%, BI Rate
sebesar 6,5% dan kurs rupiah terhadap dollar diperkirakan akan stabil pada
Rp 9.000 s/d Rp 9.500. (www.bisnisrumah.co.id/newsbisnisproperti/2010).
Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti perusahaan pada
sektor property and real estate, jika dilihat dari net profit margin pada
perusahaan sektor property and real estate dari tahun 2007 sampai dengan
2010. Objek penelitian ini adalah seluruh pada perusahaan sektor property
and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007
sampai dengan 2010. Disini penulis memilih pada perusahaan sektor
property and real estate untuk dijadikan sampel penelitian ini karena
perkembangan bisnis property di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan
memuncak di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik,
Jakarta termasuk menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property
(Tempo.com, 6/12/12). Alasan lainnya yang mendukung tumbuh pesatnya
bisnis property di Indonesia juga dilontarkan oleh seorang pengamat
property,
Panangian
Simanungkalit
(Kompas.com,
20/01/12).
Ia
menyatakan terdapat 3 alasan yang menjadikan investasi property di
Indonesia menjadi yang terbaik di dunia. Pertama, BI Rate yang
turun menjadi 6% pada November 2011 dan sekarang bertahan di angka
5,7% merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah. Kedua, masih
terdapat sekitar 14 juta dari 61 juta keluarga yang belum memiliki rumah
dengan permintaan 900.000 unit pertahun. Ketiga, semua segmen pasar
25
property di Indonesia terbuka sebagai lahan investasi termasuk ke pasar
kelas paling bawah.melihat siklus perkembangan beberapa produk properti
saat ini diketahui arah perkembangannya kedepan sangat diperkirakan
lebih positif
karena pertambahan penduduk di Indonesia yang tinggi
menyebabkan kebutuhan hunian yang akan terus meningkat dan akan
semakin tinggi persaingan antar perusahaan maka akan mengakibatkan
semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Apabila
usaha tersebut gagal dalam arti kalah dalam persaingan maka perusahaan
tersebut
akan
mengalami
kerugian,
yang
pada
akhirnya
akan
memperngaruhi keuangan perusahaan yang akan menyebabkan perusahaan
tersebut mengalami financial distress.
Berdasarkan latar belakang mengenai prediksi kebangkrutan
peneliti tertarik untuk meneliti tentang kebangkrutan dengan menggunakan
rasio-rasio
keuangan
berdasarkan
penelitian-penelitian
terdahulu.
Penelitian ini dilakukan selama periode 4 tahun pada perusahaan yang
tidak mengalami kebangkrutan dan yang mengalami kebangkrutan. Rasio
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian
terdahulu. Dan pada perusahaan sektor property and real estate yang akan
diteliti
sebagai
perusahaan
yang
mengalami
kebangkrutan
yaitu
perusahaan yang memiliki net income (laba bersih) negatif dan tidak
melakukan pembayaran deviden selama dua tahun berturut-turut pada
tahun 2007 sampai dengan 2010 sebagai perusahaan yang mengalami
kebangkrutan diproksikan dengan nilai 0 dan perusahaan yang mengalami
26
kebangkrutan diproksikan dengan nilai 1 dengan indikasi : Beberapa tahun
mengalami laba bersih operasi (net operating income negatif) dan selama
lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan
oleh Almilia dan Kristijadi (2003). Dengan adanya pernyataan-pernyataan
diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Prediksi Kegagalan Pada Perusahaan Sektor Property and Real Eestate
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia: Menggunakan Multiple
Discriminant Analysis, dan Regresi Logistik Periode 2007-2010”.
27
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang yang telah dijelaskan di atas dalam
penelitian
ini
peneliti
ingin
menemukan
bukti
empiris
dengan
menggunakan rasio keuangan. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1.
Apakah model prediksi kebangkrutan Multiple Discriminant
Analysis, dan Regresi Logistik, dapat mengetahui terjadinya
kebangkrutan pada perusahaan sektor property and real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).
2.
Berapakah tingkat akurasi/ketepatan pada metode Multiple
Discriminant Analysis, dan Regresi Logistik pada perusahaan
sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode (2007-2010).
3.
Manakah variabel yang signifikan dalam analisis prediksi
kebangkrutan metode Multiple Discriminant Analysis, dan
Regresi Logistik, pada pada perusahaan sektor property and
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
(2007-2010).
28
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan penulis untuk penelitian ini
berdasarkan rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
1.
Untuk
menganalisis
dengan
menggunakan
metode
kebangkrutan Multiple Discriminant Analysis dan Regresi
Logistik agar dapat mengetahui terjadinya kebangkrutan
dimana tingkat akurasi metode Regresi Logistik sektor
property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode (2007-2010).
2.
Untuk menganalisis tingkat akurasi/ketepatan pada metode
Multiple Discriminant Analysis dan Regresi Logistik pada
perusahaan sektor property and real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).
3.
Untuk mengetahui variabel yang signifikan dalam analisis
prediksi kebangkrutan pada metode Multiple Discriminant
Analysis dan Regresi Logistik pada perusahaan sektor property
and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
(2007-2010).
Adapun manfaat dari penelitian ini yang diharapkan dari tujuan
peneliti yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan dari teori-teori yang didapat peneliti di
bangku kuliah dan mata kuliah yang sudah pernah diberikan
29
oleh dosen khususnya pada teori analisis kebangkrutan suatu
perusahaan dan sebagai pengetahuan tambahan bagi peneliti di
bidang manajemen keuangan
2. Bagi Pemberi pinjaman (seperti pihak Bank).
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil
keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian
bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
3. Bagi Investor.
Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan
model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi
kemungkinan tersebut.
4. Bagi Pihak Lain.
Sebagai bahan referensi untuk karya ilmiah atau penelitian yang
dilakukan selanjutnya.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi
keuangan yang menyajikan berbagai informasi tentang aktivitas ekonomi
suatu perusahaan. Informasi tersebut ditunjukkan bagi semua pihak, baik
ekstren maupun intern, pihak ekstren perusahaan adalah pihak luar yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak ekstren terdiri atas para
pemegang saham, investor yang ingin menanamkan sahamnya dalam
perusahaan, dan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan untuk
kepentingannya. Setiap pihak memiliki kepentingan yang berbeda terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan keuangan perlu
didasarkan pada konsep dasar dan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) sebagai organisasi profesi
akuntan telah menyusun SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang
menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan
menggambarkan posisi keuangan perusahaan, pencapaian kinerja, dan
perubahan permodalan perusahaan selama periode berjalan. Laporan
keuangan merupakan salah satu sumber informasi utama dan penting bagi
investor dalam proses pengambilan keputusan investasi dimasa depan.
PSAK No. 1 (Revisi 1998) menyatakan bahwa:
tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
31
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka (IAI, 2002 : 1-2).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik
perusahaan yang memberikan informasi tentang aktivitas ekonomi
perusahaan selama satu periode tertentu dan merupakan salah satu sumber
informasi utama dan penting bagi para pengguna laporan dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi (Mustika Diah, 2008 : 7-8). Laporan
keuangan adalah sebagai alat yang paling baik untuk menyajikan kinerja
keseluruhan perusahaan, laporan keuangan yang sering digunakan sebagai
alat peringatan dan penilaian marabahaya keuangan (Shih, Kuang et.al,
2011 : 55).
Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi
manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang
memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat
oleh perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para
supplier. Ada beberapa pengertian laporan keuangan dari para ahli
diantaranya. Menurut Kieso, et.al (2008 : 2) laporan keuangan merupakan
sarana pengkomukasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak
diluar korporasi. Laporan keuangan (financial statement) yang sering
disajikan adalah neraca, laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas
pemilik atau pemegang saham dan catatan atas laporan keuangan atau
32
pengungkapan juga merupakan bagian intergral dari setiap laporan
keuangan.
Menurut Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau
jangka waktu tertentu. Laporan keuangan yang akan menjadi bahan sarana
informasi (screen) bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dapat mengambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil
usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan
dalam periode tertentu. Dari laporan keuangan, akan tergambar kondisi
keuangan suatu perusahaan khususnya untuk mengantisipasi sinyal
financial distress.
1. Jenis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi
yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping
informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa
pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam
laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan
Laba-Rugi, (3). Laporan Aliran Kas. Di samping ketiga laporan pokok
tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba yang
ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak
manajemen.
33
a.
Neraca
Salah satu tujuan pelaporan keuangan biasanya dikatakan untuk
membantu investor, kreditur, dan pihak-pihak lain menaksir besar,
waktu (timing), serta tingkat ketidakpastian aliran kas suatu
perusahaan atau entitas. Tujuan yang lebih spesifik adalah untuk
memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban,
modal sendiri dari suatu entitas atau perusahaan.informasi tersebut
diringkas dalam neraca. Neraca dengan demikian meringkaskan posisi
keuangan
suatu
perusahaan
pada
tanggal
tertentu.
Neraca
menampilkan sumber daya ekonomis (aset), kewajiban ekonomis
(hutang), modal saham, dan hubungan antaritem tersebut. Neraca juga
menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban
(utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya
neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis)
harta, utang, dan modal perusahaan (Kieso et.al, 2008 : 190).
Neraca (balance sheet) melaporkan aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal tertentu. Neraca
menggambarkan posisi keuangan. Dengan menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat
dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas, struktur
modal,
dan
efisiensi
perusahaan,
serta
menghitung
tingkat
pengembalian aktiva atas laba bersih (Hery, 2009 : 158).
34
Necara memperlihatkan gambaran tentang aktiva dan sumbersumber keuangan untuk membeli aktiva tersebut pada suatu saat.
Neraca terdiri atas 2 sisi: (1) aktiva yang menunjukkan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan, dan (2) pasiva yang menunjukkan dari mana
dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Sisi aktiva terdiri atas aktiva
lancar (current assets) dan aktiva tetap (fixed assets). Sisi pasiva terdiri
atas hutang lancar (current liabilities), hutang jangka panjang (longterm debt) dan modal sendiri pemegang saham (shareholders equity)
(Atmaja, 2008 : 411).
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba-rugi (income statement), yang sering disebut
statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu
tertentu. Kegunaan laporan laba-rugi untuk membantu pemakai laporan
keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara
(Kieso et.al, 2008 : 140).
Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama
jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapsot,
Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh
tertentu.Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh
dan jumlah biaya yang dikeluarkan (Hanafi & Halim, 2009 : 15).
35
Menurut Brealey, et.al (2008 : 61) laporan laba rugi merupakan
laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban, dan laba
bersih perusahaan selama periode tertentu.
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang
menyajikan ukuran keberhasilan operasi perusahaan selama periode
waktu tertentu. Lewat laporan laba rugi, investor dapat mengetahui
besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan investee. Lewat laporan
laba rugi, kreditur juga dapat mempertimbangkan kelayakan kreditur
debitur. Penetapan pajak yang nantinya akan disetorkan ke kas negara,
juga diperoleh berdasarkan jumlah laba bersih yang ditunjukkan lewat
laporan laba rugi. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen
dalam menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditur, deviden
investor, dan
pajak pemerintah. Informasi laba juga dapat dipakai
untuk mengestimasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
di masa yang akan datang (memprediksi atau menafsir earning power),
menafsir resiko dalam berinvestasi, dan lain-lain (Hery, 2009 : 100).
c.
Laporan Arus Kas
Fokus utama dari laporan keuangan adalah laba, dan informasi
mengenai laba merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas di masa yang
akan datang (Hery, 2009 : 201). Laporan arus kas dibutuhkan karena :
36
1. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya.
2. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaa selama periode
tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.
3. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas
perusahaan di masa mendatang.
Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk maupun arus kas
keluar perusahaan selama periode. Laporan arus kas ini memberikan
informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi
kewajiban, dan membayar deviden. Laporan arus kas digunakan oleh
manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah
berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di
masa yang akan datang. Laporan arus kas yang digunakan oleh kreditur
dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan). Dalam laporan arus
kas, penerimaan dan pembayaran kas dikualifikasikan menurut tiga
kategori utama, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan
(Hery, 2009 : 203).
PSAK No. 2 mengharuskan penyajian laporan arus kas sebagai tak
terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian.
Dalam hal ini arus kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan (IAI, 2002 : 2-1). Informasi dalam laporan arus
37
kas dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama sehingga
meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
perusahaan (Mustika Diah, 2008 : 10).
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan
penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu
periode waktu. Terdapat perbedaan antara arus kas dengan penghasilan
yang ada di laporan rugi laba. Perbedaan ini terjadi karena: (1) Laporan
rugi laba tidak mencatat pengeluaran modal sebagai biaya pada tahun
dimana terjadi pengeluaran, tetapi di bagi-bagi dalam bentuk biaya
depresiasi, dan (2) Laporan rugi laba menggunakan konsep accrual
accounting dimana pendapatan dan biaya dicatat saat terjadi, bukan saat
akan diterima atau dibayar (Atmaja, 2008 : 414).
2. Tujuan Laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat
sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat
beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan
manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan
disusun
guna
memenuhi
kepentingan
berbagai
pihak
yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Secara umum laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan,
baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.Laporan keuangan
38
juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan
maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar
perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini
beberapa tujuan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :
a.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
d.
Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e.
Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang
terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f.
Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan
dalam suatu periode.
g.
Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan
keuangan.
h.
Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan,
akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja,
39
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan
melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan (Kasmir, 2012 :
10-11).
Menurut Harahap (2010 : 136) laporan keuangan menunjukkan
apa
yang
telah
dilakukan
manajemen
(stewardship),
atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi.
3. Keterbatasan Laporan Keuangan
Dalam praktiknya hal-hal dan jumlah-jumlah yang dilaporkan
dalam neraca belum tentu menunjukkan nilai yang realisasi (likuiditas),
Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan tidak terlepas
dari pendapat pribadi, baik oleh manajemen maupun akuntan. Laporan
keuangan juga bukan laporan final dan sifatnya hanya sementara waktu
saja. Anggapan yang digunakan bahwa perusahaan akan berjalan terus
sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis, harga
perolehan dan pengurangan aktiva tetap berdasarkan akumulasi
penyusutannya yang mengakibatkan angka atau jumlah yang tertera
dalam laporan keuangan terlihat pasti. Laporan keuangan belum
dikatakan
mencerminkan
keadaan
keuangan
perusahaan
secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak
40
tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Berikut ini beberapa
keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan.
a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah
(historis), di mana data-data yang diambil dari masa lalu.
b. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang,
bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
c. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
situasi ketidak pastian.
e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut
pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang
terjadi bukan kepada sifat formalnya.
Ketebatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai
keuangan secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar
dapat menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun
perubahan berbagai kondisi dari berbagai sektor terus terjadi (Kasmir,
2012 : 15-17).
4. Analisis Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne
merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.Rasio
keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
41
perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan
perusahaan yang bersangkutan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk
menilai kinerja manajemen dalam satu periode apakah mencapai target
seperti yang telah ditetapkan (Kasmir, 2012 : 104).
Rasio keuangan adalah angka yang dperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.Rasio keuangan ini
hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita
dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2010 : 279).
Rasio keuangan telah digunakan untuk membandingkan data
keuangan perusahaan di berbagai titik dalam waktu atau dengan
perusahaan lain. Mereka sering digunakan untuk memberikan petunjuk
untuk sejumlah pertanyaan concering kesehatan keuangan perusahaan.
