BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006, p.3) adalah
rancangan sistem – sistem formal dalam sebuah organisasi untuk
memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan – tujuan organisasional. Sumber daya manusia terlibat
dengan semua hal – hal strategis, lingkungan eksternal, proses bisnis
internal, efektivitas dan hal lainnya dengan mengidentifikasi bagaimana
sumber daya manusia dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas
organisasional, membantu menangani kompetisi asing secara efektif, atau
meningkatkan inovasi dalam organisasi. Dengan demikian, sumber daya
manusia secara formal berkontribusi dalam usaha perencanaan perusahaan
secara keseluruhan.
Menurut Malayu (2002, h.10) Manajemen sumber daya manusia adalah
ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif dan
efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat.
Menurut Lloyd dan Leslie (2006, p.4) menjelaskan bahwa Manajemen
Sumber Daya Manusia mencakup kegiatan yang dirancang untuk
7 8 menyediakan dan mengkoordinasikan sumber daya manusia di sebuah
organisasi. Beberapa ahli menyadari bahwa sumber daya manusia adalah
faktor sentral dalam organisasi yang digerakkan dalam suatu organisasi
dan perlu dikoordinasi secara baik dan tepat agar dapat mencapai hasil
yang maksimal bagi organisasi itu sendiri.
Ada beberapa praktek SDM yang penting, dan strategi yang mendasari
praktek ini perlu dipertimbangkan untuk memaksimalkan pengaruh
mereka terhadap kinerja perusahaan. Praktek SDM yang efektif dengan
mengolah kontriibusi karyawan telah terbukti berhubungan dengan kinerja
perusahaan,
kepuasan
pelanggan,
inovasi,
produktivitas
dan
pengembangan reputasi baik di masyarakat maupun perusahaan.
2.1.1.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri. Manajemen sumber daya
manusia sendiri memiliki 6 fungsi utama Llyod dan Leslie (2006, p.4)
yaitu :
•
Perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi
•
Pengembangan sumber daya manusia
•
Kompensasi dan upah
•
Keselamatan dan kesehatan
•
Hubungan karyawan
9 •
Penelitian sumber daya manusia
Fungsi tersebut merupakan fungsi utama yang dilakukan dalam
kegiatan manajemen sumber daya manusia. Karena itu sejalan dengan
adanya pemikiran tentang pentingnya sumber daya manusia, maka posisi
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah untuk mengelola sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi
2.1.2 Kompensasi
Pemberian kompensasi penting bagi organisasi untuk mencerminkan
suatu apresiasi dari perusahaan kepada karyawan mereka dan suatu bentuk
usaha untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai komponen
utama sekaligus aset penting bagi suatu organisasi. Menurut Robert Mathis
dan John Jackson (2006, p.419) suatu program kompensasi dalam
organisasi memiliki empat tujuan yaitu:
•
Kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku
•
Efektivitas biaya organisasi
•
Keadilan internal dan eksternal dan individual bagi karyawan
•
Peningkatan kinerja bagi organisasi
Disamping kepentingan dalam organisasi, kompensasi memiliki suatu
arti
penting
bagi
karyawan,
karena
bagi
mereka
kompensasi
mencerminkan suatu ukuran dan nilai atas pengetahuan, keterampilan, dan
kinerja yang telah mereka berikan bagi organisasi diantara karyawan
10 lainnya. Apabila kompensasi ini diberlakukan dengan baik, maka
karyawan akan lebih terpusatkan dan fokus terhadap sasaran dari
organisasi. Suatu kompensasi harus memiliki dasar keadilan yang kuat dan
merata, yang artinya berhak untuk diberikan kepada setiap karyawan yang
memberikan suatu konstribusi bagi organisasi.
Definisi Kompensasi secara global menurut Milkovich T. (2010, p.4)
adalah segala bentuk imbalan keuangan, jasa dan manfaat yang diterima
karyawan sebagai akibat dari hubungan kerja dengan perusahaan atau
organisasi. Menurut Hasibuan (2007, p.118), kompensasi adalah semua
pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan
memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar bagi karyawan. Jadi
menurut penulis Kompensasi adalah sesuatu hal yang diberikan atas usaha
yang dilakukan oleh karyawan.
2.1.2.1 Macam – Macam Kompensasi
Menurut Triton (2007, p.125) menjelaskan kompensasi yang
diberikan kepada karyawan berdasarkan sifat penerimaannya dapat
dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
a. Kompensasi yang bersifat financial. Kompensasi yang bersifat
finansial adalah kompensasi yang diterima oleh karyawan dalam
11 bentuk uang atau bernilai uang. Termasuk dalam jenis kompensasi
bersifat finansial adalah gaji atau upah, bonus, premi, pengobatan,
asuransi dan lain-lain sebagainya yang dibayarkan oleh organisasi
atau perusahaan.
b. Kompensasi yang bersifat non finansial. Kompensasi yang
bersifat non finansial diberikan oleh organisasi atau perusahaan
terutama dengan maksud untuk mempertahankan karyawan dalam
jangka panjang. Termasuk dalam kompensasi yang bersifat non
finansial adalah penyelenggaraan program-program pelayanan bagi
karyawan yang berupaya untuk menciptakan kondisi dan
lingkungan kerja yang menyenangkan, seperti program wisata,
penyediaan fasilitas kantin atau cafeteria, penyediaan tempat
beribadat di tempat kerja, penyediaan lapangan olahraga dan
sebagainya.
Menurut Milkovich T. (2010, p. 11) , kompensasi terdiri dari 2
yaitu :
1. Cash Compensation / kompensasi : tipe pembayaran kompensasi
yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan yang berupa
uang tunai.
a. Gaji : balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan atas
sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan.
Gaji merupakan bayaran tetap yang diterima seseorang atas
keanggotaannya dalam suatu perusahaan. Gaji dapat juga dikatakan
12 sebagai
bayaran
tetap
yang
diterima
seseorang
dari
keanggotaannya dalam sebuah perusahaan. Gaji dibayarkan kepada
pekerja
atas
pekerjaan
yang
dilakukan.
Gaji
biasanya
mencerminkan nilai dari pekerjaan atau kemampuan tiap individu
dari pekerja.
b. Merit / Cost of Living : perubahaan periodik pada gaji yang
terjadi dengan memperhatikan besarnya gaji yang diberikan
pesaing untuk pekerjaan yang sama, perubahaan akan biaya hidup
serta perubahaan dalam pengalaman atau kemampuan. Merit
increases berupa pemberian kenaikan gaji yang berdasarkan
perilaku kerja di masa lalu.
c. Insentif : merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan.
Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung diluar upah dan
gaji yang merupakan kompensasi tetap, yang biasanya disebut
kompensasi berdasarkan kinerja / pay for performance. Insentif
dapat berupa peningkatan pembayaran yang langsung terikat
dengan kinerja, insentif berbeda dengan merit pay. Pertama,
insentif tidak meningkatkan gaji dasar, dan harus dikejar lagi di
tiap periode. Kedua, ukuran dari besarnya pembayaran insentif
biasanya
sudah
diinformasikan
pemberian.
kepada
karyawan
sebelum
13 2. Benefit / Manfaat : pembayaran kompensasi yang disengaja oleh
perusahaan berupa manfaat yang diterima oleh karyawan.
a. Income Protection :
Income protection berupa Asuransi
kesehatan, program pensiun, asuransi kehidupan, dan rencana
untuk menabung .
b. Work / life Balance : keseimbangan waktu kerja dengan
kehidupan, di mana pekerja didukung untuk melakukan aktivitas
akan kehidupan (di luar lingkup kerja) seperti diberikan cuti,
liburan, maupun jadwal kerja yang flexible.
c. Allowances / Tunjangan : tunjangan
dapat berupa proteksi
keluarga, asuransi, pesangon, sekolah anak dan pensiun.
2.1.3 KONFLIK
Pengertian Konflik menurut Kirk Blackard & James W, Gibson (2003,
p.5) adalah proses dinamis yang mengrefleksikan interaksi dari dua pihak
atau lebih yang memiliki hubungan independen dalam perbedaan baik
dalam level yang sama atau memiliki ketidak cocokan satu sama lain.
Konflik Wirawan (2010, h.5) adalah proses pertentangan yang
diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung
mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik
yang menghasilkan keluaran konflik.
14 2.1.3.1 Penyebab Konflik
Menurut Wirawan (2010, h.7-14) konflik disebabkan oleh
faktor – faktor sebagai berikut
1) Keterbatasan Sumber
Manusia pada dasarnya selalu mengalami keterbatasan sumber
– sumber yang diperlukannya untuk mendukung kehidupan.
Keterbatasan itu menimbulkan terjadinya kompetisi diantara
manusia untuk mendapat sumber yang diperlukannya dan hal ini
sering kali menimbulkan konflik. Dalam suatu organisasi, sumber
– sumber yang dimaksud bisa berupa anggaran, fasilitas kerja,
jabatan, kesempatan berkarier, dan sebagainya.
Dalam
masyarakat, konflik karena keterbatasan sumber penghidupan
sering terjadi.
2) Tujuan yang berbeda
Konflik terjadi karena pihak – pihak yang terlibat konflik
mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik juga bisa terjadi karena
tujuan pihak yang terlibat konflik sama, tetapi cara untuk
mencapainya berbeda. Hal seperti ini banyak terjadi di dunia
politik dan bisnis.
15 3) Saling tergantung atau interdependensi tugas
Konflik bisa terjadi karena pihak – pihak yang terlibat konflik
memiliki tugas yang tergantung satu sama lain. Sebagai contoh,
aktivitas pihak yang satu bergantung pada aktivitas atau keputusan
pihak lainnya. Jika tingkat saling ketergantungan tinggi, maka
biaya resolusi konflik akan tinggi. Jika tidak ada saling
ketergantungan, maka konflik tidak akan terjadi. Jadi, konflik
terjadi
diantara
pihak
yang
saling
membutuhkan
saling
berhubungan dan tidak bisa meninggalkan satu sama lain tanpa
konsekuensi negatif.
4) Diferensiasi organisasi
Salah satu penyebab konflik dalam organisasi adalah pembagian
tugas dalam birokrasi organisasi dan spesialisasi tenaga kerja
pelaksananya. Berbagai unit kerja dalam birokrasi organisasi
berbeda formalitas strukturnya. Ada unit kerja yang berorientasi
pada waktu penyelesaian tugas, pada hubungan dan pada hasil dari
tugas. Sebagai contoh, unit kerja pemasaran lebih berorientasi pada
waktu jangka pendek, lebih formal dalam struktur organisasi dan
lebih fokus dalam hubungan interpersonal jika dibandingkan
dengan unit kerja penelitian dan pengembangan. Perbedaan itu
dapat menimbulkan konflik karena perbedaan pola pikir, perbedaan
perilaku, dan perbedaan pendapat mengenai sesuatu.
16 5) Ambiguitas Yuridiksi
Pembagian tugas yang tidak definitif akan menimbulkan
ketidakjelasan cakupan tugas dan wewenang unit kerja dalam
organisasi. Dalam waktu yang bersamaan, ada kecenderungan pada
unit kerja untuk
menambah dan
memperluas tugas
dan
wewenangnya. Keadaan ini sering menimbulkan konflik antarunit
kerja atau antarpejabat unit kerja. Konflik jenis ini banyak terjadi
pada organisasi yang baru dibentuk dan belum ada pembagian
tugas yang jelas.
6) Sistem Imbalan yang tidak layak
Di perusahaan, konflik antara karyawan dan manajemen
perusahaan sering terjadi, di mana manajemen perusahaan
menggunakan sistem imbalan yang dianggap tidak adil atau tidak
layak oleh karyawan. Hal ini akan memicu konflik dalam bentuk
pemogokan yang merugikan karyawan, merugikan perusahaan,
merugikan konsumen dan pemerintah.
7) Komunikasi yang tidak baik
Komunikasi yang tidak baik seringkali menimbulkan konflik
dalam organisasi. Faktor komunikasi yang menyebabkan konflik,
misalnya distorsi, informasi yang tidak tersedia dengan bebas, dan
penggunaan kata yang tidak dimengerti oleh pihak – pihak yang
melakukan komunikasi. Demikian juga, perilaku komunikasi yang
17 berbeda seringkali menyinggung orang lain, baik disengaja
maupun tidak disengaja dan bisa menjadi penyebab timbulnya
konflik. Sebagai contoh, gaya berbicara atau budaya komunikasi
suatu kelompok masyarakat tertentu sering kali bisa menyinggung
perasaan orang yang tidak memahaminya.
