11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan dedifinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Prawirohardjo, 2011; h 213). Kehamilan merupakan
waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. (Helen Varney, 2007;
h.501).
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu)
atau 10 bulan (lunar months). Kehamilan dibagi atas triwulan
(trimester): I antara minggu 0 – 12, II antara minggu 12 – 28, dan
III antara minggu 28 – 40. (Rustam Mochtar, 2012; h.35).
Disimpulkan bahwa kehamilan adalah hasil konsepsi
kehamilan ( bertemunya sel sperma dan ovum ) yang
berimplantasi
di
dalam
Rahim
serta
akan
tumbuh
dan
berkembang menjadi janin sampai lahir.
b. Proses kehamilan
Menurut Mochtar, 2012; h.16 proses permulaan kehamilan
dimulai dari adanya sel telur (ovum), sel mani (spermatozoa),
11
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
12
pembuahan (konsepsi), nidasi (implantasi), plasenta dan mukosa
rahim.
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan
(konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi.
Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum
perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil
dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk
bergerak
dalam
media
cair
dan
dapat
mempertahankan
fertilisasinya selama 2 sampai 4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup
maksimal 48 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu agar fertilisasi
berhasil, senggama harus dilakukan dalam waktu 5 hari di sekitar
ovulasi (Hutahean, 2013, H, 57).
c. Perubahan Fisiologis Kehamilan
1) Saluran reproduksi
a) Uterus
Selama
beberapa
minggu
pertama,
uterus
mempertahankan bentuknya yang mirip buah pir, tetapi
seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus dan fundus
mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir
sferis pada 12 minggu. Kemudian organ ini mengalami
peningkatan pesat dalam ukuran panjangnya daripada
lebarnya dan mengambil bentuk ovoid. Uterus yang terus
membesar ini kemudian berkontak dengan dinding
anterior abdomen, menggeser usus ke lateral dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
13
superior, dan terus tumbuh sehingga akhirnya mencapai
hati. (William, 2014; h.113).
Tabel 2.1 Ukuran tinggi fundus uteri menurut spiegelberg.
Umur kehamilan (minggu)
Ukuran (cm)
22 -28
24 – 25
28
26,7
30
29,5 – 30
32
29,5 – 30
34
31
36
32
38
33
40
37,7
Sumber: Rustam Mochtar, 2012; h.41
Dengan mengetahui tinggi fundus uteri dapat menentukan
taksiran berat badan janin dengan menggunakan rumus
Johnson – Tausak: BB = (mD-12) x 155. Keterangan: mD
adalah tinggi fundus uteri, BB adalah berat badan janin.
(Rustam Mochtar, 2012; h.41).
Tabel 2.2 Hubungan tua kehamilan,besar uterus dan tinggi
fundus uteri
Akhir bulan
1
Besar uterus
2
Lebih besar
biasa
Telur bebek
3
Telur angsa
Tinggi fundus uteri
dari Belum teraba (palpasi)
Dibelakang simfisis
1-2 jari diatas simfisis ,
pertengahan simfisis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
14
4
Kepala bayi
Pusat
5
Kepala dewasa
2-3 jari di bawah pusat
6
Kepala dewasa
Kira-kira setinggi pusat
7
Kepala dewasa
2-3 jari diatas pusat ,
pertengahan pusat-
8
Kepala dewasa
Prosesus xiphoideus
9
Kepala dewasa
3 jari di bawah px atau
sampai setinggi px
10
Kepala dewasa
sama
dengan
kehamilan
8
bulan
melebar kesamping
Sumber . Rustam Mochtar,2012; h.42
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai
mengalami perlunakan dan sianosis mencolok. Terjadi
karena peningaktan vaskularitas dan edema serviks
keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar serviks. (Straach, dkk 2005 dalam William, 2014;
h.114).
c) Ovarium
Selama
kehamilan,
ovulasi
berhenti
dan
pematangan folikel – folikel baru ditunda. Biasanya hanya
satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita hamil
(William, 2014; h.114).
d) Tuba uterina
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
15
Otot – otot tuba uterina hanya sedikit mengalami
hipertrofi selama kehamilan. Namun, epitel vulva tuba
menjadi agak mendatar (Batukan, dkk.,2007 dalam
William, 2014; h.115).
e) Vagina dan Perineum
Terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia di
kulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan
jaringan ikat dibawahnya, menyebabkan warna vagina
menjadi keunguan (tanda Chadwick). Ketebalan vulva,
melonggarnya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos
sehingga terbentuk gambaran berpaku - paku halus.
Sekresi vagina meningkat berupa cairan putih agak kental.
pH berkisar 3,5 sampai 6. Disebabkan oleh peningkatan
produksi asam laktat dari glikogen di epirel vagina oleh
kerja lactobacillus acidophilus (William, 2014; h.116).
2) Kulit
Meningkatnya aliran darah ke kulit selama kehamilan
berfungsi
untuk
mengeluarkan
kelebihan
panas
yang
terbentuk karena meningkatnya metabolisme. Alur – alur
kemerahan yang sedikit cekung di kulit abdomen, payudara
dan paha. Disebut striae gravidarum atau stretch marks.
Osman, dkk (2007) melaporkan bahwa 48% mengalami striae
gravidarum di perut, 25% di payudara dan 25% di paha. Otot
dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
16
mengenainya akibat dari itu otot rektus terpisah di garis
tengah, menciptakan suatu diastasis rekti dengan derajat
bervariasi. Hiperpigmentasi, garis tengah pada abdomen linea
alba atau linea nigra (hitam kecoklatan). Muncul bercak –
bercak kecoklatan dengan berbagai ukuran di wajah dan leher
atau cloasma gravidarum. Pigmentasi di aerola dan kulit
genital juga dapat bertambah. Perubahan – perubahan ini
akan menghilang atau berkurang setelah persalinan. (William,
2014; h.116).
3) Payudara
Pada minggu – minggu awal kehamilan sering merasakan
nyeri payudara.
Setelah bulan kedua membesar
dan
memperlihatkan vena – vena halus di bawah kulit. Puting
menjadi jauh lebih besar, bewarna lebih gelap dan lebih
tegak. Beberapa bulan pertama pemijatan puting akan
mengeluarkan cairan kuning kental kolostrum. Pada aerola
lebih lebar dan lebih gelap, tersebar sejumlah tonjolan kecil
kelenjar
montgomery. Ukuran
payudara
yang
berubah
membesar tidak berkaitan dengan volume air susu yang
dihasilkan (William, 2014; h.116).
4) Perubahan Metabolik
a) Penambahan berat badan
Disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara dan
peningkatan
volume
darah
serta
cairan
ekstrasel
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
17
ekstravaskular.
Hytten
(1991)
melaporkan
bahwa
penambahan berat badan selama kehamilan adalah
sekitar 12,5 kg (William, 2014; h.117).
b) Metabolisme air
c) Metabolisme protein
d) Metabolisme karbohidrat
e) Metabolisme lemak
f)
Metabolisme elektrolit dan mineral (William, 2014; h.11
5) Perubahan Hematologis
Setelah 32 sampai 34 minggu kehamilan, hipervolemia
yang telah lama diketahui besarnya adalah 40 sampai 45% di
atas volume darah sebelum
hamil. Mulai meningkat pada
trimester pertama minggu ke 12 (William, 2014; h.119).
6) Sistem kardiovaskular
Perubahan pada fungsi jantung mulai tampak selama 8
minggu pertama kehamilan (McLaughlin dan Roberts, 1999
dalam William, 2014. h.123). berkurangnya resistensi vaskular
sistemik dan meningkatnya kecepatan jantung. Dalam posisi
terlentang, tekanan vena femoralis terus meningkat, dari
sekitar 8 mmHg menjadi 24 mmHg menjelang aterm
membuktikan mengalami hambatan kecuali pada posisi
berbaring lateral (William, 2014; h.123).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
18
7) Saluran pernapasan
Diafragma terangkat sekitar 4 cm selama kehamilan.
Pergerakkannya pun lebih besar dibandingkan tak hamil.
Jumlah oksigen yang diperlukan meningkat (William, 2014;
h.127).
8) Sistem kemih
Ukuran ginjal sedikit meningkat. Clearance kreatinin pada
kehamilan rerata sekitar 30% lebih tinggi daripada nilai 100
sampai 115 ml/mnt pada wanita tak hamil (Lindheimer, dkk.,
2000 dalam William, 2014; h.129).
9) Saluran pencernaan
Lambung dan usus tergeser oleh uterus yang terus
membesar.
Pada
wanita
hamil
tekanan
intraesofagus
berkurang dan tekanan intralambung meningkat. Peristaltik
esofagus menurun. (Ulmsten dan Sundstrom, 1978).
Gusi mengalami hiperemia dan melunak selama kehamilan
dan dapat berdarah setelah trauma ringan. Haemoroid terjadi
disebabkan konstipasi dan peningkatan tekanan di vena –
vena dibawah uterus yang membesar (William, 2014; h.131).
d. Pertumbuhan dan perkembangan janin
Pertumbuhan dan perkembangan janin menurut Varney (2007,
hal. 504) yaitu :
a) Trimester Pertama
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
19
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan fertilisasi
dan proses fusi pronekleus pada wanita dan pria masingmasing dari ovum dan sperma. Proses fusi ini menghasilkan
sel tunggal yang disebut zigot. Segera setelah fertilisasi zigot
yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis,
yang disebut pembelahan.
(1) Minggu ke 3
Ditandai
dengan
mulainya
morfogenesis,
yakni
perkembangan bentuk tubuh (embrio).
(2) Minggu ke 4
Jantung mulai bedetak pasca fertilisasi (enam minggu
berdasarkan masa menstruasi terahir). Selama minggu ke
4 terjadi perkembangan lapisan longitudinal meliputi
lapisan kepala dan lapisan ekor yang mengubah embrio
dari bentuk yang lurus enjadi bentuk yang memiliki lekuk.
Pada ahir minggu ke 4, embrio diperkirakan memiliki
ambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga
(lubang otis), lengan (bakal lengan), tungkai (bakal
tungkai), dan struktur leher dan wajah (empat lekuk brakial
pertam).
(3) Minggu ke 5
Perkembangan
pesat
pada
otok
menghasilkan
perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya
menjadi bagia yang lebih besar dari pada anggota tubuh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
20
lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga
bokong dan tungkai berkembang, mata terbentuk bakal
lensa, cangkir optic dan pigmen retina.
(4) Minggu ke 6
Perkembangan pada minggu ini terbentuk mulut, hidung,
dan mata mulai terlihat.