Secara umum, rasio keuangan memberikan informasi tentang
profitabilitas, leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan. Rasio
profitabilitas membantu memberikan petunjuk untuk perusahaan
kemampuan untuk menghasilkan keuntungan per setiap unit penjualan.
Rasio leverage memberikan informasi mengenai sejauh mana perusahaan
mendanai investasi dengan menggunakan dana dari sumber selain
pemilik perusahaan. Rasio likuiditas memberikan indikasi apakah
42
perusahaan memiliki kas yang cukup atau uang tunai dekat untuk
membayar kewajibannya pada saat jatuh. Rasio efisiensi membantu
untuk menentukan sejauh mana perusahaan menggunakan sumber
dayanya untuk menghasilkan penjualan (Sulaiman et.al, 2001 : 100).
Hanafi & Halim (2009 : 79) mengkatagorikan analisis rasio kedalam
lima kelompok :
a.
Rasio Likuiditas, mengukur kemampuan likuiditas jangka
pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relative terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini
merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas terbagi
menjadi dua bagian :
1) Rasio Lancar, merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dengan hutang lancar.
2) Rasi
cepat
(quick),
dihitung
dengan
mengurangkan
persediaan dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya
dengan hutang lancar.
b.
Rasio Aktivitas, rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian
menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut
pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio ini juga mengukur seberapa
efektif
perusahaan
menggunakan
sumber-sumber
daya
perusahaan. Rasio aktivitas meliputi: perputaran piutang,
perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap dan perputaram
total aktiva.
43
c.
Rasio Solvabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya
lebih besar dibandingkan total assetnya. Rasio Solvabilitas
terdiri dari :
1) Total debt to total assets, mengukur presentasi penggunaan
dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total
hutang dengan total aktiva.
2) Debt equity ratio, perbandingan antara total hutang dengan
modal.
3) Time interest earned, dihitung dengan membagi laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga.
Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa
menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
membayar bunga tahunan.
d.
Rasio Profitabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan
keuntungan
(profitabilitas)
pada
tingkat
penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu atau digunakan
untuk mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan
sehingga menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri
dari :
1) Profit margin and sale, dihitung dengan cara membagi laba
setelah pajak dengan penjualan.
44
2) Return on total asset, perbandingan antara laba setelah
pajak
dengan
total
aktiva
guna
mengukur
tingkat
pengembalian.
3) Return on net worth, perbandingan antara laba setelah pajak
dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan
investasi pemilik modal sendiri.
e.
Rasio Pasar, rasio yang mengukur harga pasar relative terhadap
nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan
sudut pandang investor atau mengukur kemampuan perusahaan
dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan
calon investor. Rasio pasar terdiri dari :
1) Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan
laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari rasio
industri sejenis, bisa menjadi indikasi bahwa investasi pada
saham perusahaan ini lebih beresiko dari pada rata-rata
industri.
2) Dividend yield, rasio antara deviden per lembar yang
diberikan perusahaan dengan harga pasar saham per lembar.
3) Dividen payout ratio, rasio ini melihat bagian earning
(pendapatan) yang dibayarkan sebagai kepada investor.
Rasio arus kas cukup menjadi hal yang diperhatikan dalam
pengukuran kesehatan, kesulitan dan kebangkrutan suatu usaha. Hal ini
wajar karena perusahaan memerlukan kas untuk membeli pabrik dan
45
mesin baru atau ketika membayar hutang dan deviden pada pemegang
saham (Yuliantika, 2011 : 17-20).
5. Keterbatasan dari Analisis Rasio
Dibawah ini beberapa kelemahan penting yang dapat ditemukan
dalam menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan :
a. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri di
mana perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dengan
beberapa bidang usaha.
b. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
c. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio
atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat
memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan ratarata dalam suatu industri.
d. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam
kegiatan operasinya. Jadi pos neraca dan rasionya akan
berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan. Untuk
menghindari masalah tersebut, maka metode saldo rata-rata
haruslah digunakan (untuk beberapa bulan atau kuartal,
sepanjang tahun) dan bukan saldo total pada akhir tahun.
Di luar keterbatasannya, rasio keuangan dapat menjadi alat yang
sangat berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Namun kita
juga harus menyadari kelemahan yang potensial saat melakukan analisis
46
rasio. Manfaat sesungguhnya yang dihasilkan dari menganalisis rasio
keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut memberitahukan kita
pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan (Keown et.al, 2001 :
105-107).
B. Teori Kebangkrutan
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan
dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan
perusahaan
atau
insolvabilitas.
Kebangkrutan
sebagai
kegagalan
disefinisikan dalam beberapa arti (Adnan et al. 2000) :
a. Kegagalan Ekonomi (economic failure) dalam arti ekonomi
biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, hal ini
berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau
nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada
kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari
perusahaan
tersebut
jatuh
dibawah
arus
kas
yang
diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa
tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya
lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
b. Kegagalan Keuangan (financial failure), bisa diartikan
sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas
47
dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua
bentuk, yaitu :
1) Insolvensi teknis (tecnical ilnsovency), perusahaan
dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun
total aktiva melebihi total hutang atau terjadi bila suatu
perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih
kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva
lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau
rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang
disyaratkan.
2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam
penelitian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran
sebagai
kekayaan
bersih
negatif
dalam
neraca
konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Menurut Hanafi & Halim (2009), analisis kebangkrutan
dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda
awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut,
semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa
melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak
pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi
48
berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut
dalam hal ini dilihat dalam menggunakan data-data akuntansi.
1.
Pengertian Financial Distress
Menurut Rodoni & Ali (2010) Financial distress pada dasarnya
sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh
bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan pada saat financial
distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial
distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini : terjadinya
pengurangan
deviden,
penutupan
perusahaan,
kerugian-kerugian,
pemecatan, pengunduran direksi dan jatuhnya harga saham. dalam
penelitian terdahulu financial distress dapat diartikan sebagai berikut :
a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih
operasi (net operating income) negatif, digunakan oleh
Hofer (1980) dan Whitaker (1999).
b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill,
et al. (1996).
c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen
Wruck (1990).
49
d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif,
diguanakan oleh Asquith, et. al. (1991) dan Pindando, et. al.
(2006).
e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, diguanakan
oleh John, et. al. (1992) dalam Platt (2004).
f. Stock–based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan
nilai asset kurang dari nilai hutang dan flow–based
insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993).
g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka
panjang saat ini digunakan Whitaker (1999).
h. Perusahaan diberhentikan operasinya
atas
wewenang
pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk
melakukan perencanaan restrukturisasi, digunakan oleh
Tirapat dan Nittayagasetwat (1999).
i. Negatif EBITDA interest coverage, Negatif EBIT, Negative
Net Income digunakan oleh Platt (2004).
j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net
operating income negatif) dan selama lebih dari satu tahun
tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan oleh
Almilia dan Kristijadi (2003).
50
k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai
buku ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan
tersebut telah merger, digunakan oleh Almilia (2004).
Ketidak mampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari
asset atau milik kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi
tidak cukup untuk melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua bagian
yaitu
Stock
dan
Flow.
Keduanya
menggambarkan
mengenai
ketidakmampuan membayar hutang (insolvency) stock-based insolvency
terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan bersih yang negatif dan nilai
asset kurang dari nilai hutang. Flow-based insolvency terjadi ketika arus
kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban yang diminta
(Rodoni & Ali, 2010 : 176).
Flow-based
insolvency
mengacu
pada
ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar hutang. Hofer (1980) dalam Platt (2004)
mendefinisikan financial distress bilamana perusahaan mempunyai
negative Net Income. Whitaker (1999) menerangkan financial distress
sebagai penurunan kondisi perusahaan dari kondisi sebelumnya.
Penurunan kondisi perusahaan turun disebabkan economic distress,
penurunan industri operating income dan poor management, atau
penurunan
kondisi
perusahaan
relative
terhadap
industri.
Poor
management didefinisikan sebagai kecenderungan penurunan Operating
Income, selama lima tahun sebelumnya. Operating Income didefinisikan
sebagai net sales dikurangi cost of good sold dikurangi penjualan, biaya
51
umum dan administratif sebelum depresiasi dan sebelum gains dan losses
pada penjualan asset. Financial distress pada perusahaan dapat diatasi
dengan beberapa cara yaitu (Rodoni & Ali, 2010 : 175) :
1. Berhubungan dengan asset perusahaan, yaitu dengan
menjual aset-aset utama, melakukan merger dengan
perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan biaya
penelitian dan pengembangan.
2. Berhubungan
dengan
rekstrukturisasi
aset
ataupun
rekstrukturisasi keuangan.
52
Gambar 2.1 Tahap Financial Distress
Financial Distress
49%
51%
Melakukan
rekstrukturisasi
keuangan
Tidak melakukan
rekstrukturisasi
keuangan
53%
47%
Melaksanakan atas
putusan pengadilan
3%
7%
Melakukan
reorganisasi dan
berhasil bangkit
Melaksanakan
atas perkara
sendiri
10%
Merger dengan
perusahaan lain
Likuidasi
Sumber: Manajemen keuangan (Rodoni dan Ali, 2010 : 175)
Gambar
2.1
menjelaskan
tahap-tahap
financial
distress
perusahaan sampai dengan kepada kebangkrutan. Sejumlah 49 persen
perusahaan mendapatkan manfaat dari financial distress dengan
merestrukturisasi aset mereka. Perusahaan yang tidak melakukan
restrukturisasi keuangan melakukan penyehatan terhadap hutang
sehingga mengubah perilaku perusahaan dan mendesak perusahaan untuk
membuang bisnis mereka yang tidak berhubungan (Rodoni & Ali, 2010 :
171-176).
53
Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan sendiri atau dilakukan
atas putusan pengadilan. Dalam gambar tersebut dijelaskan juga, bahwa
hampir separuh restrukturisasi atas perkara sendiri. Dan yang
melaksanakan restrukturisasi berdasarkan putusan pengadilan sejumlah
53 persen dapat melakukan reorganisasi dan meneruskan usahanya
(Rodoni & Ali,2010 : 171-176)
Lebih lanjut, dari kerugian yang terjadi akan mengakibatkan
defisiensi modal dikarenakan penurunan nilai saldo laba yang terpakai
untuk melakukan pembayaran dividen, sehingga total ekuitas secara
keseluruhan pun akan mengalami defisiensi. Jika hal ini terus terjadi,
maka tidak mustahil bahwa suatu saat total kewajiban perusahaan akan
melebihi total aktiva yang dimilikinya. Kondisi seperti yang telah
disebutkan di atas mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya jika
perusahaan tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka
perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan. Untuk mendeteksi
kesulitan keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan.
Secara umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan
cakupan arus kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam
memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan (Andre, Orina.
2009 : 2-3).
54
2.
Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan pada suatu
perusahaan adalah (Akhyar, 2000:139) :
1. Faktor Umum
a. Sektor Ekonomi.
Faktor-faktor
penyebab
kebangkrutan
dari
sektor
ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga
barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan
devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya
dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau
defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar
negeri.
b. Sektor Sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan
cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang
mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa
ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.
Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan
yang terjadi di masyarakat.
c. Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan
biaya
yang
terutama
ditanggung
untuk
perusahaan
pemeliharaan
dan
membengkak
implementasi.
55
Pembengkakan terjadi,
informasi
tersebut
jika penggunaan teknologi
kurang
terencana
oleh
pihak
manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer
pengguna kurang professional.
d. Sektor Pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan
pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan
dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang
berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan
atau tenaga kerja dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
a. Faktor Pelanggan/Konsumen
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen,
karena
berguna
untuk
menghindari
kehilangan
konsumen, juga menciptakan peluang untuk menemukan
konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil
penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke
pesaing.
b. Faktor Kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan
mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang
tergantung kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditasan
suatu perusahaan.
56
c. Faktor Pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena
menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada
konsumen,
perusahaan
juga
jangan
melupakan
pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima
oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan
konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
3. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara
internal adalah sebagai berikut (Akhyar, 2000:140) :
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah
sehingga akan menyebabkan adanya penungkkan dalam
pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
b. Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang
adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap
inisiatif dari manajemen.
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana
sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak
sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan
dengan keuangan perusahaan.
57
3.
Masalah Keuangan Tanpa Kebangkrutan
Tidak semua perusahaan yang mendapat masalah menjadi
bangkrut. Sepanjang perusahaan dapat mengumpulkan cukup banyak
uang tunai untuk membayar bunga utangnya, perusahaan mungkin dapat
menunda kebangkrutan untuk bertahun-tahun lamanya. Pada akhirnya
perusahaan bisa pulih, sekaligus membayar utangnya dan tidak bangkrut
(Bearly et.al, 2008 : 20).
Jalan keluar yang sempit dari kebangkrutan tidak berarti bahwa
biaya masalah keuangan terhindarkan. Ketika perusahaan mendapat
masalah, pemasok khawatir bahwa mereka mungkin tidak dibayar,
pelanggan potensial takut bahwa perusahaan tidak akan mampu
memberikan jaminannya, dan karyawan mulai mencuri-curi waktu untuk
wawancara kerja. Baik pemegang obligasi maupun saham perusahaan
ingin perusahaan pulih, tetapi sebaliknya, kepentingan mereka mungkin
bertentangan.
Dalam masa terjadinya masalah keuangan, pemegang
sekuritas mirip dengan partai-partai politik bersatu dalam hal umum
tetapi terancam menikam dari belakang dalam masalah-masalah khusus.
Masalah keuangan mahal harganya ketika konflik menghalangi jalannya
bisnis. Pemegang saham berusaha
mengabaikan
tujuan
umum
pemaksimalan keseluruhan nilai pasar perusahaan dan sebagai gantinya
mengejar kepentingan diri sendiri yang lebih sempit (Bearly et.al, 2008 :
20-21).
58
4.
Pengertian Multiple Discriminant Analysis
Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009) dalam Nugroho
(2012) Dalam menyusun model Z Altman mengambil sampel 33
perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965
dan 33 perusahaan tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang
sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5
tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyususn 22 rasio keuangan yang
paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori :
likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan kinerja. Hasil studi
Altman ternyata mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95%
untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan, untuk data dua tahun
sebelum kebangkrutan sebesar 72%. Selain itu diketahui bahwa
perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sangat berpotensi
mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini, Z-score masih lebih banyak
digunakan oleh para peneliti, praktisi, dan serta para akademis di bidang
akuntansi dibandingkan model prediksi lainnya.
Menurut Jehan & Khan et al. (2012 : 43), Altman berpendapat
bahwa "analisis regresi diskriminan digunakan untuk mengklasifikasikan
atau membuat prediksi dalam masalah di mana variabel dependen
muncul dalam bentuk kualitatif, misalnya, laki-laki atau perempuan,
bangkrut atau tidak bangkrut ". dalam melakukan analisis diskriminan
ganda, pertama-tama diperlukan kelompok yang tepat untuk membuat
klasifikasi. Jumlah kelompok bisa lebih dari satu. Namun, banyak
59
peneliti menganggap analisis sebagai "analisis diskriminan multivariat"
hanya ketika jumlah kelompok melebihi dua, sementara itu mengacu
pada sifat multivariat analisis. Fungsi diskriminan, yang digunakan
dalam analisis diskriminan, adalah variabel laten yang dibentuk sebagai
pengaturan linear yang membedakan variabel (independen). Diskriminan
seperti fungsi, sebuah bentuk untuk mengubah nilai variabel individu
untuk diskriminan tunggal skor, atau nilai Z, yang kemudian digunakan
untuk mengklasifikasikan obyek.