8) Perlakuan tidak manusiawi
Dengan berkembangnya masyarakay madani dan adanya
undang – undang hak asasi manusia di indonesia, pemahaman dan
sensivitas anggota masyarakat terhadap hak asasi manusia dan
penegakan hukum semakin meningkat. Perlakuan yang tidak
manusiawi dan melanggar hak asasi manusia di masyarakat
maupun organisasi dapat menimbulkan perlawanan dari pihak yang
mendapat perlakuan tidak manusiawi.
9) Beragamnya karakteristik sistem sosial
Konflik
karakteristik
sering
yang
terjadi
karena
beragam:
suku,
anggotanya
agama
mempunyai
dan
ideologi.
Karakteristik ini sering diikuti dengan pola hidup yang eksklusif
satu sama lain yang sering menimbulkan konflik. Sebagai contoh,
konflik yang terjadi antara suku dayak dan suku madura di
kalimantan pada awal tahun 2022 berlatar belakang perbedaan
etnis dan pola kehidupan. Konflik ini juga berlatar belakang
kecemburuan ekonomi dan perilaku yang eksklusif. Di bawah ini
18 beberapa karakteristik dalam sistem sosial yang mungkin menjadi
pemicu konflik antara lain adalah pribadi orang, kebutuhan,
perasaan dan emosi, pola pikir serta budaya konflik dan kekerasan.
2.1.3.2 Manajemen Konflik
Menurut Mutiah Alagappa (2003, p.395) Manajemen konflik
adalah proses, metode, alat, teknik dan strategi yang digunakan untuk
menangani atau mengelola konflik. Menurut Wirawan (2010, h.129)
Manajemen Konflik adalah Proses pihak yang terlibat konflik atau
pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk
mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan.
Manajemen konflik bisa dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik
ataupun pihak ke tiga untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya.
Manajemen konflik merupakan proses penyusunan strategi konflik
sebagai rencana untuk memanajemeni, mengendalikan, mengubah
konflik menjadi menguntungkan. Organisasi harus belajar dari konflik
yang terjadi didalam organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari dan akan terus terjadi. Selain berakibat negatif,
konflik juga bisa menimbulkan hal yang positif bagi organisasi. Setiap
anggota organisasi harus belajar dari setiap konflik yang terjadi,
memahaminya dengan lebih baik, dan menciptakan mekanisme untuk
memanajemeni konflik demi peningkatan produktivitas organisasi.
19 Jadi menurut penulis manajemen konflik adalah cara mengelola
konflik yang terjadi dalam organisasi sehingga dapat menghasilkan
dampak positif.
Tujuan Manajemen Konflik menurut wirawan (2010, h.131) antara
lain:
(1) Mencegah
gangguan
kepada
anggota
organisasi
untuk
memfokuskan diri pada visi, misi dan tujuan organisasi
(2) Memahami orang lain dan menghormati keberagaman
(3) Meningkatkan kreativitas
(4) Meningkatkan keputusan melalui pertimbangan berdasarkan
pemikiran berbagai informasi dan sudut pandang
(5) Memfasilitasi
pelaksanaan
kegiatan
melalui
peran
serta,
pemahaman bersama dan kerja sama
(6) Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik
(7) Menciptakan iklim organisasi konflik dan lingkungan kerja yang
mendukung
20 2.1.3.4 Jenis Manajemen Konflik
Menurut Wirawan (2010, h.140-142) terdapat lima jenis
manajemen konflik.
1) Kompetisi (competing)
Gaya ini merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan, di
mana seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya
untuk memenangkan konflik terhadap lawannya. Alasan pihak
yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik
kompetisi adalah :
(1) Merasa mempunyai kekuasaan dan sumber-sumber lainnya
untuk memaksakan sesuatu kepada lawan konfliknya.
(2) Tindakan dan keputusan perlu diambil dengan cepat, misalnya
dalam keadaan darurat. Keterlambatan mengambil keputusan
akan memberikan akibat yang tidak baik.
(3) Dalam tindakan yang tidak popular, terdapat hal yang harus
dilakukan, seperti mengurangi biaya, peraturan baru, dan
pendisiplinan pegawai.
(4) Melindungi perusahaan dari kebangkrutan dan keadaan yang
dapat merusak citra perusahaan.
21 Menurut Wirawan
(2010, h.142-143)
Indikator
yang
Memengaruhi gaya manajemen konflik - kompetisi adalah :
a) Berdebat dan Membantah
b) Berpegang teguh pada pendirian
c) Menilai pendapat dan perasaan diri sendiri dan lawan
konflik
d) Menyatakan posisi diri secara jelas
e) Kemampuan memperbesar kekuasaan diri sendiri
f) Kemampuan untuk memperkecil kekuasaan lawan konflik
g) Menggunakan berbagai taktik yang Memengaruhi 2) Kolaborasi (collaborating)
Gaya ini melakukan upaya bernegoisasi untuk menciptakan solusi
yang sepenuhnya memuaskan pihak-pihak yang terlibat konflik.
Menurut Derr dalam wirawan (2010, h.140) kolaborasi merupakan
gaya manajemen konflik yang paling disukai karena mendorong
hubungan interpersonal, kekuatan kreatif untuk inovatif dan
perbaikan, meningkatkan balikan dan aliran informasi, serta
mengembangkan iklim organisasi yang lebih terbuka, percaya,
pengambilan risiko dan perasaan baik terhadap integritas. Alasan
pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik
kolaborasi adalah :
(1) Menciptakan solusi integratif dan tujuan kedua belah pihak
terlalu penting untuk dikompromikan. b. Tujuan pihak yang
22 terlibat konflik untuk mempelajari lebih jauh pandangan dari
lawan konflik.
(2) Kedua belah pihak tidak mempunyai cukup kekuasaan dan
sumber-sumber untuk memaksakan kehendak demi mencapai
tujuannya.
Menurut
Wirawan
(2010,
h.142-143)
Indikator
yang
Memengaruhi gaya manajemen konflik - kolaborasi adalah :
a) Mendengarkan dengan baik yang dikemukakan lawan konflik
b) Kemampuan bernegosiasi
c) Mengindentifikasikan pendapat lawan konflik
d) Konfrontasi tidak mengancam
e) Menganalisis masukan
f) Memberikan konsesi
3) Kompromi (compromising)
Gaya manajemen konflik ini berada di tengah antara gaya
kolaborasi dan kompromi. Dalam keadaan tertentu, kompromi
dapat berarti membagi perbedaan di antara dua posisi dan
memberikan konsesi untuk mencari titik tengah. Alasan pihak yang
terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik kompromi
adalah :
23 (1) pentingnya tujuan konflik hanya sedang dan tidak cukup
bernilai untuk dipertahankan dengan kompetisi atau kolaborasi,
tetapi konflik juga terlalu penting untuk dihindari.