(5) Minggu ke 7
Perkembangan janin pada minggu ini yaitu berkembang
lempeng kaki , kelopak mata dapat terlihat, usus halus
mengalami herniasi ke bagian belakang tali pusat yang
memiliki ruan untuk usus tersebut.
(6) Minggu ke 8
Periode ini menandai ahir dari periode embroik. Semua
struktur eksternal dan internal sudah terbentuk dan
mengalami perkembangan.
a) Trimester kedua dan ketiga
(1) Minggu ke 13-16
Kelopak mata mengalami fusi sedangkan kepala
berkembang lambat, sementara telinga bergerak ke
posisi yang lebih tinggi pada kepala dan dagu, kedua
lengan telah mencapai panjang sesungguhnya, kuku
jari tangan mulai berkembang, respon reflek sudah
terjadi meski ibu belum merasakan. Minggu ke 14 jenis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
21
kelamin mulai jelas terlihat, pada minggu ke 16 terjadi
perkembangan tulang.
(2) Minggu ke 17-20
Kaki telah mencapai panjang total, kuku jari kaki mulai
tumbuh, kelopak mata masih menyatu, pada ahir bulan
vernik caseosa mulai menutupi seluruh tubuh. Vernik
caseosa adalah campura sebum (sekresi dari kelenjar
sebasea) dan sel spitel permukaan yang tebal, suatu
substansi seperti keju yang melindungi kulit janin yang
rapuh.
Detak
jantung
dapat
terdengar
dengan
menggunakan fetoskop.
(3) Minggu ke 21-24
Seluruh tubh janin dilapisi lanugo, yakni rambut halus
yang menurun, bakal gigi permanen telah muncul,
tangan mulai membentuk kepalan dan pegangan,
lemak coklat yang merupakan sumber energy, produksi
panas, dan pengaturan panas pada bayi baru lahir juga
mulai terbentuk.
(4) Mingg ke 25-28
Sufaktan mulai dihasilkan paru-paru pada usia 26
minggu, gerakan menghisap semakin kuat, mata mulai
menutup, dan membuka, kuku pada jari mulai telihat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
22
(5) Minggu ke 29-32
Tubuh janin sudah berisi elemak,janin telah memiliki
kendali terhadap gerak pernafasan yan berirama dan
temperature tubuh, mata telah terbuka, reflek cahaya
terhadap pupil muncul.
(6) Minggu ke 33-36
Kulit mulai halus, tubuh menjadi semakin bulat, rambut
memanjang, kuku sudah sempurna, testis sebelh kiri
biasanya telah turun ke skrotum.
(7) Minggu ke 37-40
Pertumbuhan dan perkembanan janin telah mencapai
sempuna
dengan
dada
dan
kelenjar
payudara
menonjol pada kedua jenis kelamin, kedua testis sudah
masuk ke skrotum, lanugo semakin menghilang
Tabel 2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
menurut Manuaba, 2010, hal. 89.
Usia kehamilan
Panjang janin
Ciri khas
4 minggu
7,5-10 mm

8 minggu
2,5 cm
12 minggu
9 cm




16 minggu
16-18 cm


Rudi menter : hidung telinga, dan
mata
Kelapa fleksi kedada.
Hidung kuping dan jari terbentuk.
Kuping lebih jelas
Kelopak mata terbentuk dan
Genetalia eksterna terbentuk
Genetal jelas terbentukKulit merah
tipis
Uterus telah penuh, desidua
parietalis dan kapsularis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
23
20 minggu
25 cm


Kulit tebal dengan rambut lanugo
Kelopak mata jelas, alis dan bulu
tampak
24 minggu
30 cm

Berat
badan
1000gram
Menyempurnakan janin
28 minggu
31 cm



Bayi cukup bulan
Kulit berambut dengan baik
Kulit kepala tumbuh baik
40 minggu
50-55 cm

Pusat penulangan
proksimal
pada
b) Perubahan Psikologis Kehamilan
Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup
labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya
kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi
mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Menjadi
sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Merasa
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada
bayinya.
Tidak
dapat
mengendalikan
dirinya
sendiri
dan
cenderung menuntut. (Varney,2007., h. 501).
Trimester pertama adalah periode penyesuaian atau
penerimaan terhadap kenyataan. 80% mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Waktu dimana
terjadi penurunan libido tapi tidak menentukan bahwa wanita
hamil tirmester pertama tidak ada hasrat hubungan seksual.
(Varney,2007., h. 501).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
fibia
24
Trimester kedua merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan. Lebih banyak bersosialisasi dengan wanita
hamil lainnya, sudah dapat menerima kehamilan, mempersiapkan
peran baru. Mengalami kemajuan untuk berhubungan seksual.
Hilang rasa menuntut kasih sayang namun mencari kasih sayang
dari orang terdekatnya. (Varney,2007., h. 502).
Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk
terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
Fokusnya hanya tentang kelahiran dan bayinya dengan rasa
waspada. Merasakan ketidaknyamanan fisik. (Varney,2007., h.
503).
c) Tanda – Tanda Kehamilan
1) Tanda kemungkinan kehamilan :
a. Amenorea
(terlambat
haid).
Konsepsi
dan
Nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan
perhitungan
rumus
Naegle,
dapat
ditentukan
perkiraan persalinan.
b. Mual dan muntah (emesis). Pengaruh esterogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut
morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
25
dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan
berkurang.
c. Ngidam. Yaitu menginginkan makanan tertentu.
d. Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf
pusat dan menimbukan sinkop atau pingsan. Keadaan ini
menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e. Payudara tegang. Pengaruh esterogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam
pada payudara.
f.
Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh.
g. Konstipasi.
Pengaruh
progesteron
dapat
menghambat
peristaltik usus
h. Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi,
dinding perut dan sekitar payudara.
i.
Epulis
hipertofi papilla gingivalis.
j.
Varises.
Pengaruh
esterogen
dan
progesteron
terjadi
penampakan pembuluh darah.
2) Tanda tidak pasti hamil :
a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
26
b. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda
Chadwicks, piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba
ballotement.
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
3) Tanda pasti hamil :
a. Gerakan janin dalam rahim
b. Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian
janin
c. Adanya denyut jantung janin
(Manuaba, 2010; h.107-109).
d) Tanda Bahaya Kehamilan
Pada umumnya 80 – 90 % kehamilan akan berlangsung
normal dan hanya 10 – 12 % kehamilan disertai dengan
penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
1) Pendarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah
20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Disebabkan
oleh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa
ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala
perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran
uterus yang di atas normal pada umumnya disebabkan oleh mola
hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20
minggu pada umumnnya disebabkan oleh plasenta previa. Bila
mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
27
solusio plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan
kasus perdarahan antepartum.
2) Preeklampsia. Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan
diatas 20 minggu disertai dengan paningkatan tekanan darah di
atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Gejala
lainnya yaitu: hiperrefleksia (irritabilitas susunan saraf pusat),
ssakit kepala atau cepalgia, gangguan penglihatan seperti
pandangan kabur, nyeri epigastrik, oliguria, tekanan darah naik,
sistolik (20-30 mmHg) dan diastolik (10-20 mmHg) diatas normal.
Proteinuria, edema menyeluruh.
3) Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum. Bila terjadi pada
kehamilan trimester dua atau ketiga dan disertai dengan riwayat
dan tanda – tanda seperti tinggi fundus uteri lebih besar dari usia
kehamilan, bagian – bagian janin sulit diraba, uterus tegang dan
nyeri, janin mati di dalam rahim bisa jadi itu tanda dari solusio
plasenta.
4) Dan gejala lain yang harus diwaspadai yaitu muntah berlebihan
yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau
demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
(Sarwono, 2010; h.281).
e) Keluhan – keluhan saat kehamilan
1) Nausea
Nausea, dengan atau tanpa di sertai muntahmuntah, ditafsirkan sebagai morning sickness, tetapi paling
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
28
sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan
sepanjang hari (Varney, 2007; hal .536-537).
2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang
dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam
mulut
atau
peningkatan
asupan
zat
pati,
yang
menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan
mengalami sekresi berlebihan (Varney, 2007; h.537).
3) Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun
alasannya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah
bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju
metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal
ini
terjadi
masih
belum
jelas.Untungnya,
keletihan
merupakan ketidaknyamanan yang terbatas dan biasanya
hilang pada akhir trimester pertama (Varney, 2007; h.537).
4) Nyeri punggung bagian atas (Nonpatologis)
Nyeri
punggung
bagian
atas
terjadi
selama
trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara,
yang membuat payudara menjadi berat.Pembesaran ini
dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak
disokong adekuat (Varney, 2007; h.538).Metode untuk
mengurangi nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang
berukuran sesuai ukuran payudara.Dengan mengurangi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
29
mobilitas payudara, bra penyokong yang berukuran tepat
juga mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri tekan pada
payudara yang timbul karena pembesaran payudara
(Varney, 2007; h.538)
5) Leukorea
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah
besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai
pada trimester pertama. Upaya untuk mengatasi leukorea
adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada
area tersebut dan mengganti panty berbahan katun
dengan sering (Varney, 2007; h.538).
6) Peningkatan Frekuensi Berkemih
Frekuensi berkemih selama trimester pertama
terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.
Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmu
menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi
pada uterus yang membesar. Hal ini menimbulkan tekanan
langsung pada kandung kemih. Frekuensi berkemih pada
trimester
ketiga
paling
sering
dialami
oleh
wanita
primigravida setelah lightening terjadi. Efek lightening
adalah bagian presentasi akan menurun masuk kedalam
panggul dan menimbulkan tekanan langsunng pada
kandung kemih. Tekanan ini menyebabkan wanita merasa
perlu berkemih (Varney, 2007; h.538).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
30
7) Nyeri Ulu hati
Nyeri ulu hati, ketidaknyamanan yang mulai timbul
menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga
trimester ketiga adalah kata lain untuk regurgitasi atau
refluks isi lambung yang asam menuju esophagus bagian
bawah akibat peristaltis balikan. Isi lambung bersifat asam
karena sifat asam hidroklorida ini menyebabkan materi
tersebut membakar tenggorok dan teraba tidak enak
(Varney, 2007; h.538).
8) Flatulen
Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan
mortilitas gastrointestinal. Hal ini kemungkinan merupakan
akibat efek peningkatan progesteron yang merelaksasi otot
halus dan akibat pergeseran serta tekanan pada usus
halus karena pembesaran uterus (Varney, 2007; h.539).