Z = β1Va + β2Vb +….+ βnVn
Menurut Hanafi
& Halim
(2009), pada tahap berikutnya,
Altman menguji keandalan dari model diskriminan tersebut. Altman
menemukan cut-off points dari variabel Z sebagai berikut :
Tabel 2.1
Titik cut-off points Altman
Dengan Nilai Pasar
Dengan Nilai Buku
Tidak Bangkrut
Jika Z >
2.99
2.90
Bangkrut
Jika Z <
1.81
1.20
Daerah Rawan
1.81-2.99
1.20-2.90
Sumber : Analisis Laporan Keuangan Hanafi & Halim (2009 : 275)
60
5. Pengertian Regresi Logistik
Regresi logistik adalah model regresi yang digunakan untuk
menganalisis variabel dependen dengan kemungkinan diantara 0 dan 1.
Pada dasarnya logistic regression (reregresi logistik) sama dengan
analisis diskriminan, perbedaan ada pada jenis data dari variabel
dependen. Jika pada analisis diskriminan vaiabel dependennya adalah
data rasio, maka pada regresi logistik variabel dependen adalah data
nominal. Data nominal disini lebih khusus adalah data binary (Wing
Wahyu, 2007:6-10).
Dengan demikian, tujuan regresi logistik
adalah pembuatan
sebuah model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang
berupa sebuah variabel binary menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2010:206).
Pi =
1
1+𝑒 𝐿𝑜𝑔𝑖𝑡
E (logit) = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 +….+ bnxn
Dimana :
a = konstanta ,
b = beta,
61
e = bilangan natural (2,71828),
x = variabel bebas yang akan digunakan
Analisis
berdasarkan
logit
mencoba
untuk
menghitung
probabilitas,
distribusi probabilitas. Seperti analisis diskriminan,
beratnya variabel independen dan memberikan skor dalam bentuk
probabilitas kegagalan untuk masing-masing perusahaan dalam sampel.
Prosedur statistik ini tidak hanya kelompok perusahaan baik untuk gagal
atau sehat tetapi murni berdasarkan faktor keuangan yang ada lainnya
faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis risiko
dan default, seperti peristiwa acak yang tak terduga, faktor makroekonomi dan peraturan pemerintah dan peraturan baru. Keuntungan
dari analisis regresi logistik adalah bahwa hal itu tidak menganggap
normalitas multivariat dan matriks kovarians yang sama (Yap, et.al
2012:336).
Model logit menggunakan koefisien dari variabel independen
untuk memprediksi probabilitas variabel dependen gagal atau non-gagal.
Teknik bobot independen variabel dan menciptakan skor untuk masingmasing perusahaan untuk mengklasifikasikan sebagai gagal atau tidak
gagal. Fungsi dipertimbangkan dalam regresi logistik disebut fungsi
logistik. Ukuran goodness of fit akan ditentukan melalui Pearson dan
nilai-nilai yang Deviance Chi-Square dan signifikansi dari variabel yang
62
digunakan. Jika nilai p> 0,05 maka nilai tidak signifikan dan model fit
yang baik (Yap, et.al 2012:337).
Sebuah uji rasio kemungkinan digunakan untuk melihat apakah
variabel yang dimasukkan dalam model akhir yang signifikan dalam
menjelaskan beberapa variabilitas dalam data. Chi Square statistik adalah
perbedaan -2 Log Likelihood (-2LL) antara model akhir dan model
berkurang. Menurunnya Model dibentuk dengan menghilangkan efek
dari model akhir. Hipotesis nol adalah bahwa semua parameter efek yang
0. Tes ini sebanding dengan uji F keseluruhan untuk regresi analisis.
Dalam regresi, R² merupakan ukuran intuitif seberapa baik model
memprediksi nilai-nilai dari variabel dependen. Namun, dalam regresi
logistik, tidak ada tindakan serupa yang mudah ditafsirkan. The pseudo
Rsquare (Cox dan Snell dan Nagelkerke) merupakan upaya untuk
mengukur proporsi variasi dijelaskan dalam variabel dependen. Cox dan
Snell tindakan biasanya <1.0 dan sulit untuk menafsirkan. Berkisar
mengukur Nagelkerke ini dari 0 ke 1 dan nilai-nilai biasanya lebih tinggi
dari Cox dan Snell (Yap, et.al 2012:337).
Hasil dari regresi E logit ditentukan dengan cut-off sebesar 50%
(0,5). Jika P lebih besar dari pada 0,5 maka perusahaan dinyatakan
bangkrut, dan apabila P lebih kecil daripada 0,5 maka perusahaan
dinyatakan tidak bangkrut (Murdayanti, 2006 : 279).
63
C. Penelitian Terdahulu.
Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan
telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah
sebagai berikut :
No.
1.
Peneliti
Hazem B .
Al-khatib
et.al (2011)
Judul
Penelitian
Variabel
Kesimpulan
Predicting
Financial Distress
of Public
Companies Listed in
Amman Stock
Exchange
Current Ratio,
Current liabilities to
total fixed assets,
Current liabilities to
equity, Working
capital to equity,
Logarithm of total
assets, Pre- tax
profit to total assets
Net profit margin,
Book value per
share, ROA, ROE,
Dividend per share,
Retained earnings
to total assets,
Equity to total
assets, Equity to
total liabilities,
Debt ratio, Debt to
equity, Long-term
debt ratio to equity
Fixed assets to
equity, Asset
turnover, Sales to
equity
Sales to working
capital
Receivables
Turnover,
Logarithm of asset
turnover
Metode yang
digunakan Regresi
Logistik dan Analisis
diskriminan untuk
menentukan mana
yang lebih tepat
untuk menggunakan
serta yang dari rasio
keuangan yang
signifikan secara
statistik dalam
memprediksi
keuangan distress
perusahaan Yordania.
Selama periode
2007-2011, hasil
menunjukkan bahwa
kedua regresi logistik
dan analisis
diskriminan dapat
memprediksi kondisi
financial distress, dan
Return on Equity
(ROE) dan Return on
Assets (ROA) adalah
yang paling penting
dua rasio keuangan,
yang
membantu dalam
memprediksi
64
financial distress
perusahaan publik
yang terdaftar di
Bursa Efek Amman.
2.
Selina
&Yunika
Murdayanti
(2002)
Penerapan Logit
Model dalam
Memprediksi
Kebangkrutan pada
Perusahaanperusahaan Nonfinansial yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta.
Menggunakan 19
variabel untuk
memprediksi
kebangkrutan
perusahaan pada 3
periode dari tahun
2000 sampai 2002.
Hasil analisis ini
menunjukkan tingkat
akurasi sebesar
78,57% dengan
tingkat signifikan
sebesar 10% tiga
rasio terbukti
mempengaruhi, yaitu
total liabilities/total
assets, current
assets/total assets,
dan kas/kewajiban
lancar.
3.
Luciana
Spica
Almilia &
Emanuel
Kristijadi
(2003)
Analisis Rasio
Keuangan untuk
Memprediksi
Kondisi Financial
Distress Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Profit Margin,
Rasio Likuiditas,
Rasio Efisiensi
Operasi, Rasio
Profitabilitas, Rasio
Financial Leverage,
Rasio Posisi kas,
Rasio Pertumbuhan.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
variabel rasio
keuangan yang
paling dominan
dalam menentukan
financial distress
suatu perusahaan,
yaitu : NI/S, CL/TA,
CA/CL, GROWTH
NI/ TA.
4.
Nur Adiana
Hiau
Abdullah,
et.al (2008)
Predicting
Corporate Failure
of Malaysia`s Listed
Companies:
Comparing Multiple
Discriminant
Analysis (MDA),
Logistic Regression
Variabel yang
digunakan untuk
penelitian ini
sebanyak 10 rasio.
Tingkat akurasi
model hazard sebesar
94,9% sementara
sampel analisis MDA
sebesar 85% variabel
net income growth
yang digunakan
dalam metodelogi
65
and the Hazard
Model
5.
6.
MDA, sedangkan
return on assets ratio
yang penting untuk
regresi logit dan
model hazard.
Rowland
Bismark
Fernando
Pasaribu
(2008)
Penggunaan Binary
Logit untuk Prediksi
Financial Distress
Perusahaan yang
Tercatat di Bursa
Efek Indonesia.
Rasio Likuiditas,
Rasio Solvabilitas,
Rasio Leverage,
Rasio Efisiensi,
Rasio Profitabilitas,
Arus kas, dan
Resiko.
Mohamed
Sulaiman,
et.al (2001)
Predicting
Corporate Failure
in Malaysia: An
Application of the
Logit Model to
Financial Ratio
Analysis.
Profitability ratio,
Leverage ratio,
Liquidity ratio,
Efficiency ratios,
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
model ke tiga
(indikator current
ratio) dan model ke
empat (indikator
asset turn over)
memiliki tingkat
daya klasifikasi yang
lebih tinggi sebesar
98,08% dan 91,67% .
Aspek kinerja
likuiditas dan
solvabilitas
perusahaan
berpengaruh
signifikan dalam
memprediksi
financial distress
Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa
model logit, yang
memiliki keunggulan
atas model
diskriminan, antara
lain, tidak membuat
persyaratan pada
distribusi data,
memprediksi
kegagalan
perusahaan yang
lebih baik. Model
logit diperkirakan
80,7 % dari
perusahaan dalam
66
sampel estimasi dan
74,4 % dalam sampel
di samping itu, tiga
rasio keuangan yaitu
debt to equity,
interest coverage,
dan total assets
turnover ditemukan
memiliki kekuatan
diskriminasi yang
signifikan dalam
model logit.
7.
Akbar
Pourreza
Soltan
Ahmadi et.al
(2012)
Corporate
Bankruptcy
Prediction Using a
Logit Model:
Evidence from
Listed Companies of
Iran
Quality of earnings
Current ratio
Working capital
ratio
Net profit to total
assets ratio
Net profit to owners'
equity ratio
Times interest
earned
Sales growth rate
Profit growth rate
Cash flow on total
assets
Retained earnings
to total assets ratio
Sales to total assets
ratio
Debt ratio
Cash flow to debt
ratio
Cash flow and net
profit ratio
Working capital to
total debt ratio
Operating income
over total assets
ratio
Debt to
Stockholders equity
ratio
Investor dapat
menggunakan model
diambil dari
penelitian ini telah
berhasil dalam
pengambilan
keputusan yang
berkaitan dengan
perusahaan investasi.
Eksekutif perusahaan
juga untuk evaluasi
penggunaan
perusahaan model ini
bisa. Berdasarkan
standar auditing,
auditor diperlukan
untuk mencegah
sesat pengguna
mengacu pada
ketidakpastian
tentang kelanjutan
kegiatan dalam
laporan audit hasil
penelitian ini dapat
membantu auditor
dalam mengevaluasi
operasi yang
dilanjutkan.
Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu
67
D. Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan
Perusahaan Properti dan
Real Estate Non Bangkrut
dan Bangkrut
Variabel Independen
-
Variabel Dependen
Current Ratio (X1)
Leverage Ratio (X2)
Net Profit Margin (X3)
Debt to Equity (X4)
Operating Profit Margin (X5)
Total Assets Turnover (X6)
Kebangkrutan
Perusahaan
(Y)
Uji Analisis Diskriminan:
`
1. Uji Normalitas.
2. Uji Independent Sample T-test
3. Uji Linearitas
Uji Logit
Multiple Discriminant Analysis
(MDA)
A.
Hasil Perhitungan Prediksi
Kebangkrutan dengan Model
MDA
Hasil Perhitungan Prediksi
Kebangkrutan dengan Uji Logit
Hasil Perhitungan Perbandingan
Prediksi Kebangkrutan Model
MDA dan Logit
68
E. Hipotesis
Beberapa dari penelitian terdahulu menyatakan metode prediksi
kebangkrutan bermanfaat bagi perusahaan dalam menilai suatu kinerja
keuangan. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang
kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat
analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya
digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Banyaknya peristiwa
yang
mempengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini
mendorong peneliti untuk menguji konsistensi hasil penelitian terdahulu
jika diterapkan pada kondisi saat ini. Untuk itu hipotesis penelitian yang
digunakan adalah :
Hipotesis I : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio
keuangan untuk membedakan kelompok perusahaan yang dianggap
bangkrut dan tidak bangkrut secara statistik.
Almilia
(2006)
memprediksi
kondisi
financial
distress
perusahaan Go Publik dengan menggunakan analisis multinomial logit.
Penelitian ini berusaha untuk menguji daya kalsifikasi rasio keuangan
69
baik yang berasal dari laporan laba rugi, neraca maupun dari arus kas
untuk memprediksi kondisi financial distress dengan teknik analisis
multinomial logit.
Kelompok perusahaan yang mengalami financial
distress dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu; 1) perusahaan
yang mengalami laba bersih negatif selama dua tahun berturut-turut dan
2) perusahaan yang mengalami laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif
selama dua tahun berturut-turut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rowland Bismark
Fernando Pasaribu (2008) dengan judul Penggunaan Binary Logit untuk
Prediksi Financial distress Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta (studi
Kasus Emiten Industri Perdagangan). Penelitian
berusaha untuk menguji daya
berasal dari laporan
ini
kalsifikasi rasio keuangan baik yang
laba rugi, neraca maupun dari arus kas untuk
memprediksi kondisi financial distress dengan teknik analisis Binary
Logit. Penetapan financial distress dilakukan dengan 6 indikator yaitu :
1) Perusahaan yang memiliki nilai EVA negatif; 2) Perusahaan yang
rasio assets turnover-nya sebesar 40%; 3) Perusahaan yang current
rasio-nya sebesar 50 %; 4) Perusahaan yang gross profit margin-nya
sebesar 19%; 5) Perusahaan yang debt to total asstes-nya sebesar 66%; 6)
Perusahaan yang debt to equity-nya sebesar 11,7%. Dan untuk Hipotesis
yang ke II adalah :
Hipotesis II : Adanya perbedaan tingkat akurasi dalam penerapan analisis
diskriminan dan regresi logistik untuk memberikan nilai metode yang
70
lebih baik untuk memprediksi
kegagalan
keuangan
pada sektor
perusahaan property and real estate.
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian diperlukan adanya penekanan
batasan lokasi, waktu atau sektor dan variabel-variabel yang dibahas agar
peneliti tidak keluar dari wilayah yang diteliti dan akan sangat berguna
bagi para peneliti pemula (Abdul Hamid, 2007:28). Menurut Joko
Subagyo (2004:2) di dalam penelitian dikenal adanya adanya beberapa
macam teori untuk menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap
permasalahan tertentu, mengingat bahwa tidak setiap permasalahan yang
dikaitkan dengan kemampuan si peneliti, biaya dan lokasi dapat
diselesaikan dengan sembarang metode penelitian. Dengan pertimbangan
tersebut oleh penulis hal ini akan dibahas secara khusus pada bagian
berikutnya.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan pada sektor
property and real estate dan data keuangan perusahaan sampel yang
digunakan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
2007, 2008, 2009 dan 2010. Serta data-data lainnya yang dibutuhkan
dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya ilmiah, dan
internet. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi terhadap
dokumen atau laporan instansi terkait hasil publikasi, kemudian
dilakukan pencatatan terhadap data yang dibutuhkan. Variabel dalam
penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan, antara lain: Current Ratio,
72
Leverage Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity, Operating Profit
Margin, Total Assets Turnover.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Menurut Prasetyo dan Lina (2005 : 119) salah satu konsep yang
berhubungan erat dengan sampel adalah populasi. Populasi adalah
keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti. Sementara itu, sampel
merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.