(2) Kedua belah pihak mempunyai kekuasaan dan sumber yang
sama, serta mempunyai tujuan yang hampir sama.
(3) Untuk mencapai solusi sementara atas masalah yang kompleks.
Menurut
Wirawan
(2010,
h.142-143)
Indikator
yang
Memengaruhi gaya manajemen konflik - kompromi adalah :
a) Kemampuan bernegosiasi, yaitu kemampuan bernegosiasi
pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang
menengahi konflik agar dapat mencapai kepuasan kedua
belah pihak yang seimbang
b) Mendengarkan dengan baik yang dikemukakan lawan
konflik
c) Mengevaluasi nilai, artinya menyadari, menghargai dan
mengevaluasi nilai – nilai yang ada dan dianut oleh pihak –
pihak yang terlibat konflik
d) Menemukan jalan tengah, artinya mencarikan solusi
pemecahan masalah bagi pihak – pihak yang terlibat
konflik agar mendapatkan hasil yang adil.
24 e) Memberikan Konsesi artinya pihak – pihak yang terlibat
konflik memberi kerelaan dengan mengurangi tuntutan
pada pihak lawan konflik.
4) Menghindar (Avoiding)
Menurut Thomas dan Kilmann dalam Wirawan (2010, h.141)
bentuk menghindar tersebut bisa berupa menjauhkan diri dari
pokok masalah, menunda pokok masalah hingga waktu yang tepat,
atau menarik diri dari konflik yang mengancam dan merugikan.
Alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen
konflik menghindar adalah :
(1) kepentingan objek konflik rendah atau ada konflik lain yang
sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian
(2) potensi biaya yang dibutuhkan untuk memenangkan konflik
lebih besar daripada nilai solusinya.
(3) Untuk
menenangkan
para
karyawan
dan
mengurangi
ketegangan, serta menciptakan suasana kerja yang kondusif dan
tenang sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Menurut
Wirawan
(2010,
h.142-143)
Indikator
Memengaruhi gaya manajemen konflik – avoiding adalah :
a) Kemampuan untuk menarik diri
b) kemampuan meninggalkan sesuatu tanpa terselesaikan
c) kemampuan untuk mengesampingkan masalah
yang
25 d) kemampuan untuk menerima kekalahan
e) kemampuan untuk melupakan sesuatu yang menyakitkan
hati
5) Mengakomodasi (accommodating)
Gaya ini mengabaikan kepentingan dirinya sendiri dan
berupaya memuaskan kepentingan lawan konfliknya. Gaya
akomodasi memberi kesan seakan-akan mudah menyetujui
ide seorang dan ingin bekerja sama dan kesan demikian
hanya bersifat diperlukan bukan kenyataan. Gaya ini
bermanfaat apabila sebuah persoalan konflik bersifat lebih
penting bagi orang lainnya.
Menurut Wirawan (2010, h.142-143)
Indikator
yang
Memengaruhi gaya manajemen konflik – avoiding adalah :
a) kemampuan melupakan keinginan diri sendiri
b) kemampuan melayani lawan konflik
c) kemampuan untuk mematuhi perintah atau melayani
lawan konflik
2.1.4 Retensi karyawan
Upaya untuk mempertahankan karyawan telah menjadi persoalan
utama dalam banyak organisasi karena beberapa alasan. Mudahnya,dengan
perputaran yang lebih rendah, setiap individu yang dipelihara berarti
26 berkurangnya satu orang yang harus direkrut, diseleksi, dan dilatih. Selain
itu, kinerja organisasional dan individual ditingkatkan dengan kontinuitas
karyawan yang mengetahui pekerjaan, rekan kerja, layanan, dan produk
orgnisasional mereka, serta pelanggan perusahaan tersebut. Juga karena,
kontinuitas karyawan memberikan kesan bahwa karyawan tersebut
diperlakukan dengan lebih baik dan menarik sehingga betah di dalam
perusahaan.
Menurut Jennifer A Carsen (2005, p.2) secara luas retensi karyawan
adalah seberapa banyak karyawan sebuah perusahaan tetap berada di
perusahaan tersebut dalam suatu jangka waktu tertentu. Jika ingin
memaksimalkan retensi, seharusnya perusahaan harus memaksimalkan
jumlah karyawan yang tetap dalam perusahaan karena memang karyawan
tersebut ingin tetap dalam perusahaan, bukan karena paksaan dari
perusahaan. Retensi juga melibatkan mengeliminasi karyawan yang
berkinerja rendah untuk meningkatkan ruang lapang dan sumber daya
lebih bagi karyawan yang berkinerja baik. Dalam kata lain, kebijakan
retensi seharusnya berfokus pada menghilangkan yang tidak baik bagi
perusahaan dan mempertahankan karyawan yang terbaik.
Retensi karyawan menurut Robert L. Mathis dan John H.Jackson
(2006, p.126) merupakan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk
mempertahankan karyawan potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap
loyal terhadap perusahaan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
karyawan yang dianggap berkualitas dari perusahaan atas kehendak dari
27 karyawan itu sendiri. Jadi menurut penulis Retensi Karyawan adalah
upaya perusahaan dalam mempertahankan karyawan yang berkinerja baik
untuk tetap dalam perusahaan.
2.1.4.1 Indikator retensi karyawan
Peluang Karier
-Kontinuitas pelatihan
-Pengembangan dan
bimbingan
-Perencanaan karier
Penghargaan
-Gaji dan tunjangan yang
kompetitif
-Perbedaan penghargaan
kinerja
-Pengakuan
-Tunjangan dan bonus special
Komponen Organisasional
-Nilai dan Budaya
-Strategi dan Peluang
-Dikelola dengan baik dan
terorientasi pada hasil
-Kontinuitas dan keamanan
kerja
Rancangan Tugas dan
Pekerjaan
-Tanggung jawab dan otonomi
kerja
-Fleksibilitas kerja
-Kondisi kerja
-Keseimbangan Kerja /
kehidupan
Hubungan Karyawan
-Perlakuan yang adil/tidak
diskriminatif
-Dukungan dari
supervisor/manajemen
-Hubungan rekan kerja
Gambar 2.1 Indikator Retensi Karyawan
Sumber : Robert L. Mathis dan John H.Jackson (2006, p.129)
28 Menurut Robert L. Mathis dan John H.Jackson (2006, p.128-135), ada beberapa
faktor penentu retensi karyawan, yang dapat dilihat pada gambar 2.2 yaitu :
1) Komponen organisasional
Organisasi yang memiliki budaya dan nilai yang positif dan
berbeda mengalami perputaran karyawan yang lebih rendah.