9) Konsipasi
Wanita
yang
sebelumnya
tidak
mengalami
konstipasi dapat memiliki masalah ini pada trimester kedua
atau ketiga.Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan
peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus
besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone
(Varney, 2007; h.539).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
31
10) Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh
karena
itu,
semua
hemoroid
sering
didahului
oleh
konstipasi.oleh karena itu, semua penyebab konstipsi
berpotensi menyebabkan hemoroid. progesterone juga
menyebabkan hemoroid. Progesteron juga menyebabkan
relaksasi dinding vena dan usus besar (Varney, 2007;
h.539).
11) Kram Tungkai
Dasar fisiologis untuk kram kaki belum diketahui
dengan
pasti.Selama
beberapa
tahun,
kram
kaki
diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan kalsium
atau
asupan
kalsium
yang
tidak
adekuat
atau
ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh.
Salah satu dugaaan lainnya adalah bahwa uterus yang
membesar memberi tekanan baik pada pembuluh darah
panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada saraf
sementara saraf ini melewati foramen obturator dalam
perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah (Varney,
2007; h.540).
12) Edema Dependen
Edema
dependen
pada
kaki
timbul
akibat
gangguan sirkulasi vena dan peningkaatan tekanan vena
pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
32
disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada
vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri
dan pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi
telentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik
vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk
masalah (Varney, 2007; h.540).
13) Varises
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi
vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas
bagian bawah. Perubahan ini diakibatkan penekanan
uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita
tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena
kava inferior saat ia berbaring. Pakaian yang ketat
menghambat aliran vena balik dari ekstremitas bagian
bawah, atau posisi berdiri yang lama memperberat
masalah tersebut (Varney, 2007; h.540).
14) Dispareunia
Perubahan fisiologis menjadi penyebab, seperti
kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang
dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan
bagian presentasi. Masalah-masalah fisik kemungkinan
disebabkan abdomen yang membesar atau dijumpai pada
tahap akhir kehamilan saat bagian presentasi mengalami
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
33
penurunan ke dalam pelvis sejati (Varney, 2007; h.540541).
15) Nokturia
Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben
karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul
dan vena kava inferior. Bila wanita berbaring dalam posisi
ini pada saat tidur dimalam hari, akibatnya adalah pola
diurnal kebalikan sehingga terjadi peningkatan keluaran
urine pada saat ini (Varney, 2007; h.541).
16) Insomnia
Insomnia, baik pada wanita yang mengandung
maupun tidak, dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab,
seperti
kekhawatiran,
kecemasan,
terlalu
gembira
menyambut suatu acara untuk keesokan hari.Wanita
hamil, bagaimanapun, memiliki tambahan alasan fisik
sebagai
penyebab
ketidaknyamanan
insomnia.
akibat
uterus
Hal
yang
ini
meliputi
membesar,
ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan pergerakan
janin., terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2007;
h.541).
17) Nyeri pada Ligamentum Teres Uteri
Ligamentum terdiri atas sejumlah besar otot polos
yang merupakan lanjutan otot polos uterus. Jaringan otot
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
34
ini memudahkan ligamentum latum untuk hipertrofi selama
kehamilan berlangsung dan, yang terpenting, meregang
seiring pembesaran uterus. Ligamentum teres uteri secara
anatomis memiliki kemampuan memanjang saat terus
meninggi dan masuk ke dalam abdomen.Nyeri pada
ligamentum teres uteri diduga terjadi akibat peregangan
dan kemungkinan akibat penekanan berat uterus yang
meningkat pesat pada ligament (Varney, 2007; h.541-542).
18) Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung
yang terjadi pada area lumbosacral. Nyeri punggung
bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring
pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan
akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan
postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan
oleh berat uterus yang membesar (Varney, 2007; h.542).
19) Hiperventilasi dan Sesak Nafas
Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan
di duga memengaruhi langsung pusat pernapasan untuk
menurunkan kadar karbondioksida dan meningkatkan
kadar
oksigen.
Peningkatan
kadar
oksigen
menguntungkan janin. Hiperventilasi akan menurunkan
kadar
karbondioksida.
Sesak
nafas
merupakan
ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada trimester
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
35
ketiga.Selama
periode
ini,
uterus
telah
mengalami
pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma. Selain
itu, diafragma akan mengalami elevasi kurang lebih 4 cm
selama kehamilan (Varney, 2007; h.543).
20) Kesemuatan dan Baal pada Jari
Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang
membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan
wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh
ke belakang dan kepalanya antefleksi sebagai upaya
menyeimbangkan berat bagian depannya dan lengkung
punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan penekanan
pada saraf
median dan ulnar
lengan,
yang
akan
mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari-jari (Varney,
2007; h.543).
21) Sindrom Hipotensi Telentang
Sindrom hipotensi telentang menyebabkan wanita
merasa seperti ingin pingsan dan ia menjadi tidak
sadarkan diri bila masalah tidak segera ditangani. Sindrom
hipotensi telentang terjadi saat wanita berbaring pada
posisi telentang (seperti saat sedang tidur atau berada
diatas meja pemeriksaan) karena berat total uterus yang
membesar berikut isinya menekan vena kava inferior dan
pembuluh darah lainnya pada sistem vena. Aliran vena
balik dari bagian bawah tubuh dihambat, yang akhirnya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
36
mengakibatkan jumlah darah
yang
mengisi
jantung
berkurang dan kemudian akan menurunkan curah jantung.
Sindrom hipotensi telentang dapat segera diatasi dengan
meminta wanita tersebut berbaring ke samping atau duduk
(Varney, 2007; h.544).
f)
asuhan Kebidanan pada Kehamilan
1) Mengunjungi berkala kepada ibu hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui
pemberian pelayanan antenatal sekurang - kurangnya
empat kali selama masa kehamilan,
waktu minimal
dengan distribusi
satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan
untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau
janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan
dini
komplikasi
kehamilan.
Pelayanan
antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar
kualitas, yaitu:
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
37
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian
imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;
f)
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ);
h) Pelaksanaan
temu
wicara
(pemberian
interpersonal
dan
konseling,
komunikasi
termasuk
keluarga
berencana);
i)
Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin
pemeriksaan
darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan
golongan
darah
(bila
belum
pernah
pemeriksaan
yaitu:
dilakukan sebelumnya);
j)
Tatalaksana kasus.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.87).
2) Menilai kesejahteraan janin
Melakukan
berbagai
pengukuran tinggi fundus uteri, gerakan janin, denyut
jantung janin, ultrasonografi, besar janin, letak dan posisi
janin, dan penilaian luas panggul.
3) Edukasi kesehatan bagi ibu hamil
Beberapa informasi penting adalah sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
38
a) Nutrisi yang adekuat: setiap harinya adalah 2.500 kalori,
jumlah protein 85 gram, kalsium 1,5 gram, zat besi 30 mg,
dan asam folat 400 mikrogram.
b) Perawatan payudara: pengurutan secara hati – hati payudara
untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus
laktiferus. Basuhan lembut setiap hari, pembersihan puting
susu dengan gliserin dan alkohol dan sebaiknya gunakan
penopang payudara yang sesuai.
c) Perawatan gigi: dua kali pemeriksaan gigi selama masa
kehamilan, dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah
makan.
d) Kebersihan tubuh dan pakaian: gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi. Gunakan pakaian longgar, bersih
serta nyaman, hidari memakai sepatu ber hak tinggi, alas kaki
yang keras dan korset pada perut ibu.
e) Melakukan gerakan ringan dan istirahat yang cukup.
(Sarwono, 2010; h.284).
2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasi konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalu jalan lahir atau jalan lain dengan batuan atau
tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Manuaba, 2010. h.168).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
39
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta
(varney, hal. 672 ).
Persalinan
dan
kelahiran
normal
adalah
proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3742 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Sarwono, 2010; h. 100).
b. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus, mulai
terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.
2) Teori
plasenta
menjadi
tua:
penuaan
plasenta
akan
menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron
sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut
akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan
menegang menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
4) Teori iritasi mekanik: di belakang serviks, terletak ganglion
servikale (pleksus Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut
digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
40
5) Induksi
partus:
gagang
laminaria,
amniotomi,
tetesan
oksitosin.
Sedangkan faktor – faktor yang berperan dalam persalinan
adalah:
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a) His (kontraksi uterus)
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi Diafragma
2) Faktor janin
3) Faktor jalan lahir
(Rostam Mochtar, 2012; h.70).
c. Tanda – Tanda Persalinan
1) Tanda-tanda permulaan persalinan yaitu:
a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki
pintu
atas
panggul,
terutama
pada
primigravida. Pada multipara hal tersebut tidak begitu
jelas.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah
janin
d) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi - kontraksi lemah uterus disebut “false labor
pains”.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
41
e) serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
betambah, mungkin bercampur darah ( bloody show)
(Roestam Mochtar, 2012;h.70).
2) Tanda-tanda inpartu
a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur
b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karna
robekan-robekan kecil pada serviks
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan (Roestam Mochtar, 2012;h.70).
d. Mekanisme persalinan
Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan
his dan kekuatan mengejan, keadaan jalan lahir, dan janinnya
sendiri.Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat
dalam keadaan sinklintismus (arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang pintu atas panggul). Akibat adanya tahanan
jaringan terhadap kepala yang menurun, menyebabkan kepala
menjadi fleksi di dalam rongga panggul.
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis.
Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin
disebabkan
oleh
his
yang
berulang-ulang,
maka
kepala
mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi dalam dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
42
defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada setiap his vulva lebih
membuka dan kepala janin semakin terlihat perineum menjadi
semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.Dengan
kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut
tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu terlahir. Setelah
kepala lahir maka kepala melakukan rotasi yang disebut putaran
paksi luar untuk menyesuaikan kedudukan kepala dan punggung
bayi. (Sarwono, 2010; h.310).
Menurut Debbi Holmes mekanisme persalinan adalah :
a) Engagement
Kepala biasanya masuk kepanggul pada posisi transversal atau
pada beberapa posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini
sehingga
memanfaatkan
diameter
terluas
panggul.
Engagement dikatakan terjadi ketika bagian terluas dari bagian
presentasi janin berhasil masuk ke pintu atas panggul.Bilangan
perlima kepala janin yang dapat dipalpasi melalui abdomen
sering digunakan untuk menggambarkan apakah engagement
telah terjadi. Jika lebih dari dua perlima kepala janin dapat
dipalpasi
melalui
abdomen,
kepala
belum
engaged.