Sedangkan untuk populasi dalam penelitian ini adalah semua
laporan
keuangan
perusahaan
property
and
real
estate
yang
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007 sampai
dengan 2010. Dalam penelitian ini penulis akan memilih sampel dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2009:122).
Dengan kriteria penelitian sebagai berikut :
1. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan property and
real estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode
2007 sampai dengan 2010.
2. Laporan Keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir
pada 31 Desember.
3. Neraca perusahaan dengan informasi lengkap dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2010.
73
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
perusahaan yang mengalami financial distress dengan indikasi :
Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operating income
negatif) dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran
deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003).
Perusahaan property and real estate yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan 2010 berjumlah 50
perusahaan, dan menurut hasil klasifikasi jumlah perusahaan property
and real estate yang akan di teliti berjumlah yaitu 26 perusahaan.
Dengan kategori bangkrut berjumlah 9 perusahaan dan perusahaan
dikatakan tidak mengalami kebangkrutan berjumlah 17.
Berikut tabel 3.1 yang menjelaskan sampel perusahaan property
and real estate yang akan digunakan untuk diteliti :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tabel 3.1
Sampel Perusahaan Properti and Real Estate yang Diteliti
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
ASRI
PT Alam Sutera Realty Tbk
BCIP
PT Bumi Citra Permai Tbk
BAPA
PT Bekasi Asri Pemula Tbk
BSDE
PT Bumi Serpon Damai Tbk
COWL
PT Cowell Development Tbk
CTRP
PT Ciputra Property Tbk
CTRA
PT Ciputra Development Tbk
DART
PT Duta Anggada Realty Tbk
DILD
PT Intiland Development Tbk
DGIK
PT Duta Graha Indah Tbk
DUTI
PT Duta Pertiwi Tbk
GMTD
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk
ELTY
PT Bakrieland Development Tbk
GPRA
PT Perdana Gapuraprima Tbk
74
15
JRPT
PT Jaya Real Property Tbk
16
LAMI
PT Lamicitra Nusantara Tbk
17
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk
18
LPCK
PT Lippo Cikarang Tbk
19
MKPI
PT Metropolitan Kentjana Tbk
20
MDLN
PT Modernland Realty Tbk
21
PJAA
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
22
PNSE
PT Pudjiadi & Sons Tbk
23
PUDP
PT Pudjiadi Pretige Tbk
24
PSAB
PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk
25
SSIA
PT Surya Semesta Internusa Tbk
26
SMRA
PT Summarecon Agung Tbk
Sumber : Data ICMD 2011 (Yahoo Finance)
C. Metode Pengumpulan Data
1.
Data Skunder
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
yang akan diolah meliputi data akuntansi berupa laporan keuangan
historis. Data keuangan perusahaan sampel yang digunakan diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2007, 2008, 2009 dan
2010.
2.
Kepustakaan
Metode pengumpulan data ini juga dilengkapi dengan
mempelajari, membaca serta menganalisa literatur-literatur
yang
bersumber dari buku, jurnal, dan skripsi sehingga dapat memperoleh
dasar-dasar teori dan informasi yang mendukung pada penelitian ini.
75
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil
penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan sehingga laporan
yang dihasilkan dapat dipahami (Kosasih, 2010:48). Penelitian ini
menggunakan analisis Multiple Discriminant Analysis (MDA) dan regresi
logistik atas rasio-rasio keuangan. Adapun analisis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1.
Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan dan yang akan diolah dalam penelitian
ini dianalisis dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian
statistik deskriptif ini menggunakan SPSS versi 20 untuk memudahkan
perolehan data sehingga dapat menjelaskan
variabel-variabel yang
digunakan. Pengujian statistik deskriptif pada dasarnya
memaparkan
secara numerik ukuran pemusatan data (tendensi sentral), mengukur
penyebaran suatu data (dispersi), dan mengukur distribusi suatu data.
Penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari ratarata, nilai maksimum, minimum, dan standart deviasi (Trihendradi, 2012
: 75). Dalam penelitian ini angka-angka tersebut adalah rasio-rasio
keuangan dan kondisi perusahaan property and real estate yang
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kondisi perusahaan yang
bangkrut (0) dan perusahaan bangkrut (1) selama 4 tahun berturut-turut
dalam periode 2007-2010.
76
Menentukan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro-Wilk dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Apabila
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut distribusinya
normal (Trihendradi, 2012:94).
2.
Uji Asumsi Diskriminan
a. Uji Normalitas
Hasil analisis diskriminan sangat sensitive jika terjadi
penyimpangan
atas
asumsi
yang
digunakan.
Jika
asumsi
kenormalan data terpenuhi akan berakibat pada kesalahan dalam
melakukan estimasi fungsi diskriminan menuliskan bahwa asumsi
kenormalan data harus dipenuhi oleh sebuah model (Vita
Permatasari, 2011:60).
Uji normalitas dilakukan juga untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model variabel bebasnya
mempunyai distribusi normal atau mendekati distribusi normal. Uji
ini dilakukan dengan menggunakan one-sample Kolmogorov
Smirnov test. Data tidak berdistribusi normal ditandai dengan
asymp. Sig (2 tailed) < 0.05. Hasil uji normalitas dengan
menggunakan uji one-sample Kolmogorov Smirnov test dijadikan
sebagai pedoman dalam menentukan pengujian hipotesis pertama.
Hipotesis pertama akan diuji menggunakan uji Independent sample
t-Test jika berdistribusi normal.
77
b. Independent Samples T-Test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua
sampel yang berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Uji
beda t-test dilakukan dengan standart eror dari perbedaan rata-rata
dua sample dalam menilai rata-rata terdistribusi normal (Imam
Ghozali, 2005:56)
t=
μ1− μ2
S.E
Dimana:
= Rata-rata sampel pertama
= Rata-rata sampel kedua
S.E
= Standart Eror perbedaan rata-rata kedua sampel
Dari hasil pengujian ini dapat diketahui terdapat tidaknya
perbedaan rasio. Kondisi antara perusahaan bangkrut dan
perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan. Pengambilan
keputusan dilakukan dengan melihat nilai asymp. Sig (2-tailed) >
0,05. Apabila nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 tidak terdapat
perbedaan rasio keuangan antara kondisi perusahaan bangkrut atau
tidak. Sebaliknya jika nilai asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka
78
terdapat perbedaan antara kondisi perusahaan bangkrut atau tidak
bangkrut.
c.
Uji Linearitas
Pengujian ini menggunakan Box`s M Test dengan α=5%.
Asumsi linearitas terpenuhi apabila hasil pengujian menunjukkan
nilai signifikansi < 0.05. Pelanggaran terhadap asumsi ini akan
menimbulkan
penyimpangan
terhadap
keakuratan
fungsi
diskriminan dalam mengelompokkan sampel kedalam salah satu
kategori tertentu.
3.
Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan berguna pada situasi dimana sampel total
dapat dibagi menjadi group-group berdasarkan karakteristk variabel yang
diketahui dari beberapa kasus. Tujuan utama dari analisis multiple
diskriminan adalah untuk mengetahui perbedaan antar group.Analisis
diskriminan digunakan untuk memodelkan suatu hubungan antara
variabel dependen yang berdata kategori dengan beberapa variabel
independen.Analisis diskriminan berusaha untuk mengelompokkan setiap
objek ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan pada sejumlah
kriteria variabel independen. Asumsi dalam analisis diskriminan adalah
tidak adanya multikolinieritas antara variabel independen dan setiap
variabel
independen
mengikuti
fungsi
distribusi
normal
serta
79
homogenitas varians antar kelompok data (Kurniawan & Yamin 2009 :
221-222).
Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahwa data berasal dari
mutivariate normal distribution dan matrik kovarian kedua kelompok
perusahaan adalah sama. Asumsi mutivariate normal distribution penting
untuk menguji signifikansi dari variabel discriminator dan fungsi
diskriminan. Jika data tidak normal secara multivariate, maka secara teori
uji signifikan menjadi tidak valid. Hasil klasifikasi menurut teori juga
dipengaruhi oleh multivariate normal distribution. Apabila diketahui
bahwa asumsi multivariate distribution tidak dipenuhi maka sebaiknya
menggunakan analisis regresi logistik. Regresi logistik tidak memerlukan
asumsi normal distribution untuk variabel bebasnya (Imam Ghozali,
2012:301).
Analisis
MDA
adalah
pendekatan
statistik
untuk
mengkategorikan observasi ke dalam salah satu dari beberapa yang
apriori pengelompokan. Sebuah tonggak penting dalam MDA adalah ZScore.
Altman
(1968)
membangun
Model
yang
komprehensif,
menggunakan analisis statistik MDA, banyak praktisi yang menggunakan
karena mudah aplikasi yang digunakan oleh mode (Jehan & Khan. 2012 :
42).
Fungsi diskriminan, yang digunakan dalam analisis diskriminan,
adalah variabel laten yang dibentuk sebagai pengaturan linear yang
membedakan variabel (independen). Diskriminan seperti fungsi, sebuah
80
bentuk untuk mengubah nilai variabel individu untuk diskriminan
tunggal skor, atau nilai Z,
yang kemudian digunakan untuk
mengklasifikasikan obyek.
Z = β1Va + β2Vb +….+ βnVn
Variabel terbaik yang membentuk fungsi diskriminan dapat
dipilih dengan menggunakan beberapa metode yaitu forward, backward,
atau metode stepwise.
a.
Forward Selection
Pada forward selection, variabel yang dimasukkan pertama
kali kedalam fungsi diskriminan adalah variabel yang paling
mampu membedakan antar kelompok dengan kriteria statistik
tertentu. Langkah selanjutnya, variabel yang dimasukkan
adalah variabel yang dapat menambah nilai maksimum jumlah
kekuatan pembeda antar kelompok dan seterusnya.
b. Backward Selection
Backward
Selection
dimulai
dengan
semua
variabel
membentuk fungsi diskriminan, selanjutnya setiap langkah
satu variabel dikeluarkan dari fungsi diskriminan, yaitu
variabel yang memberikan jumlah penurunan terkecil didalam
81
discriminating power. Prosedur ini terus diulang sampai tidak
ada lagi variabel yang dikeluarkan dari fungsi diskriminan.
c.
Stepwise Selection
Stepwise Selection merupakan kombinasi antara forward dan
backward. Mula-mula tidak ada satupun variabel yang
dimasukkan dalam fungsi diskriminan, kemudian satu variabel
ditambahkan atau dikeluarkan dari fungsi diskriminan dan
seterusnya (Imam Ghozali, 2012:302).
Menurut Maholtra, dalam analisis diskriminan terdiri dari
lima tahap yaitu : (1) merumuskan masalah, (2) mengestimasi koefisien
fungsi diskriminan, (3) mememastikan signifikansi determinan, (4)
mengintrepretasikan hasil, (5) menguji signifikansi analisis diskriminan
(Simamora, 2005:147).
4. Analisis Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode
analisis regresi logistik (logistic regression) karena memiliki satu
variabel dependen (terikat) yang non metrik (nominal) dan serta memiliki
variabel independen (bebas) lebih dari satu. Ghozali (2009) menjelaskan
bahwa logistic regression sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan
yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat
diprediksi dengan variabel bebasnya.Namun, dalam hal ini di analisis
82
dengan logistic regression karena tidak perlu asumsi normalitas data
pada variabel bebasnya. Jadi logistic regression umumnya jika dipakai
jika asumsi multivariate normal distribution tidak dipenuhi (Andhito,
2011 : 57).
Model logit menggunakan koefisien dari variabel independen
untuk memprediksi probabilitas variabel dependen gagal atau non-gagal.
Teknik bobot independen variabel dan menciptakan skor untuk masingmasing perusahaan untuk mengklasifikasikan sebagai gagal atau tidak
gagal. Fungsi dipertimbangkan dalam regresi logistik disebut fungsi
logistik. Ukuran goodness of fit akan ditentukan melalui Pearson dan
nilai-nilai yang Deviance Chi-Square dan signifikansi dari variabel yang
digunakan. Jika nilai p> 0,05 maka nilai tidak signifikan dan model fit
yang baik (Yap, et.al 2012:337).
Sebuah uji rasio kemungkinan digunakan untuk melihat apakah
variabel yang dimasukkan dalam model akhir yang signifikan dalam
menjelaskan beberapa variabilitas dalam data. Chi Square statistik adalah
perbedaan -2 Log Likelihood (-2LL) antara model akhir dan model
berkurang. Menurunnya Model dibentuk dengan menghilangkan efek
dari model akhir. Hipotesis nol adalah bahwa semua parameter efek yang
0. Tes ini sebanding dengan uji F keseluruhan untuk regresi analisis.
Dalam regresi, R² merupakan ukuran intuitif seberapa baik model
memprediksi nilai-nilai dari variabel dependen. Namun, dalam regresi
logistik, tidak ada tindakan serupa yang mudah ditafsirkan. The pseudo
83
Rsquare (Cox dan Snell dan Nagelkerke) merupakan upaya untuk
mengukur proporsi variasi dijelaskan dalam variabel dependen. Cox dan
Snell tindakan biasanya <1.0 dan sulit untuk menafsirkan. Berkisar
mengukur Nagelkerke ini dari 0 ke 1 dan nilai-nilai biasanya lebih tinggi
dari Cox dan Snell (Yap, et.al 2012:337).
Regresi logistik akan membentuk variabel prediktor/respon (log
(p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen.
Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi
probabilitas dengan fungsi logit. Asumsi-asumsi dalam regresi logistik:
1.
Tidak mengasumsikan hubungan linier antar variabel dependen dan
independen.
2.
Variabel dependen harus bersifat dikotomi (2 variabel).
3.
Variabel independent tidak harus memiliki keragaman yang sama
antar kelompok variabel.
4.
Kategori dalam variabel independent harus terpisah satu sama lain
atau bersifat eksklusif.
5.
Sampel yang diperlukan dalam jumlah relatif besar, minimum
dibutuhkan hingga 50 sampel data untuk sebuah variabel prediktor
(bebas).
Berdasarkan data bivariat (X,Y), dimana X adalah variabel numeric
atau variabel satu-nol dan Y adalah variabel respon satu-nol, dapat
84
disajikan model regresi logistik dengan bentuk umum sebagai berikut
(Igusti Ngurah, 2002:154) :
p = p(Y=1) =
exp(β0+ β1X)
1+ exp(β0+ β1X)
Dimana p = p(Y=1) menyatakan proporsi skor/nilai Y=1 di dalam
populasi diantara semua skor/nilai satu-nol yang mungkin. Besaran p =
p(Y=1) kerapkali juga dinyatakan sebagai peluang atau probabilitas
peristiwa/kasus yang ditentukan oleh skor Y=1. Oleh karena itu,
sebenarnya p(Y=1) menyatakan proporsi atau peluang bersyarat, yang
secara lengkap seharusnya ditulis seperti :
p = P(Y=1| X)
a.
Menilai Model Fit
Langkah pertama adalah menilai over all fit model terhadap
data. Beberapa test statistics diberikan untuk menilai hal ini.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Model fit dapat juga diuji dengan Hosmer and Lemeshow`s
Goodness of fit yang menguji hipotesis nol bahwa data empiris
85
cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai Hosmer and Lemeshow`s
signifikan atau lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis ditolak dan
model dikatakan fit. Sebaliknya jika tidak signifikan maka hipotesis
nol tidak dapat ditolak yang berarti data empiris (Imam Ghozali,
2012:340).
b.