Budaya organisasional merupakan komponen organisasional yang
berupa pola nilai dan keyakinan bersama yang memberikan arti
dan peraturan perilaku bagi anggota organisasi. Menciptakan
budaya
yang
menghargai
orang
memungkinkan
beberapa
perusahaan untuk menarik dan memelihara karyawan dengan baik.
Komponen
organisasional
lain
yang
Memengaruhi
retensi
karyawan berhubungan dengan strategi, peluang dan manajemen
organisasi
tersebut.
Faktor
karyawan
memandang
yang
organisasi
Memengaruhi
mereka
bagaimana
adalah
kualitas
perencanaan masa depan dari kepemimpinan di dalam perusahaan.
Sering kali visi seperti itu ditunjukan dengan memiliki rencana
strategis yang di identifikasi dan menuntun perusahaan pada
perubahan.
2) Peluang karier organisasional
Organisasi menyampaikan peluang dan pengembangan karier
dalam berbagai cara. Usaha pengembangan karier organisasional
dirancang untuk memenuhi harapan para karywan bahwa para
29 pemberi kerja mereka berkomitmen untuk mempertahankan
pengeahuan, keterampilan, dan pengetahuannya saat ini.
3) Penghargaan
Penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja datang
dalam bentuk gaji, insentif, dan tunjangan. Gaji dan tunjangan
harus kompetitif dan sesuai dengan kinerja karyawan.kenyataanya,
uang mungkin merupakan alasan beberapa karyawan pindah kerja ,
tetapi ada faktor – faktor lain yang merupakan alasan banyak
orang untuk bertahan di perusahaan mereka. Para pemberi kerja
juga mempelajari bahwa memiliki lebih sedikit fleksibilitas
tunjangan membantu retensi karyawan. Pengakuan karyawan
sebagai bentuk penghargaan dapat nyata atau tidak nyata. Nyata
adalah seperti pemilihan karyawan terbaik setiap bulan, karyawan
dengan absensi terbaik, dan lain-lain. Tidak nyata adalah memberi
umpan balik yang positif seperti pujian bila karyawan bekerja
sesuai dengan harapan perusahaan.
4) Rancangan Tugas dan Pekerjaan
Faktor mendasar yang Memengaruhi retensi karyawan adalah siat
dari tugas dan pekerjaan yang dilakukan. Karena karyawan
menghabiskan waktu yang signifikan di tempat kerja, mereka
berharap untuk bekerja dengan peralatan dan teknologi modern
serta memiliki kondisi kerja yang baik, mengingat sifat perkajaan
30 tesebut. Karyawan juga menginginkan lingkungan kerja yang aman
di mana resiko kecelakaan dan luka diperhatikan. Hal ini
khususnya benar bagi para pemberi kerja dalam industri
manufaktur, pertanian, peralatan sehari-sehari dan transportasi
yang memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi dari pada
dalam banyak industry jasa dan lingkungan kantor.
5) Hubungan Karyawan
Kumpulan
terakhir
yang
Memengaruhi
retensi
karyawan
didasarkan pada hubungan karyawan dalam organisasi. Bidangbidang seperti kelayakan dari kebijakan SDM, keadilan dari
tindakan disipliner, dan cara yang digunakan untuk memutuskan
pemberian kerja dan peluang kerja, semuanya Memengaruhi
retensi karyawan.
2.1.4.2 Retensi Karyawan Sebagai Persoalan Manajemen
Perubahan dalam kondisi ekonomi dan melambatnya pertumbuhan
perusahaan teknologi, telah membuat beberapa orang berspekulasi
bahwa penekanan pada retensi karyawan merupakan persoalan
sementara. Akan tetapi dalam buku Mathis (2006 p.129) survey yang
diperbarui menemukan bahwa 90% perusahaan mengatakan bahwa
lebih sulit untuk memelihara individu yang berbakat sekarang ini
dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu,
sangatlah penting organisasi dan manajer mengakui bahwa retensi
31 karyawan merupakan perhatian SDM yang berkelanjutan dan
merupakan tanggung jawab yang signifikan bagi supervisor dan
manajer.
2.1.5 Kinerja Karyawan
Menurut Veizal Rivai (2004, p.604) kinerja merupakan perilaku yang
nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Menurut
(Mathis 2006, p.113 - 114), kinerja karyawan adalah segala sesuatu yang
dilakukan dan tidak dilakukan oleh karyawan. Selain karyawan dapat
menjadi keunggulan bersaing, mereka juga dapat menjadi liabilitas atau
penghambat. Ketika karyawan terus menerus meninggalkan perusahaan
dan ketika karyawan bekerja namun tidak efektif, maka sumber daya
manusia dalam organisasi dalam keadaan rugi. Menurut Stephen P.
Robbins dalam buku I Gusti Agung Rai (2008, h.410) Kinerja merupakan
hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan
dengan kriteria yang ditetapkan bersama. Jadi menurut kesimpulan
penulis, kinerja karyawan adalah kontribusi yang dilakukan oleh karyawan
untuk perusahaan.
32 2.1.5.1 Indikator atau faktor - faktor yang Memengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang Memengaruhi kinerja Menurut Gibson (2003,
p.39) adalah:
•
Variabel individual, terdiri dari : kemampuan dan
keterampilan, mental dan fisik, latar belakang (keluarga,
tingkat social), penggajian dan demografis (umur, asal,
jenis kelamin).
•
Variabel organisasional, terdiri dari : sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan.
•
Variabel
psikologis,
terdiri
dari
:
persepsi,
sikap,
kepribadian, kemauan belajar, motivasi
Menurut Robert L. Mathis dan John H.Jackson (2006, p.113)
kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :
1) Kemampuan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat
dan faktor kepribadian. Tingkat kemampuan individual, adalah
bahan
mentah
yang
dimiliki
seorang
karyawan
seperti
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, kecakapan interpersonal,
dan kecakapan teknis. Dengan demikian, kemungkinan seorang
33 karyawan akan memiliki kinerja yang baik adalah jika karyawan
tersebut memiliki kemampuan individual yang cukup.