(Holmes,2012; h 224).
b) Penurunan
Selama kala satu persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus
memberikan tekanan pada janin untuk turun. Proses ini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
43
dipercepat dengan pecah ketuban dan upaya ibu untuk
mengejan.( Holmes, 2012; h 224).
c) Fleksi
Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang
lebih sempit, fleksi meningkat.(Debbi Holmes, 2012; h 224).
d) Rotasi Internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksikut akan menjadi titik utama
dan saat mencapai alur yang miring pada otot levator ani,
kepala akan didorong untuk berotasi secara anterior sehingga
sutura sagital ini terletak didiametet anterior-posterior pintu
bawah panggul (yaitu diameter terluas). Resistensi adalah
dinamika rotasi yang paling penting. Jika janin mencapai
engagement dalam posisi oksipitoposterior, rotasi internal dapat
terjadi dari posisi OP sampai posisi oksipitoanterior. Rotasi
internal yang lama ini, bersama dengan diameter presentasi
tengkorak janin yang lebih besar, menjelaskan peningkatan
durasi persalinan akibat kelainan posisi ini. Atau, posisi OP
dapat menetap sehingga mengakibatkan pelahiran “wajah
sampai pubis”. Lebih sering, posisi OP yang persisten dikaitkan
dengan ekstensi kepala janin yang akan meningkatkan
diameter presentasi tengkorak janin pada pintu bawah panggul.
Posisi ini dapat menyebabkan obstruksi persalinan dan
memerlukan pelahiran dengan alat bantu atau bahkan perlu
dilakukan sectio caesaria.(Debbi Holmes, 2012; h 224).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
44
e) Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada dibawah simfisis
pubis dan beregma berada dekat batas bawah sakrum.
Jaringan lunak perinium masih memberikan resistensi, dan
dapat mengalami trauma dalam proses ini. Kepala yang fleksi
sempurna kini mengalami ekstensi, dengan oksiput keluar dari
bawah simfisis pubis dan mulai mendistensi vulva. Hal ini
dikenal dengan crowning kepala. Kepala mengalami ekstensi
lebih lanjut dan oksiput yang berada dibawah simfisis pubis
hampir bertindak sebagai titik tumpu ketika beregma, wajah,
dan dagu tampat secara berturut-turut pada lubang vagina
posterior dan badan perinium. Ekstensi dan gerakan ini
meminimalkan trauma jaringan lunak dengan menggunakan
diameter terkecil kepala janin untuk kelahiran. (Debbi Holmes,
2012; h 224).
f)
Retitusi
Restitusi adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi
akibat rotasi internal. Resistusi adalah sedikit rotasi oksiput
melalui seperdelapan lingkaran. Saat kepala dilahirkan oksiput
secara langsung berada dibagian depan. Segera setelah
kepala keluar dari vulva, kepala mensejajarkan dirinya sendiri
dengan bahu, yang memasuki panggul dalam posisi oblig atau
miring. (Debbi Holmes, 2012; h 224).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
45
g) Rotasi Eksternal
Agar dapat dilahirkan, bahu harus berotasi kebidang anteriorposterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini
terjadi oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih
lanjut keposisi transversal. Ini disebut rotasi eksternal. (Debbi
Holmes, 2012; h 224).
h) Pelahiran Bahu dan Tubuh Janin
Ketika restitusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada
dalam bidang anterior-posterior. Bahu anterior berada dibawah
simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu posterior lahir
berikutnya. Meskipun proses ini dapat terjadi tanpa bantuan,
seringkali “traksi lateral” dilakukan dengan menarik kepala janin
secara perlahan kearah bawah untuk membantu melepaskan
bahu anterior dari bawah simfisis pubis. Normalnya sisa tubuh
janin lahir dengan mudah dengan bahu posterior dipandu
keatas, pada perinium dengan melakukan traksi kearah yang
berlawanan sehingga mengayun bayi ke abdomen ibu. (Debbi
Holmes, 2012; h 224).
e. Persalinan yang Berisiko (Tindakan Kolaborasi)
Kondisi dan komplikasi yang dibahas adalah yang paling umum
terjadi, dan pada kenyataannya dapat terjadi sebelum atau tanpa
persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
46
1) Seksio sesaria sebelumnya.
Risiko untuk wanita mengalami ruptur uterus ketika
berusaha menjalani persalinan melalui vagina setelah seksio
sesaria
sebelumnya,
diinduksi den
risiko
meningkat
jika
persalinan
gan zat selain prostaglandin.
Risiko untuk wanita yang mengalami seksio sesaria
berulang adalah cedera pada kandung kemih dan usus,
perdarahan,
infeksi
luka
dan
peningkatan
masalah
pernapasan pada bayi baru lahir.
2) Persalinan / kelahiran prematur
Persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu
gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. Faktor
resiko predisposisi:
a) Status sosial ekonomi rendah
b) Status nutrisi yang buruk
c) Riwayat persalinan atau kelahiran prematur
d) Satu atau lebih aborsi spontan pada trimester kedua
e) Jarak yang pendek antar kehamilan
f)
Kehamilan kembar
g) Penyalahgunaan zat (sigaret, alkohol, obat - obatan)
h) Asuhan pranatal yang tidak adekuat
i)
Anomali uterus
j) Ketuban pecah dini
k) Kekerasan fisik yang parah selama kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
47
l) Abrupsio plasenta atau plasenta previa
m) Kematian janin
n) Polihidramnion
3) Ketuban pecah dini
Didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum awitan
persalinan, tanpa memerhatikan usia gestasi. Sesuai dengan
jam dari waktu pecah sampai awitan persalinan.
4) Amnionitis dan korioamnionitis
Amnionitis adalah inflamasi kantong amnion dan cairan
amnion. Korioamnionitis adalah inflamasi korion. Kondisi ini
hampir selalu berdampingan. Paling sering terjadi akibat ketuban
pecah yang lama (lebih dari 24 jam), dengan atau tanpa
persalinan yang memanjang, pada pemeriksaan dalam atau
manipulasi vagina atau prosedur intrauteri yang berulang.
5) Prolaps tali pusat
Ada dua jenis prolaps tali pusat yaitu menumbung (frank):
masuk kedalam serviks dan terkemuka (occult): berada
disamping bagian presentasi, tetapi tidak masuk kedalam
serviks. Bahayanya adalah hipoksia janin.
6) Disporposi sefalopelvik
Adalah disporposi antara ukuran janin (ukuran janin besar,
bahu lebar) dan ukuran pelviks (riwayat fraktur dan perviks
yang sempit). Indikasi lainnya seperti malpresentasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
48
7) Disfungsi uterus
Diidentifikasi berdasarkan sedikitnya kemajuan pendataran
serviks atau dilatasi atau penurunan bagian presentasi janin.
Disfungsi uterus dapat mencerminkan masalah biokimia pada
wanita yang disebabkan, sebagai contoh, oleh stres, yang
mengakibatkan
perubahan
produksi
endorfin
dan
katekolamin, pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas
uterus.
8) Kelelahan ibu (distres maternal: ketoasidosis) (Varney, 2008;
h.780).
f.
Tahapan Persalinan (Kala)
1) Kala I waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm.
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody
show) karena serviks mulai mebuka (dilatasi) dan mendatar
(effecement). Dibagi atas
2
fase:
a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung
lambat sampai pemb ukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam.
b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas
3 subfase. Yaitu periode akselerasi berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm, dilatasi maksimal selama 2
jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
49
deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2) Kala II (kala pengeluaran janin), sewaktu uterus dengan
kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin
keluar hingga lahir. Pada kala ini, his terkoordinasi, kuat,
cepat, dan lebih lama, kira – kira 2 – 3 menit sekali. Kepala
janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang
melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.
3) Kala III (kala pengeluaran uri) waktu untuk pelepasan dan
pengeluaran
uri.
Setelah
bayi
lahir,
kontraksi
rahim
beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat, berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih
tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Proses biasanya berlangsung 5 –
30 menit setelah lahir, pengeluaran darah kira – kira 100 –
200 cc.
4) Kala IV mulai dari lahirnya uri, selama 1 – 2 jam. Adalah kala
pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
50
pendarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan
multi sebagai berikut:
Tabel 2.4 Lamanya persalinan pada primi dan multi
Primi
Kala I
13 jam
Kala II
1 jam
Kala III
Lama Persalinan
½ jam
14 ½ jam
Multi
7 jam
½ jam
¼ jam
7
¾ jam
Sumber: Roestam Mochtar, 2012; h.71.
g. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
Menurut APN (2008) langkah-langkah persalinan normal ada 58
langkah, sebagai berikut:
1)
Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua,
seperti sebagai berikut:
a) Adanya keinginan untuk meneran.
b) Tekanan pada rektum dan vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2)
Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
a)
menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal
bahu bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
51
b)
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
3)
Memakai celemek plastik.
4)
Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5)
Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.
6)
Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai sarung
tangan DTT dan steril.
7)
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hai-hati dari
depan ke belakang, dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air DTT.
a)
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi.
b)
Membuang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
c)
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
8)
Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
9)
Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
52
keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ setelah
kontrasksi dalam batas normal(120-160 x/menit).
a)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b)
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a)
Menunggu
hingga
timbul
rasa
ingin
meneran,
lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
b)
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman).
13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
53
a)
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b)
Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c)
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
d)
Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e)
Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f)
Menganjurkan makan minum.
g)
Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai
h)
Segera merujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
54
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
20) Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
a)
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
b)
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, menempatkan kedua
tangan di masng-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk
meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut gerakkan kearah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menggeserkan tangan kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala bayi. Lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tagan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
55
25) Melakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia lakukan
resusitasi.
26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.
a)
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.
b)
Mengganti handuk basah dengan handuk yang kering.
c)
Memastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu
27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain
dalam uterus (hamil tunggal).
28) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik).
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 unit
(IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30) Dengan menggunakan klem, menjepit tali pusat (2 menit setelah bayi
lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit,
dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Memotong dan pengikatan tali pusat.
a)
Dengan satu tangan, mengangkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lkukan pengguntingan, tali pusat (lindungi perut bayi)
diantara 2 klem tersebut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
56
b)
Mengikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali 1 benang ke sisi berlawanan dan
lalkukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
c)
Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32) Mempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu ibu.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan
yang
lain
mendorong
uterus
kearah
belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
diatas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
57
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
a)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b)
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat
(1).
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(2).
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
(3).
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
(4).
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
(5).
Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
(6).
Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta mnual
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan
jari-jari
tangan
atau
klem
DTT
atau
steril
untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plassenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus terasa lembek).
Lakukan tindakan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
58
diperlukan jika uterus tidaak berkontraksi setelah 15 detik melakukan
rangsangan taktil/masase.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat yang sudah disediakan.