Cox dan Snell`s R Square
Cox dan Snell`s R Square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1
maka sulit diinterpretasikan. Negelkerke`s R Square merupakan
modifikasi dari koefisien cox dan snell`s r square untuk memastikan
nilainya bervariasi dari 0 sampai 1 (Imam Ghozali, 2012:341).
c.
Nilai Odds Ratio
Probabilitas kadang-kadang dinyatakan dalam istilah odss.
Model log dari odss merupakan fungsi linear dari variabel bebas dan
ekivalen dengan persamaan multiple regression dengan log dari odss
sebagai variabel terikat. Hubungan antara probabilitas (P) dan
variabel bebas (X) adalah non linear sedangkan hubungan antara log
dari odss dan variabel bebas adalah linear (X). Dengan demikian
interpretasi terhadap koefisien variabel bebas (X) harus dilihat
86
pengaruhnya terhadap log dari odds dan bukan terhadap probabilitas
(P) (Imam Ghozali, 2006:264).
E. Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
status-status perusahaan-perusahaan Property and Real Estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diprediksi mengalami
kebangkrutan.
Data
kategorial
mengenai
prediksi
kebangkrutan
perusahaan diberikan data dummy dengan skor “0” untuk perusahaan
yang bangkrut dan skor “1” untuk perusahaan yang tidak bangkrut.
Perusahaan yang mengalami financial distress dengan indikasi :
Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operating income
negatif) dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran
deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003).
2.
Variabel Independen
Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rasio keuangan dari laporan keuangan perusahaan sebagai berikut:
a.
Current Ratio
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva
yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu
87
siklus bisnis). Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya
kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang
tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan (Halim, 2009 : 77).
b. Leverage Ratio
Rasio leverage ini berusaha mengukur pinjaman utang, baik
dengan menggunakan total aktiva maupun modal sendiri. Oleh
karena itu, rasio leverage ini akan diukur melalui (a) rasio antar
utang dan aktiva, (b) rasio antara utang dan modal sendiri, dan rasio
penjaminan beban bunga yang diukur melalui time interest earned
(Moeljadi, 2006 : 51).
c. Net Profit Margin
Net profit margin menunjukkan kemampuan setiap rupiah
penjualan menghasilkan laba bersih (Earning After Tax, EAT)
(Moeljadi, 2006 : 52).
Net profit margin =
EAT
Penjualan bersih
d. Debt to Equity
Debt to Equity ini menggambarkan kemampuan modal sendiri
menjamin utang. Dengan kata lain, bagian dari utang yang dapat
dijamin dengan menggunakan modal sendiri (Moeljadi, 2006 : 51).
Debt to equity=
Total Utang
Modal Sendiri
88
e.
Operating Profit Margin
Selisih antara net margin ratio (rasio laba bersih dengan
penjualan) dengan 100% menunjukan presentase yang tersisa untuk
menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, persentase yang
tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau rasio antara (harga
pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih
(Munawir, 2001:100).
Operating Profit Margin =
HPP+penjualan+administrasi
penjualan bersih
x 100%
Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan,
sehingga rasio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik
karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam
biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Tetapi rasio
yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang
dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern
misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen
(Munawir, 2001:100).
f.
Total Assets Turnover
89
Total assets turnover ini menunjukkan total aktiva untuk
berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan yang
dapat dihitung dengan cara membagi penjualan bersih dengan ratarata total aktiva (Moeljadi, 2006 : 50).
Total asset turnover =
Penjualan bersih
Total aktiva rata−rata
90
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pasar Modal
Pasar
modal
memiliki
peran
yang
sangat
besar
bagi
perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi
sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dengan adanya
pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat
karena pasar modal merupakan alternative pendanaan bagi perusahaan
sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran
masyarakat luas (Sundjaja dkk, 2010 : 425).
Sejarah pembentukan pasar modal di Indonesia bermula pada
zaman VOC yang berlanjut hingga pada masa Indonesia modern. Setelah
mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesian mulai
melakukan pembangunan di berbagai bidang. Pemerintah Indonesia
pasca-Orde Lama berkonsentrasi pada pembangunan secara lebih
sistematis sejak akhir 1960-an. Kenyataan yang dihadapi pemerintah saat
itu adalah keperluan dana yang teramat besar, sehingga Pemerintah
Indonesia mengupayakan penghimpunan dana untuk pembangunan
dengan berbagai cara, terutama melalui pinjaman dari sindikasi negaranegara donor seperti negara-negara Eropa yang tergabung dalam InterGovernmental Group on Indonesia (IGGI)
(kemudian Consultative
Group on Indonesia atau CGI), Jepang dan Amerika Serikat. Namun
91
bagi pemerintah pinjaman luar negeri bukan merupakan cara yang
strategis untuk
pemembangunan, potensi dana masyarakat Indonesia
harus bisa dioptimalkan untuk digunakan. Untuk itu dibentuk pasar
modal yang dimaksudkan sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan
pembiyaan pembangunan. Fungsi strategis dan penting pasar modal
membuat pemerintah amat berkepentingan atas perkembangan dan
kemajuan pasar modal, karena berpotensi untuk penghimpunan dana
secara massif, sehingga dapat memanfaatkan untuk memperbesar volume
kegiatan pembangunan. Segenap upaya dilakukan pemerintah untuk
memasyarakatkan
pasar
modal,
sehingga
masyarakat
tergerak
berinvestasi di pasar modal dengan membelu sejumlah efek dari
perusahaan-perusahaan oleh masyarakat ternyata memberi harapan dan
peluang untuk meningkatkan kesejahteraan sebagai dampak positif dari
kinerja perusahaan (Irsan Nasarudin dkk, 2008 : 1-2).
B. Hakikat Pasar Modal
Pengertian pasar modal, sebagaimana pasar konvensional pada
umumnya, adalah merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.
Pasar (market) merupakan sarana yang mempertemukan aktivitas
pembeli dan penjual untuk satu komoditas atau jasa. Pengertian modal
(capital) dapat dibedakan:
1. Barang modal (capital goods) seperti tanah, bangunan, gedung,
mesin.
92
2. Modal uang (fund) yang berupa financial assets.
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana
(supplier of fund) dengan penggunaan dana (user of fund) untuk tujuan
investasi jangka menengah (middle-term investment) dan panjang (longterm investment). Kedua belah pihak melakukan jual beli modal yang
berwujud efek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pengeertian pasar modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan
penawaran
dan
permintaan
atau
merupakan
aktivitas
yang
memperjualbelikan surat-surat berharga (Irsan Nasarudin dkk, 2008 : 10).
Modal atau dana yang diperdagangkan dalam
pasar modal
diwujudkan dalam satu bentuk surat berharga atau dalam terminology
financial market disebut efek yang berupa saham, obligasi atau sertifikat
atas saham atau dalam bentuk surat berharga lainnya atau surat berharga
yang merupakan derivative dari bentuk surat berharga saham atau
sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut. Secara ekonomi,
financial market adalah untuk mengalokasikan tabungan (saving) secara
efisien dari pemilik dana kepada pengguna dana terakhir (ultimate user).
Pemilik dana adalah mereka, baik secara perorangan maupun secara
kelembagaan atau badan usaha yang menyisihkan kelebihan dananya
untuk diinvestasikan agar lebih produktif dan berkembang (Irsan
Nasarudin dkk, 2008 : 11).
93
C. Pengembangan Pasar Modal Indonesia
Globalisasi ekonomi, selain memberikan tantangan berat,
membuka
kesempatan
yang
luas
dalam
rangka
penembangan
kemampuan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain, globalisasi
akan memberikan dampak yang buruk apabila suatu negara tidak
memiliki kesiapan, baik dari segi ketersediaan kebijakan dan peraturan
perundang-undangan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi itu
sendiri (Irsan Nasarudin dkk, 2008 : 77).
Pembangunan, dengan tiga pilar utama, yaitu ekonomi, social
dan politik, merupakan suatu desain besar yang kompleks dan menuntut
kesungguhan penanganan. Tidak terkecuali bagi Indonesia yang saat ini
tengah mengalami masa-masa sulit untuk menjejakkan platform
pembangunan yang menyeluruh. Krisis ekonomi tidak hanya melanda
Indonesia, namun juga beberapa negara di Asia, tetapi Indonesia yang
paling lama mengalaminya karena sendi-sendi perekonomiannya ternyata
amat rapuh. Hal itu disebabkan budaya mental atau perilaku buruk di
dalam melakukan pengelolaan kegiatan usaha, dan ironisnya hal itu
dilakukan oleh sejumlah orang berada di setiap level puncak pimpinan
dari perusahaan-perusahaan. Akibatnya fatal, perekonomian Indonesia
runtuh dan sulit untuk pulih secara cepat. Krisis ini telah mengantarkan
kesadaran bahwa ini adalah saatnya untuk memulai era ekonomi baru.
Krisis ekonomi itu tentu saja berimbas pada perkembangan pasar modal
Indonesia sebagai salah satu sumber pembiayaan yang banyak
94
dimanfaatkan
oleh
perusahaan.
Perkembangan
ini
menghambat
pelaksanaan demokrasi ekonomi dan pemerataan pendapatan. Namun
begitu, pasar modal Indonesia tidak akan tamat, karena krisis. Secara
perlahan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai merambat naik,
walaupun belum setinggi sebelum krisis (Irsan Nasarudin dkk, 2008 : 7778).
Pengembangan pasar modal Indonesia secara umum mengikuti
perkembangan di dunia Internasional dan kebutuhan. Untuk mengurangi
peran dan beban anggaran pemerintah, pengelolaan bursa efek
dilaksanakan oleh pihak swasta. Karena, pada hakikatnya pemerintah
adalah pembuat kebijakan, bukan pelaksana. Pemerintah memutuskan
untuk melepaskan keterlibatan institusionalnya dalam pengelolaan pasar
modal. Untuk itu, pemerintah memutuskan untuk menjadikan pengelola
bursa efek menjadi entitas hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas,
yaitu PT Bursa Efek Jakarta. Secara garis besar tujuan umum
pengembangan bursa efek adalah mewujudkan terciptanya kegiatan
perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien dengan berkonsentrasi
pada upaya:
1.
Meningkatkan likuiditas dan efisiensi biaya. Untuk itu, bursa
efek
perlu
melakukan
peninjauan,
perbaikan,
dan
penyempurnaan terhadap peraturan bursa agar tetap sesuai
dengan standar internasional.
95
2.
Meningkatkan keamanan transaksi bursa. Keamanan traksaksi
di bursa efek perlu ditingkatkan dengan melakukan kegiatan
pemantauan secara kontinu agar resiki investasi berkurang,
mengharuskan anggota bursa mengasuransikan dana nasabah,
mengembangkan jaringan teknologi, menyelesaikan secara
tuntas, cepat, dan adil kasus-kasus yang terjadi dibursa.
3.
Meningkatkan jenis dan kualitas pelayanan bursa. Bursa Efek
Jakarta, dengan status hukumnya sekarang sekarang ini.
diharapkan
mampu
perdagangan
pasar
memantap
kan
mekanisme
sistem
ekuitas
dan
obligasi
dengan
mempergunakan pendekatan auction market maupun dealer
driven;
dan
mengembangkan
pasar
derivative
yang
memperdagangkan kontrak opsi saham, kontrak berjangka
indeks, dan instrument derivative lainnya (Irsan Nasarudin
dkk, 2008 : 86-87).
Pergerakan pasar modal di dunia yang paling besar yaitu pada
pasar modal di negara Turkey sebesar 864.616,44 pada tahun 2007
sampai tahun 2010. Sedangkan untuk negara Indonesia setiap tahunnya
mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2007 pergerakan pasar
modal di Indonesia sebesar 2.745,83 sedangkan pada tahun 2008
mengalami penurunan sampai 1.335,41 setelah itu tahun 2009 sampai
2010 pergerakan pasar modal di Indonesia semakin meningkat sebesar
96
3.703,51. Dibawah ini yang ditunjukkan oleh tabel 4.1 merupakan
gambaran pergerakan pasar modal di dunia :
Tabel 4.1
Pergerakan Pasar Modal di Dunia
Sumber: Factbook 2011 Bappepam LK
Sementara tabel 4.2 menunjukkan perkembangan perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010.
97
Tabel 4.2
Perkembangan Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia
Sumber: Factbook 2011 Bappepam LK
Pada tahun 2007 sampai dengan 2009 volume saham mengalami
peningkatan dari 1.039,542 menjadi 1.467,659 juta saham sedangkan
pada tahun 2010 volume saham mengalami penurunan sebesar 1.330.865.
Untuk tahun 2008 merupakan volume saham yang terendah dari ketiga
tahun tersebut dengan jumlah volume sebesar 787,848. Di sisi lain
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya
meningkat sampai tahun 2010 yaitu sebanyak 420 perusahaan.
D.
Gambaran Umum Aktivitas Industri Real Estate.
Aktivitas pengembangan subsektor industri Real Estate adalah
kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau
bangunan komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut
dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau
secara eceran (retail). Aktivitas pengembangan ini juga mencakup
98
perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan. Secara spesifik,
aktivitas sub sektor Real Estate lebih mengarah pada kegiatan
pengembangan perumahan konvensional berikut sarana pendukung
berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial. Disisi lain, aktivitas sub sektor
industri property lebih mengarah pada kegiatan pengembangan bangunan
hunian vertikal antara lain apartemen, kondominium, rumah susun.
Bangunan komersial antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan dan
bangunan industri (Bapeppam, 2002 : 4).
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil
penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan sehingga laporan
yang dihasilkan dapat dipahami (Kosasih, 2010:48). Penelitian ini
menggunakan analisis Multiple Discriminant Analysis (MDA) dan regresi
logistik atas rasio-rasio keuangan. Adapun analisis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1.
Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan dan yang akan diolah dalam penelitian
ini dianalisis dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian
statistik deskriptif ini menggunakan SPSS versi 20 untuk memudahkan
perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel yang
digunakan.Pengujian statistik deskriptif pada dasarnya memaparkan
99
secara numerik ukuran pemusatan data (tendensi sentral), mengukur
penyebaran suatu data (dispersi), dan mengukur distribusi suatu data.
Penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari ratarata, nilai maksimum, minimum, dan standart deviasi (Trihendradi, 2012
: 75).
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Hasil olah data
Pada hasil uji statistik deskriptif diatas untuk variabel X1
memiliki nilai minimum sebesar 0.13, maksimum 11.94, nilai rata-rata
1.8728 dan standart deviasi sebesar 1.92156. Variabel X2 memiliki nilai
minimum sebesar 0.06, maksimum 0.80, nilai rata-rata 0.4687 dan
standart deviasi sebesar 0.17311. Variabel X3 memiliki nilai minimum
sebesar -0.01, maksimum 43.11, nilai rata-rata 2.6862 dan standart
deviasi sebesar 8.31960. Variabel X4 memiliki nilai minimum sebesar
0.07, maksimum 4.04, nilai rata-rata 11.502 dan standart deviasi sebesar
0.78112. Variabel X5 memiliki nilai minimum sebesar 0.00, maksimum
48.17, nilai rata-rata 5.2645 dan standart deviasi sebesar 11.68347.