2) Tingkat usaha yang dicurahkan
Usaha dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja,
kehadiran dan motivasinya. Tingkat usaha, merupakan gambaran
motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, walau karyawan memiliki
kemampuan individual untuk mengerjakan pekerjaan, tetapi tidak
akan bekerja tanpa tingkat pencurahan usaha yang rendah.
3) Dukungan organisasi
Dalam dukungan organisasional, artinya fasilitas apa yang
perusahaan sediakan bagi karyawan dapat berupa pelatihan dan
pengembangan, peralatan dan teknologi, dan manajemen.
34 2.1.5.2 Indikator Kinerja Karyawan
Usaha yang dicurahkan
ƒ
Motivasi
ƒ
Etika kerja
ƒ
Kehadiran
ƒ
Rancangan tugas
Kinerja Karyawan
Kemampuan Individual
Dukungan Organisasi
-
Bakat
- Pelatihan dan Pengembangan
-
Minat
- Peralatan dan Teknologi
-
Faktor Kepribadian
- Standar Kerja
- Manajemen dan Rekan Kerja
Gambar 2.2 Indikator Kinerja Karyawan
Sumber : Mathis & Jackson (2006, p.114)
35 2.2 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
1. Dalam Jurnal Ratliff, Janet & Bjork, Lars. University of Kentucky, 2008. yang
berjudul “The impact of differentiated compensation on special education teacher
retention in a public school district in North Central Kentucky” Jurnal ini
mempelajari bahwa kebijakan kompensasi dapat Memengaruhi retensi dari
karyawan. Dalam kasus ini karyawan yang dituju adalah guru dari sekolah negeri
didaerah Kentucky. Dampak dari kebijakan kompensasi berbeda – beda hasilnya
namun secara keseluruhan disimpulkan dalam jurnal ini selalu ada pengaruh
kompensasi terhadap retensi tergantung dari kompensasi yang diberikan.
2. Jurnal Maksi Vol 9 no 1 Januari 2009 : 80 -95 yang berjudul Pengaruh variabel
insentif terhadap terjadinya hubungan sebab – akibat dalam balanced scorecard :
studi pada perusahaan manufaktur dijakarta oleh L. Jade Faliany meneliti tentang
pengaruh variabel insentif yang merupakan kebijakan kompensasi dan dampaknya
pada banyak faktor seperti kinerja karyawan, retensi karyawan, kepuasan
pelanggan, proses bisnis internal, dan kinerja keuangan. Hasilnya adalah
kebijakan kompensasi memiliki pengaruh positif pada kinerja karyawan, dan
kebijakan kompensasi juga memiliki pengaruh positif pada retensi karyawan.
3. Dalam Jurnal Cross Cultural Management (2010) Vol. 17 Iss: 3, pp.299 - 311.
Oleh Yuan, Wenli yang berjudul Conflict management among American and
Chinese employees in multinational organizations in China. Jurnal ini membahas
tentang pentingnya manajemen konflik dalam kondisi perekonomian global
seperti sekarang ini. Banyaknya perusahaan multinasional yang memperkerjakan
36 karyawan dengan tingkat keragaman yang tinggi sangat memicu terjadinya
konflik antar karyawan dalam organisasi. Di dalam jurnal ini dibahas pentingnya
mengelola konflik dengan gaya – gaya manajemen konflik yang diterapkan secara
efektif agar tingkat retensi karyawan dalam perusahaan terutama perusahaan
multinasional tetap tinggi.
4. Dalam jurnal Globsyn Management Journal 3, no. 1 : 45-49 (2009) yang
berjudul Employee Retention - A key to Organizational Growth oleh Subhendu
Dey menyatakan bahwa “Employee retention is increasingly becoming the key to
improved organization performance....” Di mana setiap perusahaan harus
berusaha mempertahankan karyawan yang memberi kontribusi baik dan memiliki
potensi tinggi. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada
perusahaan Wal-Mart, mereka kehilangan 67% omset tahun pertama dalam 90
hari karena sejumlah besar karyawan mereka meninggalkan perusahaan. Oleh
karena itu retensi karyawan sangat penting untuk dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.
5. Dari Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 2, September 2002: 108
– 122 yang berjudul Kompensasi sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja
karyawan oleh Ninuk Muljani yang membuat penelitian membahas tentang cara
menggunakan kebijakan kompensasi untuk meningkatkan kinerja karyawan dan
bersaing pada ketatnya persaingan bisnis. Kebijakan kompensasi dapat digunakan
untuk memotivasi karyawan agar meningkatkan kinerja dan mempertahankan
karyawan yang potensial, sehingga produktivitas meningkat dan perusahaan
mampu menghasilkan produk dengan harga kompetitif.
37 6. Dalam Jurnal Leadership & Organization Development Journal 22. 5/6 (2001):
230-242 yang berjudul Effective conflict management: Use of the behavioral style
model oleh Darling, John R; Walker, W Earl isi jurnal ini membahas tentang
pentingnya manajemen konflik dalam perusahaan, kunci utama untuk memimpin
suatu organisasi adalah memiliki manajemen konflik yang efektif. Setiap
perusahaan tidak akan terhindar dari terjadinya konflik baik itu dari anggota, tugas
atau faktor – faktor lainnya. Dengan manajemen konflik yang efektif, kenaikan
produktivitas dan kinerja karyawan akan terjadi.
7. Dalam Jurnal UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Volume 7, Nomor 14,
September 2008 oleh Lena Nuryanti dan Anisa Yunia Rahman yang berjudul
Pengaruh Variasi dan Kemasan Produk terhadap Keputusan Pembelian Teh Kotak
Ultra Jaya (Survei pada Mahasiswa FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia)
menggunakan analisa jalur (path analysis) dengan sampel 70 orang yang
merupakan mahasiswa FPIPS UPI yang terdaftar Aktif
8. Dari Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 1, Mei 2002: 1 – 16 oleh
Arsono Laksmana yang berjudul “Pengaruh saling ketergantungan, kepercayaan,
dan keselarasan tujuan terhadap kooperasi dan kinerja perusahaan manufaktur
pada hubungan kontraktual dengan pemasoknya” menggunakan analisis jalur
(path analysis) dengan 51 sampel perusahaan manufaktur di jawa dan kalimantan.