41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila leserasi menyebabkan perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
a)
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui
dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup menyusui dari 1
payudara
b)
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
44) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri anterolateral setelah
jam kontak kulit ibu-bayi.
45) Memberikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
a)
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu bisa
disusukan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
59
b)
Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
a)
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b)
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c)
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan
d)
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascapersalinan.
a)
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan
b)
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,537,5)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
60
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi makan dan minum.
55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang bersih.
58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.
3. Nifas
a. Pengertian Nifas
Periode pascapartum adalah masa dari kelairan plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
61
puerperium disebut puerpera. Periode pemulihan pascapartum
berlangsung sekitar enam minggu. (Varney, 2008; h.958).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Sarwono, 2010; h.356).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lamanya masa nifas yaitu 6 – 8
minggu. (Roestam Mochtar, 2012; h.87).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode
pascaperslinan, mengenali komplikasi pascaperslinan pada ibu
dan pada bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi yang
diperlukan serta menjelaskan dan melaksanakan ASI eksklusif,
konseling HIV /AIDS dan kontrasepsi, prosedur imunisasi.(
Prawirohardjo, 2010, hal. 356 )
c. Perubahan Fisiologis Nifas
1) Uterus
reorganisasi
dan
mengeluarkan
desidua
/
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang
ditandai
dengan
penurunan
ukuran
dan
berat
serta
perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna
dan jumlah lokia. Menyusui akan mempercepat proses
involusi. Regenerasi endometrium lengkap pada tempat
perlekatan plasenta memakan waktu hampir enam minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
62
Pertumbuhan endometrium ini membuat pembuluh darah
yang
mengalami
pembekuan
pada
tempat
perlekatan
tersebut rapuh sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam
bentuk lokia. (Varney, 2008; h.959).
Tabel 2.5 Tinggi fundus uteri, berat uterus menurut masa involusi
Involusi
Tinggi fundus uteri
Bayi lahir
Setinggi pusat
Uri lahir
2 jari dibawah pusat
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
2 minggu
Tidak teraba diatas simfisis
6 minggu
Bertambah kecil
Sebesar normal
8 minggu
Berat uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Sumber: Roestam Mochtar, 2012; h.87.
2) Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan
warnanya, ada lokia rubra (mengandung darah dan jaringan
desidua), serosa (warnanya lebih pucat dari rubra), alba
(merah muda, kuning atau putih).
3) Vagina dan Perineum, segera setelah pelahiran, vagina tetap
terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema
dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga
dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali,
celah tidak lagi lebar / edema dan dinding vagina lunak.
4) Payudara. Laktasi dimulai pada semua wanita dengan
perubahan hormon saat melahirkan. Dapat mengalami
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
63
kongesti
payudara
pascapartum
karena
selama
beberapa
tubuhnya
hari
pertama
mempersiapkan
untuk
memberikan nutrisi kepada bayi. Wanita yang menyusui
berespons terhadap menstimulus bayi yang disusui akan
terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang
memproduksi susu.
5) Tanda – tanda vital.
a) Tekanan darah mengalami peningkatan sementara tekanan
darah sistolik dan diastolik, kembali secara spontan ke
tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
b) Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit
meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24
jam pertama pascapartum.
c) Nadi meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum.
d) Pernapasan normal selama jam pertama pascapartum. Napas
pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi
asama dan embolus paru.
6) Perubahan fisik lain.
1. Sistem
renal
yang
meregang
dan
dilatasi
selama
kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat
pascapartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
64
2. Penurunan berat badan rata – rata 12 pon (4,5 kg) pada
waktu melahirkan.
3. Perubahan gastrointestinal, wanita akan merasa lapar
mulai satu atau dua jam setelah melahirkan. Konstipasi
kemungkinan terjadi masalah pada puerperium awal
karena kurangnya makanan padat dan menahan defekasi.
4. Dinding
abdomen.
Striae
gravidarum
dihilangkan secara sempurna,
tidak
dapat
tetapi dapat berubah
menjadi garis putih keperakan yang halus setelah periode
beberapa bulan. Dinding abdomen lunak setelah pelahiran
karena dinding ini meregang selama kehamilan.
7) Perubahan hematologi. Hemoglobin, hematokrit, dan hitung
eritrosit sangat bervariasi dalam puerperium awal sebagai
akibat fluktuasi volume darah, volume plasma, dan kadar
volume sel darah merah. Kadar ini dipengaruhi oleh status
hidrasi wanita saat itu, volume cairan yang ia dapat selama
persalinan, dan reduksi volume darah total normal wanita dari
penigkatan kadar volume darah selama kehamilan. Faktor ini
menyebabkan kehilangan darah sedikitnya dua hingga empat
hari pascapartum (Varney, 2008; h.958).
d. Fase psikologis ibu masa nifas
a) Fase Taking In
Yaitu fase ketergantungan ibu yang berlangsung 12 hari pasca melahirkan. Dalam fase taking in ibu berfokus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
65
kepada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Adaptasi terhadap ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mulas, nyeri pada luka jahitan,
kurang tidur dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan
ialah istirahat yang cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
Gangguan-gangguan psikologi yang dialami ibu nifas pada
fase taking In adalah:
(1) kekecewaan pada bayinya
(2) ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang
dialami
(3) rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
(4) kritikan suami atau keluarga tentang
perawatan
bayinya.
b) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan.
Ibu
selalu
merasa
khawatir
akan
ketidakmpuannya dan tanggung jawab merawat anak.
Perasaan
ibu
menjadi
sensitif
sehingga
mudah
tersinggung. Pada periode ini, ibu sangat membutuhkan
dukungan dari orang lain, terutama keluarganya dan bidan
(petugas kesehatan). Periode taking hold dianggap masa
perpindahan dari keadaan ketrgantungan menjadi keadaan
mandiri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
66
c) Fase letting go
Fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah percaya diri untuk merawat bayi dan dirinya, serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat.
e. Tahapan Masa Nifas
1) Puerperium
dini
yaitu
kepulihan
saat
ibu
telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama
islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2) Puerperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat –
alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil
atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk
mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu –
minggu, bulanan, atau tahunan.(Roestam Mochtar, 2012;
h.87).
f.
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
1) Pendarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang
terjadi pada tenggang waktu di antara persalinan dan
masa
pascapersalinan.
Faktor
predisposisi
anemia,
penyebab pendarahan paling sering adalah atonia uteri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
67
serta retensio plasenta, yang lain adalah laserasi serviks
atau vagina, ruptura uteri dan inversio uteri.
2) Infeksi nifas seperti sepsis, dengan demam salah satu
gejala / tanda yang paling mudah dikenali. Faktor
predisposisi yaitu persalinan macet, ketuban pecah dini,
pemeriksaan dalam terlalu sering, pemantauan janin
intravaginal, dan bedah sesar. Penyebab infeksi adalah
kuman salah satunya streptococcus pyogenes.
3) Eklampsia, ibu dengan persalinan yang diikuti oleh
eklampsia atau preeklampsia berat, harus dirawat inap.
Pengobatan terpilih menggunakan magnesium sulfat
(MgsO4).
4) Komplikasi pascapersalinan lain adalah: infeksi saluran
kemih, retensio urin, atau inkontinensia.
5) Masalah psikologis, dapat dihindari dengan adanya
dukungan sosial serta dukungan pelaksana pelayanan
kesehatan
selama
kehamilan,
persalinan,
dan
pascapersalinan.(Sarwono, 2010; h.357).
g. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2009, hal. 6) asuhan masa nifas dibagi
menjadi 4 kunjungan, yaitu :
a) Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
68
(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut
(3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga
mengenai
bagaimana
cara
mencegah
perdarahan masa nifas.
(4) Pemberian ASI awal
(5) Melakukan hubungan antar ibu dengan bayi yang baru
lahir.
(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
b) Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
(1) Memastikan
involusi
uterus
berjalan
berkontraksi
fundus
dibawah
normal:
umbilicus,
uterus
tidak
ada
infeksi,
atau
perdarahan abnormal, tidak ada bau
(2) Menilai
adanya
tanda-tanda
demam,
perdarahan abnormal
(3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
(4) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
da
tidak
memperhatikan tanda-tanda penyulit.
(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari.
c) Kunjungan 3 (2 minggu setelah persalinan)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
69
Sama seperti kunjungan 6 gari setelah persalinan
d) Kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan)
(1) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia
atau bayinya alami
(2) Memberikan konseling KB secara dini.
h. Tujuan asuhan masa nifas
Pelayanan pasca persalinan untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini
dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta
penyediaan
pelayanaan
pemerian
ASI,
cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Pada
masa pascapersalinan(Sarwono, 2010;h.357)
Penatalaksanaan perawatan selama puerperium secara
spesifik bidan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:
1) Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan perawatan
kesejahteraan wanita
2) Memberi pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3) Memberi bantuan dalam menyusui
4) Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orangtua
5) Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah
6) Memberikan pedoman antisipasi dan instruksi
7) Melakukan penampisan kontinu untuk komplikasi puerperium
(Varney, 2008; h.968).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
70
i.
Masalah-masalah psikologi pada masa nifas
Menurut Bethsaida (2013, hal 274) terdapat beberapa masalah
psikologi dalam masa nifas, yaitu :
a. Baby blues
Diperkirakan hampir 50-70%seluruh wanita pasca melahirkan
akan mengalami baby blues atau post natal syndrome yang
terjadi pada hari ke 4-10 hari pasca persalinan.Penyebab
terjadinya baby blues ialah hormon progesteron yang telah
meningkat sejak masa kehamilan, kemudian pasca persalinan
hormon ini mengalami penurunan secara tiba-tiba sehingga
mempengaruhi keadaan fisik dan emosi.
b. Depresi post partum
Post partum blues dialami 80% wanita setelah bersalin, yakni
semacam perasaan sedih atau uring-uringan pada ibu dan
timbul dalam jangka waktu 2-14 hari pasca persalinan. Depresi
postpartum adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak
masa hamil yang berkaitan dengan sikap ibu yang sulit
menerima kehadiran bayinya.
c. Depresi masa nifas
Depresi masa nifas ialah keadaan yang sangat serius, karena
pada masa ini ibu harus memerlukan istirahat dan dukungan
dari orang-orang disekitarnya. Biasanya penyebab depresi
masa nifas berkaitan dengan kesibukan ibu mengurus anak
yang lain sebelum melahirkan anaknya. Gejala-gejala psikis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
71
dari ibu yang mengalami depresi masa nifas adalah tidak mau
mengurus diri atau bayinya, gampang murung, mudah marah
dan terkadang mengalami halusinasi pendengaran.
d. Komplikasi yang menyertai Masa nifas
Abnormalitas yang terjadi pada masa nifas ( Manuaba, 2010,
hal. 418)
1. Abnormalitas rahim
i. Subinvolusi uterus
Adalah terjadinya proses involusi rahim tidak
berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilannya
terlambat,
penyebabnya
bisa
disebabkan karena infeksi endometrium, terdapat sisa
plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau
mioma uteri.
ii. Perdarahan kala nifas sekunder
Adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama,
penyebanya
plasenta
atau
selaput
adalah
terdapatnya
ketuban,
infeksi
sisa
pada
endometrium, dan inversion uteri
iii. Flegmasia alba dolens
Adalah
infeksi
puerperalis
yang
mengenai
pembuluh darah vena femoralis. Yang menimbulkan
gejala :
(a) Terjadi pembengkakan pada tungkai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
72
(b) Vena tampak berwarna putih
(c) Terasa sangat nyeri
(d) Tampak bendungan pembuluh darah
(e) Suhu tubuh dapat meningkat
a) Abnormalitas Payudara
Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI dilaukan persiapan
sejak awal hamil dengan melakukan masase, menghilangkan
kerak pad putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat.