100
Variabel X6 memiliki nilai minimum sebesar 0.08, maksimum 0.264,
nilai rata-rata 0.3873 dan standart deviasi sebesar 0.37116.
2. Uji Asumsi Diskriminan
Sebelum melakukan uji diskriminan, terlebih dahulu harus
memenuhi asumsi dasar, antara lain:
a. Uji Normalitas Data
Menentukan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov maupun
Shapiro-Wilk dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Apabila
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut distribusinya
normal
(Trihendradi,
2012:94).
Hasilnya
menunjukkan
tingkat
signifikansi di atas 0,05. Hal ini berarti variabel yang berdistribusi
normal adalah X2, dan X4 yang bersumber dari hasil olahan SPSS 2.0.
Tabel 4.4
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
101
Sumber: Olah Data
Artinya pada variabel X2 dan X4 telah berdistribusi
normal
karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Sedangkan untuk variabel
lainnya memiliki tingkat signifikansi dibawah 0,05 yang artinya variabel
tersebut belum berdistribusi normal. Uji selanjutnya untuk variabel X2
dan X4 menggunakan uji statistik Independent Sample T-test.
b. Independent Sample t-Test.
Berdasarkan hasil output pada SPSS, maka besarnya tingkat
signifikansi dari varibel yang berdistribusi normal dapat dilihat pada
tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Independent Sample t-Test
Sumber : Hasil Olah Data
Tabel Independent Samples test pertama, Levene’s test untuk
menguji apakah kedua kelompok perusahaan yang diprediksi
mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang diprediksi tidak
mengalami kebangkrutan memiliki varian yang sama. Dari hasil
102
Levene’s test untuk variabel X2 menunjukkan F sebesar 1.270 dan
tingkat signifikansi sebesat 0,262. Tingkat signifikansi ini ternyata
lebih tinggi dari 0,05 yang artinya varians dari dari kedua sampel
tersebut sama. Sedangkan hasil dari Levene’s test pada variabel X4
menunjukkan F sebesar 4.501 dan tingkat signifikansi sebesar 0.036.
Maka pada variabel X4 menunjukkan tingkat signifikansi jauh lebih
kecil dari 0,05 yang artinya dari kedua sampel tersebut tidak sama.
Untuk tabel Independent Sample Test kedua, t-test untuk
menguji apakah kedua kelompok memiliki rata-rata yang sama.
Dimana nilai tingkat signifikansi (Sig.2-Tailed) untuk variabel X2
sebesar 0,000 angka tersebut lebih rendah dari 0,05 yang artinya tidak
memiliki rata-rata diantara variabel yang di uji. Sedangkan nilai
tingkat signifikansi (Sig.2-Tailed) untuk variabel X4 sebesar 0,000
angka yang lebih rendah dari 0,05 yang artinya memiliki rata-rata
diantara variabel yang di uji. Dengan kata lain variabel X4 tersebut
signifikan dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.
c.
Uji Linearitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Box`s M Test
dengan α=5%. Hasil uji Box`s M Test menunjukkan bahwa nilai F
sebesar 6.889 dan signifikan pada 0.009 dan probabilitas ini dibawah
0.05, maka dapat disimpulkan bahwa matrik covariance antar group
memang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi diskriminan. Namun
103
demikian analisis fungsi diskriminan tetap robust walaupun asumsi
homogeneity of variance tidak terpenuhi dengan syarat data tidak
memiliki outlier.
Tabel 4.6
Hasil Uji Linearitas
Sumber: Hasil olah data
3.
Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan berguna pada situasi di mana sampel total
dapat dibagi menjadi grup-grup berdasarkan karakteristik variabel yang
diketahui dari beberapa kasus. Tujuan utama dari analisis multiple
diskriminan adalah untuk mengetahui perbedaan antargrup (Sofyan
Yamin, 2009 : 221).
Analisis
statistik yang digunakan untuk memodelkan suatu
hubungan antara variabel dependen yang berdata kategori dengan
beberapa variabel independen (prediktor). Analisis diskriminan berusaha
untuk mengelompokkan setiap objek ke dalam dua atau lebih kelompok
berdasarkan pada sejumlah kriteria variabel independen (Sofyan Yamin,
2009:221).
104
Menurut Imam Ghozali (2012 : 289) diskriminan analisis
merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk non-metrik
atau kategori. Tujuan dari analisis diskriminan yaitu :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan
antara kedua kelompok.
2. Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk
menyususn persamaan atau fungsi untuk menghitung variabel
baru atau indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara dua
kelompok.
3. Menggunakan variabel yang telah teridentifikasi atau indek
untuk mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan
observasi di masa datang kedalam satu dari dua kelompok.
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu
memiliki dua tipe: Perusahaan property and real estate yang bangkrut
diberi kode “0” dan perusahaan property and real estate yang tidak
mengalami kebangkrutan diberi kode “1”. Berikut adalah ringkasan dari
pengujian dalam menggunakan MDA dapat dilihat pada tabel Analysis
Case Processing Summary yang menunjukkan bahwa tidak ada data yang
hilang. Pada tabel ini dikatakan valid 100% dengan jumlah sampel yang
digunakan sebesar 104 perusahaan.
105
Tabel 4.7
Analysis Case Processing Summary
Sumber: Hasil olah data
1. Hasil Uji Test of Equality Group Means
Untuk mengetahui variabel manakah yang dapat digunakan
dalam membentuk variabel diskriminan dengan melihat nilai sig.
dari hasil test of equality of group means. Dalam hal ini digunakan
dua statistik uji, yaitu Wilk`s Lambda dan F test. Nilai Wilk`s
Lambda mendekati nol menunjukkan
arti semakin signifikan
karakteristik tersebut membedakan antara dua variabel kelompok.
Sebaliknya, nilai Wilk`s Lambda semakin mendekati 1 maka variasi
data untuk karakteristik tersebut cenderung sama untuk dua
kelompok tersebut. Untuk uji F dapat digunakan nilai p-value pada
kolom signifikannya di mana:
Sig. > 0.05, berarti tidak ada perbedaan antara group
Sig. < 0.05, berarti ada perbedaan antara group
106
Tabel 4.8
Hasil Test Of Equality Of Group Means
Sumber : Hasil olah data
Dilihat dari test statistics Wilk`s Lambda jelas ada perbedaan
signifikan yaitu untuk variabel X2 nilai Wilk`s Lambda sebesar
0.874 dan nilai signifikan sebesar 0.000 sedangkan untuk variabel
X4 nilai Wilk`s Lambda sebesar 0.861 dan nilai signifikan sebesar
0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua variabel rasio keuangan
tersebut dapat digunakan untuk membentuk variabel diskriminan.
2. Pemilihan Variabel Diskriminator
Untuk menentukan variabel apa saja yang paling efisien dalam
membedakan perusahaan yang mengalami kebangkrutan atau tidak
mengalami kebangkrutan maka digunakan stepwise guna mengetahui
variabel yang mempunyai kekuatan terbesar dalam diskriminasi.
107
a. Tahap Pemilihan Variabel Bebas
Tabel 4.9
Variabels Entered
Sumber: Hasil olah data
Tabel 4.10
Wilk`s Lambda
Sumber: Hasil olah data
Hasil analisis stepwise menunjukkan bahwa variabel pertama
yang dimasukkan
dalam analisis ini adalah
X1 (current ratio), X2
(leverage ratio), X3 (net profit margin), X4 (debt to equity), X5
(operating profit margin), X6 (total assets turnover) yang menunjukkan
variabel mana yang bisa dimasukkan dalam persamaan diskriminan pada
tabel 4.9 dilihat dari nilai F memiliki angka statistic terbesar yaitu pada
variabel X4 (debt to equity) dengan nilai 0.861. Sedangkan pada tabel
4.10 uji Wilks` Lambda variabel X4 (debt to equity) memiliki nilai
signifikan lebih kecil 0.05 yaitu sebesar 0.000. Dengan demikian untuk
rasio keuangan MDA hanya satu variabel yang signifikan.
108
3. Uji Corelation Summary Of Canonical Discriminant Functions
Pada tabel 4.11 Eigenvalues terdapat nilai canonical correlation.
Canonical correlation digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil
diskriminan skor dan kelompok perusahaan atau besarnya variabilitas
yang mampu diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.11
Eigenvalues
Sumber: Hasil olah data
Dari tabel diatas, diperoleh nilai canonical correlation sebesar
0.373, bila dikuadratkan menjadi 0.139 atau 0.14 artinya 14% varians
dari variabel dependen dapat dijelaskan dari model diskriminan yang
terbentuk.
4. Menentukan Fungsi Diskriminan
Menerangkan model diskriminan yang terbentuk. Persamaan
model discriminant ini digunakan untuk menghasilkan discriminant score
yang berfungsi untuk memprediksi pengklasifikasian suatu objek
(kelompok bangkrut dan kelompok tidak bangkrut). Model diskriminan
ini sama halnya dengan model regresi.
109
Tabel 4.12
Canonical Discriminant Function Coefficients
Sumber: Hasil olah data
Hasil
canonical
discriminant
fuction
coefisien
dapat
dimasukkan kedalam formula model Multiple Discriminant Analysis atau
persamaan yang dapat digunakan untuk mengukur prediksi kebangkrutan
pada perusahaan property and real estate. Berikut ini merupakan model
untuk mengukur prediksi kebangkrutan perusahaan:
Z = -1.579 + 1.373X4 (debt to equity)
5. Titik Cut-off
Tabel 4.13
Penentuan titik cut-off
Sumber: Hasil olah data
110
Pada tabel 4.13 Functions at Group Centroids digunakan untuk
menentukkan cut-off pengelompokkan metode prediksi kebangkrutan.
Besarnya titik cut-off dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Cut-off =
=
a.
( )( .
Na Zb + Nb Za
Na+Nb
) +(
( )+(
) (− .
)
)
= -0.748
Jika nilai Z score < -0.748 maka dikelompokkan sebagai
perusahaan yang mengalami kebangkrutan.
b.
Jika Z score > -0.748 maka dikelompokkan sebagai perusahaan
yang tidak mengalami kebangkrutan.
6. Ketepatan Prediksi Discriminant Analysis
Untuk melihat suatu ketepatan model prediksi yang digunakan
dalam penelelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.14 berupa predicted
values dari suatu keadaan perusahaan dan baris merupakan data aktual
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
111
Tabel 4.14
Hasil Ketepatan Prediksi MDA
Sumber : Hasil olah data
Menurut tabel diatas, jumlah perusahaan yang diamati sebanyak
104
perusahaan
sedangkan
yang
diprediksi
yang
mengalami
kebangkrutan menunjukkan 22 perusahaan, jadi ketepatan klasifikasi
yang diamati untuk perusahaan yang mengalami kebangkrutan sebesar
61.1%. Sedangkan untuk jumlah perusahaan yang diamati sebanyak 104
perusahaan
sedangkan
yang
diprediksi
yang
tidak
mengalami
kebangkrutan sebanyak 46 perusahaan dengan ketepatan klasifikasi yang
diamati untuk perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan sebesar
67.6%. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi untuk group pada
Discriminant Analysis sebesar 65.4%. Untuk fungsi diskriminan mampu
mengelompokkan kasus dengan benar sebesar
Kemampuan secara rata-rata =
1.1+
.
× 00% = 64.35%
4. Analisis Regresi Logistik
Regresi Logistik dapat digunakan untuk memodelkan hubungan
antara dua kategori (binary) variabel hasil (variabel dependen/terikat)
112
dan dua atau lebih variabel penjelas (variabel independen/bebas).
Estimasi model regresi logistik untuk masing-masing variabel bebas
memberikan perkiraan efek variabel tersebut terhadap variabel terikat
setelah
menyesuaikannya
dengan
variabel
bebas
lainnya
pada
permodelan tersebut (Sofyan Yamin, 2009 : 95).
Tabel 4.15
Hasil Uji Processing Summary
Sumber :hasil olah data
Dalam penelitian menunjukkan bahwa jumlah data yang
diproses sebanyak 104 atau N= 104 sehingga Tabel 4.15 ini menjelaskan
bahwa seluruh kasus atau perusahaan ternyata seluruhnya teramati,
artinya tidak terdapat satu pun data yang tidak teramati.
Tabel 4.16
Hasil Uji Dependent Variable
Sumber: Hasil olah data
113
Tabel 4.16 menggambarkan hasil proses input data yang
digunakan pada variabel dependen, yaitu perusahaan yang tidak
mengalami kebangkrutan diberi kode “1” dan perusahaan yang
mengalami kebangkrutan diberi kode 0. Dengan indikasi : Beberapa
tahun mengalami laba bersih operasi (net operating income negatif) dan
selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden,
digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003).
5. Ketepatan Model dalam Prediksi
Untuk menganalisis model yang lebih baik untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan, dilihat dari nilai -2Log likelihood yaitu
pada blok 0 atau blok permulaan nilai -2Log likelihood sebesar 134.167
seperti pada tabel dibawah.
Tabel 4.17
Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan
(block 0: Beginning block)
Sumber: Hasil olah data
114
Kemudian pada blok kedua (block 1: method = enter) adalah
tahap memasukkan variabel independen ke dalam model penelitian. Nilai
-2Log likelihood sebesar 115.206 terjadinya penurunan dalam nilai
tersebut. Maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik.
Tabel 4.18
Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan
(block 1: method = enter)
Sumber: Hasil olah data
6. Ketepatan Cox & Snell`s R Square and Negelkerke R Square
Dari tabel model summary dibawah, Cox & Snell`S R Square
merupakan ukuran yang mencoba meniru R2 pada multiple regression
yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum
kurang dari 1 (satu) sulit untuk diinterpretasikan. Negelkerke R Square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox & Snell`S R Square untuk
memastikan bahwa nilainya 0 (nol) sampai 1 (satu) sama seperti
koefisien determinasi R2 pada regresi linear berganda . Nilai koefisien
Negelkerke R Square umumnya lebih besar dari nilai koefisien Cox &
Snell`S R Square tapi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai
115
koefisien determinasi R2 pada regresi linear berganda (Stanislaus Uyanto,
2006 : 236).
Jika dilihat nilai Negelkerke R Square sebesar 0.230
menunjukkan bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabelvariabel independen sebesar 23% dan sisanya 77% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
Tabel 4.19
Hasil Cox & Snell`s R Square and Negelkerke R Square
Sumber: Hasil olah data
7. Uji Chi Square
Tabel 4.20 adalah untuk menguji kebaikan model (goodness of
fit) apakah model yang kita gunakan, yaitu dengan menggunakan enam
variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6) sudah sesuai dengan
data empiris, dalam hal ini uji yang digunakan adalah Hosmer and
Lemeshow Test. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
116
Jika nilai Hosmer-Lemeshow signifikan atau lebih kecil dari
0.05 maka hipotesis nol ditolak dan model dapat dikatakan tidak fit.
Sebaliknya jika tidak signifikan maka hipotesis nol tidal dapat ditolak
yang berarti data empiris sama dengan model atau model dapat dikatakan
fit (Imam Ghozali, 2012 : 346).
Tabel 4.20
Hasil Uji Chi Square
Sumber : Hasil Olah Data
Hasil olah data diatas menunjukkan nilai dari Hosmer and
Lemeshow Test sebesar 3.778 dan signifikan pada 0.877 oleh karena nilai
ini diatas 0.05 maka model dikatakan fit dan dapat diterima.