9. Dari Jurnal Business ethics, 12 771-778, oleh Bruce D. Fisher, Steve
Motowidlo & Steve Werner yang berjudul “Effect of gender and other factor on
rank of law professors in college of business : Evidence of Glass Ceiling” yang
menyatakan dari 21 asisten profesor dalam sample, 48% atau 10 orang merupakan
38 wanita, dari 28 rekan profesor, 18% atau 5 orang merupakan wanita, dan dari 16
profesor tidak ada satupun wanita. Analisis jalur pada jurnal ini hanya
menggunakan di bawah 100 sampel.
2.3 Kerangka Pemikiran
2.3.1 Konsep Variabel / Sub Variabel Penelitian
1. Kompensasi
Definisi Kompensasi menurut Hasibuan (2007, p.118), kompensasi
adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau
tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan. Definisi Kompensasi secara global menurut
Milkovich T. (2010, p.4) adalah segala bentuk imbalan keuangan, jasa dan
manfaat yang diterima karyawan sebagai akibat dari hubungan kerja
dengan perusahaan atau organisasi. Perusahaan mengharapkan agar
kompensasi yang dibayarkan memperoleh imbalan prestasi kerja yang
lebih besar bagi karyawan. Jadi menurut penulis Kompensasi adalah
sesuatu hal yang diberikan atas usaha yang dilakukan oleh karyawan.
2. Manajemen Konflik
Menurut Mutiah Alagappa (2003, p.395) Manajemen konflik adalah
proses, metode, alat, teknik dan strategi yang digunakan untuk menangani
/ mengelola konflik. Menurut wirawan (2010, h.129) Manajemen Konflik
adalah Proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun
strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar
39 menghasilkan resolusi yang diinginkan. Manajemen konflik bisa dilakukan
oleh pihak yang terlibat konflik ataupun pihak ke tiga untuk
menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Manajemen konflik merupakan
proses penyusunan strategi konflik sebagai rencana untuk memanajemeni,
mengendalikan, mengubah konflik menjadi menguntungkan. Jadi menurut
penulis manajemen konflik adalah cara mengelola konflik yang terjadi /
pengendali konflik dalam organisasi sehingga dapat menghasilkan resolusi
yang diinginkan.
3. Retensi Karyawan
Menurut Jennifer A. Carsen , 2005, p.2) secara luas retensi karyawan
adalah seberapa banyak karyawan sebuah perusahaan tetap berada di
perusahaan tersebut dalam suatu jangka waktu tertentu. Retensi karyawan
Robert L. Mathis dan John H.Jackson (2006, p.126) merupakan
kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk mempertahankan karyawan
potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap perusahaan.
Jadi menurut penulis Retensi Karyawan adalah upaya perusahaan dalam
mempertahankan karyawan yang berkinerja baik untuk tetap dalam
perusahaan.
4. Kinerja Karyawan
Definisi kinerja karyawan menurut Mathis (2006, p.113 - 114), kinerja
karyawan adalah segala yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh
karyawan. Perbaikan kinerja baik untuk individu atau kelompok menjadi
40 pusat perhatian dalam meningkatkan kinerja organisasi. Menurut Veizal
Rivai (2004, p.604) kinerja merupakan perilaku yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Jadi menurut
penulis, Kinerja adalah hasil yang dicapai karyawan atas upaya yang
dicurahkan olehnya. 2.3.2 Indikator Variabel Penelitian
Menurut Milkovich T. (2010, p. 11) , kompensasi terdiri dari 2 yaitu :
1. Cash Compensation / kompensasi :
a. Gaji : balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan atas
sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Gaji
merupakan bayaran tetap yang diterima seseorang atas keanggotaannya
dalam suatu perusahaan.
b. Merit / Cost of Living : perubahaan periodik pada gaji yang terjadi
dengan memperhatikan besarnya gaji yang diberikan pesaing untuk
pekerjaan yang sama, perubahaan akan biaya hidup serta perubahaan
dalam pengalaman atau kemampuan. Merit increases berupa pemberian
kenaikan gaji yang berdasarkan perilaku kerja di masa lalu.
c. Insentif :
merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif
merupakan bentuk lain dari upah langsung di luar upah dan gaji yang
merupakan kompensasi tetap, yang biasanya disebut kompensasi
berdasarkan kinerja / pay for performance. Insentif dapat berupa
41 peningkatan pembayaran yang langsung terikat dengan kinerja, insentif
berbeda dengan merit pay. Pertama, insentif tidak meningkatkan gaji
dasar, dan harus dikejar lagi di tiap periode. Kedua, ukuran dari besarnya
pembayaran insentif biasanya sudah diinformasikan kepada karyawan
sebelum pemberian.
2. Benefit / Manfaat
a. Income Protection : Income protection berupa Asuransi kesehatan,
program pensiun, asuransi kehidupan, dan rencana untuk menabung .
b. Work / life Balance : keseimbangan waktu kerja dengan kehidupan, di
mana pekerja didukung untuk melakukan aktivitas akan kehidupan (di luar
lingkup kerja) seperti diberikan cuti, liburan, maupun jadwal kerja yang
flexible.
c. Allowances / Tunjangan : tunjangan dapat berupa proteksi keluarga,
asuransi, pesangon, sekolah anak dan pensiun.
Menurut Wirawan (2010, h.142-143)
Indikator
yang Memengaruhi gaya
manajemen konflik - kompromi adalah :
a) Kemampuan bernegosiasi, yaitu kemampuan bernegosiasi pihak yang
terlibat konflik atau pihak ketiga yang menengahi konflik agar dapat
mencapai kepuasan kedua belah pihak yang seimbang
b) Mendengarkan dengan baik yang dikemukakan lawan konflik
c) Mengevaluasi nilai, artinya menyadari, menghargai dan mengevaluasi
nilai – nilai yang ada dan dianut oleh pihak – pihak yang terlibat konflik
42 d) Menemukan jalan tengah, artinya mencarikan solusi pemecahan
masalah bagi pihak – pihak yang terlibat konflik agar mendapatkan
hasil yang adil.
e) Memberikan Konsesi artinya pihak – pihak yang terlibat konflik
memberi kerelaan dengan mengurangi tuntutan pada pihak lawan
konflik.
Menurut Robert L. Mathis dan John H.Jackson (2006, p.128-135), ada
beberapa faktor penentu retensi karyawan yaitu :
a. Komponen organisasional
Organisasi yang memiliki budaya dan nilai yang positif dan berbeda
mengalami
perputaran
karyawan
yang
lebih
rendah.