Bebagai variasi putting susu dapat terjaid diantaranya terlalu kecil,
putung susu mendatar, dan putting susu masuk ke dalam.
Pengeluaran ASI pun dapat ber variasi seperti tidak keluar sama
sekali ( agalaksia ), ASI sedikit ( oligolaksia ), terlalu banyak (
poligalaksia ), dan pengeluaran berkepanjangan ( galaktorea ).
(1) Bendungan ASI
Terjadi
karena
sumbata
pada
saluran
ASI,
tidak
dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mamae
bengkak,keras, dan terasa panas, sampai suhu badan
meningkat. Penanganannya dengan mengosongkan ASI
dengan masase dan pompa, memberikan estradiol sementara
menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis
sehingga keluhan berkurang.
(2) Mastitis dan abses payudara
Bakteri yang sering masuk menyebabkan infeksi payudara
adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka putimg
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
73
susu. infeksi ini menimbulkan demam, nyeri local pada
payudara, terjadi pemadatan payudara, dan terjadi perubahan
warna kulit pada payudara. infeksi payudara atau mastitis
dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit
menjadi merah, terdapat rasa nyeri dan pada pemeriksaan
terdapat pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan.dalam
keadaan abses payudara perlu dilkukan insisi agar pus dapat
dekeluarkan untuk mempercepat penyembuhan ( Varnet,2008
h. 968).
4. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 - 4000
gram. (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013; h.150).
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 –
42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan
panjang badan sekitar 50 – 55 cm. (Sarwono, 2005 dalam
Sondakh, 2013; h.150).
b. Fisiologis Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dikatakan normal jika:
1) Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram.
2) Panjang badan bayi 48 – 50 cm.
3) Lingkar dada bayi 32 – 34 cm.
4) Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
74
5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian
turun sampai 140 – 120 kali/menit pada saat bayi berumur 30
menit.
6) Pernapasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80
kali/menit
disertai
pernapasan
cuping
hidung,
retraksi
suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10
– 15 menit.
7) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
9) Kuku telah agak panjang dan lemas
10) Genitalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11) Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk.
12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pda 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket.(Sondakh, 2013; h.150).
c. Penilaian Bayi baru lahir
Menurut JNPK 2014,Segera setelah lahir, letakan bayi di atas
kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu.
Segera lakukan penilaian awal:
(1) Apakah bayi cukup bulan ?
(2) Apakah air ketuban jenih, tidak bercampur mekonium?
(3) Apakah bayi menangis atau bernafas ?
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
75
(4) Apakah tonus otot bayi baik ?
Menurut Manuaba (2010. Hal 205) penilaian bayi baru lahir
dilakukan dengan menggunakan Apgar. Perhitungan nilai Apgar
dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua.
Tabel 2.6 Nilai Apgar
Gejala
0
1
2
Denyut
jantung
janin
Pernafasan
Tidak ada
<100 denyut/ menit
>100 denyut/menit
Tidak ada
Lemah,
lemah
Baik,
kuat
Otot
Lemas
Reflex lemah
Gerak aktif, reflex
baik
Reaksi terhadap
rangsang
Warna kulit
Tidak ada
meringis
Menangis
Biru/pucat
Badan
merah/
ekstremitas pucat
Seluruhnya merah
menangis
menangis
Sumber : Manuaba, 2010. Hal 205
d. Pemeriksaan Neurologis
Menurut Sondakh (2013); h. 163) pemeriksaan neurologis
meliputi:
a) Refleks Morro/Terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari
dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.
b) Refleks Menggenggam
Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa,
maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
c) Refleks Rooting/Mencari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
76
Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan
menoleh dan mencari sentuhan itu.
d) Refleks Menghisap/Sucking Reefleks
Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan berusaha untuk
menghisap.
e) Glabella Refleks
Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari
tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya dan
mengedipkan matanya.
f)
Gland Refleks
Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka
ia berusaha mengangkat kedua pahanya.
g) Tonick Neck Refleks
Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), mak ia
akan berusaha mengangkat kepalanya.
e. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
1) Adaptasi pernapasan: dalam waktu 30 detik sesudah
kelahiran, menyebabkan perangsangan pusat pernapasan
dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk
menggerakan diafragma, serta otot – otot pernapasan lainnya.
Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan paru – paru kehilangan 1/3 dari
cairan yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80 – 100
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
77
mL. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan
diganti dengan udara.
2) Adaptasi
kardiovaskular:
sirkulasi
perifer
lambat,
menyebabkan akrosianosis (pada tangan, kaki, dan sekitar
mulut). Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun
dan 100 kali/menit saat tidur. Rata – rata tekanan darah
adalah 80/60 mmHg, dan bervariasi sesuai dengan ukuran
dan tingkat aktivitas bayi.
3) Perubahan termogulasi dan metabolik: suhu bayi baru lahir
dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal
lebih dingin daripada lingkungan pada uterus. Suplai lemak
subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
4) Adaptasi neurologis: secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukan gerakan
– gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil,
kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada
ekstremitas.
5) Adaptasi gastrointestional: enzim – enzim digesif yang dipetik
untuk menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai namun
pada lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim
pangkreas dan lipase. Kelenjar saliva imatur saat lahir yaitu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
78
sedikit saliva diolah sampai bayi m,berusia 3 bulan.
Pengeluaran mekonium dalam 24 jam, bewarna hitam
kehijauan, lengket, dan mengandung darah.
6) Adaptasi ginjal: laju filtrasi glomerulus relatif pada saat lahir
disebabkan
oleh
tidak
adekuatnya
area
permukaan
glomerulus.
7) Adaptasi Hati: hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah. Penyimpanan zat besi sampai 5 bulan.
8) Adaptasi imun: bayi baru lahir tidak dapat membatasi
organisme penyerang di pintu masuk. Imaturitas jumlah
sistem perlindungan secara signifikan meningkatkan risiko
infeksi pada periode bayi baru lahir (Sondakh, 2013; h.151).
f.
Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
1) Pernafasan: sulit atau lebih dari 60 kali per menit
2) Kehangatan: terlalu panas (˃ 38 °C atau terlalu dingin < 36°C)
3) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat, memar
4) Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah
5) Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah
6) Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah). Bau busuk, pernafasan sulit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
79
7) Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,
sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja
8) Aktivitas: menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah
tersinggung, lemah, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,kejang
halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
(Saifuddin,dkk, 2010;h.N-36).
g. Pola sehari – hari beberapa hari pertama bayi lahir
1) Makan
Akan lapar setiap 2 – 4 jam sepanjang hari. Maka dari itu
bangunkan bayi untuk diberi makan setiap 3 – 4 jam. Bayi
hanya memerlukan ASI atau susu formula selama enam bulan
pertama. Jika diberi makanan lagi akan menyebabkan reaksi
alergi.
2) Tidur
Bayi perlu banyak tidur, sediakan lingkungan yang nyaman
dan minimalkan gangguan atau stimulasi. Atur posisi tidur
terlentang.
3) Defekasi dan berkemih
Bayi memiliki feses lengket berwarna hitam kehijauan
selama dua hari pertama (mekonium). Feses bayi yang diberi
ASI akan berubah warna menjadi hijau – emas, lunak, dan
terlihat bibit (seedy). Bayi yang diberi susu formula memiliki
feses berwarna cokelat gelap, seperti pasta, atau padat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
80
Defekasi 1 atau 4 kali per hari. Berkemih minimal 4 sampai 5
popok per hari.
4) Perawatan kulit
Digunakan saat mandi adalah sabun yang lembut, jangan
merendam seluruh badan bayi sampai puntung tali pusat
lepas dan kering. Akan terjadi dalam 1 – 2 minggu. Sebelum
tali pusat lepas, apus sekeliling dasar tali pusat dengan kain
lembap. Lipat depan popok ke arah bawah sehingga tali pusat
tidak teriritasi. Hindari penggunaan bedak dan krim wangi
untuk membantu mnecegah ruam akibat popok (Varney,
2008; h.897).
h. Penyulit pada neonatus
1) Asfiksia neonatorum
Adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lanjut.
2) Perlukaan kelahiran persalinan
1. Perlukaan kulit
2. Kaput suksedaneum: muncul karena kepala janin terlalu
lama tertekan dasar panggul. Kaput melampaui batas
tulang dan akan menghilang beberapa hari.
3. Sefalhematoma: perdarahan subperitonial, dengan batas
jelas pada satu tulang tengkorak. Dapat terjadi disertai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
81
fraktur tulang tengkorak. Bila tidak ada kelainan penyerta,
maka
tidak
memerlukan
pengobatan
dan
akan
menghilang 2 sampai 12 minggu.
4. Perdarahan subkonjungtiva: dapat terjadi pada persalinan
spontan, tidak menimbulkan bahaya dan akan diserap
setelah beberapa hari.
5. Paralisis pleksus brakialis: terjadi pada tarikan kepala
yang terlalu berat, sehingga merusak pleksus brakialis.
Bentuk kelainan otot lengan: kelemahan pada fleksi dan
abduksi, rotasi keluar, dan refleks biseps dan morro
hilang. Kesembuhan berlangsung beberapa minggu
sampai 6 bulan.
6. Perdarahan jaringan otak: disebabkan oleh hipoksia
primer semenjak kehamilan dan trauma persalinan.