8. Ketepatan Prediksi Model Regresi Logistik
Untuk melihat suatu ketepatan model prediksi yang digunakan
dalam penelelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.21 berupa predicted
values dari suatu keadaan perusahaan dan baris merupakan data aktual
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
117
Tabel 4.21
Hasil Prediksi Model Regresi Logistik
Sumber : hasil olah data
Menurut tabel diatas, perusahaan yang diprediksi yang
mengalami kebangkrutan menunjukkan 15 perusahaan, jadi ketepatan
klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang mengalami kebangkrutan
sebesar 41.7%. Sedangkan untuk jumlah perusahaan yang diprediksi
yang tidak mengalami kebangkrutan sebanyak 61 perusahaan dengan
ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang tidak
mengalami kebangkrutan sebesar 89.7%. Secara keseluruhan ketepatan
klasifikasi pada model regresi logistik sebesar 65.7 %.
Rata-rata ketepatan prediksi =
1. +8 .
= 65.7%
9. Uji Variabel in Equation
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa hanya variabel X4 saja yang
signifikan yaitu debt to equity yang dapat mempengaruhi prediksi
kebangkrutan perusahaan pada sektor Property and Real Estate periode
tahun 2007 sampai dengan 2010. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikan
118
pada tabel 4.17 yang mempunyai nilai signifikan p-value lebih kecil dari
0,05.
Tabel 4.22
Hasil Variabels Uji Equation
Sumber : Hasil Olah data
Tabel Independent Samples test pertama, Levene’s test untuk
menguji apakah kedua kelompok perusahaan yang diprediksi mengalami
kebangkrutan dan perusahaan yang diprediksi tidak mengalami
kebangkrutan memiliki varian yang sama. Dari hasil Levene’s test untuk
variabel X2 menunjukkan F sebesar 1.270 dan tingkat signifikansi
sebesat 0,262. Tingkat signifikansi ini ternyata lebih tinggi dari 0,05 yang
artinya varians dari dari kedua sampel tersebut sama. Sedangkan hasil
dari Levene’s test pada variabel X4 menunjukkan F sebesar 4.501 dan
tingkat signifikansi sebesar 0.036. Maka pada variabel X4 menunjukkan
tingkat signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 yang artinya dari kedua
sampel tersebut tidak sama.
Untuk tabel Independent Sample Test kedua, t-test untuk
menguji apakah kedua kelompok memiliki rata-rata yang sama. Dimana
nilai tingkat signifikansi (Sig.2-Tailed) untuk variabel X2 sebesar 0,000
angka tersebut lebih rendah dari 0,05 yang artinya tidak memiliki rata-
119
rata diantara variabel yang di uji. Sedangkan nilai tingkat signifikansi
(Sig.2-Tailed) untuk variabel X4 sebesar 0,000 angka yang lebih rendah
dari 0,05 yang artinya memiliki rata-rata diantara variabel yang di uji.
Dengan kata lain variabel X4 tersebut signifikan dalam memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan.
Hasil uji Box`s M Test menunjukkan bahwa nilai F sebesar
6.889 dan signifikan pada 0.009 dan probabilitas ini dibawah 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa matrik covariance antar group memang
berbeda dan hal ini menyalahi asumsi diskriminan. Namun demikian
analisis fungsi diskriminan tetap robust walaupun asumsi homogeneity of
variance
tidak terpenuhi dengan syarat data tidak memiliki outlier.
Dilihat dari test statistics Wilk`s Lambda jelas ada perbedaan signifikan
yaitu untuk variabel X2 nilai Wilk`s Lambda sebesar 0.874 dan nilai
signifikan sebesar 0.000 sedangkan untuk variabel X4 nilai Wilk`s
Lambda sebesar 0.861 dan nilai signifikan sebesar 0.000. Hasil ini
menunjukkan bahwa kedua variabel rasio keuangan tersebut dapat
digunakan untuk membentuk variabel diskriminan.
Hasil analisis stepwise menunjukkan bahwa variabel pertama
yang dimasukkan
dalam analisis ini adalah
X1 (current ratio), X2
(leverage ratio), X3 (net profit margin), X4 (debt to equity), X5
(operating profit margin), X6 (total assets turnover) yang menunjukkan
variabel mana yang bisa dimasukkan dalam persamaan diskriminan pada
tabel 4.9 dilihat dari nilai F memiliki angka statistic terbesar yaitu pada
120
variabel X4 (debt to equity) dengan nilai 0.861. Sedangkan pada tabel
4.10 uji Wilks` Lambda variabel X4 (debt to equity) memiliki nilai
signifikan lebih kecil 0.05 yaitu sebesar 0.000. Dengan demikian untuk
rasio keuangan MDA hanya satu variabel yang signifikan.
Hasil
canonical
discriminant
fuction
koefisien
dapat
dimasukkan kedalam formula model Multiple Discriminant Analysis atau
persamaan yang dapat digunakan untuk mengukur prediksi kebangkrutan
pada perusahaan property and real estate. Berikut ini merupakan model
untuk mengukur prediksi kebangkrutan perusahaan:
Z = -1.579 + 1.373X4 (debt to equity)
Jumlah perusahaan yang diamati sebanyak 104 perusahaan
sedangkan yang diprediksi yang mengalami kebangkrutan menunjukkan
22 perusahaan, jadi ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan
yang mengalami kebangkrutan sebesar 61.1%. Sedangkan untuk jumlah
perusahaan yang diamati sebanyak 104 perusahaan sedangkan yang
diprediksi yang tidak mengalami kebangkrutan sebanyak 46 perusahaan
dengan ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang tidak
mengalami kebangkrutan sebesar 67.6%. Secara keseluruhan ketepatan
klasifikasi untuk group pada Discriminant Analysis sebesar 64.35%.
Untuk fungsi diskriminan mampu mengelompokkan kasus dengan benar
sebesar
Kemampuan secara rata-rata =
1.1+
.
× 00% = 64.35%
121
Kemudian setelah melakukan uji discriminant untuk menguji
variabel manakah
yang memiliki
pengaruh untuk memprediksi
kebangkrutan, maka peneliti menguji kembali keenam variabel diatas
menggunakan regresi logistik adalah untuk menguji kebaikan model
(goodness of fit) apakah
model yang kita gunakan, yaitu dengan
menggunakan enam variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6)
sudah sesuai dengan data empiris, dalam hal ini uji yang digunakan
adalah Hosmer and Lemeshow Test. Hipotesis untuk menilai model fit
adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Jika nilai Hosmer-Lemeshow signifikan atau lebih kecil dari
0.05 maka hipotesis nol ditolak dan model dapat dikatakan tidak fit.
Sebaliknya jika tidak signifikan maka hipotesis nol tidal dapat ditolak
yang berarti data empiris sama dengan model atau model dapat dikatakan
fit (Imam Ghozali, 2012 : 346).
Perusahaan yang diprediksi yang mengalami kebangkrutan
menunjukkan 15 perusahaan, jadi ketepatan klasifikasi yang diamati
untuk perusahaan yang mengalami kebangkrutan sebesar 41.7%.
Sedangkan untuk jumlah perusahaan yang diprediksi yang tidak
mengalami kebangkrutan sebanyak 61 perusahaan dengan ketepatan
klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang tidak mengalami
122
kebangkrutan sebesar 89.7%. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi
pada model regresi logistik sebesar 66.2 %.
. +8 .
Rata-rata ketepatan prediksi =
= 66. %
Pada regresi logistik menunjukkan bahwa hanya variabel X4
saja yang signifikan yaitu debt
to equity yang dapat mempengaruhi
prediksi kebangkrutan perusahaan pada sektor Property and Real Estate
periode tahun 2007 sampai dengan 2010. Shih Hsun (2011) dari salah
satu variabel yang digunakan pada hasil regresi logistik menunjukkan
bahwa
variabel
debt to equity
merupakan variabel keuangan,
merupakan indikator utama untuk menilai penipuan informasi keuangan.
Hasil hipotesis pertama yaitu dengan menggunakan Multiple
discriminant analysis dan regresi logistik menunjukkan bahwa financial
ratio dapat digunakan sebagai prediktor financial distress. Banyak
penelitian sebelumnya yang hasil hipotesis dalam penelitiannya juga
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Rr. Iramani Subagyo (2007)
yang meneliti tentang Model Prediksi Financial Distress Di Indonesia
Era Globalisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah
financial ratio, industry relative ratio, sensifitas terhadap indikator
123
ekonomi makro dapat digunakan sebagai prediktor dalam model
financial distress. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
regresi logistic dapat diketahui nilai Hosmer & Lemeshow Test 12.902
dengan tingkat signifikan 0.115 > 0.05, dan model Chi Square 165.455
dan signifikan 0.000 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa model layak
digunakan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa financial ratio
dapat digunakan sebagai prediktor financial distress.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ahmad Rodoni, Titi
Dewi dan Rahman Muslim (2009) dengan judul yang sama, penelitian ini
menggunakan industri manufaktur sebagai sempel perusahaan, selain itu
menggunakan laba bersih negatif untuk penentuan sampel perusahaan
financial distress digunakan pula interest coverage ratio untuk penentuan
sampel. Hasil penelitain ini berhasil membuktikan bahwa rasio keuangan
yang berasal dari laporan laba rugi, neraca dan arus kas dalam ketiga
model yang dibentuk dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
financial distress.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang memprediksi kegagalan
perusahaan menggunakan Discriminant Analysis, Regresi Logistik yang
menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada
bulan Desember.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua laporan keuangan
perusahaan property and real estate yang dipublikasikan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2007 sampai dengan 2010. Sedangkan
untuk sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan
property and real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2007 sampai dengan 2010 berjumlah 50 perusahaan, dan menurut
hasil klasifikasi jumlah perusahaan manufaktur yang akan di teliti
berjumlah yaitu 26 perusahaan. Dengan kategori bangkrut berjumlah 9
perusahaan dan perusahaan dikatakan tidak mengalami kebangkrutan
berjumlah 17.
Hasil
canonical
discriminant
fuction
koefisien
dapat
dimasukkan kedalam formula model Multiple Discriminant Analysis atau
persamaan yang dapat digunakan untuk mengukur prediksi kebangkrutan
125
pada perusahaan property and real estate. Berikut ini merupakan model
untuk mengukur prediksi kebangkrutan perusahaan:
Z = -1.579 + 1.373X4 (debt to equity)
Jumlah perusahaan yang diamati sebanyak 104 perusahaan
sedangkan yang diprediksi yang mengalami kebangkrutan menunjukkan
22 perusahaan, jadi ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan
yang mengalami kebangkrutan sebesar 61.1%. Sedangkan untuk jumlah
perusahaan yang diamati sebanyak 104 perusahaan sedangkan yang
diprediksi yang tidak mengalami kebangkrutan sebanyak 46 perusahaan
dengan ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang tidak
mengalami kebangkrutan sebesar 67.6%. Secara keseluruhan ketepatan
klasifikasi untuk group pada Discriminant Analysis sebesar 64.35%.
Untuk fungsi diskriminan mampu mengelompokkan kasus dengan benar
sebesar
Kemampuan secara rata-rata =
1.1+
.
× 00% = 64.35%
Perusahaan yang diprediksi yang mengalami kebangkrutan
menunjukkan 15 perusahaan, jadi ketepatan klasifikasi yang diamati
untuk perusahaan yang mengalami kebangkrutan sebesar 41.7%.
Sedangkan untuk jumlah perusahaan yang diprediksi yang tidak
126
mengalami kebangkrutan sebanyak 61 perusahaan dengan ketepatan
klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang tidak mengalami
kebangkrutan sebesar 89.7%. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi
pada model regresi logistik sebesar 66.2 %.
Rata-rata ketepatan prediksi =
. +8 .
= 66. %
Pada regresi logistik menunjukkan bahwa hanya variabel X4
saja yang signifikan yaitu debt
to equity yang dapat mempengaruhi
prediksi kebangkrutan perusahaan pada sektor Property and Real Estate
periode tahun 2007 sampai dengan 2010.
B. Implikasi & Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi pada penelitian
ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Investor sebagai pemilik modal dapat mengetahui sinyal kegagalan
perusahaan
Segala
keterbatasan
dalam
penelitian
ini
memberikan
kesempatan bagi peneliti selanjutnya untuk melengkapi dan menemukan
model yang lebih tepat. Penelitian ini hanya menggunakan observasi
selama 4 tahun sehingga untuk menguji model prediksi kebangkrutan
belum dapat dijelaskan secara lebih sempurna. Untuk penelitian
selanjutnya dapat memperpanjang periode penelitian. Penelitian ini
127
hanya menggunakan beberapa variabel saja dalam lapora keuangan
perusahaan Property and Real Estate penelitian selanjutnya dapat
menambahkan beberapa variabel lainnya. Seperti gross profit margin,
interest coverage ratio.
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Nur Adiana Hiau et.al. 2008. “Predicting Corporate Failure of
Malaysia`s Listed Companies: Comparing Multiple Discriminant
Analysis, Logistic Regression and the Hazard Model”, International
Reseach Journal of Finance and Economics. ISSN 14150-2887 Issue 15
(2008). Universiti Utara Malaysia. Malaysia
Adnan, Muhammad Akhyar dan Muhammad Imam Taufiq. 2002. “Ananlisis
Ketepatan Prediksi Model Altman Terhadap Terjadinya Likuidasi Pada
Lembaga Perbankan (Kasus Likuidasi di Indonesia)”, JAAI, Vol. 5 No.
2
Agung, Igusti Ngurah. 2002. “Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data
Kategorik”, PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Ahmadi, Akbar Pourezza Soltan. 2012. “Corporate Bankruptcy Prediction Using
a Logit Model: Evidence from Listed Companies of Iran”, Word
Applied Sciences Journal 17 (9): 1143-1148,2012. ISSN 1818-4952.
Iran
Akhyar, Muhammad Adnan. 2000. “Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan
untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Dengan Altman”, JAAI Vol.
4 No. 2 Desember.
Al-khatib, Hazem B et.al. 2011. “Predicting Financial Distress Of Public
Companies Listed In Amman Stock Exchange”, European Scientific
Journal. July Edition Vol. 8 No. 15. ISSN: 1857-7881 (print). Amman
University.
Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi, Emanuel. 2003. “Analisis Rasio Keuangan
Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi
dan Auditing Indonesia (JAAI) Vol. 7 No. 2, Desember 2003 ISSN:
1410-2420. STIE Perbanas. Surabaya.
Almilia, Luciana Spica. 2006. “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan
Go Public Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis. Vol. XII No. 1, Maret 2006. ISSN: 0854-9087. STIE
Perbanas Surabaya.
Amrullah, Khania Vissiani. 2010. “Prediksi Financial Distress Perusahaan (Studi
Empirik Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Periode
2001-2008”, UIN Syarif Hidayutallah Jakarta.
Andhito, Isyaiyas. 2011. “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
129
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010)”, UIN Syarif
Hidayutallah Jakarta.
Andre, Orina. 2009. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage dalam
Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan
Aneka Industri yang Terdaftar di BEI)”, Universitas Negeri Padang.
Ardiyanto, Feri Dwi. 2011. “Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2005-2009”, Universitas Diponegoro Semarang.
Arthesa, Ade dan Handiman, Edia. 2006. “Bank & Lembaga Keuangan Bukan
Bank”, PT Indeks. Jakarta.
Atmaja, Lukas Setia. 2008. “Teori & Praktik Manajemen Keuangan”, CV ANDI.
Yogyakarta.
Brahmana. Rayenda K. 2008. “Identifying Financial Distress Condition in
Indonesian Manufacture Industry”, Birmingham Business School,
University of Birmingham. United Kingdom.