Budaya
organisasional merupakan komponen organisasional yang berupa pola
nilai dan keyakinan bersama yang memberikan arti dan peraturan perilaku
bagi anggota organisasi. Menciptakan budaya yang menghargai orang
memungkinkan beberapa perusahaan untuk menarik dan memelihara
karyawan dengan baik. Komponen organisasional lain yang Memengaruhi
retensi karyawan berhubungan dengan strategi, peluang dan manajemen
organisasi tersebut. Faktor yang Memengaruhi bagaimana karyawan
memandang organisasi mereka adalah kualitas perencanaan masa depan
dari kepemimpinan di dalam perusahaan. Sering kali visi seperti itu
ditunjukan dengan memiliki rencana strategis yang di identifikasi dan
menuntun perusahaan pada perubahan.
43 b. Peluang karier organisasional
Organisasi menyampaikan peluang dan pengembangan karier dalam
berbagai cara. Usaha pengembangan karier organisasional dirancang untuk
memenuhi harapan para karywan bahwa para pemberi kerja mereka
berkomitmen untuk mempertahankan pengetahuan, keterampilan, dan
pengetahuannya saat ini.
c. Penghargaan
Penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja datang dalam
bentuk gaji, insentif, dan tunjangan, Gaji dan tunjangan harus kompetitif
dan sesuai dengan kinerja karyawan. Kenyataannya, uang mungkin
merupakan alasan beberapa karyawan pindah kerja , tetapi ada faktor –
faktor
lain
yang merupakan alasan banyak orang untuk bertahan di
perusahaan mereka. Para pemberi kerja juga mempelajari bahwa memiliki
sedikit fleksibilitas tunjangan Memengaruhi retensi karyawan. Pengakuan
karyawan juga dikategorikan sebagai bentuk penghargaan dapat nyata atau
tidak nyata. Nyata adalah seperti pemilihan karyawan terbaik setiap bulan,
karyawan dengan absensi terbaik, dan lain-lain. Tidak nyata adalah
memberi umpan balik yang positif seperti pujian bila karyawan bekerja
sesuai dengan harapan perusahaan.
d. Rancangan Tugas dan Pekerjaan
Faktor mendasar yang Memengaruhi retensi karyawan adalah sifat dari
tugas dan pekerjaan yang dilakukan. Karena karyawan menghabiskan
44 waktu yang signifikan di tempat kerja, mereka berharap untuk bekerja
dengan peralatan dan teknologi modern serta memiliki kondisi kerja yang
baik,mengingat sifat perkerjaan tesebut. Karyawan juga menginginkan
lingkungan kerja yang aman di mana resiko kecelakaan dan luka
diperhatikan. Hal ini khususnya benar bagi para pemberi kerja dalam
industri manufaktur, pertanian, peralatan sehari-sehari dan transportasi
yang memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi dari pada dalam
banyak industri jasa dan lingkungan kantor.
e. Hubungan Karyawan
Faktor terakhir yang Memengaruhi retensi karyawan didasarkan pada
hubungan karyawan dalam organisasi. Bidang-bidang seperti kelayakan
dari kebijakan SDM, keadilan dari tindakan disipliner, dan cara yang
digunakan untuk memutuskan pemberian kerja dan peluang kerja,
semuanya Memengaruhi retensi karyawan.
Menurut Robert L. Mathis dan John H.Jackson (2006, p.113) kinerja
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :
a. Kemampuan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat, minat dan faktor
kepribadian. Tingkat kemampuan individual, adalah bahan mentah yang
dimiliki seorang karyawan seperti pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. Dengan demikian,
45 kemungkinan seorang karyawan akan memiliki kinerja yang baik adalah
jika karyawan tersebut memiliki kemampuan individual yang cukup.
b. Tingkat usaha yang dicurahkan
Usaha dari karyawan bagi perusahaan adalah etika kerja, kehadiran dan
motivasinya. Tingkat usaha, merupakan gambaran motivasi yang
diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Oleh
karena itu, walau karyawan memiliki kemampuan individual untuk
mengerjakan pekerjaan, tetapi tidak akan bekerja tanpa tingkat pencurahan
usaha yang rendah.
c. Dukungan organisasi
Dalam dukungan organisasional, artinya fasilitas apa yang perusahaan
sediakan bagi karyawan dapat berupa pelatihan dan pengembangan,
peralatan dan teknologi, dan manajemen.
46 -Gaji Pokok
-Merit Pay
-Insentif
-Proteksi
-Work/Life
Kompensasi
balance
-Tunjangan
(Milkovich, 2010)
Retensi
Karyawan
Kinerja
karyawan
- Kemampuan
Negosiasi
- Kemampuan
Manajemen
Konflik
Mendengarkan dgn
baik
- Evaluasi Nilai
-Menemukan Jalan
Tengah
- Memberi Konsesi
(Wirawan, 2010)
-Peluang Karier
-Tingkat
-Kompenen
usaha
Organisational
-Motivasi
-Penghargaan
Kerja
-Rancangan Tugas
-Dukungan
dan pekerjaan
Organisasi.
-Hubungan
(Mathis, 2006)
Karyawan
(Mathis, 2006)
Sumber : Penulis, 2011
Gambar 2.3 Paradigma Kerangka Pemikiran
47 2.4 Hipotesis
Menurut Sekaran (2006, h.135), hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan
yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan
dalam bentuk pertanyaan yang dapat diuji.
Hubungan tersebut dapat diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang
dapat ditetapkan dalam kerangkan teoritirs yang dirumuskan untuk studi
penelitian.
Adapun hipotesis yang peneliti rancang adalah hipotesis yang bersifat asosiatif,
yang menjelaskan bagaimana hubungan dan pengaruh atau kontribusi antar
variabelnya.
Berikut
ialah
hipotesis
yang
peneliti
rancang
dalam
penelitian
ini:
Untuk T-1: Tidak ada pengaruh atau kontribusi yang signifikan antara
Kompensasi (X1) , Manajemen Konflik (X2) terhadap Retensi Karyawan (Y)
secara simultan dan parsial.
Untuk T-2: Tidak ada pengaruh atau kontribusi yang signifikan antara
Kompensasi (X1) , Manajemen Konflik (X2) terhadap Retensi Karyawan (Y)
serta dampaknya pada Kinerja Karyawan (Z) secara simultan dan parsial dengan
pendekatan SPSS dan LISREL.
Download