7. Fraktur tulang klavikula: sering terjadi pada kesulitan
persalinan bahu, gejalanya yang mungkin terjadi adalah
hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan refleks morro
hilang.
3) Kelainan kongenital
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin
sejak saat pembuahan. Merupakan penyebab terjadinya
keguguran, lahir mati, atau kematian setelah persalinan pada
minggu pertama. Yang sering dijumpai adalah anensefali,
kelainan fusi jaringan organ tubuh (spinabifida), labiokisis,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
82
palatokisis, labiopalatokisis, gangguan pembentukan alat
tubuh (atresia vagina, atresia anus, atresia esofagus,
hipospadia).
4) Infeksi neonatorum
a) Sepsis neonatorum dan meningitis: penyebabnya ibu telah
menderita penyakit infeksi, ketuban pecah dini, persalinan
lama atau terlantar, persalinan dengan tindakan operasi
vaginal.
b) Aspirasi pneumonia: ditandai dengan sering tidur (letargi),
berat badan cepat turun, kurang minum, sering terjadi
apnea.
c) Diare: kuman yang sering menyebabkan diare adalah
Escherichia coli (E.coli).
d) Tetanus
neonatorum:
masuknya
kuman
tetanus
–
klostridium tetani – sebagian besar melalui tali pusat. Masa
inkubasinya sekitar 3 sampai 10 hari. Menyebabkan
kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat
pernapasan, dan jantung.
e) Ikterus neonatorum: dalam batas normal pada hari kedua
sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh.
Disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti
menjadi darah dewasa. Kernikterus adalah akumulasi
bilirubin dalam jaringan otak sehingga dapat mengganggu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
83
fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai tempat
akumulasi tersebut.
5) Bayi dengan berat badan lahir rendah
Penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram, yaitu karen ausia kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun
cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya.
6) Kematian perinatal
Adalah kematian hasil konsepsi setelah mencapai usia 28
minggu atau berat badan janin diatas 1000 gram.
(Manuaba, 2010; h.421).
i.
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Kunjungan neonatal tiga
kali
(dua kali pada minggu
pertama dan satu kali pada 8–28 hari) yaitu pada umur 6-48 jam,
umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari. (Profil Kesehatan Indonesia,
2014; h.110).
Kunjungan neonatus (KN) Dilakukan sejak bayi usia satu
hari sampai usia 28 hari.
1) KN 1 Dilakukan pada umur 3-7 hari (Profil kesehatan
indonesia 2014;h.110)
Menurut marmi (2012) h 87 mengatakan bahwa asuhan
yang diberikan yaitu: perawatan tali pusat ,pemberian ASI
eksklusif ,menjaga kehangatan bayi ,konseling tanda-tanda
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
84
bahaya
BBL,
Imunisasi,perawatan
bayi
sehari-hari
dan
pencegahan infeksi.
2) KN 2 dilakukan pada umur 3-7 hari (Profil Kesehatan
Indonesia 2014; h.110)
Menurut marmi (2012) h.73. asuhan yang diberikan bidan
pada saat kunjungan kepada bayi umur 6 hari adalah beritahu
hasil pemeriksaan pada ibu, anjurkan ibu menjaga kehangatan
bayi,anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah.
3) KN 3 dilakukan
pada umur 8-28 hari ( profil kesehatan
Indonesia 2014;h.110)
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ,menganjurkan ibu
tetap menjaga kehangatan bayi,menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, memberikan
konseling imunisasi BCG dan polio 1 serta menganjurkan ibu
untuk melakukan imunisasi BCG dan polio.
5. Masa Antara (KB)
a. Pengertian KB
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem
Informasi Keluarga, yang dimaksud dengan program keluarga
berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
85
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan
keluarga
yang
berkualitas.
(Profil
kesehatan
Indonesia, 2014; h.101).Keluarga berencana adalah kemampuan
untuk membantu wanita atau pasangan suami – isteri secara
lebih efektif. (Varney, 2007; h.414).
b. Tujuan KB
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan
Dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan Sistem
Informasi
Keluarga,
program
Keluarga
Berencana
(KB)
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di
bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat
jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun).
Selain
itu,
program
KB
juga
bertujuan
untuk
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,
tentram,
dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. KB
merupakan
salah
satu
cara
yang
paling
efektif
untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan
ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan
informasi,
laki-laki
pendidikan,
dan
cara-cara
bagi
dan
perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai
anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
86
serta kapan akan berhenti mempunyai anak. (Profil kesehatan
Indonesia, 2014; h.101).
c. Penapisan Klien
Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan
tela’ah dan kajian tentang kondisi kesehatan klien dengan
kesesuaian
penggunaan
metode
kontrasepsi
yang
diinginkan.Tujuan utama penapisan klien untuk menentukan
keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah
(misalnya
diabetes
atau
tekanan
darah
tinggi)
yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Untuk sebagian besar klien bisa diselesaikan dengan cara
anamnesis terarah, sehingga masalah utama dikenali atau
memungkinkan hamil dapat dicegah. Sebagian besar cara
kontrasepsi, kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak
membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan
laboratorium untuk klien Keluarga Berencana dan klien baru tidak
diperlukan karena :
a) Sebagian besar klien KB berusia muda (umur 16 – 35 tahun) dan
umumnya sehat.
b) Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi (misalnya kanker
genital dan kanker payudara, fibroma uterus) jarang di dapat pada
umur sebelum 35 tahun atau 40 tahun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
87
c) Pil kombinasi yang sekarang tersedia berisi estrogen dan
progestin lebih baik karena efek sampingnya jarang menimbulkan
masalah medis.
d) Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang
berhubungan
dengan
estrogen
dan
dosis
progestin
yang
dikeluarkan perhari bahkan lebih rendah dari pil kombinasi.
Tabel 2.7 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode reversibel
Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan
dan susuk)
Ya
Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau
lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
1,2
pascapersalinan
Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara
haid setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada,
atau tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik)
atau 90 mmHg (diastolik)
Apakah adamassa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kenjang
3
(epilepsi)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks
lain
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
88
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (1-2 pembalut tiap
4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang
membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdaraha bercak
antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular
atau kongenital
Sumber : (Sarwono, 2011:Hal 440).
1) Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu postpartum maka pil
kombinasi adalah metode panggilan terakhir.
2) Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET EN), atau susuk
3) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET - EN)
4) Tidak cocok untuk AKDR pelepas – progestin
Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan
syarat pemakaian metode kontrasepsi secara berlebihan sehingga
mempengaruhi pemilihan metode dari klien. Akibatnya, banyak
permintaan pemeriksaan lab yang sebenarnya tidak di perlukan
(misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa atau pap
smear). Walaupun permintaan menjadi klien KB menjadi meningkat,
kemampuan
pelayanan
terbatas
karena
tidak
tersedianya
laboratorium untuk pemeriksaan sehingga menghambat terhadap
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
89
pemilihan kontrasepsi dan pelaksananan pelayanan. Karena itu klien
dapat memperoleh cara konrasepsi yang terbaik sesuai pilihannya,
penilaian cara klien harus di batasi pada prosedur yang di perlukan
untuk semua klien pada setiap tatanan.
Jika semua keadaan di atas ”tidak” (negatif) dan tidak dicurigai
adanya kehamilan, maka dapat di teruskan dengan konseling metode
khusus. Bila respon banyak yang dalam “iya” (positif), berarti klien
perlu di evaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang
kondisi di atas. Namun, petugas kesehatan harus mengetahui
bagaimana keadaan klien sebenarnya bila di perlukan petugas dapat
mengulangi pertanyaan yang berbeda. Perlu juga di perhitungkan
masalah sosial ,budaya atau agama yang mungkin berpengaruh
terhadap respon klien tersebut (pasangannya).
Tabel 2.8 Daftar Tilik Penapisa Klien Metode Irreversibel (Tubektomi)
Keadaan Klien
Dapat dilakukan pada fasilitas
rawat jalan
Dilakukan di fasilitas
rujukan
Keadaan umum
(anamnesis dan
pemeriksaan fisik)
Keadaan umum baik, tidak ada
tanda-tanda penyakit jantung,
paru, atau ginjal
Diabetes tidak
terkontrol, riwayat
gangguan pembekuan
darah, ada tanda-tanda
penyakit jantung, paru
atau ginjal
Keadaan emosional
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
≥ 160/100 mmHg
Berat badan
35-85 kg
>85 kg; <35 kg
Riwayat operasi
abdomen / panggul
Bekas seksio sesarea (tanpa
perlekatan)
Operasi abdomen
lainnya, perlekatan atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
90
terdapat kelainan pada
pemeriksaan panggul
Riwayat radang panggul,
hamil ektopik, apendisitis
Pemeriksaan dalam normal
Pemeriksaan dalam ada
kelainan
Anemia
Hb ≥ 8 g%
Hb < 8 g%
Sumber : BKKBN (2010)
Tabel 2.9 Penapisa Klien Metode (vasektomi)
Keadaan Klien
Dapat dilakukan pada fasilitas
rawat jalan
Dilakukan pada fasilitas
rujukan
Keadaan umum
(anamnesis dan
pemeriksaan fisik)
Keadaan umum baik, tidak ada
tanda-tanda penyakit jantung,
paru, atau ginjal
Diabetes tidak terkontrol,
riwayat gangguan pembekuan
darah, tanda-tanda penyakit
jantung, paru, atau ginjal
Keadaan emosi
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
≥ 160/100 mmHg
Infeksi atau kelainan
skrotum/inguinal
Normal
Tanda-tanda infeki atau ada
kelainan
Anemia
Hb ≥ 8 g%
Hb < 8 g%
Sumber : BKKBN (2010)
Meyakini bahwa klien tidak hamil Klien tidak hamil apabila :
1)
Tidak senggama sejak haid terakhir
2)
Sedang memaka metode efektif secara baik dan benar
3)
Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
4)
Didalam 4 minggu pasca persalinan
5)
Dalam 7 hari pasca keguguran
6)
Menyusui dan tidak haid
Pemerksaan fisik jarang dibutuhkan kecuali untuk menyingkirkan
kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
91
Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali
tersedia uji kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia
kehamilan yang sensitif, klien di anjurkan memakai kontrasepsi
barier sampai haid berikutnya.Amenorea laktasi sebagai andalan
cara kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi (MAL) sangat efektif
dalam mencegah kehamilan (pencegahan 98% jika dilaksanakan
secara
benar
pada
6
bulan
pertama
pasca
persalinan;
pencegahan 93% jika dilaksanakan samapi 12 bulan pasca
persalinan).