Brealey et.al. 2008. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”,
Erlangga. Jakarta.
Facbook, 2011. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Ananlisis Multivariate dengan Program SPSS”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 20 Edisi 6”, ISBN 979.704.015.1, Badan Penerbit Universitas
Diponogoro. Semarang.
Hamid, Abdul. 2007. “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Haming, H. Murdifin dan Imaduddin. 2011. “Kajian Atas Resiko Kebangkrutan
Perusahaan Industri Semen yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Manajemen Bisnis, ISSN. 2088-7086, Vol. I No. 1, September 2011.UMI
Makassar.
Hanafi Mamduh dan Halim Abdul. 2009. “Analisis Laporan Keuangan”, UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, PT
Raja Grafindo persada. Jakarta.
Hery. 2009. “Akuntansi keuangan Menengah 1”, PT. Bumi Aksara. Jakarta.
130
IAI. 2002. “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”,
SAK. Salemba Empat. Jakarta.
Jehan & Khan. 2012. “Financial Distress Signaling & Corporate Social
Responsibility”, World Journal of Social Sciences. Vol. 2. No. 3 May
2012. Pp 41-47.
Jehan et.al. 2012. “Financial Distress Signaling & Corporate Social
Responsibility”, World Journal of Social Sciences. Vol. 2 No. 3, May
2012. Japan.
Kamaludin dkk. 2011. ”Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur
Pendekatan Model Regresi Logistik” Forum Bisnis dan Kewirausahaan,
Jurnal Ilmiah STIE MDP. Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu.
Kasmir. 2012. “Analisis Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo persada. Jakarta.
Keown, et.al. 2001. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat.
Jakarta.
Kieso,et.al. (2002). “Akuntansi Intermediate”, Erlangga. Jakarta.
Kosasih. 2010. “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman Dan Foster Pada
Perusahaan Textile Dan Garment Go Public Di Bursa Efek Indonesia”,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Moeljadi. 2006. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”,
Bayumedia Publishing. Jawa Timur.
Munawir. 2001. “Analisa Laporan Keuangan”, Liberty: Yogyakarta.
Murdayanti, Yunika & Selina. 2002. “Penerapan Logit Model dalam
Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan-Perusahaan NonFinansial yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Mustika, Diah. 2008. “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Publik
Berdasarkan Model Altman Z-Score dan Pengaruhnya terhadap harga
saham”, Univesitas Brawijaya. Malang.
Nasarudin, M. Irsan dkk. 2008. “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”,
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Nugroho, Mokhamad Iqbal Dwi. 2012. “Analisis Prediksi Financial Distress
Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi 1995 (Studi
kasus pada perusahaan manufaktur yang go Public di Indonesia tahun
2008 sampai dengan tahun 2010)”, Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Universitas Diponegoro. Semarang.
131
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2012. “Financial Distress Prediction In
Indonesian Stock Exchange”, MPRA Paper No. 36980, post 28.
February 2012. ABFI Institute Perbanas. Jakarta.
Permatasari, Vita. 2011. “Perbandingan Model Logit dan Model Multiple
Discriminant Analysis (MDA) Sebagai Early Warning System (EWS)
Untuk Memprediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank-Bank Umum
Swasta Nasional Devisa dan Non-Devisa di Indonesia”, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pradana, Andi. 2011. “Peranan Analisis Rasio Keuangan Model Altman, Foster,
Springate dan Zmijewski Untuk Mengukur Kesehatan Perusahaan
(Studi Kasus pada Perusahaan Property and Real Estate Go Public di
BEI Tahun 2007-2009)”, UIN Syarif Hidayutallah Jakarta.
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. 2005. “Metode Penelitian
Kuantitatif Teori dan Aplikasi”, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. 2010. “Manajemen Keuangan”, Mitra wacana
media. Jakarta.
Rodoni, Ahmad dkk. 2009. “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go
Public Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Jurnal
Etikonomi Vol. 7 No. 2. Desember 2008.
Santoso, Singgih. 2010. “Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS”, Elex Media Komputindo. Jakarta.
Shih, Hsun et.al. 2011.“Financial Information Fraud Risk Warning For
Manufacturing Industry-Using Logistic Regression And Neural
Network”, Romanian Journal of Economic Forcasting.
Simamora, Bilson. 2005. “Analisis Multivariate Pemasaran”, Gramedia. Jakarta.
Subagyo, Joko. 2004. “Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek”, Rineka
Cipta. Jakarta.
Subagyo, Rr Iramani. 2007. “Model Prediksi Financial Distress di Indonesia Era
Globalisasi”, Sekolah Tinggi Manajemen PPM. 7 November 2007.
Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis”, Cetakan 13. Alfabeta. Bandung.
Sulaiman, Mohammed et.al. 2001. “Predicting Corporate Failure In Malaysia :
An Application Of The Logit Model To Financial Ratio Analysis”,
Asian Academy of Management Journal. Ohio University. Malaysia.
Sundjaja, Ridwan S dkk. 2010. “Manajemen Keuangan 2”, Literata Lintas Media.
Bandung.
132
Surat Edaran Ketua Bappepam, 2002. “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Real
Estate”. Nomor SE-02/PM/2002. Jakarta.
Trihendradi. 2012. “Step By Step SPSS 20: Analisis Data Statistik”, Salemba
Infotek. Jakarta
Tsai, Bi Huei. 2012. “Comparison of Binary Logit Model and Multinomial Logit
Model in Predicting Corporate Failure”, Review of Economics &
Finance. Submitted on 15/April/2012. National Chiao Tung University.
Taiwan.
Uyanto, Stanislaus. 2007. “KupasnTuntas Analisis Regresi”, ANDI. Yogyakarta.
Widarjo, Wahyu. 2009. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial
Distress Perusahaan Otomotif”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11
No. 2, Agustus 2009, Hlm 107-119. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Widyaningdyah, Agnes Utari dan Listiana, Octa Fenny. 2009. “Kecendrungan
Manajemen laba Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia yang
Diprediksi Mengalami Kebangkrutan”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Vol. 11, No. 1, April 2009, Hlm. 19-32. Universitas Katatolik Widya
Mandala. Surabaya.
Wing, Wahyu Winarno. 2006. “Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan
Eviews”, UPP STM YKPN. Yohyakarta.
Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. 2009. “SPSS Complete Teknik Analisis
Statistik Terlengkap dengan Software SPSS”, Salemba Infotek. Jakarta.
Yap , Ben Chin Fook et.al. 2012. “Evaluating Company Failure in Malaysia
Using Financial Ratios and Logistic Regression”, Asian Journal of
Finance & Accounting ISSN 1946-052X 2012, Vol. 4 No. 1. Universiti
Tun Abdul Razak. Malaysia.
Yin, Juliana et.al. 2005. “A comparison of corporate distress prediction models in
Brazil: hybrid neural networks, logit models and discriminant
analysis”, School of Economics and Finance, RMIT University. Brazil.
Ying, Wang and Michael, Champbell. 2010. “Financial Ratios and The
Prediction of Bankruptcy: The Olshon Model Applied to Chinese
Publicly Traded Compannies”, Proceedings of ASBBS. Vol. 17 No.1.
Monata State University.
Yuanita, Ika. 2010. “Prediksi Financial Distress Dalam Industri Textile dan
Garment (Bukti Empiris Di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Akuntansi
& Manajemen Vol. 5 No. 1 Juni 2010. Universitas Poloteknik Negeri
Padang.
133
Yuliantika, Rizka. 2011. “Model Prediksi Kondisi Financial Distress Industri
Manufaktur (Periode 2003-2010)”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Koran Jakarta/Rabu, 1 Mei 2013
ICMD 2011. Yahoo Finance
www.tempo.com
www.kompas.com
www.bisnisrumah.co.id
www.mariyunproperty.com
www.yahoofinance.com
134
KODE
THN
Y
ASRI
ASRI
ASRI
ASRI
BCIP
BCIP
BCIP
BCIP
BAPA
BAPA
BAPA
BAPA
BSDE
BSDE
BSDE
BSDE
COWL
COWL
COWL
COWL
CTRP
CTRP
CTRP
CTRP
CTRA
CTRA
CTRA
CTRA
DART
DART
DART
DART
DILD
DILD
DILD
DILD
DGIK
DGIK
DGIK
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
Current Leverage
Net
Debt Operating
Ratio
Ratio
Profit
To
Profit
(X1)
(X2)
Margin Equity Margin
(X3)
(X4)
(X5)
1.54
0.43
0.07
0.74
0.1
1.74
0.42
0.14
0.74
0.13
1.69
0.46
0.23
0.84
0.27
1.44
0.52
0.38
1.07
0.45
4.68
0.35
6.31
0.55
16.15
2.28
0.41
6.38
0.68
11.07
3.27
0.19
11.65
0.24
19.92
2.47
0.2
22.14
0.25
30.03
0.13
0.74
0.02
2.79
22.47
0.29
0.54
0.01
1.19
17.65
0.64
0.5
0.14
1.01
25.52
0.85
0.45
0.23
0.82
28.51
0.85
0.65
0.07
1.84
0.19
1.37
0.53
0.16
1.11
0.3
1.51
0.49
0.24
0.96
0.36
2.41
0.37
0.16
0.7
0.35
1.67
0.5
0.09
1
0.15
1.98
0.43
0.08
0.74
0.14
2.16
0.37
0.14
0.58
0.22
1.41
0.51
0.08
1.05
0.12
11.81
0.11
0.27
0.12
0.35
9.66
0.07
0.58
0.08
0.31
11.94
0.06
0.22
0.07
0.33
7.82
0.07
0.44
0.08
0.31
3.99
0.17
0.12
0.34
0.25
3.32
0.19
0.16
0.38
0.22
3.03
0.19
0.1
0.34
0.21
2.46
0.23
0.15
0.43
0.2
0.23
0.8
0.21
4.04
0.36
0.25
0.77
0.27
3.35
0.37
0.29
0.79
0.1
3.83
0.42
0.33
0.71
0.08
2.47
0.36
1.38
0.44
0.08
0.8
0.1
1.19
0.46
0.04
0.86
0.12
1.33
0.45
0.07
0.83
0.16
3.51
0.21
0.42
0.27
0.31
2.64
0.32
0.08
0.47
0.12
2.13
0.37
0.04
0.59
0.09
2.04
0.39
0.05
0.63
0.1
Total
Asset
Turnover
(X6)
0.68
1.92
2.64
0.17
0.22
0.28
0.44
0.44
0.37
0.41
0.47
0.4
0.4
0.32
0.28
0.21
0.37
0.4
0.48
0.38
0.08
0.09
0.09
0.09
0.18
0.16
0.16
0.18
0.19
0.13
0.1
0.14
0.13
0.16
0.18
0.18
0.83
0.99
0.87
135
DGIK
DUTI
DUTI
DUTI
DUTI
GMTD
GMTD
GMTD
GMTD
ELTY
ELTY
ELTY
ELTY
GPRA
GPRA
GPRA
GPRA
JRPT
JRPT
JRPT
JRPT
LAMI
LAMI
LAMI
LAMI
LPKR
LPKR
LPKR
LPKR
LPCK
LPCK
LPCK
LPCK
MKPI
MKPI
MKPI
MKPI
MDLN
MDLN
MDLN
MDLN
PJAA
PJAA
PJAA
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.53
0.78
1.12
1.31
1.41
0.75
0.76
0.83
0.95
3.14
2.49
1.57
2.49
2.07
1.9
1.94
2.09
1.18
1.1
1.12
1.16
1.3
1.24
1.27
1.33
1.44
1.43
1.4
1.75
2.58
2.08
1.76
1.51
0.4
0.21
0.25
0.4
0.71
0.92
0.8
0.73
2.65
3.17
1.97
0.5
0.52
0.41
0.34
0.32
0.69
0.68
0.66
0.64
0.26
0.38
0.5
0.39
0.59
0.62
0.57
0.49
0.38
0.42
0.45
0.51
0.73
0.71
0.67
0.62
0.57
0.59
0.56
0.49
0.64
0.66
0.68
0.66
0.49
0.44
0.32
0.54
0.58
0.44
0.41
0.45
0.36
0.34
0.24
0.05
0.05
0.04
0.21
0.27
0.13
0.13
0.21
0.23
0.17
0.26
0.13
0.13
0.09
0.04
0.1
0.11
0.21
0.23
0.29
0.34
0.03
0.08
0.09
0.15
0.17
0.15
0.15
0.17
0.07
0.05
0.08
0.16
40.99
43.11
34.74
37.01
0.11
0.01
0.01
0.15
18.46
15.48
15.29
1.02
1.37
0.81
0.62
0.55
2.21
2.09
1.92
1.8
0.36
0.7
1.25
0.82
1.45
1.64
1.33
0.97
0.63
0.75
0.87
1.1
2.81
2.62
2.2
1.83
1.43
1.54
1.4
1.03
1.8
1.96
2.11
1.96
0.95
0.79
0.48
0.76
1.36
0.77
0.7
0.83
0.57
0.51
0.37
0.1
0.12
0.15
0.3
0.34
0.18
0.19
0.27
0.25
21.8
21.45
21.45
17.67
0.2
0.19
0.19
0.18
0.29
0.33
0.35
0.36
0.15
0.14
0.26
0.28
0.22
0.18
0.19
0.23
0.26
0.25
0.3
0.28
45.59
45.84
48.17
46.91
0.12
0.14
0.23
0.22
23.71
22.91
20.73
0.7
0.28
0.24
0.23
0.21
0.22
0.21
0.21
0.33
0.14
0.13
0.09
0.08
0.32
0.22
0.23
0.26
0.28
0.29
0.26
0.23
0.15
0.18
0.22
0.21
0.2
0.22
0.21
0.19
0.12
0.2
0.21
0.24
0.36
0.37
0.41
0.39
0.16
0.13
0.17
0.13
0.6
0.64
0.59
136
PJAA
PNSE
PNSE
PNSE
PNSE
PUDP
PUDP
PUDP
PUDP
PSAB
PSAB
PSAB
PSAB
SSIA
SSIA
SSIA
SSIA
SMRA
SMRA
SMRA
SMRA
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0.74
1.42
1.5
1.68
1.56
1.94
1.85
1.9
1.53
1.47
1.47
1.46
0.83
0.93
1.08
1.02
0.67
1.12
0.89
0.99
0.31
0.58
0.59
0.51
0.46
0.2
0.18
0.2
0.22
0.52
0.57
0.61
0.63
0.6
0.66
0.63
0.6
0.5
0.57
0.61
0.65
15.38
0.1
0.13
0.17
0.15
0.1
0.08
0.12
0.17
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
-0.01
0.01
0.07
0.16
0.07
0.14
0.14
0.47
1.72
1.81
1.28
1.11
0.25
0.23
0.25
0.29
1.07
1.33
1.55
1.53
1.51
2.02
1.87
1.64
1.01
1.31
1.59
1.86
21.5
0.44
0.45
0.49
0.46
0.25
0.11
0.08
0.05
0.02
0.01
0
0
0.04
0.07
0.06
0.1
0.26
0.17
0.27
0.22
0.59
0.58
0.62
0.65
0.63
0.26
0.19
0.21
0.2
1.32
1.28
0.95
0.95
0.79
0.78
0.66
0.71
0.34
0.35
0.27
0.28
137
138
Analisis Diskriminan
139
140
141
142
Metode Stepwise
143
144
Regresi Logistik
145
Block 1: Method = Enter
146
147
148
Download