Pada perpanjangan masa menyusui petugas kesehatan
dapat meyakinkan bahwa wanita tersebut tidak akan hamil bila
sampai 6 bulan pasca persalinan melaksanakan MAL dengan
baik.Untuk klien yang akan memakai kotrasepsi alam jangka
panjang (suntikan, norplant atau AKDR) yang sudah lebih 6 bulan
pasca persalinan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan dalam
guna menyingkirkan kehamilan.
d. Syarat kontrasepsi
Kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
2) Tidak ada efek samping yang merugikan
3) Tidak mengganggu hubungan seksual
4) Cara penggunaannya sederhana
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
92
5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat
selama pemakaiannya
6) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas
Dapat
diterima
oleh
pasangan
suami
istri
(Mochtar,
2012;h.195).
e. Jenis KB
1) Metode Tradisional
a) Douce. Atau douching membersihkan daerah vagina
dengan cara menyemprotkan zat pembersih vagina
setelah senggama. Namun angka keberhasilan metode ini
sangat rendah karena metode ini keliru. Saat ejakulasi
sprema masuk ke dalam vagina sampai ke tulang serviks
atau saluran serviks, dan mustahil penyemprotan hingga
ke daerah tersebut.
b) Koitus Interuptus. Atau menarik kembali pada saat pria
merasa akan ejakulasi. Angka keberhasilan cukup tinggi
tergantung pengendalian diri yang ideal pada pria. Namun
pria sering kali menganggap metode ini menghambat
kepuasan seksual.(Varney. 2007; h.413).
2) Metode Keluarga Berencana Alami
a) Metode kalender: hanya dapat memprediksi kapan masa
subur wanita dalam siklus menstruasinya sehingga
kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini didasarkan
pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
93
perhitungan kalender, yang dibuat dari riwayat menstruasi
selama 8 sampai 12 siklus menstruasi.
b) Metode lendir serviks: didasarkan pada pengenalan
perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi, yang
menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu
fertilitas maksimal dalam masa subur.
c) Metode suhu basal tubuh: mendeteksi kapan ovulasi
terjadi dengan peningkatan suhu tiba – tiba satu hingga
dua hari.
d) Metode gejala suhu: mengamati lendir serviks dan
perubahan suhu basal pada masa ovulasi atau masa
subur wanita.
e) Metode amenore laktasi: kehamilan jarang terjadi selama
enam bulan pertama setelah melahirkan di antara wanita
menyusui. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar prolaktin
yang
tinggi.
perdarahan
Dan
wanita
pervaginam
yang
belum
setelah
mengalami
56
hari
pascapartum.(Varney. 2007; h.423).
3) Metode barier
a) Macamnya
1) Kondom
Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik
(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
94
dipasang pada penis saat hubungan seksual. (Affandi,
dkk, 2011;h.MK-17).
2) Diagfragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutupi serviks.
(Affandi, dkk, 2011;h.MK-21).
b) Cara kerjanya
Kondom
menghalangi
terjadinya
pertemuan
sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di
ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma
tersebut
tidak
tercurah
ke
dalam
saluran
reproduksi perempuan. (Affandi, dkk, 2011;h.MK-18).
c) Manfaat kontrasepsi
1) Efektif bila digunakan dengan benar
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak mengganggu kesehatan klien
4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
5) Murah dan dapat dibeli secara umum
6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus
7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi
lainnya harus ditunda.(Affandi, dkk, 2011;h.MK-18)
8) Keterbatasan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
95
1) Efektivitas tidak terlalu tinggi
2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung)
4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat
umum
7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah.(Affandi, dkk, 2011;h.MK-19).
4) Kontrasepsi hormonal
a) Menggunakan hormon esterogen dan progesteron atau
salah satunya. Macamnya adalah:
1) Kontrasepsi hormonal pil: dengan sistem 28 (terus
diminum tanpa berhenti) dan sistem 22/21 (berhenti
minum selama 7 sampai 8 hari dengan mendapat
kesempatan menstruasi).
2) Kontrasepsi hormonal suntikan: depoprovera (interval 12
minggu), Norigest (interval 8 minggu), dan Cyclofem
(interval 4 minggu).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
96
3) Kontrasepsi hormonal susuk: setiap kapsul mengandung
36 mg Levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap
harinya sebanyak 80 mcg.
b) Fungsi dari kontrasepsi hormonal yaitu:
1) menghalangi FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum,
2) mengentalkan lendir serviks,
3) mengganggu peristaltik tuba fallopi.
c) Keuntungan dari kontrasepsi hormonal:
1) efektifitasnya tinggi
2) sangat
mudah
didapatkan
dan
metode
ini
sering
digunakan
3) tidak mengganggu proses laktasi pada ibu
d) Kerugian dari kontrasepsi hormonal:
1) perdarahan (menstruasi) tidak menentu
2) mempengaruhi fungsi ginjal dan hati pada metode pil
(Manuaba, 2010; h.597)
5) AKDR atau alat kontrasepsi dalam rahim
a) Waktu penggunaan: setiap waktu haid. Setelah menderita
abortus.
b) Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
fallopi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
97
2) Mempengeruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu dan juga Implantasi
telur dalam uterus
c) Keuntungan:
1) Efektifitasnya tinggi, dapat dirasakan segera setelah
pemasangan
2) Metode jangka panjang kurang lebih sepuluh tahun
3) Tidak
mempengaruhi
hubungan
seksual
dan
meningkatkan kenyamanan hubungan seksual
4) Tidak ada efek samping hormonal
5) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
6) Dapat dipasang segera setelah melahirkan
7) Dapat digunakan sampai menopause
d) Kerugian:
1) Perubahan siklus haid, 3 bulan pertama akan berkurang,
dan selajutnya akan lebih lama dan banyak
2) Saat haid lebih sakit dan mengeluarkan spotting
3) Dapat terjadi penyakit radang panggul
4) Merasakan nyeri pada hari pertama hingga kedua setelah
pemasangan
5) AKDR mungkin dapat terlepas sendiri tanpa diketahui
maka harus sering memeriksa posisi benang dari waktu ke
waktu.(Affandi, 2012; h.MK-81).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
98
6) Kontrasepsi mantap
Metode ini sangat efektif dan perlu prosedur bedah untuk
melakukan
sehingga diperlukan
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan tambahan lainnya. Bertujuan untuk sperma tidak
dapat bertemu lagi dengan ovum. Macam – macamnya:
a) Tubektomi: metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak
ingin anak lagi. Dengan cara mengoklusi tuba fallopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin).
b) Vasektomi: metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin
anak lagi. Dengan cara mengoklusi vas deferens (mengikat
dan memotong atau memasang cincin).(Affandi, 2012; h.MK90)
I.
Tinjauan Asuhan Kebidanan
A. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara 7 langkah Varney
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir
yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
sistematis,
mulai
menegakkan
dari
diagnosis
mengumpulkan
kebidanan,
data,
menyusun
menganalisis
rencana
data,
asuhan,
melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan
rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
99
Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan suatu proses
penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam
mengantipasi masalah. Manajemen kebidanan menurut varney ada 7
langkah, yaitu:
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien
secara lengkap. data yang dikumpulkan antara lain:
1. Keluhan klien
2. Riwayat kesehatan klien
3. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
5. Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar
awal secara lengka.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data
dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup
praktik kebidanan, perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien
ditemuka dari hasil pengkajian.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
100
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian
diagnosis
dan
masalah
yang
sudah
terindentifikasi.
Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melkukan antisipasi agar
diagnosis atau masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus
bersiap-siap apabila diagnosis atau masalah tersebut benar-benar
terjadi.
Langkah IV: Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data
yang diperoleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh
bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa
waktu lagi.
Langkah V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan
diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan
apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien.
Langkah VI: Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
101
Melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5
secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,
bidan
tetap
memikul
tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus
bertanggung
jawab
atas
terlaksananya
rencana
asuhan
yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan oleh bidan adalah:
1. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah
sudah benar-benar terlaksana atau penuhi sesuai dengan
kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
2. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif
(Mangkuji, Betty. 2012. h: 2-6).
A. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP
Dokumentasi SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning)
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan pengelolaan informasi
yang sistematis yang mengatur penemuan dan konklusi kita
menjadi suatu rencana asuhan.
2. Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan
kebidanan guna menyusun dokumentasi asuhan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
102
3. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita
mengatur pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
SOAP
1. Subjektif
a) Pendokumentasian
hasil
pengumpulan
data
klien
melalui
anamnesis
b) Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi
mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
c) Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”
2. Objektif
a) Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
b) Hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lain
c) Informasi dari keluarga atau orang
3. Assessment
a) Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan data)
data subjektif dan objektif
b) Diagnosis atau masalah
c) Diagnosis atau masalah potensial
d) Antisipasi diagnosis atau maslah potensial atau tindakan segera
4. Planning
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi: asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostic atau laboratorium, konseling, dan
tindak lanjut (follow up) (Mangkuji, Betty. 2012. h: 8).
B. Aspek Hukum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
103
a. Landasan hukum kewenangan bidan
Berdasarkan PERMENKES RI nomor 1464/MENKES/PER/X/2010
tentang penyelenggaraan praktik bidan pada:
1) pasal 9 dijelaskan bahwa bidan dalam menjalankan
praktiknya, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak
dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
2) Pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra kehamilan,
kehamilan normal, persalinan normal , ibu nifas normal, ibu
menyusui dan konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Dalam pasal 11 dijelaskan bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang untuk
memberikan asuhan bayi baru lahir normal, dan dalam
memberikan penyuluhan.
4) Pasal 12 koseling tentang kesehatan reproduksi perempuan
dan KB tercantum.
b. Wewenang
bidan
Berdasarkan
PERMENKES
RI
nomor1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktik
bidan menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan
praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
104
c. Standar Kompetensi Bidan
Diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:369/MENKES/SK/III/2007
Kompetensi ke 1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
keterampilan dan ilmu - ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan
yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita,
bayi baru lahir dan keluarganya.
Kompetensi ke 2
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya
dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka
untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Kompetensi ke 3
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang
meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari
komplikasi tertentu.
Kompetensi ke 4
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang
baru lahir.
Kompetensi ke 5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui
yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya
setempat.
Kompetensi ke 6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan
1 bulan.
Kompetensi ke 7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan–5
bulan).
Kompetensi ke 8
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat
sesuai dengan budaya setempat.
Kompetensi ke 9
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
105
dengan gangguan sistem reproduksi.
(KEPMENKES RI,2010;h.5)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Siti Nurfatimah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMp, 2017
Download